Anda di halaman 1dari 2

Jelaskan, mengapa Teori Receptie dikatakan sebagai usaha untuk meredam gerak maju

hukum Islam?

Teori Receptio in Complexu atau penerimaan dalam keseluruhan dikemukakan oleh Van den
Berg dan Salmon Keyzer. Dalam teori ini hukum adat suatu masyarakat berasal dari penyerapan
semua aturan dan seluk beluk agama yang dianut oleh masyarakat.

Pendapat dari Van den Berg ini dikritik oleh C. Snouck Hurgronje yang mengemukakan
bukan hukum islam yang dominan di nusantara, tetapi hukum adat. Ia menyimpulkan hukum
Islam bisa diberlakukan jika sudah diterima oleh masyarakat hukum ada, hal ini lah yang
mendasari teori Receptie. Setelh kemerdekaan RI teori ini kembali dikaji oleh Hazairin, yang
memperkenalkan teori Receptie Exit, dimana menurut Hazairin hukum Islam adalah hukum yang
mandiri dan lepas dari pengaruh hukum lainnya. Selanjutnya teori ini dilanjutkan oleh muridnya
yaitu Sayuti Thalib dan mengemukakan teori Receptie a Contrario yang menjabarkan bahwa
bagi orang Islam berlaku hukum Islam, hukum Islam berlaku sesuai dengan cita hukum, cita
moral, dan batin umat Islam, dan hukum adat berlaku jika sesuai dengan hukum Islam.

Alasan teori Receptie dikatakan sebagai usaha untuk meredam gerak maju hukum Islam yaitu,
teori tersebut membawa pengaruh pada sistem peradilan agama pada masa pemerintahan Hindia
Belanda. Pemerintah Hindia-Belanda juga mengeluarkan Staatsblad no.116 yang mencabut
wewenang pengadilan agama dalam persoalan ahli waris dan masalah harta benda terutama
tanah. Dan juga dijadikan alat oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mempengaruhi masyarakat
pribumi mempedomani ajaran Islam sehingga akan mudah dipengaruhi oleh budaya barat, dalam
konflik militer dengan rakyat Aceh.

Bagaimana sebenarnya hubungan hukum Islam dan hukum adat ?

Menurut Noel James Coulson dalam tulisannya yang berjudul Muslim Custom and Case Law,
ia menerangkan Islam dan budaya lokal berkolaborasi dalam memutuskan kasus hukum di
beberapa kawasan yang mayoritas penduduknya muslim. Di Indonesia ada menurut beberapa
pakar hukum Islam dan hukum Adat mengkaji ulang hukum Islam dan hukum Adat dan lebih
condong melihat kedua budaya hukum tersebut dari sisi kompromitas dan harmonitas. Misalnya
Taufik Abdullah melihat masyarakat Minangkabau mempraktikkan hukum Adat dan hukum
Islam secara bersamaan. John R.Bowen melihat masyarakat Gayo di Aceh mempraktikkan ketiga
hukum secara bersamaan dengan dasar pluralism hukum.

Jadi hubungan hukum Islam dan hukum Adat yaitu hukum Islam dan hukum Adat dijalankan
beriringan dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai daerah. Jika hukum Adat
tidak sejalan dengan hukum Islam maka hal ini herus dijauhkan dari kehidupan masyarakat,
karena akan bertentangan dengan hukum Islam yang diyakini masyarakat.

Berikanlah ungkapan-ungkapan yang menyatakan bahwa Hukum Islam dijadikan sebagai


pedoman penerapan hukum di beberapa daerah!

 “Hukum ngon adat hantom cre lagu zat ngon sepent” yaitu hukum Islam dan hukum adat
tak dapat dipisahkan seperti hubungan zat dengan sifatnya. Ungkapan ini berasal dari
Aceh.
 “Adatna di uhomkon manise tu na disyariatkon” yaitu hukum Adat yang hendak
diterapkan sebagai hukum harus lebih dulu dipertanyakan dan diuji kepada syariat Islam
apakah bertentangan atau tidak, jika bertentangan maka hukum adat harus disingkirkan.
Pemuka adat harus memepertanyakan dulu kepada ulama atau pemuka agama setempat.
Ungkapan ini berasal dari daerah Tapanuli Selatan.
 “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, adat dan syarak sanda manyanda, syarak
mangato adat mamakai” yaitu artinya adat berlandaskan syariah, syariah berlandaskan
kitab Allah (Al-qur’an), adat dan syariah saling melengkapi, syariah memberi
tuntunan/petunjuk, adat menjalankan. Ungkapan ini berasal dari Minangkabau, yang
menjelaskan hukum adat harus berlandaskan agama dan sesuai tuntunan Al-qur’an.

Sumber Referensi:

https://pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=ISIP413102/&doc=M2.pdf

https://pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=ISIP413102/&doc=M3.pdf

https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/mahkamah/article/view/573/503

Anda mungkin juga menyukai