Anda di halaman 1dari 11

SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”

Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11


E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

ANALISIS KAPASISTAS FISIK ATLET FEDERASI PANJAT


TEBING INDONESIA KABUPATEN BANGKALAN TINGKAT
PELAJAR SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH

Fajar Hidayatullah
STKIP PGRI Bangkalan
fajar@stkippgri-bkl.ac.id

Abstrak
Olahraga panjat yang merupakan olahraga dengan karakteristik kebutuhan kapasitas pembakaran energi
aerobik dan an aerobik secara seimbang membuat olahraga ini membutuhkan kapasitas pembakaran
energi dengan intensitas tinggi. Perbedaan karakteristik setiap nomor yang dilombakan juga harus
menjadi perhatian khusus terutama saat melakukan seleksi atlet atau pemusatan latihan untuk mewakili
Kabupaten Bangkalan dalam berbagai event terkait. Olahraga panjat dengan kebutuhan kapasitas fisik
yang dominan pada daya tahan otot, kekuatan, daya ledak serta kecepatan reaksi bagi atlet panjat yang
akan turun pada nomor speed. Sedangkan pada nomor lead dan boulder nampak bahwa daya tahan otot,
kekuatan dan daya ledak menjadi kapasitas fisik utama yang dibutuhkan. Melalui penelitian analisis
kapasitas fisik atlet FPTI Kabupaten Bangkalan ini memberikan dasar dan tolak ukur dalam pelaksanaan
seleksi atlet pemusatan latihan mupun dalam penyusunan program latihan secara spesifik. Dengan hasil
pengukuran yang dilakukan juga telah diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing atlet pada
pemusatan latihan sehingga penyusunan program latihan yang disiapkan akan lebih baik dan spesifik
untuk meningkatakan kapasitas fisik atlet panjat terkait. Dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan
maka pada kesempatan berikutnya data hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam
pengembangan program latihan yang lebih spesifik sehingga harapannya pengembangan secara
berkelanjutan dapat dilakukan untuk menghasilkan perencanaan program yang lebih baik.

Kata kunci: Panjat Tebing, Kapasitas Fisik, Analisis.

Abstract
Climbing sport which is a sport with the characteristics of the needs of a combustion capacity of aerobic
energy and an aerobic balance makes this sport requires a high-intensity energy-burning capacity.
Differences in the characteristics of each number that is contested must also be a particular concern
especially when selecting athletes or training camps to represent Bangkalan Regency in various related
events. Climbing sports with dominant physical capacity needs on muscle endurance, strength, explosive
power and reaction speed for climbing athletes who will go down at speed numbers. Whereas in the lead
and boulder numbers it appears that muscle endurance, strength and explosive power are the main
physical capacities needed. Through the analysis of physical capacity research, the athletes of Bangkalan
FPTI provide the basis and benchmarks in the selection of athletes for training centers and in the
preparation of specific training programs. With the results of measurements made it is also known the
strengths and weaknesses of each athlete in training camps so that the preparation of the training program
prepared will be better and specific to increase the physical capacity of the climbing athlete involved.
With the results of the research that have been presented, the next time the research data can be used as a
basis for developing more specific training programs so that it is hoped that sustainable development can
be carried out to produce better program planning.

Keywords: Wall Climbing, Physical Fitness, Analysis.

Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 1
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

PENDAHULUAN olahraga panjat diharapkan dapat


memaksimalkan performa yang
Panjat tebing merupakan cabang
dihasilkan. Walaupun lebih lanjut dalam
olahraga dengan kebutuhan kapasitas fisik
pembahasannya saat ini keterakaitan
yang prima. Tingkat kesulitan yang cukup
antara perbedaan konsumsi jenis energi
tinggi seperti pada nomor lead membuat
belum jelas dipetakan kepastian kegunaan
atlet yang dipersiapkan harus benar-benar
dan pengaruhnya, dapat disimpulkan
memadai secara fisik. Secara umum
bahwa kemampuan mendaki dengan lebih
tingkat kesulitan dalam olahraga panjat
cepat artinya hal tersebut dapat
dibedakan dengan kombinasi pelbagai
mengalahkan lawan pada nomor speed
faktor yang ada seperti kemiringan papan
(Michael dkk, 2019). Dengan pengetahuan
panjat, jumlah pegangan, sama dengan
yang lebih terkait aspek fisiologis
ukuran dan bentuk pegangannya (Baláš,
harapannya dapat menunjang pula aspek
PanáIková dkk, 2014). Dengan berbagai
kebugaran yang dibutuhkan.
tingkat kesulitan ini olahraga panjat
Pengetahuan lebih tentang aspek
memiliki berbagai resiko kecelakaan yang
kebugaran jasmani yang dominan sesuai
tinggi jika kegiatan tidak dilaksanakan
dengan karakteristik cabang olahraga
dengan standar keselamatan yang sesuai
panjat merupakan nilai pengetahuan yang
dan memadai walaupun dalam berbagai
lebih untuk dapat menyusun program
penelitian yang ada sebelumnya
latihan yang memadai. Olahraga panjat
menyatakan bahwa resiko cedera atlet
yang memiliki 3 jenis nomor lomba yang
panjat cukup rendah, namun bahaya
berbeda yaitu lead, Speed, dan Boulder
keselamatan tetap mengintai jika standar
jelas memiliki karakteristik berbeda yang
keamanan tidak dijalankan. Resiko cedera
mempengaruhi jenis pembakaran energi
olahraga panjat memang rendah namun
dalam otot yang dibutuhkan. Pada nomor
hal ini dapat membuat beberapa pemanjat
lead dan boulder dengan jangka waktu
meremehkan bahaya yang ada, simulasi
yang lama membutuhkan kontribusi daya
kecelakaan jatuh dari pemanjatan dapat
tahan baik pada otot dan jantung untuk
digunakan untuk melatih atlet menangani
memompa darah dengan baik sehingga
bahaya yang dihadapi serta teknik untuk
dalam hal ini karakteristik pembakaran
meminimalisir konsekuensi dari jatuh saat
energi secara aerobik dibutuhkan namun
memanjat (Schöffl dkk, 2013). Dengan
jangan dilupakan juga bahwa kekuatan,
simulasi yang memadai harapannya
daya ledak dan kelentukan sebagai bagian
penyesuaian kontrol gerak dapat terjadi
aspek kebugaran jasmani yang
dengan didukung oleh daya tahan dan
membutuhkan pembakaran energi secara
kekuatan otot.
anaerobik dibutuhkan pula untuk
Olahraga yang membutuhkan
menghadapi rintangan panjat yang
kekuatan dan daya tahan otot yang sama
berbagai jenis. Daya tahan tubuh untuk
pentingnya ini memiliki karakteristik
memproses laktat dan mencegah kelelahan
pembakaran energi anaerobik dengan
untuk membuat proses recovery lebih
komponen kebugaran jasmani utama
cepat yang sebelumnya akan melibatkan
kekuatan. Latihan olahraga yang spesifik
latihan ringan namun melibatkan banyak
untuk atlet panjat saat ini menekankan
jenis otot bersamaan menjadi salah satu
bagaimana peranan penting pada
kunci dalam olahraga panjat yang artinya
pengembangan produksi phosphocreatine
hal ini membutuhkan kemampuan tubuh
dan anaerobic ATP serta kekuatan
untuk memproses pembakaran energi
pegangan (Mabe & Butler, 2020).
secara aerobik dan anaerobik yang
Penyusunan latihan yang sesuai dengan
seimbang (Valenzuela dkk, 2015).
kebutuhan energi dan kebutuhan gerak
Pemahaman terkait jenis pembakaran
Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 2
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

energi in nantinya akan bermanfaat bagi meningkatkan efektifitas dari rekrutmen


pelatih untuk menyusun program latihan atlet, seleksi dan tipe latihan (Ozimek dkk,
yang lebih spesifik sesuai dengan karakter 2016). Melalui penelitian analisis
pembakaran energi pada cabang olahraga kapasitas fisik atlet panjat pada atlet FPTI
terkait. Kabupaten Bangkalan ini harapannya
Latihan secara spesifik sesuai dapat memberikan kontribusi bagi
dengan karakteristik medan yang akan pengembangan olahraga panjat khususnya
dihadapi saat melakukan olahraga panjat di Kabupaten Bangkalan. Hasil tes
nomor boulder sangat disarankan yang kapasitas fisik ini harapannya dapat
mana hal ini akan mempengaruhi digunakan sebagai tolak ukur hasil
pengembangan kapasitas fisik yang pemusatan latihan yang disiapkan untuk
dibutuhkan serta memperbaiki teknik mengikuti ajang pekan olahraga pelajar
memanjat (Došla & Meško, 2016). Hal ini maupun pekan olahraga remaja provinsi
sesuai dengan salah satu prinsip latihan nantinya. FPTI Kabupaten Bangkalan
yang dikemukakan oleh Tudor Bompa yang dalam hal ini telah memulai
bahwa latihan harus semirip mungkin pemusatan latihan dengan penerapan
dengan keadaan sebenarnya yang akan teknologi olahraga secara tepat
dihadapi. Seperti halnya diketahui bahwa harapannya dapat memacu prestasi
kekuatan lengan bagian bawah adalah atletnya untuk menjadi lebih baik lagi
kunci utama untuk memberikan performa secara berkelanjutan.
yang sempurna (Saul dkk, 2019).
Sehingga latihan spesifik memperkuat METODE PENELITIAN
lengan bagian bawah dengan latihan Penelitaian ini merupakan penelitian
kekuatan yang memiliki karakter gerak deskriptif yang dilakukan untuk
sesuai dengan kebutuhan sangat menjelaskan sebuah keadaan atau kejadian
disarankan untuk dilakukan. Secara umum yang ingin disimpulkan sehingga dapat
dapat disimpulkan bahwa lebih besar digunakan sebagai dasar untuk membuat
kekuatan maksimal dan daya ledak yang pemecahan masalah berikutnya. Tujuan
dimiliki oleh atlet panjat nomor boulder utama dalam penelitian deskriptif adalah
sama halnya dengan pemanjat pada nomor untuk menjelaskan sebuah fenomena dan
lead dimana tidak ada perbedaan karakteristiknya (Nassaji, 2015).
kebutuhan untuk daya tahan otot yang Penelitian deskriptif dalam hal ini
dibutuhkan (Stien dkk, 2019). digunakan untuk menggambarkan
Dengan melihat berbagai keadaan kapasitas fisik atlet FPTI
pertimbangan tersebut pentingnya Sebelum menjalani pemusatan latihan
pengukuran kapasitas fisik perlu menjadi yang dilakukan. Sehingga dalam hal ini
perhatian terutama saat pelatih akan dapat terukur bagaimana kapasitas fisik
menentukan porsi latihan seperti apa yang atlet FPTI Kabupaten Bangkalan pada
dibutuhkan untuk melengkapi kekurangan tahapan awalnya. Penelitian deskriptif
yang dimiliki atlet panjat yang dilatihnya. dapat menjadi bahan rujukan untuk
Dengan hasil kesimpulan yang diperoleh mengembangkan program latihan yang
dari tes dan pengukuran kapasitas fisik sesuai setelah data yang terkumpul dapat
akan menjadi dasar bagi pelatih untuk mewakili informasi yang dibutuhkan
menyusun program latihan yang cukup (Loeb dkk, 2017).
spesifik sesuai kebutuhan atlet dan sesuai Teknik pengambilan sampel yang
kebutuhan karakteristik olahraga panjat. digunakan dalam penelitian ini adalah
Sama halnya dengan olahraga lain, faktor purposive sampling yang secara
yang mempengaruhi permorma terbaik kakteristik sangat sesuai dengan
harus secara tepat dilatih untuk kebutuhan dalam penelitian ini. Penelitian
Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 3
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

yang merupakan hasil kerjasama program tertentu (Hui SC, R, & Jackson, 1999;
studi pendidikan olahraga STKIP PGRI Hui & Yuen, 2000; Hoeger, Hopkins,
Bangkalan dengan FPTI Kabupaten Button, & Palmer, 1990).
Bangkalan ini memang secara khusus Untuk instrumen pengukuran daya
dilakukan untuk mengukur kapasitas fisik ledak tungkai bawah digunakan instrumen
atlet pemusatan latihan panjat di tes standing long jump. Penggunakan
Kabupaten bangkalan. Sehingga sudah instrumen pengukuran sesuai dengan
jelas sasaran sampel penelitian yang akan kebutuhan karakterisetik gerak daya ledak
dipilih adalah atlet panjat yang masuk kaki saat mendorong tubuh keatas atau
dalam pemusatan latihan di Kabupaten kearah yang diinginkan saat melakukan
Bangkalan. Dengan teknik purposive panjatan. Elastisitas tungkai bawah yang
sampling menunjukkan dengan tepat menghasilkan daya ledak untuk dapat
sasaran yang akan dituju untuk mewakili mendorong tubuh pemanjat dengan lebih
kriteria yang dituju (Eğmir dkk, 2017) baik (Mackenzie, 2005). Sehingga
sehingga sampel dengan karakteristik penggunaan instrumen tes ini akan benar-
yang sesuai atau yang dituju akan dengan benar menggambarkan performa yang
baik membantu pelaksanaan penelitian akan dihasilkan oleh atlet yang
yang relevan (Etikan dkk, 2016). bersangkutan.
Penggunaan instrumen tes dengan Instrumen tes dengan memanfaatkan
ruler drop test dipilih untuk mengukur bench press ini merupakan modifikasi dari
kecepatan reaksi yang dimiliki oleh atlet instrumen metronome bench press test
panjat. Dimana kecepatan reaksi ini sangat dengan mengubah intensitas
penting diukur untuk menjelaskan pengangkatan beban yang sebelumnya
keterampilan dalam olahraga yang sesuai dilakukan sesuai dengan metronome
dan berhubungan dengan kapasitas fisik digantikan dengan lama waktu selama
(Kaminsky, 2010). Kecepatan reaksi satu menit dan tetap dihitung banyaknya
dengan menggunakan ruler drop method repitisi. Beban untuk laki-laki dan
(RDM) telah ditemukan memiliki derajat perempuan dibedakan dengan beban 20 kg
validitas yang baik untuk digunakan untuk putra dan 15 kg untuk putri.
sebagai instrumen tes (Aranha dkk, 2015). Pengukuran kekuatan dengan
Penggunaan instrumen ini dilaksanakan menggunakan instrumen tes ini masih
dengan memberikan masing-masing atlet masuk dalam tahap uji validitas dan
3 kali kesempatan giliran dengan nilai reliabilitas sehingga hasilnya belum dapat
rata-rata yang diambil sebagai skornya. digunakan sebagai kesimpulan utama.
Untuk aspek fisik kelentukan Setiap atlet akan menjalani tiga kali
digunakan sit and reach test sebagai giliran pengukuran dimana hasil terbaik
instrumen pengumpulan data. Pemilihan yang akan dicatat sebagai data
instrumen ini sangat sesuai dengan pengukuran.
kebutuhan atlet dimana kelentukan Selanjutnya sebagai alat ukur
punggung adalah salah satu faktor yang kekuatan jari digunakan hand grip
mempengaruhi performa terutama saat dynamometer digital yang sering
melakukan grip dengan posisi sulit yang digunakan sebagai salah satu pengukuran
mengharuskan tubuh untuk bermanuver kapasitas fisik. Penggunaan dynamometer
sedemikian rupa dengan salah satunya untuk mengukur kekuatan otot sering
mengandalkan kelentukan punggung. Sit digunakan sebagai alat yang paling sesuai
and reach test (SART) adalah salah satu dengan berbagai tes yang digunakan
instrumen tes yang umum digunakan pada secara spesifik sesuai alat dan
tes lapangan saat pengukuran kapasitas kebutuhannya (Watts dkk, 2008). Dalam
fisik secara keseluruhan terhadap subjek pelaksanaannya setiap atlet akan melalui
Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 4
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

tiga kali giliran pengukuran serta hasil Tabel 1. Output Hasil Uji Normalitas
terbaik yang dapat diraih akan dicatat
sebagai data hasil pengukuran.
Setelah data dikumpulkan maka
selanjutnya akan melalui uji normalitas
data untuk mengetahui apakah data hasil
pengukuran telah terdistribusi dengan
normal sehingga dapat dilanjutkan pada
tahapan ebrikutnya. Uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov digunakan dalam
penelitian ini dengan bantuan aplikasi
SPSS untuk mempermudah dan
Pada hasil uji normalitas diatas
mempercepat penghitungan. SPSS seri 16
dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
digunakan dalam penelitian ini sesuai
seluruh variabel dalam penelitian ini
dengan ketersediaan perangkat yang
bernilai diatas 0,05. Atas dasar hasil
dimiliki.
penghitungan tersebut dapat disimpulkan
Teknik analisis data yang digunakan
bahwa seluruh data dalam penelitian ini
dalam penelitian in adalah analisis data
telah terdistribusi dengan normal sehingga
secara deskriptif untuk menggambarkan
dengan ini dapat dilanjutkan pada tahapan
data kuantitatif yang telah dikumpulkan
berikutnya.
menjadi sebuah deskripsi kalimat
Setelah data dinyatakan telah
penjelasan keadaan kapasitas fisik yang
terdistribusi dengan normal maka pada
dimiliki setiap atlet. Melalui analisis
tahapan selanjutnya yaitu analisis secara
deskriptif pula nantinya akan
deskriptif. Rekapitulasi pengumpulan data
divisualisasikan sebaran data pengukuran
penelitian dapat dilihat pada tabel
kedalam sebuah diagram batang. Konversi
dibawah ini. Seluruh data yang
data hasil pengukuran ini kedalam
dikumpulkan dalam penelitian ini
diagram batang akan memberikan
merupakan jenis data rasio yang akan
visualisasi perbedaan kapasitas fisik yang
dianalisis secara kuantitatif.
dimiliki diantara atlet satu sama lainnya.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes
HASIL PEMBAHASAN
Uji normalitas data
Pada tahapan uji prasyarat ini
dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan Kolmogorov-smirnov pada
tahapan non-parametric test karena data
yang digunakan dalam penelitian ini tidak
bertujuan untuk menguji hipotesis.
Pelaksanaan tahapan uji normalitas
dibantu dengan penggunaan aplikasi SPSS Kecepatan reaksi (Reaction speed)
seri 16 untuk mempermudah pengerjaan
penghitungan data. Melalui tabel output Pada analisis deskriptif terhadap
SPSS berikut ini dapat disimpulkan hasil hasil pengumpulan data kecepatan reaksi
uji normalitas terhadap data yang dengan instrumen ruler drop test
dikumpulkan dari 11 orang atlet sebagai ditunjukkan pada diagram batang dibawah
sampel dalam penelitian ini. ini untuk dapat tergambarkan secara
visual sebarannya.

Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 5
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

Kelentukan (Flexibility)
Pengumpulan data untuk mengukur
kelentukan punggung dalam penelitian ini
memanfaatkan instrumen pengumpulan
data sit and reach test yang setiap atlet
memiliki 3 kali giliran untuk mencoba
dimana skor terbaik yang akan dicatat.
Gambar 1. Diagram Kecepatan Reaksi Atlet Putra

Pada diagram diatas dapat dilihat bahwa


kecepatan reaksi terbaik atlet putra
dimiliki oleh Aditya Qamara Putra dengan
reaksi 2,66 tercatat pada alat ukur
sedangkan kecepatan reaksi terendah
dimiliki oleh Faisal Riyustama dengan
reaksi 10,5 tercatat pada alat ukur. Hasil
pengumpulan data kapasitas fisik ini dapat Gambar 3. Diagram Kelentukan Atlet Putra
menjadi acuan bagi pelatih pemusatan
Pada gambar diagram diatas yang
latihan dalam memberikan beban latihan
menunjukkan skor tes pengukuran
reaksi atlet panjat pada pemusatan latihan.
kelentukan atlet panjat putra diatas dapat
dilihat bahwa skor kelentukan terbaik
dimiliki oleh Ahmad Farid dengan catatan
18,5. Sedangkan skor kelentukan terendah
dimiliki oleh taufan danu dengan catatan
4,6. Kapasitas fisik kelentukan punggung
ini merupakan salah satu aspek yang
penting bagi seorang atlet panjat yang
membutuhkan kemampuan bermanuver
pada berbagai posisi yang sulit saat
Gambar 2. Diagram Kecepatan Reaksi Atlet Putri
melakukan aktivitas panjat terutama
Pada kelompok atlet panjat putri mereka yang turun pada nomor lead dan
dapat dilihat bahwa kecepatan reaksi Boulder.
terbaik dimiliki oleh Ratu Gabriela
dengan nilai 10,33 pada alat ukur.
Sedangkan kecepatan reaksi terendah
dimiliki oleh Maudya Azsara yang dengan
nilai 18,83 yang tercatat pada alat ukur.
Kemampuan untuk merespon stimulus
secepat mungkin ini sangat diperlukan
bagi atlet panjat yang akan turun pada
nomor speed karena mereka harus Gambar 4. Diagram Kelentukan Atlet Putri
merespon secepat mungkin bergerak
Sedangkan pada hasil pengumpulan
setelah tanda dimulainya pertandingan.
data kelentukan punggung atlet panjat
Melalui hasil pengumpulan data ini dapat
putri yang dapat dilihat pada diagram
menjadi dasar bagi pelatih panjat terkait
diatas tercatat bahwa Ratu Gabriella
saat akan memilih atlet mana yang
memiliki skor kelentukan tertinggi dengan
memenuhi kebutuhan.
catatan 20,9. Sedangkan Faiqotul
Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 6
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

Muhimmah memiliki skor terendah yang ledak tungkai bawah. Perbedaan yang
tercatat dengan 11,2 yang perlu signifikan diantaranya juga dapat
mendapatkan perhatian khusus dengan dipengaruhi oleh faktor anatomi tubuh
latihan yang lebih spesifik. Dalam hal ini yang memiliki perbedaan tinggi badan
tercatat bahwa kelentukan atlet panjat maupun umur. Namun secara garis besar
putri lebih baik daripada altet panjat putra tes ini menunjukkan kemampuan atlet
karena secara anatomis tubuh perempuan dalam menopang dan mendorong
lebih mudah untuk dilatih kelentukannya tubuhnya dengan baik menggunakan daya
daripada laki-laki. Namun hal ini tidak ledak tungkai bawahnya.
dapat menjadi alasan untuk membiarkan
kelentukan atlet panjat putra, bahkan
harus lebih banyak dilatih kelentukannya
daripada atlet panjat putri.

Daya Ledak Tungkai Bawah (Lower


extremity power)
Daya ledak tungkai bawah dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen tes standing long
jump yang sering digunakan sebagai
pengukuran daya ledak (power) kaki.
Dengan pengukuran daya ledak tungkai
Gambar 6. Diagram Daya Ledak Atlet Putri
bawah ini harapannya pelatih dapat
memahami kemampuan kaki terbaik Pada atlet putri tercatat bahwa skor
atletnya untuk dapat melakukan aktivitas tertinggi dengan nilai 180 dimiliki oleh
panjat menopang dan mendorong Ratu Gabriella. Sedangkan skor terendah
tubuhnya dengan baik dalam berbagai dengan catatan 156 pada pengukuran
posisi. dimiliki oleh Dwi Aulia Putri. Kapasitas
fisik daya ledak tungkai bawah ini dalam
pelatihannya bagi atlet putri memiliki
salah satu rintangan utama perbedaan
hormon dengan atlet putra dimana akibat
perbedaan hormon ini atlet putri akan
lebih banyak membutuhkan waktu latihan
untuk memberikan dampak perubahan
pada otot seperti pada atlet putra.

Kekuatan tungkai atas (Upper


Extremity Strenght)
Data kekuatan tungkai atas yang
Gambar 5. Diagram Daya Ledak Atlet Putra dikumpulkan dengan menggunakan
Pada diagram data hasil pengukuran instrumen modified bench press test
diatas dapat dilihat bahwa Aditya Qmara dijabarkan secara visual pada diagram
Putra memiliki skor terbaik dengan nilai batang di bawah ini. Setiap atlet dalam
248 yang tercatat pada daya ledak tungkai pelaksanaannya memiliki 2 kali
bawah. Sedangkan Taufan Danu memiliki kesempatan masing-masing dengan
skor terendah 161 yang tercatat pada daya catatan yang terbaik yang akan ditulis
sebagai data penelitian.
Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 7
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

tungkai atas dan daya ledak tungkai


bawah yang baik dapat memaksimalkan
performa atlet panjat terutama pada nomor
lead dan boulder yang membutuhkan daya
tahan otot, kekuatan dan daya ledak yang
lebih besar daripada atlet panjat yang akan
turun pada nomor speed

Kekuatan Genggaman (Grip strenght)


Kapasitas fisik kekuatan dalam hal
Gambar 7. Diagram Kekuatan Tungkai Atas Atlet Putra
ini khususnya kekuatan jari diukur dengan
Pada diagram diatas dapat dilihat memanfaatkan alat ukur handgrip
bahwa skor pengukuran terbaik dimiliki dynamometer yang sudah umum
oleh Ahmad Farid dengan catatan nilai 30. digunakan untuk mengukur kekuatan jari
Sedangkan skor pengukuran terendah tangan. Pengukuran kekuatan jari tangan
dimiliki oleh Taufan Danu dengan catatan atlet panjat dilakukan pada tangan kanan
nilai 6 yang menunjukkan rentang skor maupun tangan kirinya karena atlet panjat
cukup jauh dengan lainnya. Kekuatan harus memiliki kekuatan yang merata
lengan yang dimiliki atlet pada prinsipnya pada jari tangan kanan dan tangan kirinya
serupa dengan daya ledak yang sangat untuk menunjang performa terbaik dalam
dipengaruhi oleh anatomi dan umur olahraga panjat baik pada atlet putra
masing-masing dimana atlet usia dini maupun atlet putri.
tidak akan sama jika dibandingkan dengan
kekuatan atlet yang memiliki usia lebih
senior.

Gambar 9. Diagram Kekuatan Jari Atlet Putra (1)

Melalui diagram diatas dapat dilihat


bahwa Ahmad Nur Suady memiliki skor
Gambar 8. Diagram Kekuatan Tungkai Atas Atlet Putri
kekuatan gengaman jari tangan kanan
Pada catatan kekuatan lengan yang yang tertinggi dengan nilai 44,4 yang
dimiliki atlet panjat putri dapat diketahui tercatat dengan alat ukur. Sedangkan skor
melalui diagram diatas skor tertinggi kekuatan genggaman jari tangan terendah
dimiliki oleh Ratu Gabriella dengan dengan nilai 10,8 dimiliki oleh Taufan
catatan nilai 25. Sedangkan skor kekuatan Danu yang menunjukkan perbedaan yang
terendah dimiliki oleh Dwi Aulia Putri cukup signifikan walaupun keduanya
dengan catatan nilai 15. Kekuatan tungkai memang terpaut umur yang jauh berbeda
atas ini merupakan kunci utama untuk satu sama lainnya namun hal ini perlu
membantu performa atlet saat mengangkat menjadi perhatian khusus untuk
tubuhnya dengan bantuan daya ledak peningkatan performa panjat yang
tungkai bawah. Selain itu kekuatan diinginkan.

Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 8
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

tercatat atas nama Ratu Gabriella juga


namun dengan nilai lebih tinggi tercatat
sebesar 29,4 pada hasil pengukuran.
Sedangkan tetap pula pada nilai terendah
kekuatan jari tangan kirinya untuk atlet
putri tercatat lebih rendah dengan skor
18,5 yang juga dimiliki oleh Dwi Aulia
Putri. Hal ini menunjukkan Ratu Gabriella
Gambar 10. Diagram Kekuatan Jari Atlet Putra (2) memiliki kekuatan jari tangan kanan dan
kiri sama terbaik diantara lainnya
Untuk skor kekuatan genggaman sedangkan sebaliknya Dwi Aulia Putri
jari tangan kiri atlet putra tercatat bahwa memiliki skor pengukuran yang terendah
Ahmad Farid memiliki skor pencapaian bagian jari tangan kiri dan kanannya
tertinggi dengan nilai 42,2 yang tercatat sehingga harus menjadi perhatian lebih
saat pengukuran. Selanjutnya untuk skor dalam pengembangannya.
pengukuran kekuatan jari tangan kiri
terendah. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
dengan menampilkan diagram batang
hasil pengukuran kapasitas fisik atlet
panjat FPTI Kabupaten Bangkalan dapat
disimpulkan bahwa data hasil pengukuran
yang telah dikumpulkan ini dapat menjadi
dasar menentukan mana atlet yang cocok
untuk turun pada nomor lead, boulder
Gambar 11. Diagram Kekuatan Jari Atlet Putri (1) ataupun speed sesuai dengan karakteristik
kapasitas fisik masing atlet. Lebih lanjut
Kekuatan jari tangan kanan atlet lagi pemanfaatan data hasil pengukuran
putri tergambarkan secara visual pada ini dapat digunakan untuk merumuskan
diagram diatas dengan hasil pengukuran beban latihan sesuai kekurangan yang
tertinggi tercatat atas nama Ratu Gabriella dimiliki masing-masing atlet panjat
dengan nilai tercatat sebesar 28,5 dalam selama masa pemusatan latihan. Atlet
hasil pengukuran. Sedangkan pada nilai panjat dengan kapasitas fisik yang kurang
terendah pada kekuatan jari tangan kiri memadai tentunya akan mendapat porsi
atlet putri tercatat dengan skor 19,8 yang latihan lebih spesifik daripada lainnya
dimiliki oleh Dwi Aulia Putri. untuk mengejar ketertinggalannya.
Olahraga panjat yang merupakan olahraga
dengan intensitas yang cukup berat
memiliki membutuhkan berbagai
dukungan kapasitas fisik yang memadai
dalam kegiatannya. Terdapat hubungan
yang signifikan antara kemampuan
pendakian dan respon fisiologis pada
pendakian dengan intensitas tinggi.

Gambar 12. Diagram Kekuatan Jari Atlet Putri (2) Saran


Sesuai dengan kekuatan jari tangan Saran Pengembangan kedepannya
kanan atlet putri skor tertinggi juga pemanfaatan data hasil pengukuran

Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 9
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

kapasitas fisik ini dapat dimanfaatkan Hoeger, W. W., Hopkins, D., Button, S.,
sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah & Palmer, T. A. (1990).
program latihan yang telah direncanakan. Comparing the sit and reach with
Kondisi kapasitas fisik atlet sebelum dan
the modified sit and reach in
setelah diberikan perlakuan program
latihan terkait. measuring flexibility in
adolescents. Pediatr Exerc Sci,
DAFTAR PUSTAKA 2(2), 156-162.
Aranha, V. P., Joshi, R., Samuel, A. J., & Hui SC, Y. P., R, M. J., & Jackson, A. W.
Sharma, K. (2015). Catch the (1999). Comparison of the
Moving Ruler and Estimate criterion-related validity of sit-
Reaction Time in Children. Indian and-reach tests with and without
Journal of Medical & Health limb length adjustment in Asian
Sciences, 2(1), 23-26. adults. Res Q Exerc Sport, 70(4),
Baláš, J., PanáIková, M., Strejcová, B., 401-406.
Martin, A. J., Cochrane, D. J., Hui, S. C., & Yuen, P. Y. (2000). Validity
Kaláb, M., et al. (2014). The of the modified back saver sit and
Relationship between Climbing reach test: A comparison with
Ability and Physiological other protocols. Med Sci Sports
Responses to Rock Climbing. The Exerc, 32(9), 1655-1659.
Scientific World Journal, 1-6. Kaminsky, L. A. (2010). ACSM’S
Došla, J., & Meško, J. (2016). The HEALTH-RELATED PHYSICAL
influence of strength abilities on FITNESS ASSESSMENT
sports performance in climbing. MANUAL. (L. A. Kaminsky, Ed.)
10th INSHS International Philadelphia: Lippincott Williams
Christmas Sport Scientific & Wilkins.
Conference. 11, pp. 159-167. Loeb, S., Morris, P., Dynarski, S.,
Szombathely: International Reardon, S., McFarland, D., &
Network of Sport and Health. Reber, S. (2017). Descriptive
Eğmir, E., Erdem, C., & Koçyiğit, M. analysis in education: A guide for
(2017). Trends in Educational researchers. Washington DC: U.S.
Research: A Content Analysis of Department of Education, Institute
the Studies Published in of Education Sciences, National
International Journal of Center for Education Evaluation
Instruction. International Journal and Regional Assistance.
of Instruction, 10(3), 277-294. Mabe, J., & Butler, S. L. (2020). Analysis
Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. of Contemporary Anaerobic Sport
(2016). Comparison of Specific Training Techniques for
Convenience Sampling and Rock Climbing. The Sports
Purposive Sampling. American Journal, 41(2), 1-10.
Journal of Theoretical and Applied Mackenzie, B. (2005). 101 Performance
Statistics, 5(1), 1-4. Evaluation Test. London: Electric
Word plc.

Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 10
SATRIA Journal Of “Sports Athleticism in Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis”
Volume 3, Nomor 2, November 2020 Halaman 1 – 11
E-ISSN : 2621-1890 (Online) P-ISSN : 2684-6934 (Cetak)

Michael, M. K., Witard, O. C., & Joubert, Sports Science and Medicine, 14,
L. (2019). Physiological Demands 769-775.
and Nutritional Considerations for Watts, P., Jensen, R., Gannon, E.,
Olympic-Style Competitive Rock Kobeinia, R., Maynard, J., &
Climbing. Cogent Medicine, 6(1), Sansom, J. (2008). Forearm EMG
1-13. During Rock Climbing Differs
Nassaji, H. (2015). Qualitative and from EMG During Handgrip
descriptive research: Data type Dynamometry. International
versus data analysis. Language Journal of Exercise Science, 1(1),
Teaching Research, 19(2), 129- 4-13.
132. Biografi Penulis
Ozimek, M., Staszkiewicz, R., Rokowski, Fajar Hidayatullah
R., & Stanula, A. (2016). Analysis Penulis merupakan
dosen Program Studi
of Tests Evaluating Sport
Pendidikan Olahraga
Climbers’ Strength and Isometric di STKIP PGRI
Endurance. Journal of Human Bangkalan sejak
Kinetics volume, 53, 249-260. tahun 2017. Selama
Saul, D., Steinmetz, G., Lehmann, W., & ini penulis dengan
Schilling, A. F. (2019). fokus penelitiannya
Determinants for success in adalah seputar pembelajaran pendidikan
jasmani dan belajar gerak. Pendidikan
climbing: A systematic review.
sarjana yang ditempuh adalah S1
Journal of Exercise Science & Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Fitness, 17, 91-100. Universitas Negeri Malang serta
Schöffl, V. R., Hoffmann, G., & Küpper, Pendidikan terakhir adalah S2 Pendidikan
T. (2013). Acute Injury Risk and Olahraga Universitas Negeri Surabaya.
Severity in Indoor Climbing—A Dalam masyarakat penulis juga aktif
Prospective Analysis of 515,337 sebagai Pengurus KONI Kabupaten
Bangkalan dan Pengurus PERBASI
Indoor Climbing Wall Visits in 5
Kabupaten Bangkalan.
Years. Wilderness &
Environmental Medicine, 24, 187-
194.
Stien, N., Saeterbakken, A. H., Hermans,
E., Vereide, V. A., Olsen, E., &
Andersen, V. (2019). Comparison
of Climbing-Specific Strength and
Endurance Between Lead and
Boulder Climbers. PLOS ONE,
14(9), 1-13.
Valenzuela, P. L., Villa, P. d., & Ferragut,
C. (2015). Effect of Two Types of
Active Recovery on Fatigue and
Climbing Performance. Journal of

Fajar Hidayatullah : Analisis Kapasistas Fisik Atlet Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten
Bangkalan Tingkat Pelajar Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah
Halaman 11

Anda mungkin juga menyukai