Anda di halaman 1dari 6

LOMBA ESAI ONLINE NASIONAL 2022

Pendidikan

Gersi Segitiga Pendidikan Melalui Diary Belajar Digital Untuk

Bangun Dari Tidur Pasca Pandemi

Essay

Disusun oleh :

Fathiyah Rahmah, 20211838

YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH

MEDAN

2022
“GERSI SEGITIGA PENDIDIKAN MELALUI DIARY BELAJAR DIGITAL
UNTUK BANGUN DARI TIDUR PASCA PANDEMI”

Covid 19 sampai hari ini masih memberi keresahan pada masyarakat


Indonesia. Covid 19 dikenal masyarakat sebagai salah satu virus penyakit yang
menyerang saluran pernapasan. Penyakit ini bersifat wabah dan pandemi serta dapat
menyebabkan kematian. Dalam Muhyiddin (241:2020) data Indonesia menunjukkan
27.549 orang di 34 provinsi positif covid 19 dan 1.663 orang meninggal dunia.

https://covid19.go.id/peta-sebaran
Selain kematian, pandemi covid 19 juga mengakibatkan perubahan dalam
aspek kehidupan masyarakat. Diantaranya pola hidup untuk lebih menjaga kebersihan
khususnya mencuci tangan dan memakai masker. Tidak itu saja, penyakit ini juga
merubah pola interaksi masyarakat yang dikenal dengan menjaga jarak.
Masih teringat oleh kita ketika di tahun 2020 penyakit Covid 19 masuk ke
Indonesia, berita kematian selalu di siarkan di media massa. Kebiasaan 3M secara
terus menerus disosialisasikan kepada masyarakat. Sampai akhirnya kebijakan
lockdown diberlakukan di belahan dunia. Menurut data dari Indonesiabaik.id, istilah
lockdown yang dikenal dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di
Indonesia mulai diberlakukan pada 15 April 2020. Dalam perjalanan kebijakan PSBB,
wabah penyakit ini mulai memberikan perubahan yang luar biasa dalam aspek
kehidupan masyarakat. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat
2

masyarakat menjaga intensitas interaksi, dan menurunnya ekonomi pendapatan


masyarakat.
Perjalanan penyakit covid di tahun ke dua (tahun 2022) memasuki tahap
istilah new normal. Artinya masyarakat Indonesia mulai belajar toleransi terhadap
penyakit Covid 19. Masyarakat harus mulai membiasakan diri hidup berdampingan
dengan wabah, tetap waspada dan tidak menghilangkan aktivitas sehari-hari. Tetapi
tidak mudah mengkondisikan masyarakat menerima dan melakukan kebiasaan di new
normal. Terlebih berkaitan dengan pola kebiasaan yang sudah dijalani selama 2
tahun. Jika dianalisis dari teori perubahan sosial, masa pandemi membuat masyarakat
mengalami perubahan. Saat pandemi terjadi, masyarakat terpecah menjadi bagian
yang siap menerima kebiasaan baru yang harus dilakukan saat pandemi dan bagian
yang tidak siap menerima kebiasaan baru. Kondisi ini memberikan gejala
disorganisasi dalam masyarakat. Ketika memasuki tahap new normal, masyarakat
harus siap dengan perilaku akomodasi agar kebiasaan baru pasca pandemi dapat di
terima. Perilaku akomodasi masyarakat dapat terjadi jika seluruh elemen masyarakat
terlibat dalam proses menuju keadaan yang diinginkan. Menurut Soekanto (1990:33)
disorganisasi akibat perubahan sosial harus diintegrasikan melalui akomodasi.
Contoh masalah dalam pendidikan. Pembelajaran online selama pandemi
dapat dianalogikan sebagai kondisi tidur dan harus dibangunkan pasca pandemi new
normal. Pendidikan yang biasa berjalan dengan bertatatap muka, penuh kegembiraan,
belajar di luar kelas dan dalam kelas harus berubah. Sejak pandemi melanda, suasana
itu tidak lagi ditemukan oleh siswa. Sistem online yang berbeda-beda pada setiap
sekolah memberikan ketidakpedulian siswa dalam belajar. Karena tidak bertatap
muka langsung siswa dengan guru menimbulkan rasa bosan, putus asa, jenuh pada
siswa karena tidak mengerti materi. Faktor mengejar dan mendahulukan ekonomi
keluarga juga menjadi masalah dalam pembelajaran online. Masalah pembelajaran
online selama pandemi dapat diselesaikan jika ada kerjasama antara sekolah, orang
tua, dan siswa itu sendiri.
Orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi proses pendidikan anak
agar karakter anak terbentuk dan perkembangannya optimal. Menurut Permono
(2013:35) Pendidikan dalam keluarga dasar untuk mengembangkan watak,
kepribadian, nilai budaya, nilai agama, moral, serta keterampilan sederhana.
Keluarga tempat bagi individu mulai belajar dan menerapkan hal-hal sederhana. Jika
keluarga menjalankan fungsinya secara optimal maka perkembangan dan
pembentukan nilai dalam diri anak akan berhasil. Begitu juga sebaliknya. Banyak
kasus yang dapat kita lihat. Seorang anak dari keluarga penuh dengan masalah,
perkembangan orientasi nilai anak tidak akan terbentuk.
3

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tempat dimana anak mengalami


proses pembelajaran untuk mengembangkan jati diri dan akhirnya siap terjun ke
dalam masyarakat. Sekolah memiliki warga sekolah yang dikenal dengan sebutan
guru dan bertugas sebagai fasilitator pendidik dan pengajar bagi siswa. Proses
interaktif guru dan siswa sangat mempengaruhi hasil proses yang dijalani oleh siswa.
Karena dalam tugas pendidikan dan pengajaran guru selalu menjadi panutan dan
tauladan. Tidak jarang siswa lebih terbuka kepada bapak ibu guru dibandingkan
dengan orang tua. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga siswa sangat tertutup
kepada guru.
Siswa adalah objek dari proses pendidikan. Siswa tidak hanya dituntut
menjalani aktifitas. Tetapi siswa dapat mengembangkan kepribadian sebagai hasil
implementasi proses belajar. Tidak ada siswa dengan pengkategorian malas, rajin
dengan keputusan sepihak. Yang ada hanyalah siswa yang tidak memiliki motivasi
belajar karena rendahnya dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Dalam dunia pendidikan, sekolah (guru), orang tua dan siswa merupakan
segitiga pendidikan yang saling berhubungan satu sama lain. Masalah pendidikan di
new normal pasca pandemi dapat diselesaikan dengan melibatkan segitiga
pendidikan. Inovasi baru yang dapat dilakukan untuk upaya pemulihan dampak
pandemi bidang pendidikan adalah melalui konsep gerakan sinergi segitiga
pendidikan (guru, orang tua, dan siswa) dengan menggunakan media diary belajar
digital.
Menurut KBBI, sinergi berarti kegiatan atau operasi gabungan. Dalam
gerakan sinergi segitiga pendidikan (orangtua, guru, dan siswa) yang dimaksud
adalah membangun interaksi antara ketiga pihak dengan kesepakatan dan
komunikasi rutin. Dalam gerakan sinergi segitiga pendidikan ini, menggunakan
media website sebagai diary belajar digital.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam gerakan sinergi segitiga pendidikan
adalah melibatkan guru, orang tua dan siswa dalam laporan proses belajar dengan
memanfaatkan media website sebagai diary belajar digital. Sesuai dengan makna
etimologi dari Wikipedia, diary berarti tempat menuliskan tentang sesuatu yang
terjadi dalam sehari (24 jam) yang bersifat pribadi. Diary belajar artinya tempat siswa
menuliskan segala aktifitas yang dilakukan dalam proses belajar. Dalam hal ini siswa
harus menuliskan semua aktifitas proses belajar dalam sehari unuk setiap harinya.
Diary ini dapat di baca dan diketahui oleh orang tua. Dan orang tua harus melakukan
approved agar dapat di feedback oleh guru. Sementara guru harus memberikan
feedback terhadap aktifitas yang sudah dituliskan siswa dengan syarat lembar diary
sudah di approved oleh orang tua siswa. Sebaliknya, orang tua juga dapat melihat
4

feedback yang sudah diberikan oleh guru. Dalam hal ini, jika guru tidak memberikan
feedback walaupun sudah di approved orang tua, dapat dipantau oleh orang tua
murid. Diary belajar agar dapat dilihat oleh segitiga pendidikan akan lebih mudah dan
menarik dengan memanfaatkan teknologi website. Website dirancang agar dapat
diakses oleh siswa, guru dan orang tua.
Inovasi gersi segitiga pendidikan ini dapat memperbaiki masalah pendidikan
pasca pandemi berdasarkan pengamatan bahwa proses belajar adalah salah satu
bentuk sosialisasi yang didapat oleh siswa. Sosialisasi dapat berhasil jika intensitas
komunikasi antara pihak-pihak yang saling berhubungan terjalin secara kontiniu.
Melalui diary belajar, intensitas komunikasi segitiga pendidikan akan terjalin. Alasan
lain menguatkan inovasi ini dapat berhasil untuk bangun dari tidur adalah teori
reciprocity atau teori pertukaran sosial menurut Malinowski. Sesungguhnya proses
belajar antara guru dan murid menunjukkan hubungan timbal balik dengan pola
pertukaran. Artinya hubungan guru dan siswa menunjukkan pola saling memberi dan
menerima agar hubungan dapat berjalan. Melalui penilaian rutin dan reward guru
terhadap hasil diary belajar siswa membuat siswa merasa semakin diperhatikan dan
diakui eksistensi hasil kerjanya. Sementara jika dilihat dari pandangan teori
bihevioristik, respon dalam proses belajar dapat muncul jika ada reward (hadiah) dan
reinforcement (bantuan).
Pemanfaatan teknologi website semakin memperkuat gerakan sinergi segita
pendidikan untuk bangun dari tidur masa pandemi menuju pasca pandemi. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan gadget dan teknologi pada usia remaja (siswa) sangat
tinggi dan mampu membuat muereka bertahan lama dengan aktifitas yang dilakukan
dengan menggunakan teknologi.
Dalam melaksanakan gersi segitiga pendidikan ini, harus ada kesepakatan awal
antara guru dan orang tua. Jika segitiga pendidikan memiliki komitmen dalam
melakukan gerakan sinergi melalui Diary Belajar Digital maka siswa yang tertidur
dalam proses belajar masa pandemi dapat bangun dari tidur dan kembali ke perilaku
perilaku proses belajar sebelum pandemi atau bahkan lebih baik lagi karena melalui
gerakan sinergi segitiga pendidikan aktivitas belajar dapat dipantau secara kontiniu.
5

Referensi

Koentjaraningrat, 2007. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI-Press.


Muhyiddin, 2020. Covid-19, New Normal, dan Perencanaan Pembangunan di
Indonesia. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of
Development Planning, Volume 4, p. 241.
Nurhanisah, Y., 2021. Penerapan PSBB di Sejumlah Wilayah Indonesia. [Online]
Available at: https://indonesiabaik.id/infografis/penerapan-psbb-di-sejumlah-wilayah-
indonesia
[Accessed 6 Maret 2022].
Permono, H., 2013. PERAN ORANGTUA DALAM OPTIMALISASI TUMBUH
KEMBANG ANAK. publikasiilmiah.ums.ac.id, p. 35.
Setiawan, E., 2012-2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]
Available at: https://kbbi.web.id/sinergi
[Accessed 5 Maret 2022].
Soekanto, S., 1990. Sosiologi suatu pengantar. 4 ed. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai