Anda di halaman 1dari 20

KOSMETOLOGI

“KOSMETIK PELINDUNG”

Disusun Oleh :

Maharani Ayu Amar

70100116064

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

Samata-Gowa

2021
A. Definisi
Kosmetik pelindung adalah kosmetik yang dikenakan pada kulit yang sudah bersih
dengan tujuan melindungi kulit dari berbagai pengaruh lingkungan yang merugikan kulit.
Menurut tujuan spesifiknya, masing-masing kosmetik pelindung dapat dibagai dalam
kelompok berikut.
1. Preparat yang melindungi kulit dari bahan-bahan kimia (bahan kimia yang membakar,
larutan detergen, urine yang sudah teruarai, dll.).
2. Preparat untuk melindungi kulit dari debu, kotoran, tir, bahan pelumas, dll.
3. Preparat untuk melindungi kulit dari benda fisik yang membahayakan kulit (sinar
ultraviolet, panas
4. Preparat yang melindungi kulit dari luka secara mekanis (dalam bentuk kosmetik
pelumas)
5. Preparat untuk mengusir serangga agar tidak mendekati kulit. [ CITATION RIT101 \l
1033 ]

B. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Estetika dan Kesehatan Kulit dan Rambut
dan Adneksa
Indonesia terletak di garis khatulistiwa, dengan matahari yang bersinar terik hampir
sepanjang tahun. Suhu udaranya rata-rata 250C, kadang-kadang sampai diatas 330C.
Bentuk kepualauan yang terdiri dari lebih 13.000 pulau, menyebabkan negeri yang
beriklim tropis ini memiliki kelembaban udara yang tinggi (75-80%), karena dikelilingi
laut. Keadaan iklim yang demikian memberi pengaruh yang merugikan bagi kulit.
Panas dan lembabnya udara akan menyebabkan kulit meniadi lebih aktif
mengeluarkan keringat dan minyak, sehingga kulit mudah ditempeli kotoran, debu,
polusi, dan kuman-kuman yang beterbangan dibawa angin. Semuanya ini menyebabkan
kulit menjadi kotor dan mudah terkena penyakit kulit. Ada sejumlah kosmetika riasan
yang mengandung zat pewarna dan pewangi, misalnya pemerah pipi, yang mudah
menimbulkan efek negatif pada kulit karena sinar matahari. Iklim di Indonesia juga
berpengaruh kurang baik bagi kulit untuk jenis kosmetika yang lengket berminyak yang
umumnya berasal dari negara beriklim dingin. (Yulia E,2015)
Sinar ultra violet dalam sinar matahari dapat menyebabkan kulit terbakar, menua
sebelum waktunya serta noda-noda hitam (hiperpigmentasi), bahkan kanker kulit.
Dalam jumlah yang sedikit, sinar matahari diperlukan untuk kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan di bumi ini. Di waktu pagi, sinar matahari juga berguna
untuk kulit, misalnya mengubah provitamin D meniadi vitamin D yang penting bagi kulit.
Berjemur atau berpanas-panasan secara berlebihan di bawah sinar matahari yang terik
banyak bahayanya bagi kulit dan kesehatan sehingga seseorang bisa ,atuh pingsan karena
sngatan sinar matahari, misalnya sewaktu olahraga. (Yulia E,2015)

C. Sinar UV dan Kerusakan Kulit

Sinar matahari sendiri merupakan sumber energi yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Matahari dapat memancarkan berbagai macam sinar baik yang dapat dilihat
(visibel) maupun yang tidak dapat dilihat. Sinar matahari yang dapat dilihat adalah sinar
yang dipancarkan dalam gelombang lebih dari 400nm, sedangkan sinar matahari dengan
panjang gelombang 10nm- 400nm yang disebut dengan sinar ultra violet tidak dapat
dilihat dengan mata.

Dalam beberapa hal sinar ultra violet bermanfaat untuk manusia yaitu diantaranya
untuk mensintesa Vitamin D dan juga berfungsi untuk membunuh bakteri. Namun
disamping manfaat tersebut di atas sinar ultra violet dapat merugikan manusia apabila
terpapar pada kulit manusia terlalu lama. (BPOM, 2009).

1. Jenis sinar UV dan jangkauan radiasinya ke lapisan kulit


Sinar ultra violet (UV) dapat digolongkan menjadi UV A dengan panjang gelombang
diantara 320 – 400 nm, UV B dengan panjang gelombang 290 – 320 nm dan UV C dengan
panjang gelombang 10 – 290 nm. Semua Sinar UV A di emisikan ke bumi, sedangkan
sinar UV B sebagian diemisikan ke bumi (terutama yang panjang gelombangnya
mendekati UV A). Sinar UV B dengan panjang gelombang lebih pendek dan sinar UV C
tidak dapat diemisikan ke bumi karena diserap lapisan ozon di atmosfir bumi. Dengan
demikian apabila lapisan ozon yang ada di atmosfir rusak, sinar UV B yang masuk ke
bumi akan semakin banyak, (BPOM, 2009).
Dari ketiga jenis sinar ultraviolet yang sudah dibahas, masing – masing memiliki
ciriciri dan tingkat keparahan efek radiasi yang berbeda- beda. Namun pada umumnya,
sinar ultraviolet yang terpapar masuk ke bumi, baik itu sinar UV A, UV B, maupun UV C,
dapat memberikan dampak sebagai berikut, (Ana, 2014):
1) Kemerahan pada kulit,
Bahaya sinar ultraviolet yang pertama adalah memberikan efek kemerahan pada kulit.
Secara umum, sinar ultraviolet, terutama sinar UV B dapat menimbulkan gejala
kemerahan pada kulit. Hal ini merupakan suatu bentuk iritasi kulit yang terpapar sinar
ultraviolet. Biasanya gejala ini juga disertai rasa gatal pada bagian kulit yang
memerah

Gambar 1. Proses Penyerapan SInar Matahari Oleh Kulit

2) Kulit terasa seperti terbakar,


Sinar ultraviolet juga dapat membuat kulit memilikii gejala seperti terbakar. Hal ini
biasanya disebabkan oleh paparan sinar UV – B.
3) Dapat menimbulkan eritema,
Eritema merupakan kondisi dimana kulit kaki mengalami kemerahan dan bengkak.
Hal ini disebabkan oleh paparan sinar UV – B.
4) Menimbulkan penyakit katarak,
Katarak merupakan kondisi mata yang tertutupi atau terhalang selaput-selaput tertentu
sehingga membuat penglihatan menjadi berkabut dan cukup jelas. Selain factor usia,
paparan sinar UV juga menjadi salah satu pemicu timbulnya katarak.
5) Dapat memicu pertumbuhan sel kanker,
Paparan sinar UV dapat menimbulkan terjadinya kerusakan fotokimia pada DNA dari
sel-sel yang berada di dalam tubuh. Hal ini akan memicu terbentuknya kanker,
terutama kanker kulit pada manusia.
6) Radiasi sinar UV A yang menembus dermis dapat merusak sel kulit,
7) Kulit dapat kehilangan elastisitas,
Paparan sinar UV A yang dapat menembus bagian demis kulit dapat merusak sel-sel
yang berada pada dermis. Hal ini membuat elastisitas kulit menjadi berkurang.
8) Kerut pada bagian kulit,
Kerutan pada kulit merupakan salah satu efek samping dari hilangnya dan
berkurangnya elastisitas kulit.
9) Kanker kulit
Beberapa jenis kanker kulit disebabkan oleh sinar UV. Sinar matahari di siang dan
sore hari sangat riskan untuk merusak kulit. Sel-sel kulit dapat memburuk akibat
terkena sinar matahari.

2. Sinar UV dan Reaksi pembentukan melanin pada kulit


Jumlah sinar ultraviolet yang diterima kulit tergantung pada berbagai faktor,
yartu kedekatan pada garis khatulistiwa, iam terkena sinar, kelembaban udara, musim,
dan lingkungan alam di sekitar kita. Resiko paling besar penyinaratt ultra violet
terjadi pada musim panas di semua garis lintang antara pukul 10.00 sampai 14.00.
Jika sinar matahari sampai ke kulit, sebagian akan dipantulkan oleh lapisan
tanduk epidermis kulit dan sebagian lagi akan masuk ke dalam kulit. Terbentuknya
pigmen melanin yang berlebihan dan mengubah struktur dan pertumbuhan sel-sel
kulit dapat menyebabkan berkurangnya kekenyalan kulit dan terjadinya kanker kulit.

Gambar 2. Distribusi melanin pada epidermis (Baumann dan Saghari, 2009)

Melanin disintesis di dalam sel melanosit dengan katalisator enzim


tirosinase.Enzim tirosinase dibentuk di dalam ribosom, ditransfer ke dalam lumen
retikulum endoplasma kasar, diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks
Golgi (Kindred dan Halder, 2010). Proses sintesis ini terdiri dari empat tahap yaitu:
1) Tahap I. premelanosom ditandai dengan struktur sferis dan matriks protein
amorf, sedikit aktivitas dari enzim tirosinase.
2) Tahap II, struktur mulai membentuk oval, aktivitas enzim tirosinase
meningkat, melanin disimpan dalam matriks protein.
3) Tahap III, terdapat peningkatan pembentukan melanin.
4) Tahap IV, melanin telah terbentuk sempurna dan matang, dengan panjang lum
dan diameter 4 μm.

Tiga enzim penting untuk mensintesis melanin, yaitu tirosinase (TYR),


Tyrosinase-Related Protein1 (TYRP-1) dan DOPAchrom tautomerase (DCT). Dari
ketiga enzim diatas, enzim tirosinase memegang peranan paling besar diantara semua
enzim. Proses ini dimulai oleh hidroksilasi tirosin menjadi 3.4 dihidroksifenilalanin
(DOPA) oleh enzim tirosinase, kemudian oksidasi DOPA menjadi dopakuinon.
Dopakuinon kemudian mengalami salah satu dari dua tahap berikut, apabila
dopakuinon berikatan dengan sistein, oksidasi sisteinildopa akanmenghasilkan
pheomelanin. Apabila tidak ada sistein, dopakuinon secara spontan akan menjadi
dopakrom, kemudian dopakrom akan mengalami dekarboksilasi dan tautomerisasi
menjadi eumelanin (Kindred danHalder, 2010).

Gambar. 3. Jalur biosintesis eumelanin dan pheomelanin (Nasti dan Timares, 2015).
Gambar. 4. Struktur Eumelanin dan Pheomelanin (Nasti dan Timares, 2015)
Respon kulit terhadap radiasi UV dengan dua cara yaitu dengan menebalkan
stratum korneum dan filter melanin pada epidermis. Keratin dan protein pada stratum
korneum berrtindak sebagai pemecah dan pengabsorbsi UV. Melanosit dan keratinosit
memiliki respon yang sangat cepat terhadap sinar UV, baik secara parakrin maupun
autokrin.

Paparan sinar UV mengaktifkan melanogenesis melalui empat reseptor:


Pertama, SCF (Stem cell Factor) mengaktifkan cKIT reseptor, diikuti dengan aktivasi
MAPK (Mitogen-activated Protein Kinase) dan meningkatkan MITF
(microphthalmia-associated transcription factor). MITF yang tinggi akan diikuti oleh
transkripsi enzim tirosinase, TRP1, TRP2 dan akhirnya sintesis melanin. Kedua,
adrenalin dan noradrenalin ditangkap oleh reseptor adrenergic yang akan mengaktivasi
cAMP (3’,5’-cyclic adenomonophosphate) diikuti oleh aktivasi CREB (cAMP
response element- binding protein) dan PKA (Protein Kinase A) dan meningkatkan
MITF. Ketiga, Radiasi UV akan meningkatkan αMSH (Melanocyte Stimulating
Hormon) yang terikat dengan MC1R (melanocortin-1receptor) diikuti dengan aktivasi
cAMP, diikuti dengan peningkatan MITF. Nitric Oxyde Radicals mengaktivasi Guanyl
cyclase yang akan mengaktivasi cGMP (Cyclic Guanosine monophosphate) dan MITF
(microphthalmia-associated transcription factor). Wnt reseptor mengaktivasi G5K3β
(Glycogen Synthase Kinase 3β) yang meningkatkan β-catekin dan LEF (Lymphocyte
Enhancer Factor)/ TCA kompleks dan mengaktifkan MITF.
Gambar 5. Mekanisme melanogenesis

MITF yang teraktivasi menghasilkan pengeluaran Tyrosinase, TRP1


(Tyrosinase Related Protein), DOPAchrome Tautomerase dan PKCβ (Protein Kinasee
Cβ).Hasilnya adalah peningkatan sintesis dan distribusi melanin. Sebaliknya aktivasi
jalur ERK (Extracellular Signal-regulated Kinase) menghambat melanogenesis melalui
inhibisi fosforilasi PI3K (Phosphatidyl inositol3 Kinase), sehingga menurunkan AKT,
AKT tidak bisa memfosforisasi GSK3b. Aktivasi jalur ERK menurunkan MITF dan
menghambat melanogenesis. Radiasi UV pada kulit akan meningkatkan pigmentasi
kulit yang disebut tanning. Pigmentasi disebabkan beberapa cara yaitu peningkatan
kerja enzim melanogenic, peningkatan transfer melanosom menuju keratinosit,
peningkatan aktivitas dendritik sel melanosit, dan kerusakan DNA akan menstimulasi
proses melanogenesis itu sendiri (Kindred dan Halder, 2010).

Sinar UVA akan menstimulasi pigmentasi hingga terbentuk immediate


tanning, yaitu warna kecoklatan segera setelah terpapar UVA atau visible light. Mulai
sesaat setelah paparan, maksimal pada 1-2 jam, dan menghilang 3-24 jam setelah
paparan. Efek ini akibat dari foto oksidasi dari melanin (Baumann dan Saghari, 2009).
3. Sinar UV dan efek kanker kulit
Adapun dampak negatif dari paparan sinar UV juga sangat banyak. Pertama,
sinar UV dapat membakar kulit, itulah alasan mengapa saat keluar siang hari kulit
terasa panas dan memerah. Setelah dingin, kulit kita akan menggelap akibat
pembakaran tersebut. Sinar UV juga dapat menyebabkan kulit menjadi kusam, kering,
dan keriput. Orang yang terpapar sinar UV setiap hari akan mengalami penuaan dini.
Jaringan kolagen dan kelenjar minyak tidak lagi mampu untuk melembabkan kulit
dan meregenerasinya. Dampak paling mengerikan kalau terus terpapar ultraviolet
adalah menderita kanker kulit. Bukan hanya kulit saja yang diserang, tapi juga kornea
mata, hingga dapat mengakibatkan kerusakan mata akibat paparan sinar ulraviolet,
(Setiawan, 2014).
Kerusakan DNA akibat paparan kronis sinar matahari merupakan penyebab
utama terjadinya kanker kulit. Data epidemiologi menunjukan bahwa paparan sinar
UV merupakan penyebab 65% terjadinya melanoma dan 90% kanker kulit non
melanoma. Kanker kulit primer diklasifikasikan berdasarkan sel asal dari kanker
tersebut, squamous sel karsinoma dan basal sel karsinoma berasal dari keratinosit
epidermis, sedangkan melanoma maligna berasal dari melanosit. Penelitian
menunjukan bahwa basal sel karsinoma terjadi akibat paparan sinar UV yang
mengubah jalur sinyal hedgehog, dimana sinyal hedgehog ini merupakan sinyal
pertumbuhan sel. Pada kasus melanoma, kulit yang terpapar sinar UV secara
intermitten akan mengalami mutasi gen B-raf, sedangkan pada kulit yang terpapar
sinar UV kronis akan mengalami mutasi gen N-ras. (Michael et al; 2011)

D. Tabir Surya
Tabir surya (sunblock) adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit
terhadap radiasi sinar UV. Fungsi dasar sunblock adalah bertindak sebagai dinding antara
kulit dan sinar UV yang berbahaya, sehingga jauh lebih ampuh dalam mencegah kanker
kulit dibandingkan dengan tabir surya. Sediaan kosmetik tabir surya terdapat dalam
bermacammacam bentuk misalnya losion untuk dioleskan pada kulit, krim, salep, gel atau
spray yang diaplikasikan pada kulit.
1. Jenis dan kategori tabir surya
Tabir surya merupakan kosmetik pelindung yang dapat menyaring dan menahan sinar
matahari terhadap kulit. Tabir surya terdapat dalam 2 pembagian yaitu: (Hari, 2013;
Lewie, 2014)
a) Tabir Surya Kimia
Tabir surya kimia melindungi kulit dengan cara menyerap sinar matahari dan
mengubahnya menjadi energi panas. Tabir surya ini disebut juga suncreen/ tabir
surya organik. Tabir surya ini diserap oleh kulit dan mempunyai potensi
menimbulkan iritasi pada kulit dan tidak dapat digunakan oleh bayi usia kecil 6
bulan. Contoh tabir surya ini yaitu Avobenzone, Octinoxate dll.
b) Tabir Surya Fisik
Tabir surya yang bekerja melindungi kulit dengan cara memantulkan sinar
matahari. Tabir surya ini dikenal dengan nama sunblock/tabir surya anorganik.
Tabir surya ini merupakan broad spectrum (Spektrum luas) yang mampu
melindungi dari sinar UV A dan UV B, bersifat stabil, potensi alergi yang
ditimbulkan rendah dan tidak diserap oleh kulit sehingga dapat dipakai pada anak-
anak. Tabir surya fisik merupakan tabir surya ideal menurut Food Drug
Adminitration (FDA). Untuk mengoptimalkan kemampuan tabir surya sering
dilakukan kombinasi antara tabir surya fisik dan kimia oleh sebahagian produsen
kosmetik.
2. SPF dan maknanya serta cara penerapannya pada jenis RAS
Dalam sediaan kosmetik skin care kita sering menemui tulisan SPF. SPF
merupakan kemampuan dari tabir surya dalam melindungi kulit terhadap pajanan
radiasi sinar UV. Kekuatan tabir surya bergantung pada nilai SPF. Kadar SPF dalam
tabir surya bervariasi, berkisar 2-60. Idealnya gunakan tabir surya spektrum luas yang
mampu melindungi dari UV A dan UV B dengan nilai SPF diatas 15, namun tabir
surya tidak sepenuhnya dapat memproteksi kulit dari paparan sinar UV. (Syarif, 2011;
Leslie, 2009)
Semakin tinggi nilai SPF, semakin besar perlindungan terhadap kulit. Kulit
yang terpapar sinar matahari tanpa dilindungi tabir surya akan menghitam setelah 10
menit. Krim dengan nilai SPF 2 artinya memiliki waktu 2x10 menit = 20 menit, bagi
konsumen terlindung dari radiasi sinar matahari.
Menurut Harry (1982), nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari tabir surya
dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:

a) Miniman Sun Protection Product: menyediakan nilai SPF 2-3, memberikan


perlindungan minimal dari sunburn dan dapat mengakibatkan tanning.
b) Moderat Sun Protection Product: menyediakan nilai SPF 4-5, memberikan
perlindungan sedang dari sunburn dan dapat mengakibatkan tanning.
c) Extra Sun Protection Product: menyediakan nilai SPF6-7, memberikan
perlindungan extra dari sunburn dan terjadi tanning yang terbatas.
d) Maximal Sun Protection Product: menyediakan nilai SPF 8-15, memberikan
perlindungan maksimal dari sunburn, sedikat atau tidak terjadi tanning.
e) Ultra Sun Protection Product: menyediakan nilai SPF lebih dari 15, memberikan
perlindungan paling tinggi dari sunburn dan tidak mengakibatkan tanning.

Lamanya perlindungan Sun Care terhadap kulit tergantung dari jenis kulit. ·

1) Kulit putih tahan 10 menit terhadap sinar matahari. ·


2) Kulit kuning langsat tahan 15 menit terhadap sinar matahari.
3) Kulit coklat sampai hitam tahan 20 menit terhadap sinar matahari

Orang yang memiliki kulit coklat dan hitam tahan lebih lama terhadap sinar
matahari karena lebih banyak memiliki pigmen melamin). Jika menggunakan Sun
Creen dengan SPF 15, lama perlindungan Sun care dihitung dengan mengalikan nilai
SPF dengan lama kulit bertahan jika tanpa sun care.

1) Untuk kulit putih, Sun Creen dengan SPF 15 mampu melindungi orang
berkulit putih, yaitu 15 x 10 menit, yaitu 150 menit.
2) Untuk kulit kuning langsat, Sun Creen dengan SPF 15 mampu melindungi
orang berkulit putih, yaitu 15 x 15 menit, yaitu 225 menit.
3) Untuk kulit coklat dan hitam, Sun Creen ini dapat melindungi selama 15 x 20
menit, yaitu 300 menit.

Perbedaan warna dan tipe kulit dapat menyebabkan perbedaan reaksi kulit
terhadap kosmetika. Kosmetika yang dibuat untuk ras kulit Kaukasia, misalnya
Amerika dan Eropa, dapat menimbulkan efek negatif yang merugikan jika dipakai
oleh ras yang lain, misalnya orang Asia atau lndonesia, karena struktur dan jenis
pigmen melaninnya berbeda. Pandangan tentang cantik dari orang Kaukasia yang
berkulit putih adalah bahwa kulit yang coklat itu sehat, cantih dan menarih sedangkan
pada orang Asia/lndonesia yang berkulit coklat, kulit yang putih itulah yang cantik.
Dampak negatif kosmetika dapat juga terjadi bila kulit seseorang memang peka atau
kurangnya pengetahuan seseorang akan cara pemakaian kosmetika yang tepat.

Warna kulit, yang ditentukan oleh jumlah melanin dalam kulit, tumbuh untuk
memberikan keseimbangan antara mencegah kanker dan memungkinkan sintesis
vitamin D. Di kawasan bumi yang memiliki cahaya matahari langsung dalam iumlah
besar, ras Afrika hitam menumbuhkan kadar melanin yang tinggi, di kawasan yang
mataharinya kurang, ras Asia menumbuhkan lebih sedikit melanin, dan ras kulit putih
(Kaukausus) bermelanin paling sedikit.

4. Bagaimana sediaan kosmetik tabir surya dapat melindungi kulit dari paparan
sinar UV
Kosmetik skin care terdiri atas pembersih, pelembab, penipis dan tabir surya.
Keberadaan tabir surya sebagai salah satu kosmetik skin care masih belum diketahui
secara luas oleh masyarakat, sebagian dari masyarakat masih banyak yang hanya
mengunakan pelembab atau foundation dalam dalam perawatan sehari-hari. Tabir
surya merupakan kosmetik pelindung yang memiliki peran penting dalam menjaga
kesehatan kulit, mengingat aktifitas sehari-hari sebagian besar yang kita lakukan
diluar rumah yang cenderung terpapar sinar matahari. Paparan sinar matahari yang
berlebihan atau dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek negatif pada kulit,
baik yang besifat akut (cepat) maupun kronik (lama). Pengunaan tabir surya dapat
menyerap, menghamburkan dan memantulkan radiasi sinar UV di area tubuh yang
sering terpapar.
Kemampuan dari suatu tabir surya tidak hanya tergantung dari nilai SPFnya,
ada beberapa faktor yang turut menentukan potensi tabir surya yaitu :
a) Jenis
Tabir surya yang ideal jenisnya adalah tabir surya yang memberikan perlindungan
terhadap UVA dan UVB (spektrum luas), tidak menimbulkan iritasi, mudah
didapat. Selain jenis bahan pembawa dalam tabir surya juga mempengaruhi
potensi penetrasi bahan aktif ke kulit dan stabilitas seperti water resistant ( Hari,
2013; Lili, 2009).
b) Cara pakai
Cara pakai menentukan efektifitas tabir surya, yang harus diperhatikan dalam
mengaplikasikan tabir surya yaitu ( Bambang, 2014; Syarif, 2011) :
 jumlah/ketebalan yang cukup dan merata ,
 Pemakaianya rutin setiap hari
 waktu pemakaian adalah 15-30 menit sebelum keluar rumah/ terpapar sinar
UV dan tabir surya dibiarkan kering terlebih dahulu sebelum memakai make
up
 pengulangan kembali pemakaian tabir surya kuang lebih setelah 2-4 jam
tergantung aktifitas, efektifitas tabir surya berkurang jika terkena keringat/air.
Jika melakukan aktifitas berenang di ulang dalam 1 jam dengan memakai tabir
surya water resistant.
 Pemakaian awal atau pergantian tabir surya baru dianjurkan untuk
mencobanya terlebih dahulu pada sebahagian kecil area untuk menghindari
efek alergi ataupun iritasi.
c) Kadar
Seperti yang telah diuraikan diatas nilai SPF yang baik adalah diatas 15, namun
banyak kosmetik yang dijual di pasaran mencantumkan SPF pada kemasan tetapi
tidak menyantumkan jenis tabir surya yang dikandung.

E. Formulasi sediaan Tabir Surya


Syarat-syarat yang diperlukan dalam tabir surya adalah (Wilkinson dan
Moore, 1982):
o Mempunyai nilai SPF yang tinggi sehingga dapat lebih lama menjaga kulit
dari sengatan sinar matahari.
o Tidak berbau dan memiliki daya lengket yang baik.
o Tidak menyebabkan toksik, tidak iritan, dan tidak menimbulkan sensitisasi.
o Memiliki daya proteksi terhadap matahari selama beberapa jam.
o Stabil dalam penggunaan.
o Tidak memberikan noda pada pakaian
1. Bahan utama sediaan tabir surya
Bentuk-bentuk preparat tabir surya (sunscreen) dapat berupa: (Maulida,2010)
a. Preparat anhydrous (preparat yang berdasar minyak), keuntungan dari preparat
ini adalah daya tahannya terhadap air, sehingga tidak terganggu oleh perspirasi
dan air kolam renang atau laut.
b. Emulsi (non minyak O/W, semi minyak dual emulsion, dan lemak W/O). Semi
minyak dual emulsion dan lemak W/O digunakan sebagai dasar preparat tabir
surya. Yang kandungan lemaknya tinggi tampak mirip minyak, sedangkan yang
bukan minyak mirip preparat yang berbahan air. Keuntungan dari preparat emulsi
ini adalah penampakannya yang menarik, serta konsistensinya yang
menyenangkan sehingga memudahkan untuk pemakaian.
c. Preparat tanpa lemak (greaseless preparation), keuntungan dari preparat ini
adalah tidak berlemak dan tidak lengket, sehingga lebih menyenangkan untuk
dipakai, akan tetapi kekurangnnya adalah mudah larut dalam air.
2. Jenis bentuk sediaan tabir surya dan penggunaannya pada bagian-bagian kulit
Di pasaran terdapat berbagai macam bentuk kosmetik tabir surya yang dapat disesuaikan
dengan jenis kulit dan aktifitas. Bentuk kosmetik tabir surya yaitu: (Syarif, 2011; Leslie,
2009)
a) Lotion
Bentuk tabir surya lotion cocok digunakan pada kulit normal cenderung
berminyak dan kulit berminyak karena kekentalannya yang rendah, tidak lengket
dan mudah merata pada kulit.
b) Cream
Tabir surya cream cocok digunakan pada kulit kering
c) Gel
Water based gel cocok digunakan pada kulit berminyak dan pada pria.
d) Spray
Jenis tabir surya spray sudah dikenal dalam beberapa tahin ini terutama untuk
anak- anak. Spray sangat cocok digunakan pada area yang luas ditubuh.
e) Stick
Bentuk tabir surya stick efektif melindungi area yang sempit/terbatas dan
menonjol seperti sekitar bibir, hidung, lingkaran mata. Cocok digunakan selama
aktifitas karena tahan lama dan tidak mudah mencair yang dapat mengiritasi mata.
2. Nilai Perlindungan
Secara umum metode pengukuran SPF secara in vitro dapat dibagi menjadi dua.
Metode pertama yaitu dengan mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui
lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa atau biomembran. Metode yang kedua
adalah dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya menggunakan analisis
spektrofotometri (Caswell, 2001). Menurut Food and Drug Administration Amerika
Serikat (FDA) mengelompokkan keefektifan sediaan krim tabir surya dalam
memberikan proteksi terhadap kulit.
Keterangan:
CF = Correction Factor merupakan faktor koreksi yang sudah mempunyai nilai tetap
yaitu 10
EE = Erythemal Effect spectrum menyatakan spektrum efek eritemal
I = Solar intensity spectrum adalah intensitas spektrum sinar
Abs = Absorbansi merupakan nilai serapan produk tabir surya

Nilai EExI merupakan nilai konstan yang sudah ditetapkan dan dapat dilihat
pada Tabel

Berdasarkan nilai serapan (A) yang diperoleh, maka transmisi (T) dihitung menggunakan
rumus:

Keterangan :
A = Serapan
T = Transmisi
Transmisi eritema (Te) dihitung mengguanakan rumus:

Keterangan :
Te = Transmisi eritema
Fe = Fluks eritema
Dimana Fe adalah fluks eritema yang nilainya pada panjang gelombang tertentu. Banyak
fluks eritema ya ng diteruskan oleh tabir surya (Ee) dihitung dengan rumus:

Keterangan :

Ee = Banyaknya fluks eritema yang

diteruskan oleh tabir surya.

Sedangkan % transmisi eritema dihitung menggunakan rumus:

Transmisi Pigmentasi (Tp) dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :

Tp = Transmisi pigmentasi

T = Transmisi

Fp = Fluks pigmentasi

Dimana Fp adalah fluks pigmentasi yang nilainya pada panjang gelombang tertentu.
Banyaknya fluks pigmentasi yang diteruskan oleh tabir surya (Ep) dihitung dengan rumus:

Keterangan :

Ep = Banyaknya fluks pigmentasi yang diteruskan oleh tabir surya.


Sedangkan % transmisi pigmentasi dihitung menggunakan rumus:

Nilai SPF juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


DAFTAR PUSTAKA

Tranggono, R. (2010). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Yulia, Elvyra, dr., dan Neneng siti S.A. 2015. Dasar-Dasar Kosmetika Untuk Tata Rias. LPP
Press. Universtitas Negeri Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Naturakos Edisi 11 2009. Vol. IV/No.11,
SEPTEMBER 2009 ISSN 1907-6606
Ana. 2014. 9 Bahaya Sinar Ultraviolet Bagi Kesehatan dan Manusia.
http://halosehat.com/penyakit/sumber-penyakit/bahaya-sinar-ultraviolet
Baumann, L., & Saghari, S. 2009. Basic Science of The Dermis. Dalam L. S. Baumann,
Cosmetic Dermatology. Second edition. (hal. 8-42). New York: Mc Graw Hill
Kindred, C., Halder, R. M. 2010. Pigmentation and Skin of Color. In: Draelos, Z. D., editor.
Cosmetic Dermatology Products and Procedures. 1st edition. New Jersey: Wiley-Blackwell.
p 27-35.
Nasti T.H., Timares L., 2012, Inflammasome activation of IL-1 family mediators in response
to cutaneous photodamage, Photochem. Photobiol88:1111– 1125.
Setiawan, Nur Adi. 2014. Dampak Positif dan Negatif Sinar UV.
http://www.blogalaxie.com/2014/12/dampak-positif-dan-negatif-sinar-uv.html
Hari Sukanto. 2013. Photoprotection for Children Simposium Pearls Cosmetic Dermatology
Update. Jakarta
Lewie, S. 2014. Yes or No In Management Of Acute Photodamage. National Simposium Skin
Photodamage Up Date. Jakarta
Syarif, M. Wasitaatmadja. 2011. Dermatologi Kosmetik, Edisi ke-2. FKUI, Jakarta.
Wilkinson, J.B. 1982. Harry’s Cosmeticology: The Principles and Practice and Practice of
Modern Cosmetic 7th Edition. Leonard Hill Book, London.
Maulida, Syifa Octa. Uji Efektivitas dan Fotostabilitas Krim Ekstrak Etanol 70% The Hitam
(Camelia sinensis L.) sebagi Tabir Surya secara In Vitro. Jakarta: FKIK Uin Syarif
Hidayatullah. 2010.
Leslie Baumanm, MD. 2009. Cosmetic Dermatologi Principles and Practice, second edition,
The Mc Graw-Hill Book Companies inc. New York
Lili Legiawati. 2009. Pemakaian Tabir Surya Pada Kulit Menua. Simposium Skin Aging and
Rejuvenation. Jakarta
Bambang, S. dan Rosmarini. 2014. Photodamage In Skin Color. National Simposium Skin
Photodamage Up Date. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai