MENINGITIS TUBERKULOSIS
Oleh:
K1B1 22 144
Pembimbing
Telah menyelesaikan tugas Referat dengan judul Meningitis Tuberkulosis dalam rangka
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
HaluOleo.
Kendari, 2023
Mengetahui :
Pembimbing,
A. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang
dapat menyerang organ lain seperti otak, hepar, ginjal, kelamin, saluran cerna
diperkirakan 9 juta kasus TB baru dan 2 juta diantaranya meninggal. Dari 9 juta
kasus baru TB di seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia <15 tahun. Dari seluruh
kasus anak dengan TB, 75% didapatkan di dua puluh dua negara dengan beban
paling rendah adalah pada usia yang sangat muda. HIV dan gangguan gizi
menurunkan daya tahan tubuh; campak dan batuk rejan secara sementara dapat
mmengganggu sistem imun. Dalam keadaan seperti ini penyakit TB lebih muda
otak, ginjal atau tulang belakang. Bentuk penyakitnya ringan bila lokasinya di
kelenjar limfe leher, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, abdomen, telinga,
saraf pusat yang sering ditemukan pada anak. Bila tidak diobati dengan jelas
menyebabkan kematian.4,5
B. DEFINISI
dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk juga yaitu: Pott’s spine dan
C. EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO sepertiga penduduk dunia telah tertular TB, pada tahun
pada anak yang tidak diobati atau sekitar 0,3%. Meningitis tuberkulosis
menyerang semua usia, namun insisden tertinggi terjadi pada usia 6 bulan-5
tahun. Hampir tidak ada kasus yang ditemukan pada bayi usia <3 bulan karena
menimbulkan gejala. Insiden antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda pada
D. ETIOLOGI
tidak berspora dan tidak bergerak. Panjangnya 2-4 um, memiliki dinding sel
kaya lipid yang dapat melindungi bakteri dari serngan antibodi dan komplemen.
Tumbuh sangat pelan, butuh sekitar 3-6 minggu untuk dapat mengisolasi bakteri
dari spesimen klinis di agar lowenstein Jensen. Ciri khas bakteri ini adalah
E. PATOFISIOLOGI
dan penyakit ini ditularkan dari orang ke orang terutama melalui partikel droplet
yang dikeluarkan oleh penderita tuberkulosis paru pada saat batuk. Partikel-
di udara atau pada debu rumah dan terhirup masuk kedalam paru-paru orang
sehat. Pintu masuk infeksi ini adalah saluran nafas shingga infeksi pertama
ruang alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal dari sirkulasi.
Sejumlah kuman menyebar terutama ke kelenjar getah bening hilus. Lesi primer
pada paru-paru berupa lesi eksudatif parenkimal dan kelenjar limfenya disebut
“Ghon”. Pada fase awal kuman dari kelenjar getah bening masuk kedalam aliran
basil ini untuk membentuk limfokin, yang kemudian mengaktivasi sel fagosit
monokuler dalam aliran darah. Dalam makrofag yang diaktivasi ini organism
dapat mati, tapi sebaliknya banyak juga makrofag yang mati. Kemudian
terbentuklah tuberkel terdiri dari makrofag, limfosit dan sel-sel lain mengelilingi
Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang yang
sehat lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan jaringan
fibrotik. Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, penyebaran
hematogen akan menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang disebut sebagai
tuberkulosis millier diseminata. Pada keadaan dimana respon host masih cukup
efektif tetapi kurang efisisen akan timbul fokus perkijuan yang besar dan
tuberkulosis aktif.7
Reaktivasi dari fokus perkijuan akan terjadi bila daya tahan tubuh host
disekitarnya. Apabila hal-hal yang dijelaskan diatas terjadi pada sususnan saraf
dengan ruang subarachnoid dan terletak pada sub ependimal disebut sebagai
“Focus Rich”. Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan
1. Fase Prodormal
kesadaran, kejang. Kejang merupakan gejala klinis yang sering terjadi pada
anak anak sampai mencapai 50% kasus. Gejala klinis yang klasik seperti
kaku kuduk dan demam dapat saja tidak muncul. Pemeriksaan neurologis
positif.6
2. Fase meningitik
terutama pada anak kecil dan bayi. Tanda tanda rangsang meningeal mulai
nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku dan timbul opistotonus, terdapat
nyeri kepala yang bertambah berat dan progresif yang menyebabkan anak
berteriak dan menangis dengan nada khas yaitu meningeal cry, kesadaran
Dalam fase ini suhu tidak teratur dan semakin tinggi yang disebabkan
oleh terganggunya regulasi pada ensefalon. Pernapasan dan nadi juga tidak
Pada fase ini pasien dapat meninggal dunia dalam waktu 3 minggu bila
- Tingkat 2 MTB dengan GCS 15 dan defisit neurologi fokal, atau GCS 11-14.
G. DIAGNOSIS
Meskpun identifikasi yang lebih dini dan cepat pada MTB sangat
seringkali terlambat. Diagnosis MTB dapat sulit ditegakkan dan mungkin hanya
kecurigaan terhadap MTB biasanya hanya muncul beberapa hari atau minggu
setelah onset penyakit dan tidak pula berbeda pada anak-anak yang telah atau
nafsu makan, dan muntah merupakan gejala prodorma penyakit pada anak-anak
yang lebih tua, sedangkan gagal tumbuh dan kurang nafsu makan, muntah, dan
gangguan tidur lebih umum pada anak yang lebih muda. MTB lebih mudah
dicurigai bila terdapat riwayat kontak dengan pederita TB, setelah hari pertama
saraf kranial.8
dan gejala meningitis yang dihubungankan dengan klinis, CSF, dan gambaran
1. Anamnesis
demam, nyeri kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah,
penurunan nafsu makan, mudah mengantuk, fotofobia, gelisah, kejang,
kesadaran.
- Kejang
2. Pemeriksaan Fisik
- Nyeri pada leher dan tahanan saat fleksi leher karena iritasi meningen
(Kernig’s sign)
500mg/dL.
positif.
(TST), foto thorax, pencitraan (CT scan, MRI). Berikut akan dibahas
b) Pengecatan BTA
CSS dan isolasi bakteri dari kultur CSS. Pengecatan untuk bakteri
hasil positif bergantung pada jumlah basiler dan akan menjadi positif
d) Uji Tuberkulin
e) Foto Thorax
pleura dan TB perikardial). Saat foto thorak tidak spesifik untuk TB,
terutama pada fase awal penyakit dan pada kasus tertentu. Gambaran
lebih baik.
g) Pemeriksaan Histologi
Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan pada spesimen
pemeriksaan histopatologi.
h) Metode Molekuler
Gene Expert
Gene Xpert adalah tes baru untuk tuberkulosis. Hal ini dapat
mikroskop tapi semacam tes kimia untuk mencari bakteri TB. Tes ini
mesin untuk juga melihat struktur gen. Hal ini penting untuk
panjang warna yang berbeda. Jika salah satu atau lebih dari
perubahan warna jika ada mutasi pada DNA , maka bakteri bisa
rifampisin. Ini berarti bahwa hal itu dapat memberitahu kita dua hal
tersebut telah dapat diobati dengan rifampisin. Tes ini sangat cepat
dan hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam dan lebih cepat
i) Pungsi Lumbal
terapi.2,
atau lebih pada 50 sampai 500 per µL sel darah putih di dalam cairan
dari 2.2 mmol/L. Namun pada beberapa kasus bisa ditemukan hasil
1. Thwaites score
MTB dengan bakterial meningitis (BM) yang telah menerima terapi awal
namun kurang efektif untuk MTB dan BM yang telah menerima terapi
parsial.16
independen: usia, jumlah sel darah putih perifer, riwayat penyakit, total sel
Usia
> 36 2
< 36 0
Jumlah sel darah putih darah (103/ml)
> 15.000 4
< 15.000 0
Riwayat penyakit (hari)
>6 5
<6 0
Jumlah sel darah putih total di cairan serebrospinal
(103/ml)
> 900 3
< 900 0
Rasio neutrofil cairan serebrospinal (%)
> 75 4
< 75 0
pada MTB pada anak diberikan sejumlah nilai atau skor sesuai derngan
frekuensi kejadiannya.17
Menurut Marais dkk., Definisi “Probable MTB” adalah jika total skor
antara 10-12 dan “Possible MTB” adalah jika total skorlebih dari 6. Untuk
mber : Petunjuk Teknis Manajemen Tb Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesi. 2013
menggunakan 2 obat OAT, yakni INH dan RIF. Pada kasus TB tertentu
penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan
dikurangi secara bertahap “tappering off” selama 1-2 minggu sebelum berhenti.
Kombinasi dosis tetap OAT KDT (FDC=Fixed Dose Combination)
minum obat, paduan OAT disediakan dalam bentuk paket KDT/ FDC. Satu
paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket KDT untuk
anak berisi obat fase intensif, yaitu rifampisin (R) 75mg, INH (H) 50 mg, dan
pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan, yaitu R 75 mg dan H 50 mg
I. PROGNOSIS
mempengaruhi prognosisnya.15
DAFTAR PUSTAKA
9. Tuon FF, Higashino HR, Lopes MI, Litvoc MN, Atomiya AN, Antonangelo L, et al.
2010. Adenosine deaminase andtuberculous meningitisea systematic review with meta-
analysis.Scand J Infect Dis Vol 42
10. Corral I, Quereda C, Navas E, Martín-Dávila P, Pérez-Elías MJ, Casado JL, et al. 2004.
Adenosine Deaminase Activity In Cerebrospinal Fluid Of HIV-Infected Patients:
Limited Value For Diagnosis Of Tuberculous Meningitis. Eur J Clin Microbiol Infect
Dis Vol. 23.
11. Liao CH, Chou CH, Lai CC, Huang YT, Tan CK, Hsu HL, et al. 2009. Diagnostic
Perfor-Mance Of An Enzyme-Linked Immunospot Assay For Interferon-Gamma In
Extrapulmonary Tuberculosis Varies Between Different Sites Of Disease. J Infect Vol
59.
12. Simmons CP, Thwaites GE, Quyen NT, Chau TT, Mai PP, Dung NT, et al. 2005. The
Clinical Benefit Of Adjunctive Dexamethasone In Tuberculous Meningitis Is Not
Associated With Measurable Attenuation Of Peripheral Or Local Immune Responses. J
Immunol Vol. 175.
13. Sumi MG, Mathai A, Reuben S, Sarada C, Radhakrishnan VV. 2009.
Immunocytochemical Method For Early Laboratory Diagnosis Of Tuberculous
Meningitis. Clin Diagn Lab Immunol Vol 9.
14. Shao Y, Xia P, Zhu T, Zhou J, Yuan Y, Zhang H, et al. 2011. Sensitivity And
Specificity Of Immunocytochemical Staining Of Mycobacterial Antigens In The
Cytoplasm Of Cerebrospinalfluid Macrophages For Diagnosing Tuberculous
Meningitis. J Clin Microbiol Vol 49.
15. Nastiti N, Rahajoe, dkk. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
16. Thwaites GE. The diagnosis and management of tuberculous meningitis. Pract
Neurol [Internet]. 2002;2(5):250–61. Available from:
http://171.66.125.86/content/2/5/250.short
17. Handryastuti, S., & Latifah, D. (2023). Perbandingan Berbagai Sistem Skoring
untuk Diagnosis Meningitis Tuberkulosis pada Anak. Sari Pediatri, 24(6), 425-32.