Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN HUKUM ISLAM DENGAN HUKUM ADAT

Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hukum Islam

Dosen Pengampu

Auliaurrahman, S.H,M.H

Disusun Oleh :

Melda Agustina (220101096)

Nursyahliza (220101071)

M. Afif Assyifa (220101108)

Sofia Maura (220101117)

M. Fahriansyah (220101103)

M.Shafhan Redha Trg (220101128)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAMUDRA 2022/2023


PEMBAHASAN

Sebelum kami memaparkan materi tentang hubungan hukum islam dengan hukum
adat, kami akan menjelaskan sedikit tentang apa itu pengertin hukum islam dan apa itu
pengertian hukum adat.

A. Pengertian hukum islam

Hukum islam adalah syariat Allah SWT yang bersifat menyeluruh berupa hukum -
hukum yang terdapat di dalam Al-qur’an dan as-sunnah, hukum hukum ini di adakan oleh
allah untuk umatnya yang di bawa oleh nabi muhammad SAW baik hukum yang
berhubungan dengan aqidah ,maupun hukum hukum yang berhubungan dengan amaliyah.
serta hukum hukum yang di hasilkan oleh para ahli hukum islam dengan mnggunakan
metode ijtihad (fiq’h).

B. Pengertian hukum adat

Secara etimologi, kata”adat” berasal dari bahasa arab yaitu al-adat yang berarti suatu
prilaku yang di lakukan secara berulang ulang sehingga menjadi kebiasaan. Dalam bahasa
indonesia makna”adat” adalah aturan (perbuatan atau sebagainya yang lazim di lakukan sejak
dahulu kala). hukum adat ini bersumber dari adat daan budaya suatu masyarakat,yang terus
berkembang seiring berjalannya waktu. Dalam ruang lingkup indonesia maka hukum adat
sebuah norma dan aturan yang berlaku di suatu wilayah adat di indonesia yang di taati dan di
laksanakan oleh masyarakatnya, bagi yang melanggar aturan dan norma ini maka akan di
berikan sanksi yang berupa hukuman fisik maupun hukuman sosial.

C. Hubungan hukum islam dengan hukum adat

Semua orang mengakui bahwa adanya hubungan antara hukum islam dengan hukum
adat hanya yang perselisihan. Untuk mengetahui kita perlu tahu bahwa terjadinya hubungan
antara hukum islam dengan hukum adat adalah di sebabkan oleh dua hal. Pertama di
terimanya hukum islam oleh masyarakat seperti hukum perkawinan di seluruh Indonesia dan
hukum waris di aceh. Kedua islam dapat mengakui hukum adat dengan syarat syarat tertentu
yang dapat di terima oleh islam yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Adat itu dapat di terima oleh perasaan yang sehat dan di akui oleh pendapat umum.
2. Tidak ada persetujuan lain antara kedua belah pihak.
3. Tidak bertentangan dengan ajaran islam yaitu al qur’an dan hadisst.

Dan di lihat secara menyeluruh di Indonesia hubungan hukum islam dengan hukum
adat telah melahirkan beberapa teori,yaitu:

- Teori receotio in complex


- Teori reseai
- Teori reception in contrario

Dalam makna kontak antara kedua sistem hukum itu telah lama berlangsung di tanah
air kita. Hubungan kedua hukum itu akrab dalam masyarakat. Keakraban itu mencermin
dalam berbagai pepatah dan ungkapan di beberapa daerah., huku islam dan hukum adat tidak
dapat di pisahkan karena saling berkaitan. Makna hubungan hukum islam (hukum sya’ra)
dengan hukum adat sangat erat sekali saling topang-menopang, karena sesungguhnya yang di
namakan adat itu adalah hukum islam itu sendiri. Dalam hubungan ini perlu di jelaskan
bahwa adat dalam ungkapan ini adalah cara untuk melaksanakan atau memakai hukum
islam itu dalam masyarakat. Terlihat pada pulau jawa hubungan adat dan hukum islam
sangat erat. Ini mungkin terjadi karena prinsip rukun dan sinkritisme yang tumbuh
berkembang dalam masyarakat jawa terutama di perdesaan.

Dari pandangan dalam buku-buku hukum yang tertulis oleh para penulis barat -
belanda, hubungan hukum islam dengan hukum adat di indonesia sangat bertentangan,
terutama di daerah -daerah selalu di gambarkan sebagai dua unsur yang saling bertentangan .
dapat di pahami karena teori konflik yang mereka pergunakan untuk mendekati masalah
hubungan kedua hukum itu untuk memecah belah dan mengadu domba rakyat indonesia guna
mengukukuhkan kekuasaan belanda di tanah air kita. Selain itu, ada yang mengatakan bahwa
apa yang di sebutkan sebagai konflik antara hukum islam dengan hukum adat pada
hakikatnya adalah isu buatan politik hukum kolonialsaja. Salah seorang di antaranya adalah B.
ter haar yang menjadi master architect pembatasan wewenang pengadilan agama di jawa dan
madura. Menurut ter haar antara hukum islam dan hukum adat tidak bisa berkaitan karena
bertolak belakang yang berbeda hukum islam bertitik tolak pada kitab kitab hukum ( hasil
penalaran manusia) saja sedangkan hukum adat bertitik tolak pada kenyataan hukum dalam
masyarakat . karere perbedaan titik tolak ini maka timbulah pertentangan.
Hubungan hukum islam dengan hukum adat masih terus bertentangan antara
kalangan adat dan kalangan agama(islam) keduanya seakan akan merupakan dua kelompok
yang berpisah dan tidak bisa di satukan. antara kalangan adat dan kalangan agama
berkontruksi bahwa hukum perdata adat dengan perdata islam dalam perkawinan dan warisan
saling bertentangan yang tak mungkin di selesaikan.

Menurut penglihatan penulis barat Perkawinan yang di langsungkan menurut


ketentuan hukum islam hanyalah kontrak antara pribadi-pribadi yang melangsungkan
pernikahan itu saja, sedangkan perkawinan yang di lakukan menurut hukum adat adalah
ikatan yang menghubungkan dua keluarga, tampak dari upacara waktu melangsungkan
perkawinan itu. Menurut penglihatan mereka sedemikian mereka lebih menghargai dan
menghidupkan perkawinan menurut adat saja daripada perkawinan yang di langsungkan
menurut hukum islam. Mereka tidak mau melihat kedalam tradisi islam dimana keluarga
( terutama orang tua ) ikut bertanggung jawab mengenai hubungan kedua mempelai, tidak
hanya waktu mencari jodoh tetapi juga waktu melangsungkan perkawinan. Bahkan keluarga
juga turut berperan pula untuk menyelesaikan perselisihan kalau kemudian hari terjadi
kerusakan dalam kehidupan berumah tangga orang yang menikah itu. Mereka yang tidak
tahu, karena tidak mempelajarinya bahwa pernikahan menurut hukum islam adalah sarana
pembinaan rasa cinta dan kasih sayang dalam antar keluarga.

Menurut penulis-penulis barat itu, masalah warisan adalah contoh yang paling krasik
yang menampakkan pertentangan antara hukum islam dengan hukum adat di minangkabau.
Seperti yang telah di kemukakan di atas secara teoritis menurut mereka konflik ini tidak
mungkin di selesaikan. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan tidaklah dekimian halnya.
Kesepakatan antar ninik mamak dan alim ulama di bukit marapalam dalam perang paderi di
abad ke-19 dahulu telah melahirkan rumusan yang bagus mengenai hubungan hukum islam
dengan hukum adat. Rumusan antara lain berbunyi ( di indonesiakan) “adat bersendi sya’ra”,
sya’ra bersendi kitabullah (al-qur’an). rumusan itu di perkuat oleh rapat(oerang)empat jenis
(ninik,mamak,imam khatib,cerdik-pandai,manti-dubalang) alam minangkabau yang di adakan
di bukittinggi pada tahun 1952 dan di pertegas lagi oleh kesimpulan seminar hukum adat
minangkabau yang di adakan di padang bulan juli1968. dalam rapat seminar itu di
pertegaskan bahwa pembagian warisan orang minangkabau untuk:
1. Harta pusaka tinggi yang di perbolehkan turun temurun dari nenek moyang menurut garis
keibuan di lakukan menurut adat.

2.Harta pencaharian yang di sebutkan pusaka rendah di wariskan menurut hukum


islam .dengan kata lain sejak tahun 1952 kalau terjadi perselisihan mengenai harta pusaka
tinggi maka penyelesaiannya berpedoman pada garis kesepakatan hukum adat, sedangkan
harta pencaharian berlaku hukum faraa’id (hukum warisan islam). oleh seminar hukum adat
minang kabau tahun 1968 juga di serukan kepada para hakim di sumatera barat agar
memperhatikan kesepakatan tersebut.

`Demikian, hubungan hukum islam dengan hukum adat yang di anggap oleh penulis-
penulis barat sebagai pertentangan yang tidak dapat di selesaikan, telah di selesaikan orang
minangkabau sendiri dengan kesepakatan di bukitttinggi dan seminar di padang seperti yang
telah di kemukakan di atas tadi. Hal sama juga terjadi di aceh dengan pembentukan
provinsi(1959) mempunyai status istimewa sesuai keinginan orang aceh sendiri, untuk
mengembangkan agama,termasuk hukum adat isti adat dan pendidikan.

Sementara itu,perlu di catat bahwa setelah indonesia merdeka khususnya alam


minangkabau telah berkembang pula ajaran yang mengatakan bahwa hukum islam adalah
penyempurnaan hukum adat. Karena itu, kalau terjadi perselisihan di antara kedua itu maka
yang dijadikan ukuran adalah yang sempurna yaitu hukum islam. Dengan kata lain, adat atau
hukum adat hanya dapat berlaku dan di laksanakan dalam masyarakat kalau tidak
bertentangan dengan hukum islam.

D. Sistem hukum islam dengan sistem hukum adat

Merupakan bagian dari sistem hukum nasional di wilayah negara kesatuan republik
indonesia. Ia di dasarkan pada nilai-nilai adil yang menjadi kepribadian bangsa indonesia
terangkum dalam rumusan pancasila dan UUD 1945. menurut muhammad ali daud, hukum
nasional adalah hukum yang yang berlaku di satu bangsa atau di satu negara nasional tertentu.
Hukum nasional indonesia bentuk harmonisasi dan unifikasi berbagai sistem hukum yang ada.
Adanya pengaruh hukum islam dengan hukum adat menjadikan hukum nasional indonesia
merupakan bukti kesadaran hukum,cita-cita moral,cita-cita bathin dan norma yang hidup
dalam masyarakat bangsa indonesia. Semua sistem hukum tersebut dilandaskan pancasila
sebagai yang tercantum dalam anelia-ke4 pembukaan UUD 1945 dan pasal 29 ayat 1 yang
menyatakan bahwa ketuhanan yang maha esa sebagai hukum dasar yang di junjung tinggi
dan di jadikan pedoman dalam bernegara.

E. Eksistensi hukum adat dalam hukum islam

Sebagai sistem hukum yang bersifat universal,hukum islam akomodatif terhadap


sistem hukum yang berlaku di suatu masyarakat. Dalam hal ini hukum islam memberikan
ruang bagi hukum adat untuk tetap di laksanakan oleh masyarakat, tentunya dengan syarat
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Hal ini terbukti dengan peneriman islam
terhadap adat atau urf sebagian bagian dari adilatul ahkam ( dalil hukum). bukti bahwa
hukum adat dapat di adopsi oleh islam adalah sabda rasulullah SAW yang artinya:
sesungguhnya yang di anggap umat islam yang baik,maka disisi allah juga akan di anggap
baik H.R A hmad

Merujuk pada makna adat yang sama dengan ‘urf dalam islam maka allah SWT
berfirman yang artinya : jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma’ruf,serta berpalinglah dari pada orang orang yang bodoh Q.S Al- Araf: 199

Dengan demikian eksistensi hukum adat di akui oleh islam sebagai dalil hukum yang
mempertimbangkan dalam menetapkan suatu hukum, serta selama tidak bertentangan dengan
nilai-nilai islam.

F. Perbandingan Hukum Islam Dengan Hukum Adat

Perbandingan hukum islam dengan hukum adat antara lain dapat dilihat dari segi :

1. Keadaan
 Hukum Islam = M.D. Mansyur mengatakan islam masuk ke indonesia pada
abad ke 7 M/1 H, hamka menyebut pada tahun 684 M terdapat tokoh arab di
sumatera barat.
 Hukum Adat = Lebih dahulu berlaku di indonesia.
2. Bentuk
 Hukum Islam = Tidak tertulis dalam undang - undang NKRI.
 Hukum Adat = Tidak tertulis, namun ada upaya untuk menjadi undang -
undang, antara lain pasal 22 ayat UUPA No. 5 tahun 1960 ( L.N. 1960 No.
104 )
3. Tujuan
 Hukum Islam = Menjalankan perintah ALLAH SWT dan menjauhi semua
larangan - larangannya.
 Hukum Adat = Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman,tentram, dan
damai.
4. Sumber
 Pengenal
 Hukum Islam = Dalam pengertian syari’ah adalah al qur’an dan hadis
sedangkan dalam hal fiqh adalah kitab – kitab fiqh.
 Hukum Adat = Menurut prof. bzn ter haar adalah keputusan penguasa adat
sedangkan menurut prof. koesnoe hokum adat adalah apa yang di laksana
dalam pergaulan hukum masyarakat berupa tingkah laku yang nyata.
 Isi
 Hukum Islam = Perintah dari allah swt berupa wahyu dalam alqur’an dan
sunah dari nabi SAW.
 Hukum Adat = Kesadaran hukum yang hidup di masyarakat.

 Pengikat
 Hukum Islam = Iman dan taqwa kepada allah swt.
 Hukum Adat = Sumber yang menjadi kekuatan.

5. Struktur
 Hukum Islam = Alqur’an, hadist, ijtihad, dan ijma.
 Hukum Adat = Adat nan sabana adat dan adat pustaka.

6. Ruang Lingkup Masalah


 Hukum Islam = Hablumminannas dan habluminallah.
 Hukum Adat = Mengatur lahiriah antara manusia dengan manusia lainnya
serta penguasa dalam masyarakat.
7. Kewajiban Dan Hak
 Hukum Islam = Mendahulukan hak.
 Hukum Adat = Mendahulukan kewajiban.
8. Norma Dan Kaidah
 Hukum Islam = Al-ahkam al-khamsah yaitu fardhu , sunh , jaiz ,makruh ,
dan haram.
 Hukum Adat = Kesusilaan, hukum, dan agama.

G. Sumbangan Hukum Waris Adat Terhadap Pembaharuan Hukum Waris Islam


Di Indonesia

Dalam kehidupan masyarakat ada sebagian orang yang menggunakan sistem


kewarisan adat, hukum waris barat dan ada pula yang menggunakan kewarisan islam. Dalam
hal ini adakah upaya pembaharuan hukum warisan islam karena di alami dari kebiasaan
masyarakat tersebut. Dalam pembentukan hukum waris islam di Indonesia kiranya kita tidak
dapat memungkiri bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang akan kaya adat istiadat yang
sangat bermacam- macam dan dalam hukum adat itu mempunyai aturan atau ketentuan –
ketentuan mengenai hukum warisan juga, sehingga perlu dalam pembaharuan hukum warisan
islam di Indonesia hendaknya tidak mengsampingkan aturan warisan adat. Hal ini
dikarenakan masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi adat istiadat mereka yang
merupakan warisan dari para leluhur mereka.

Namun pengaruh hukum warisan adat dalam hukum warisan islam haruslah sesuai
dan sejalan dengan ketentuan hukum islam,apabila hukum waris adat tidak sesuai dengan
hukum islam ,maka sudah seharusnya sisem hukum adat tersebut di tolak. Hal inilah disebut
dengan teori reception a contratio yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku di
masyarakat adalah hukum agamanya,hukum adat hanya berlaku kalau tidak bertentangan
dengan hukum agama. Dengan adanya pembaharuan hukum waris islam di Indonesia
diharapkan akan terbentuk suatu hukum waris yang dapat di laksanakan oleh para
pemeluknya atas dasar keadilan bagi semua pihak.

Berikut ini mungkin akan di tuliskan sumbangan hukum waris apa saja terhadap
beberapa pembaharuan – pembaharuan dalam hukum waris islam dan wacana – wacana
kewarisan kontemporer yang sedang berkembang di Indonesia yitu sebagai berikut :

 Wasiat Wajibah
 Pemeliharaan Keutuhan Dan Kesatuan Lahan
 Ahli Waris Pengganti
 Damai Dalam Pembagian Harta
 Wacana Pembagian Warisan Harta

H. Kesimpulan :

Jadi kesimpulan dari hasil pemaparan materi ini kami dapat menyimpulkan bahwa
hukum islam adalah ketetapan dari allah swt dimana hukum islam ini tidak tertulis dalam
undang – undang NKRI tetapi peraturan peraturan dan kaidah yang terdapat di hukum islam
sudah tertera dalam alqur’an dan hadis, didalam hukum islam mengatur tentang hukum yang
berhubungan dengan aqidah maupun amaliyah sedangkan hukum adat adalah hukum yang
mengatur kebiasaan – kebiasaan dalam kehidupan masyarakat agar kehidupan di masyarakat
menjadi aman,tentram dan damai sertai hukum adat ini tidak tertulis namun ada upaya untuk
menjadi undang – undang terdapat dalam pasal 22 ayat UUPA No. 5 tahun 1960 ( L.N.1960
no. 104) . Hubungan hukum islam dengan hukum adat yang di anggap oleh penulis – penulis
barat bahwa dua hukum ini bertentangan dan tidak dapat di selesaikan namun pada faktanya
hubungan antara hukum islam dengan hukum adat dapat di selesaikan oleh orang
minangkabau melalui kesepakatan di bukittinggi dan seminar di padang. Hukum islam
sendiri dalam proses nya sangat memperhatikan adat setempat dan hukum islam juga sebagai
penyempurna di hukum adat . Namun, hukum adat baru dapat di terima dan di
laksanakanjika adat tersebut tidak bertentangan dengan prinsip – prinsip dasar dan tujuan dari
ajaran islam.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal/Al –jamiah/Al – jamiah No.9 th.XIII-1975/.

Https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/THK/article/download/86/pdf

ISMUH, (2008) HUBUNGAN HUKUM ADAT DENGAN HUKUM ISLM DI INDONESIA


( BANDINGAN TERHADAP PRASARAN – PRASARAN YANG DI AJUKAN OLEH
BUSTANUL ARIFIN,S.H. DAN SAYUTI THALIB,S.H.)./jurnal/Al- jamiah/Al – jamiah/No. 9 th.
XIII-1975/.

Https://adikanina1987.Wordpress.com/2013/02/27/peranan-hukum-adat-dan-hukum-islam /.

Anda mungkin juga menyukai