Anda di halaman 1dari 9

BAB I: DAKWA ISLAM NUSANTARA

Teroi masuknya islam di nusantara

1. Teori india: . Menurut Pijnappel, orang-orang Arab bermazhab Syafi’I yang


bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang membawa Islam ke Nusantara.
Dari teori ini kemudian di kemabangkan oleh Snouck Horgronje dengan menyatakan
pendapat bahwa saat Islam mempunyai pengaruh yang kuat di kota-kota India
Selatan, banyak muslim Dakka yang berdiam di sana sebagai pedagang perantara
dalam perdangan antara Timur Tengah dan Nusantara.
2. Teori arab: Arab menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan
Barat Timur sejak abad awal Hijriyah atau abad ke-7 dan ke-8 masehi. Asumsi ini
diperkuat oleh adanya fakta dari sumber-sumber Cina yang menyebutkan bahwa
mnejelang akhir perempatan ketiga abad ke-7 seorang pedagang Arab menjadi
pemimpin sebuah pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatra. Sebagian dari
mereka dilaporkan melakukan perkawinan dengan wanita lokal, sehingga membentuk
sebuah komonitas muslim yang terdiri atas orang-orang Arab pendatang dan
penduduk lokal.
3. Teori Persia: Teori yang mengemukakak bahwa Islam di Nusantara berasal dari
Persia, disampaikan oleh P.A Hoesein Djajadiningrat. Menurutnya, Islam masuk ke
Nusantara pada abad ke-13 M di Sumatara yang berpusat di Samudra Pasai.
4. Teori china: Teori ini mengemukakan bahwa pada abad ke-9 M banyak muslim Cina
di kanton dan wilayah Cina Selatan lain yang mengungsi ke Jawa, Kedah, dan
Sumatra. Pengungsian ini terjadi karena pada masa Huan Chou terjadi penumpasa
terhadap penduduk Kanton dan wilayah Cina Selatan lainnya yang penduduknya
mayoritas beragama Islam.

Proses perkembangan islam di nusantara

Secara umum, perkembangan Islam di Nusantara, terjadi setelah terjadi perdagangan,


perkawinan, tasawuf (tarekat), pendidikan dan kesenian dengan bangsa lokal yang ditandai
dengan terjalinnya hubungan dagang antara kawasan Nusantara dan tetangganya. Islam
datang ke indonesia pertama kali terdapat beberapa pendapat yang berbeda-beda, ada yang
berpendapat abad ke-7 dan 8, ada yang mengatakan abad ke- 11, 14, 15 atau abad-abad
berikutnya. Akan tetapi tingkat pengaruh orang Islam menunjukkan adanya bentuk-bentuk
yang bermacam-macam yang sesuai dengan keadaan masyarakat dan budaya dai masyarakat
yang di kungjungi.

Corak islam Nusantara

Istilah Islam Nusantara tidak asing lagi di mata masyarakat Indonesia. Selain memberi warna
tersendiri bagi corak keislaman, juga melahirkan keragaman menerapkan nilai-nilai Islam
yang disesuaikan dengan budaya setempat. Islam Nusantara sendiri cenderung pada paham
moderat, yang merima perbedaan, mengedapankan kemaslhatan, toleransi, saling menghargai
dan damai.

Kedatangan dan penjajahan bangsa barat

Peristiwa yang melatarbelakangi datangnya bangsa eropa khususnya portugis dan spanyol ke
dunia timur adalah jatuhnya Konstantinopel (pusat pemerintahan Romawi Timur) ke tangan
Turki Ottoman pada 1453. Sebab, sejak saat itu perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh
pedagang Islam dan pedagang Eropa tidak bisa lagi membeli rempah-rempah dari Asia.
Peristiwa ini berujung pada kelangkaan rempah-rempah, yang menjadi komoditas
perdagangan yang sangat penting di Eropa. Oleh karena itu, bangsa Eropa mulai aktif
melakukan pelayaran dunia guna menemukan negeri penghasil rempah-rempah yang
diketahui berada di dunia Timur. Adapun bangsa yang menjadikan Indonesia sebagai
kolonianya antara lain: Bangsa portugis, bangsa spanyol, bangsa prancis, bangsa belanda.

BAB II: SEJARAH KEMUHAMMADIYAAN

Pengertian Muhammadiyah: Muhammadiyah adalah gerakan modernis Islam yang paling


berpengaruh di Indonesia, gerakannya didasari pada sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Sekalipun tidak anti mazhab, namun Muhammadiyah tidak
mengikatkan dirinya pada satu mazhab. Dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam,
Muhammadiyah mengembangkan semangat tajdid dan ijtihad, serta menjauhi taqlid. Dalam
menghadapi perbedaan-perbedaan yang sering ditemukan dalam pelaksanaan ajaran Islam,
Muhammadiyah mengembangkan sikap toleransi dan tidak memperlihatkan keberpihakan
pada satu golongan.

Faktor yang mendorong berdirinya muhammadiyah:


Faktor internal: Faktor objektif bersifat internal, yakni ketidakmurnian ajaran Islam akibat
tidak dijadikan al-Qur`an dan al-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar
umat dan lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi
yang siap mengemban misi selaku khalifah Allah di bumi.

Faktor ekternal: . Faktor objektif eksternal, yaitu: semakin meningkatnya gerakan


kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan penetrasi bangsa-bang Eropa
terutama bangsa Belanda ke Indonesia.

Faktor subyektif yang mendorong berdirinya muhammadiyah: 1) kprihatinan terhadap


umat islam dibumi, 2) kesenjangan pendidikan, 3) pertarungan melawan Kristen.

Profil KH. Ahmad Dahlan: KH. Ahmad Dahlan lahir dengan nama Ahmad Darwis yang
lahir pada tahun 1868 ( Adapun versi lain yang menuliskan pada tahun 1869 ) beliau terlahir
dari keluarga yang religius dan terpandang di masyarakat sekitar yaitu masyarakat kauman.
Ayahnya bernama Abu Bakar bin Sulaiman yang merupakam khatib besar Masjid Kesultanan
Yogyakarta. Sementara, ibunya yang bernama Siti Aminah merupakan putri dari Haji
Ibrahim bin Hasan yang merupakan seorang penghulu yang mengabdi di Keraton
Yogyakarta.

Pemikiran-pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Islam dan Umatnya: Pertama,


bidang ekonomi, disebutkan bahwa kebijakan ekonomi liberal yang diberlakukan secara
formal sejak tahun 1870 telah memberi kesempatan tidak hanya kepada pemerintah koonial,
melainkan juga kepada pihak asing untuk melakukan eksploitasi terhadap sumber-sumber
ekonomi di seluruh Indonesia. Kedua, bidang keagamaan, Ketiga, bidang sosial, Keempat,
bidang dakwah, Kelima, bidang pendidikan,

BAB III: MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA MUHAMMADIYAH


Cita-cita muhammadiya: Matan Keyakinan dan Cita-Cita hidup Muhammdiyah/
perumusan konsep-konsep Islam. Adapun tokoh Muhammdiyah yang tercatat sebagai
penggagas dalam perumusan MKCH, yaitu : Buya KH. Malik Ahmad, Buya AR. Sutan
Mansur, Prof. Dr. H. M. Rasyidi, KH. M. Djindar Tamimy, KH. AR Fachruddin, Drs.
Mohammad Dzaman al-Kindi.
Islam dalam keyakinan muhammadiyah: Dalam perumusan MKCH tediri dari lima (5)
angka. Kemudian dari lima (5) angka tersebut di bagi lagi menjadi tiga (3) kelompok,
yaitu

Kelompok pertama, mengandung pokok-pokok pembahasan yang bersifat ideologis, yaitu


angka 1 dan 2 yang berbunyi:

1. Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Muhkar
dan Tajdid, yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Dengan bercita-cita dan
bekerja untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dan untuk melaksanakan
fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan


kepada rasul-nya, sejak Nabi Adam as, Nuh as, Musa as, Isa as, dan seterusnya
sampai kepada Nabi Muhammad saw sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjan masa dan menjamin kesjahteraan hidup matriil dan sprituil, duniawi
dan ukhrawi.
Kelompok kedua, mengandung persoalan tentang paham agama menurut
Muhammadiyah, yaitu angka 3 dan 4, yang berbunyi :
3. Muhammdiyah dalam mengamalkan islam berdasarkan :
a. al-Qur’an : kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
b. as-Sunnah : Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran al-Qur’an yang diberikan
oleh Nabi Muhammad saw dengan menggunakan akan pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran islam.
Selain al-Qur’an dan as-Sunnah, seperti ijma dan Qiyas yang bukan merupakan
sumber, melainkan hanya Ijtihad. Sehingga menurut Muhammadiyah Ijtihad mutlak
diperlukan.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang :
1) Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah islam yang murni, bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran islam.
2) Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia deng berpedoman
kepada ajaran-ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah, tidak bersendi pada nilai-nilai
ciptaa manusia.
3) Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasululah
saw tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
4) Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya muamalat duniawiyat (pengolahan dunia
dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan
samua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Kelomok ketiga, mengandung persoalan tentang fungsi dan misi Muhammdiyan dalam
masyarakat Negara RI, yaitu angaka 5 yang berbunyi
Muahammdiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempuyai berbagai sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsan dan Negara RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu bangsa negara yanga adil dan makmur dan
diridhai Allah SWT, yaitu : “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”
Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah dalam Bidang Akidah, Ibadah, Akhlak, dan
Muamalah Duniawiyah.
a) Bidang Aqidah : bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Akal diperlukan untuk
mengukuhkan kebenaran Nash (al-Qur’an dan Sunnah), bukan untuk mentakwilkan
ajaran aqidah yang memang diluar jangkauan akal. Juga dalam melaksanakan ajaran
aqidah, sesuai dengan ajaran islam, bahwa siap toleransi terhadap penganut agama
lain tetap ditumbuhkan dan tidak memaksakan ajaran islam, akan tetapi tetap terus
memberikan gambaran bahwa agama yang akan menjamin kesejahteraan hidup hakiki
di dunia dan akhirat adalah agama islam.
b) Bidang Akhlak : Muhammdiyan juga berpendirian bersumber kepada al-Qur’an dan
as-Sunnah. Meskipun Sunnah juga mengakui adanya sumber “al-qalb” atau hati
nurani. Moralitas kondisional dan situasional juga tidak diterima dan diberikan.
c) Bidang Ibadah : dalam Matan Keyakinan ini, yang dibicarakn adalah ibadah
mahdhah, yang diturunkan oleh Rasulullan saw tanpa tambahan dan perubahan dari
manusia.
d) Bidang Muamalah Duniawiyah : yang mana titik beratnya kepada pengelolaan dunia
dan pembinaan masyarakat, tentu saja didalamnya pemanaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengembangan keahlian berdasar ajaran agama serta menjadika semua
kegiatan tersebut sebagai ibadah kepada Allah AWT.
BAB MEMAHAMI
IV: MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN
KEAGAMAAN
Makna kehadiran Muhammadiyah sebagai Gerakan Keagamaan: Muhammadiyah
sebagai gerakan tajrid adalah dalam bidang kepercayaan dan ibadah terbersih dari hal bid’ah,
tahayul dan khurafat. Bentuk atau model tajrid Muhamamdiyah adalah memurnikan aqidah
dan ibadah dari muatannya dari TBC. Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah
dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Sedangkan
bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan Islamnya
kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bukan dari ajaran Islam.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan semangat tajdid yang dimilikinya terus
mendorong tumbuhnya pemikiran Islam secara sehat dalam berbagai bidang kehidupan.
Pengembangan pemikiran Islam yang berwatak tajdid tersebut sebagai realisasi dari ikhtiar
mewujudkan risalah Islam sebagai rahmatan lil-alamin yang berguna dan fungsional bagi
pemecahan permasalahan umat, bangsa, negara, dan kemanusiaan dalam tataran peradaban
global.
Model Gerakan kemuhammadiyaan: ada tiga model gerakan Muhammadiyah: pertama,
gerakan Islam, kedua gerakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan ketiga gerakan tajdid
Model gerakan kemuhammadiyaan menurut KH Ahmad Dahlan:
1. Kembali kepada al-qur'an dan Sunnah melalui gerakan pemurnian dalam bidang
akidah dan ibadah mahdhah. Dalam bidang muamalah duniawi, Muhammadiyah
melakukan reinterpretasi akan al-Qur’an dan sunnah untuk menyelaraskan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Melakukan gerakan dakwah dan tajdid yang bersifat pencerahan. Pencerahan
diwujudkan dalam gerakan pembaharuan pemahaman keagamaan, reformasi
dengan sistem pendidikan islam.
3. Membentuk dan memberdayakan organisasi otonom muhammadiyah sebagai
salah satu aset sumber daya manusia dalam rangka bahu membahu demi
tercapainya tujuan muhammadiyah.
Paham Beragama dalam muhammadiyah: Faham Islam dalam Muhammadiyah adalah
kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Ialah faham Islam yang murni yang merujuk
kepada sumber ajaran yang utama yaitu Al Qur’an dan As Sunnah yang Shohihah dan
Maqbulah serta berorientasi kepada kemajuan. Kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah
yang otentik dan dinamis. Muhammadiyah juga berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah
melalui pemikiran yang sejalan dengan semangat ajaran Islam. Muhammadiyah merupakan
gerakan yang berupaya untuk benar-benar “mengakar” ajaran Islam dalam masyarakat
kontemporer.
Perbedaan Paham Beragama Antara Muhammadiyah Dengan Organisasi-organisasi
Lainnya: Perbedaan Orientasi Ijtihad, perbedaan metode ijtihad.

BAB V: KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH


Hakekat Muhammadiyah: Hakikat kepribadian muhammadiyah sendiri yaitu ungkapan
dari suatu kepribadian yang mana memang sudah ada atau melekat sejak muhammadiyah
berdiri. Kepribadian Muhammadiyah menunjukkan penegasan diri bahwa Muhammadiyah
bukan berdakwah melalui jalur partai politik, bukan juga menggunakan jalan ketatanegaraan,
akan tetapi dengan cara pembentukan masyarakat, tanpa memperdulikan bagaimana struktur
politik yang menguasai sejak zaman Belanda, Jepang sampai kemerdekaan sekarang ini.
Kepribadian Muhammadiyah adalah rumusan yang menggambarkan apa itu hakekat
Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal usaha dan perjuangan
Muhammadiyah, serta sifat-sifat yang dimilikinya. Kepribadian Muhammadiyah memiliki
fungsi sebagai landasan, pedoman, serta pegangan bagi Muhammadiyah menuju cita-cita
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Dasar Amal Usaha Muhammadiyah: Muhammadiyah mendasarkan semua gerak serta
amal usahanya atas prinsip yang telah tersimpul dalam muaddimah Anggaran Dasar yang
telah tertulis yaitu sebagai berikut.1
1. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid, ibadah dan taat kepada Allah.
2. Hidup manusia bermanfaat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu
satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia
akhirat.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban
sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan.
5. Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan nabi Muhammad saw.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah

1
Memiliki dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan bagaimanapun
cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya, harus berpedoman
“Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul- Nya. Bergerak membangun di segenap
bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang di ridhai Allah"
Sifat Muhammadiyah: Maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-
sifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini:
1. Kepribadian Muhammadiyah itu beramal dan berjuang untuk perdamaian dan
kesejahteraan.
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukuwah islamiyah
3. Lapang dada,
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah
negara yang sah.
6. Amar m'ruf nahi mungkar dan jadi contoh teladan yang baik.
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan masuk islah dan pembangunan sesuai
ajaran Islam.
8. Kerja sama dengan golongan Islam manapun juga dalam berusaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam, serta membela kepentingannya.
9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan
membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah
SWT.
10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana

Anda mungkin juga menyukai