Anda di halaman 1dari 3

Fase Pertumbuhan Tanaman Padi

Tanaman padi memiliki 3 fase pertumbuhan yaitu:

1. Fase vegetatif (0-60 hari),


2. Fase generatif (60-90 hari),
3. Fase pemasakan (90-120 hari). 
Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman dari mulai berkecambah sampai dengan inisiasi primordia
malai: fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga (heading) dan pemasakan
dimulai dari berbunga sampai masak panen. Untuk suatu varietas berumur 120 hari yang ditanam di daerah
tropik, maka vase vegetatif memerlukan 60 hari, fase reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari.

Disini saya akan membahas tentang beberapa tindakan yang perlu dilakukan pada masing masing fase
pertumbuhan.

Ad. 1. Fase Vegetatif (0-60 hst)

Fase ini umumnya dikenal dengan 2 fase yaitu :

1. Fase vegetative  bibit  berkisar  antara 1 hari setelah sebar sampai 30 hari setelah sebar. Pada
fase ini sering sekali petani mengabaikan tentang pentingnya mengenal dan menerapkan
teknologi teknologi yang tepat sehingga waktu/umur tanaman tidak terbuang dengan sia –sia. 
Saya ambil contoh  di sebagian petani ada yg memakai fase semai bibit mencapai 30 hss. Disini terlihat
petani akan mengalami berkurangnya masa vegetative pada pembentukan anakan  karena hanya memiliki
masa vegetative yang tersisa 30 hari saja. Waktu 30 hari tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk
pembentukan anakan tetapi dikurangi lagi dengan waktu pemulihan dari stress pencabutan bibit yang
berkisar antara 7 hari sampai 10 hari tergantung  perlakuan bibit pada saat pencabutan. Jika pencabutan
dilakukan pada saat kondisi air kurang dan dilakukan secara rampasan serta bibit padi dipukul maka perlu
waktu sekitar 10 hari untuk kembali normal.  Sehingga waktu efisien yang digunakan untuk pembentukan
anakan hanya 20 hari.

Berbeda jika petani memakai bibit muda atau penanaman bibit padi dengan umur 14 hari setelah semai,
masa pegetatif menjadi lebih panjang dan umumnya kurang mengalami stress.  Pemakaian bibit muda
umumnya petani bersikap lebih hati hati dibanding dengan pemakaian bibit umur diatas 21 hari.  Biasanya
pemakaian bibit muda selalui dipadukan dengan beberapa teknologi terapan sederhana  terhadap bibit padi
seperti teknologi semai kering atau pengambilan bibit dengan mengunakan sabit (pada semai basah) atau
persemaian dengan mengunakan jaring.  Pemakaian bibit muda akan memperpanjang  fase pertumbuhan
vegetative menjadi 46  hari, sehinga anakan yang terbebtuk memiliki peluang lebih banyak jika
dibandingan dengan pemakaian bibit umur 30 hss.

Beberapa hal yang penting yang harus dilakukan pada fase vegetative bibit :

1. persemaian harus dilakukan dibawah umur 14 hari


2. perlakuan bibit dengan perendaman insektisida/fungisida baik alami atau non alami harus
dilakukan
3. pemupukan bibit sebaiknya dilakukan pada media tanam dengan mengunakan pupuk lengkap
bukan dilakukan pada bibit dipersemaian
4. Fase vegetative anakan. Fase ini dimulai dari pindah tanam sampai tanaman berumur 60 hari
setelah sebar, berkisar antara 30 hari sampai 46 hss.  Jika tanam bibit muda maka waktu yang
tersedia untuk menghasilkan anakan lebih banyak jika dibandingkan dengan  mengunakan
bibit tua (>21 hss). Umumnya beberapa varietas tanaman padi beranak setelah membentuk
daun ke 5 atau 15 hari setelah sebar ( Baca tanaman tabela). Jika pindah tanam dengan
menggunakan bibit muda (>14 hss)  anakan terbentuk mulai  hari ke 5 s/d hari ke 7 tergantung
varietas.
Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh
dan berkembang. Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan
daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian
seterusnya hingga anakan maksimal.

Anakan terbentuk dari buku batang primer berbentuk seperti kipas ( kanan dan kiri buku). Umumnya jika
kondisi tanaman optimal maka potensi anakan yang terbentuk adalah N? (1x2x2x2x2x2x2 = 64)  dengan
asumsi satu priode anakan 6 s/d 7 hari.

Pada fase ini saya sarankan agar pemupukan susulan (pemupukan petama/dasar dilakukan dengan
pemberian NPK baik tunggal atau majemuk) segera dilaksanakan paling lambat 1 minggu setelah tanam.

Ad.2.  Fase Generative ( umur 60 hss s/d 90 hss)

Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang, yang sebelumnya tertumpuk
rapat dekat permukaan tanah. Di samping itu, stadia reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah
anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia malai biasanya
dimulai 30 hari sebelum heading. Stadia inisiasi ini hampir bersamaan dengan memanjangnya ruas-ruas
yang terus berlanjut sampai berbunga. Oleh sebab itu stadia reproduktif disebut juga stadia pemanjangan
ruas-ruas.

Pembungaan (heading) adalah stadia keluarnya malai, sedangkan antesis segera mulai setelah heading.
Oleh sebab itu, heading diartikan sama dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender.  Dalam suatu
komunitas tanaman, fase pembungaan memerlukan waktu selama 10-14 hari, karena terdapat pebedaan
laju perkembangan antar tanaman maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah keluar maka
pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan. Keserangaman pembungaan pada fase ini sangat
ditentukan dosis dan macam pupuk yang digunakan pada pemupukan ke 2 dan ke 3.  Pemakaian unsure N
yang berlebihan terutama pada pemupukan ke 3 menyebabkan Fase heading tiodak berjalan maksimal
karena harus bersaing dengan pembentukan anakan yang masih terbentuk pada rumpun.

Antesis telah mulai bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap cabang malai telah tampak keluar.
Pada umunnya antesis berlangsung antara jam 08.00 – 13.00 dan persarian (pembuahan) akan selesai
dalam 5-6 jam setelah antesis. Dalam suatu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk antesis, tetapi
pada umumnya hanya 7 hari. Antesis terjadi 25 hari setelah bunting. Pada masa antesis dilarang melakukan
penyemprotan pada tanaman karena akan menganggu jatuhnya benag sari ke kepala putik yang bisa
mengakibatkan gagaglnya pembuahan dan meningkatnya biji hampa.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diperkirakan bahwa berbagai komponen pertumbuhan dan hasil
telah mencapai maksimal sebelum bunganya sendiri keluar dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada
tiap satuan luas tidak bertambah lagi 10 hari setelah anakan maksimal, jumlah gabah pada tiap malai telah
ditentukan selama periode 32 sampai 5 hari sebelum heading. Sementara itu, ukuran sekam yang terbentuk
dipengaruhi oleh radiasi selama 2 minggu sebelum antesis (Matsushima, 1970)

Ad.2.  Fase Pemasakan( umur 90 hss s/d 120 hss)

Periode pemasakan bulir terdiri dari 4 stadia masak dalam proses pemasakan bulir:

1. Stadia masak susu.


2. Stadia masak kuning
3. Stadia masak penuh
4. Stadia masak mati
Pada stadia masak susu memiliki ciri- ciri  tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-malainya
sudah terkulai, ruas batang bawah kelihatan kuning, gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan seperti
susu. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat
diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5
– 7 cm.
Stadia masak kuning memiliki ciri- ciri seluruh tanaman tampak kuning dari semua bagian tanaman, hanya
buku-buku sebelah atas yang masih hijau, isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku. Ka
berkisar antara 35%. Pada fase ini pengeringan lahan wajib dilakukan.

Stadia masak penuh memiliki ciri-ciri buku-buku sebelah atas berwarna kuning, sedang batang-batang
mulai kering, isi gabah sukar dipecahkan: pada varietas-varietas yang mudah rontok, stadia ini belum
terjadi kerontokan. Stadia masak penuh terjadi setelah ± 7 hari setelah stadia masak kuning. Pada stadia ini
disarankan melakukan pemanenan karena Ka berkisar antara 25-30 %

Stadia masak mati tanda-tandanya  isi gabah keras dan kering,  varietas yang mudah rontok pada stadia ini
sudah mulai rontok. Stadia masak mati terjadi setelah ± 6 hari setelah masak penuh.

Anda mungkin juga menyukai