Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN DASAR PROFESI
DYSPEPSIA

Disusun Oleh :
Uswatun Hasanah
5022031120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG-BANTEN
TAHUN 2022/2023
KONSEP DASAR PENYAKIT DISPEPSIA

A. DEFINISI
Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati,
mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa.

Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah
dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dispepsia.

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan
bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa
panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan
gas asam dari mulut.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi Lambung (Gaster)
Lambung (gaster) merupakan salah satu organ Pencernaan yang terdapat dalam
tubuh manusia. untuk lebih jelasnnya apa itu lambung atau gaster, penulis akan
membahas anatomi lambung terlebih dahulu. tidak hanya anatomi lambung, disini
penulis juga akan membahas Anatomi dan Fisiologi Lambung. Anatomi dan fisiologi
lambung yang penulis bahas di sini meliputi: lapisan lambung, persarafan dan aliran
darah pada lambung, fungsi motorik dari lambung, fungsi pencernaan dari lambung,
fungsi sekresi dari lambung, Proses pencernaan makanan di lambung, serta enzim
dan hormon yang berperan dalam pencernaan di lambung.

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus
costalis sinistra sampai regio epigastrica an umbilicalis. Sebagian besar gaster
terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan
mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura,
curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, paries anterior dan paries
posterior.

Secara umum lambung di bagi menjadi 3 bagian:


1) kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi
mucus
2) fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini memiliki
tiga tipe utama sel, yaitu :
 Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah
menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin
lambung yang kurang penting.
 Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor
intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.
 Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel
ini  mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung
terhadap kerusakan oleh HCL atau autodigesti.
3) pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi gastrin dan
mukus, hormon peptida dalam proses sekresi lambung.

Lambung terdiri atas empat lapisan :


a. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari
peritoneum viseralis.
b. Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan
peritoneum yang kelaur dari organ  satu menuju organ lain disebut ligamentum.
Pada kurvatura mayor peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus.
b) Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis:
 serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esofagus,
 serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot
sfingter; dan berada di bawah lapisan pertama, dan
 serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari
orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor
(lengkung kecil).
c) Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas
banyak kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi
makanan.
d) Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe. Semua
sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi saluran
saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar
lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang salurannya dilapisi oleh
epithelium silinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan mukosa dari
lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret berubah-ubah
dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung.

2. Fisiologi Lambun
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan & sekresi,
berikut fungsi Lambung:

1) Fungsi motorik
 Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit
dicernakan dan bergerak ke saluran pencernaan. Menyesuaikan
peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif
otot polos yang diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.
 Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya
dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
 Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas,
volume, keasaman, aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan
dan kerja. Pengosongan lambung di atur oleh saraf dan hormonal
2) Fungsi pencernaan dan sekresi
 Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL
 Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang di makan,
peregangan antrum, rangsangan vagus
 Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus
halus bagian distal.
 Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi lambung serta
berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah untuk
diangkut

C. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda
memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran
muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan
nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan
dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara
rinci adalah:
 Menelan udara (aerofagi)
 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
 Iritasi lambung (gastritis)
 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
 Kanker lambung
 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
 Kelainan gerakan usus
 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
(misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak
jelas penyebabnya.
D. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia
menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas).

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai
dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga
bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa
dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk
nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung). Jika dispepsia
menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan,
atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus
menjalani pemeriksaan.
E. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin
dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga
lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

F. PATHWAY

DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)
Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi
↑ Produksi HCL di (Pengelupasan)
Lambung
HCL kontak dengan
Mual Ansietas
mukosa gaster

Muntah Perubahan pada


Nyeri status kesehatan
Hipovolemia

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Nyeri Akut


Defisit Pengetahuan
Defisit Laboratorium : lebih Nausea
1. Nutrisi banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam
batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

H. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skema
penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli
(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan
dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam
lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH) 3, Mg(OH)2, dan Mg
triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan
diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama
lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial
seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain
simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)


Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi
asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan
pantoprazol.

5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat
sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi
meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,
meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi
mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan
ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan
mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung.

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)


Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang
belebihan, nikotin rokok, dan stress.
 Atur pola makan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah sebagai berikut :
1. Biodata
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
hubungan dengan pasien, alamat.
2. Keluhan utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembun, rasa kenyang.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-
minuman beralkohol.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
pencernaan.
5. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan makan yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
6. Aspek psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress.
7. Aspek ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal
dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan.

B. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum : sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-lain.
2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori : pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba,
dan lain-lain.
b. Sistem penglihatan : nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis,
kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan lain-
lain.
c. Sistem pernapasan : frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, dan
lain-lain.
d. Sistem kardiovaskular : tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan
pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e. Sistem saraf pusat : kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat,
orientasi orang, dan lain-lain.
f. Sistem gastrointestinal : nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual,
dan tenggorokan, kemampuan menguyah, kemampuan menelan, perut kolon dan
rektum, rektal toucher, dan lain-lain.
g. Sistem muskuloskeletal : rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan,
kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari, genggaman tangan, oto kaki, akral,
fraktur, dan lain-lain.
h. Sistem integumen : infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis, prostat,
payudara, dan lain-lain.
i. Sistem perkemihan : urin (warna, jumlah, dan pencairan), BAK, vesika urinaria.

C. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologi.
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Implementasi
O Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nausea Curah Jantung Manajemen Mual
Setelah dilakukan intervensi Manajemen Muntah
keperawatan diharapkan Observasi :
Observasi :
tingkat nausea menurun - Identifikasi pengalaman mual
- Mengidentifikasi pengalaman mual
dengan kriteria hasil: - Identifikasi karakteristik muntah
- Mengidentifikasi karakteristik muntah
- Nafsu makan meningkat (mis. Warna, konsistensi)
(mis. Warna, konsistensi)
- Keluhan mual menurun - Identifikasi dampak mual
- Mengidentifikasi dampak mual
- Perasaan asam di mulut terhadap kualitas hidup (mis.
terhadap kualitas hidup (mis. Nafsu
menurun Nafsu makan, tidur)
makan, tidur)
- Pucat membaik - Identifikasi penyebab untah (mis.
- Mengidentifikasi penyebab untah
- Dilatasi pupil membaik Pengobatan dan prosedur)
(mis. Pengobatan dan prosedur)
- Monitor mual (mis. Durasi,
- Memonitor mual (mis. Durasi,
frekuensi)
frekuensi)
- Monitor asupan nutrisi dan kalori
- Memonitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
Terapeutik
- Anjurkan istirahat dan tidur yang
- Menganjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
cukup
- Atur posisi untuk mencegah
- Mengatur posisi untuk mencegah
aspirasi
- Berikan makanan dalam jumlah aspirasi
kecil dan menarik - Memberikan makanan dalam jumlah
- Berikan kenyamanan selama kecil dan menarik
muntah - Memberikan kenyamanan selama
- Anjurkan maknan tinggi muntah
karbohidrat dan rendah lemak - Menganjurkan maknan tinggi
- Berikan cairan yang tidak karbohidrat dan rendah lemak
mengandung karbonasi minimal - Memberikan cairan yang tidak
30 menit setelah muntah mengandung karbonasi minimal 30
- Anjurka istirahat menit setelah muntah
Edukasi - Menganjurkan istirahat
- Ajarkan penggunaan teknik Edukasi
nonfarmakologis untuk - Mengajarkan penggunaan teknik
mengatasi mual (mis. Relaksasi) nonfarmakologis untuk mengatasi
- Informasikan tentang mual, mual (mis. Relaksasi)
seperti penyebab mual dan - Menginformasikan tentang mual,
berapa lama akan berlangsung. seperti penyebab mual dan berapa
- Ajarkan penggunaan teknik lama akan berlangsung.
nonfarmakologis untuk - Mengajarkan penggunaan teknik
mengelola muntah nonfarmakologis untuk mengelola
Kolaborasi muntah
- Kolaborasi pemberian obat mual, Kolaborasi
jika perlu - Mengkolaborasikan pemberian obat
- Kolaborasi pemberian antiemetik mual, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian antiemetik

2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
keperawatan diharapkan - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Mengidentifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
Dengan kriteria hasil : intensitas nyeri kualitas, intensitas nyeri
- Kemampuan - Identifikasi skala nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri
menuntaskan - Identifikasi faktor yang - Mengidentifikasi faktor yang
aktivitas meningkat memperberat rasa nyeri memperberat rasa nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi pengaruh nyeri pada - Mengidentifikasi pengaruh nyeri
menurun kualitas hidup pada kualitas hidup
- Kesulitan tidur Terapeutik : Terapeutik :
meurun - Berikan terapi komplementer - Memberikan terapi komplementer
- Muntah menurun untuk mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Mual menurun (mis. Terapi pemijatan, aroma Terapi pemijatan, aroma terapi)
- Nafsu makan terapi) - Mengontrol lingkungan yang
membaik - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Pola tidur membaik memperberat rasa nyeri - Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi :
Edukasi : - Mengajarkan terapi komplementer
- Ajarkan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
untuk mengurangi rasa nyeri Relaksasi)
(mis. Relaksasi) Kolaborasi:
Kolaborasi: - Mengkolaborasikan pemberian
- Kolaborasi pemberian analgetik, analgetik, jika perlu
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tm Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Zulmi, A. (2018). BAB II Tinjauan Pustaka. Retrieved Desember 17, 2021, from
repository.unimus.ac.id: http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai