Anda di halaman 1dari 8

STANDARD OPERATING

PROCEDURE
WORKING AT HEIGHT
SOP/UN/HSE/011

DEPARTEMEN HSE

Berlaku Di Area Kerja :Semua Area Kerja


Departemen Terkait :Semua Departemen
Tanggal Berlaku : 01 Juli 2019
Revisi :0
STANDARD OPERATING PROCEDURE Nomor Dokumen 039/HSEMS/2015/0012/SOP

Tanggal Efektif 01 Juli 2019

WORKING AT HEIGHT Revisi 1

Halaman 1 dari 7

LEMBAR CATATAN PERUBAHAN DOKUMEN

No Bagian Hal Uraian perubahan Tanggal


STANDARD OPERATING PROCEDURE Nomor Dokumen 039/HSEMS/2015/0012/SOP

Tanggal Efektif 01 Juli 2019

WORKING AT HEIGHT Revisi 1

Halaman 1 dari 7

Daftar isi ………………………… i


Catatan Perubahan Dokumen ………………………… ii
A. Tujuan ………………………… 1
B. Ruang Lingkup ………………………… 1
C. Definisi ………………………… 1
D. Referensi (Aspek Legal) ………………………… 1
E. Tanggung Jawab ………………………… 2
F. Prosedur ………………………… 2
STANDARD OPERATING PROCEDURE Nomor Dokumen 039/HSEMS/2015/0012/SOP

Tanggal Efektif 01 Juli 2019

WORKING AT HEIGHT Revisi 1

Halaman 1 dari 7

A. Tujuan
Prosedur ini merupakan panduan aman untuk kegiatan operasional PT. Ulima Nitra yang
melibatkan aktivitas bekerja di ketinggian untuk menghindari kecelakaan dan sakit akibat
kerja.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Standar operasional prosedur ini meliputi seluruh kegiatan pekerjaan yang
berada di ketinggian > 1,2 meter dalam kegiatan operasional di PT. Ulima Nitra.

C. Definisi
1. Tangga adalah peralatan apapun yang digunakan untuk memanjat ke posisi yang
lebih tinggi dari pada lantai permanen atau permukaan tanah.
2. Tangga Portable adalah tangga yang digunakan untuk naik dan turun dari ketinggian
serta dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
3. Tangga Bangunan adalah tangga yang digunakan untuk naik dan turun bangunan dan
terhubung langsung ke bangunan tersebut serta tidak dapat dipindahkan (terpasang
permanen)
4. Akses tali (rope access) adalah suatu bentuk aktifitas pekerjaan atau posisi dalam
bekerja yang awalnya dikembangkan dari teknik pemanjatan tebing atau penelusuran
gua, digunakan untuk mencapai tempat-tempat yang sulit dijangkau, tanpa adanya
bantuan perancah, platform atau pun tangga.
5. Perangkat pelindung jatuh
a. Perangkat jatuh perorangan, Full body harness/Sabuk tubuh,
b.Tali pembatas gerak (Work restraint)

D. Referensi
1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 ± Keselamatan & Kerja Kerja
2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep 45/
DJPPK/IX/2008
3. OHSAS 18001 : 2007 Klausul 4.4.6
4. Permenaker No.9 Tahun 2016

E. Tanggung Jawab
1. Maintenance Superintendent.
Memastikan aktivitas bekerja di ketinggian pada wilayah kerjanya dilakukan secara
aman dan selamat.
2. HSE Superintendent
2.1 Memastikan aktivitas bekerja di ketinggian dilakukan secara aman dan selamat
2.2 Memastikan terdapat prosedur aman bekerja di ketinggian.
2.3 Memfasilitasi perangkat proteksi bekerja di ketinggian.
2.4 Memfasilitasi pelaksanaan pelatihan bekerja di ketinggian
2.5 Memastikan sistem ijin kerja aman bekerja di ketinggian berjalan efektif
2.6 Terlibat dalam proses identifikasi bahaya dan pengendalian risiko bekerja
diketinggian
2.7 Menyediakan Fasilitas pencegahan jatuh (Fall Prevention Facility) untuk setiap
STANDARD OPERATING PROCEDURE Nomor Dokumen 039/HSEMS/2015/0012/SOP

Tanggal Efektif 01 Juli 2019

WORKING AT HEIGHT Revisi 1

Halaman 1 dari 7

aktivitas bekerja di ketinggian

3. Project Manager
3.1 Memberikan persetujuan ijin kerja di ketinggian untuk aktivitas yang dilakukan pada
ketinggian > 1,2 m.
3.2 Memastikan telah dilakukan penilaian dan pengendalian risiko bekerja di ketinggian

4. HSE Supervisor / HSE Officer.


5.1 Terlibat dalam proses identifikasi bahaya dan pengendalian risiko bekerja
diketinggian
5.2 Memastikan ketersediaan prosedur, instruksi kerja aman dan job safety analysis
bekerja di ketinggian.
5.3 Mendokumentasikan semua ijin kerja aman bekerja di ketinggian
5.4 Memfasilitasi pelaksanaa pelatihan bekerja di ketinggian
5. Perwakilan dari Lini Semua Departemen di Project
Berkontribusi untuk melakukan Stop Working Authority (SWA) jika menemukan
potensi kecelakaan pada aktivitas bekerja di ketinggian

F. Prosedur
1. General
1.1 Bahwa setiap akan melaksanakan pekerjaan di ketinggian > 1,2 meter,
penanggung jawab pekerjaan / pengawas terlebih dahulu wajib mengajukan
permohonan ijin kerja di ketinggian ke Departemen HSE dengan mengisi form surat
ijin bekerja diketinggian.
1.2 Departemen HSE wajib memastikan bahwa isian form Ijin Bekerja Diketinggian
telah diisi dengan benar dan menandatangani form dimaksud apabila telah
memenuhi persyaratan minimal yang telah ditentukan.
1.3 Apabila persyaratan minimal bekerja di ketinggian tidak terpenuhi, departemen
HSE berhak menolak / membatalkan / menunda pekerjaan tersebut sampai
persyaratan minimal kerja di ketinggian terpenuhi.
1.4 Pada saat pelaksanaan pekerjaan di ketinggian, atasan langsung karyawan /
pengawas wajib mengawasi pelaksanaan pekerjaan sampai selesai.
2. Pekerjaan Menggunakan Tangga Permanen (Bangunan) dan Tangga Portable
2.1 Sebelum memanjat tangga, pastikan posisi tangga tetap tegak dan aman.
2.2 Karyawan yang memanjat tangga harus menggunakan kedua tangan saat
memanjat ( three point of contact )
2.3 Pada saat bekerja di ketinggian > 1,2 meter pekerja wajib menggunakan
alat pelindung diri
2.4 Pada ujung tangga harus dipastikan merekat pada dinding atau jika memungkinkan
diikat untuk memastikan kestabilan tangga yang dipakai.
2.5 Tinggi maksimum tangga lipat adalah 2 (dua) meter dan tinggi maksimum dari
tangga yang diperpanjang 9 (sembilan) meter.
2.6 Dilarang mengikat 2 (dua) tangga yang dimaksud untuk memperpanjang tangga
tersebut.
2.7 Semua perkakas atau materials yang akan dibawa naik harus tersimpan pada
tolls bag dan tidak boleh dibawa dengan pegangan tangan.
STANDARD OPERATING PROCEDURE Nomor Dokumen 039/HSEMS/2015/0012/SOP

Tanggal Efektif 01 Juli 2019

WORKING AT HEIGHT Revisi 1

Halaman 1 dari 7

2.8 Saat menaiki tangga hanya diperbolehkan 1 (satu) orang.


2.9 Tangga portable harus mempunyai karet anti slip pada kakinya.
2.10 Area kerja di bawah atau disekitar tangga harus diisolasi untuk menjaga dan
memastikan keamanan orang yang sedang berada di tangga.
2.11 Tangga permanen yang mempunyai anak tangga tiga atau lebih harus
menggunakan handraill.
2.12 Pada tangga bangunan harus terdapat pijakan (anak tangga) membentuk sudut
tinggi 10 cm dan tidak terdapat selah antara toe board dengan lantai.
3. Pekerjaan Menggunakan Tangga Perancah
3.1. Pastikan kondisi tangga perancah dalam keadaan aman saat akan menaikinya.
3.2. Pakai alat pelindung diri saat menaiki dan berada diatas tangga perancah
3.3. Semua peralatan kerja (tools) atau material harus ditempatkan pada tools bag
dan tidak boleh dipegang dengan menggunakan tangan saat memanjat
3.4. Area atau lantai tempat pijakan orang pada perancah harus bersih dan terbebas
dari kotoran yang membuat lantai perancah licin.
3.5. Tempatkan perancah pada permukaan lantai yang rata dan aman.
3.6. Saat memanjat gunakan metode three point of contact ( kedua tangan dan kaki)
3.7. Semua papan yang dipakai tempat kerja ( pijakan orang kerja ) harus rata dan
terikat kuat untuk mencegah pergerakan atau perubahan posisi.
3.8. Setiap platform atau pendukung perancah harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak ada celah yang memungkinkan orang jatuh atau peralatan jatuh
saat berada di tangga.
3.9. Semua pengait harus terkunci kuat dan penyambungan antar pipa harus terbuta
dari pipa dan tidak boleh diikat dengan menggunakan tali.
3.10. Daerah kerja disekitar orang bekerja menggunakan perancah harus diisolasi dari
lalu lalang orang lain.
3.11. Bagian paling atas ( tempat bekerja ) pada platform tertinggi harus dipasang
handrail atau pengaman untuk mencegah orang yang bekerja di atas perancah
terjatuh.
4. Pekerjaan Menggunakan Akses tali (Rope Access)
4.1 Pekerjaan dengan menggunakan Akses tali harus dilengkapi dengan alat
pelindung diri sebagai penahan jatuh (work restraints) serta pengendalian
administratif berupa pengawasan dan kompetensi kerja bagi pekerjanya.

4.2 Prasyarat penggunaan sistem akses tali yaitu:


4.2.1 Terdapat tali kerja (working line) dan tali pengaman (safety line)
4.2.2 Terdapat dua penambat (anchorage)
4.2.3 Perlengkapan alat bantu (tools) dan alat pelindung diri
4.2.4 Terdapat personil yang kompeten.
4.2.5 Pengawasan yang ketat.
4.3 Teknik akses tali dapat diandalkan dan cenderung efisien untuk menjalankan
pemeriksaan pada sistem instalasi dan beberapa pekerjaan ringan sampai
sedang.
4.4 Metode akses tali merupakan metode alternatif untuk menyelesaikan pekerjaan
yang ringan sampai dengan tingkat sedang dalam posisi yang sulit dan yang
STANDARD OPERATING PROCEDURE Nomor Dokumen 039/HSEMS/2015/0012/SOP

Tanggal Efektif 01 Juli 2019

WORKING AT HEIGHT Revisi 1

Halaman 1 dari 7

membutuhkan kecepatan (rapid task force).


4.5 Saat working rope dan safety rope ditambatkan pada struktur, harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
4.5.1 Titik angkor dan struktur bangunan harus mampu menahan beban
maksimum dari beban working rope dan safety rope setidak tidaknya 1200
kg dalam arah jatuhan beban.
4.5.2 Bangunan atau struktur dan patok tambat harus dinilai dan diuji oleh
pengawas.
4.5.3 Telah dilakukan pemeriksaan pertama dan berkala terhadap struktur dan
titik patok tambat oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli K3
yang memiliki spesialisasi di bidang akses tali dan dikeluarkan ijin
pengesahan pemakaian. Pemeriksaan dilakukan khususnya terhadap
kemungkinan factor korosi terhadap struktur maupun patok tambat dan
faktor-faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak aman saat pemakaian
sistem dan peralatannya.
4.5.4 Bila patok tambat terletak di luar struktur dan terpapar oleh cuaca dalam
waktu lama, maka harus dipastikan bahwa patok tambat tersebut aman
dipasang untuk segala keadaan/cuaca. Lubang patok tambat harus
dilindungi dengan baik untuk menghindari kelembapan.
4.5.5 Bila patok tambat diletakkan permanen di luar struktur, maka
penempatannya harus diletakkan setidak-tidaknya 2 meter dari tepi
struktur.
4.5.6 Tersedia Dokumen pendukung aktifitas dengan menggunakan sistem
akses tali yang meliputi : standar prosedur kerja, penilaian resiko, rigging
plan, site checklist, laporan hasil perawatan dan perbaikan instalasi patok
tambat, petunjuk pemakaian dan pemasngan patok Angkor

5. Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri


5.1 Peralatan yang akan digunakan harus dipilih yang telah memenuhi standar
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan yang sesuai dengan tujuan
penggunaan.
5.2 Apabila meragukan standar yang dipakai dalam pembuatan peralatan dan
penggunaannya, maka sangat disarankan untuk menghubungi pabrikan pembuat
5.3 Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kecocokan dengan peralatan lain
dan fungsi keamanan peralatan tidak terganggu atau menggangu sistem lain.
5.4 Peralatan harus diperiksa secara visual sebelum penggunaan untuk memastikan
bahwa peralatan tersebut ada pada kondisi aman dan dapat bekerja dengan
benar.
5.5 Prosedur harus diterapkan pada pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan.
Daftar pencatatan pemeliharaan keseluruhan peralatan harus disimpan dengan
baik
5.6 Perlengkapan dan alat pelindung diri yang harus dipakai dalam bekerja yang
disesuaikan dengan lingkungan kerja adalah:
5. 6. 1 Pakaian Kerja
5. 6. 2 Full body harness
5. 6. 3 Sepatu (safety shoes / protective footwear)
5. 6. 4 Sarung tangan (gloves)
STANDARD OPERATING PROCEDURE Nomor Dokumen 039/HSEMS/2015/0012/SOP

Tanggal Efektif 01 Juli 2019

WORKING AT HEIGHT Revisi 1

Halaman 1 dari 7

5. 6. 5 Kacamata (eye protection)


5. 6. 6 Lanyard
5. 6. 7 Pelindung kepala (Helm)
5. 6. 8 Rope Clamp
5. 6. 9 Fall Arrester
5.7 Perlengkapan dan alat pelindung diri harus dipastikan telah sesuai dengan
standar di bawah ini yaitu :
5.7.1 Standar Nasional Indonesia
5.7.2 Standar uji laboratorium.
5.7.3 Standar uji internasional yang independen, seperti British Standard,
American National Standard Institute, atau badan standard uji
internasional lainnya

Anda mungkin juga menyukai