Anda di halaman 1dari 128

(3) STATISKA SAMPLING

in situ analytical technique

• Kualitas sampling banyak dibahas dalam teori sampling,


meliputi pemilihan prosedur sampling, penggunaan
validasi yang sesuai, dan pelatihan bagi petugas
sampling untuk meyakinkan bahwa prosedur
pengambilan contoh telah dilakukan dengan benar.
Dengan hal itu kemudian baru dapat dinyatakan bahwa
sample tersebut representative dan tidak bias
Kontribusi kesalahan dalam
proses pengukuran
• Sampling merupakan kegiatan yang sangat penting
dalam keseluruhan proses pengukuran dan memberikan
kontribusi terbesar terhadap kesalahan pengukuran
(Gambar slide sebelumnya). Meskipun metode analisis
yang digunakan sudah valid, alat yang digunakan sudah
modern dan analis yang sudah kompeten, bila sampling
salah maka keseluruhan proses menjadi tidak berarti
sumber kesalahan dalam
sampling dan analisis
KONSEP DASAR

Gambar 2. Diagram proses pengukuran


• Gambar 2 menunjukkan proses lengkap dalam
pengukuran, yang diawali dengan sampling primer dan
diakhiri dengan penetapan secara analitik. Terdapat
beberapa tahapan intermediate, seperti transportasi dan
pengawetan sample, tetapi tidak semua tahapan
intermediate tersebut harus selalu ada.

• Setiap tahapan tersebut memberikan kontribusi error


sehingga juga memberikan kontribusi terhadap
penentuan ketidakpastian. Kotak abu-abu muda
merupakan tahapan sampling yang dilakukan di
laboratorium dan biasa dianggap sebagai bagian dari
proses analitik
Perencanaan Sampling

• Target populasi yang hendak disampling?


• Tipe sample yang hendak diambil?
• Jumlah minimum sample yang diperlukan
untuk analisis?
• Kuantitas minimum sample yang hendak
dianalisis?
• Bagaimana cara meminimalisasi keragaman?
Statistik dasar yang digunakan:

• Nilai rata – rata, adalah jumlah hasil


pengamatan dibagi dengan jumlah
pengamatan yang dirumuskan sebagai
berikut:

• Di mana Xi adalah hasil pengukuran ke-i,


dan n adalah jumlah pengukuran
Standar Deviasi, merupakan ukuran
penyebaran dari nilai rata-rata, dirumuskan:
Relative Standar Deviasi, merupakan bentuk
lain dari ukuran penyebaran terhadap nilai
rata-rata, dirumuskan:
• Coefisien Variansi, merupakan relative
standar deviasi yang dinyatakan dalam
persentase, dirumuskan:

CV, % = sr x 100
OPERASIONAL DALAM SAMPLING
PENGENDALIAN KUALITAS
SAMPLING

• Validasi
• Metode Pengendalian Kualitas
Internal Sampling
1. VALIDASI

• Validasi dapat digolongkan dalam dua


jenis, yaitu validasi metode sampling
(initial validation) dan validasi terhadap
metode yang digunakan on site pada
target yang telah ditentukan (on site
validation)
2. Metode Pengendalian
Kualitas Internal Sampling

• Pengendalian Kualitas internal sampling


berkaitan dengan aspek presisi dan teknik
yang digunakan adalah replikasi
ARTI PENTING PROSEDUR
STATISTIK DALAM SAMPLING

• Estimasi bias antara dua metode


sampling menggunakan sample
berpasangan
• Sampling error dari teori sampling
Weighting error (SWE)
Estimasi bias antara dua metode sampling
menggunakan sample berpasangan

• Metode sample berpasangan dilakukan


dengan cara mengumpulkan satu sample
dengan menggunakan dua metode dari
masing-masing sejumlah target (20 > n).
Metode ini sesuai untuk membandingkan
metode sampling baru dengan metode yang
sudah mapan dalam penggunaan rutin
Desain ekperimen untuk menentukan bias dari
dua metode sampling
Sampling error dari teori sampling Weighting
error (SWE)

• Hal ini terjadi, misal, lot (target sampling) terdiri


atas sub-lot dengan ukuran yang berbeda tetapi
konsentrasi ditentukan mengunakan rata-rata
sederhana, tanpa melibatkan unsure perbedaan
ukuran sub-lot. Metode yang benar adalah dengan
menghitung rata-rata terbobot (weighted mean)
dengan menggunakan ukuran sub-lot sebagai
pembobot. Dalam analisis bahan yang bergerak
(mengalir), bila laju alir bervariasi, maka laju alir
harus dicatat saat sampling dan digunakan
sebagai pembobot dalam menghitung rata-rata
• Cara lain adalah dengan menggunakan peralatan
sampling yang mampu membagi sample secara
proporsional terhadap laju alir dan menggunakan
ukuran sampel tersebut sebagai pembobot dalam
menghitung rata-rata. Perlu dicatat bahwa dalam
kasus sampel komposit yang terdiri atas sub-
sampel maka harus digunakan sample
proporsional, bila tidak maka akan terjadi
weighting error dalam sampel komposit tersebut
• Grouping and segregation error (GSE).
Disebabkan oleh fakta bahwa sample
tidak diambil berdasarkan fragmen-
fragmen, tetapi sebagai kelompok
fragmen. Bila terdapat pemisahan dalam
bahan, maka hal ini menjadi sumber error
GSE. Biasanya GSE lebih kecil atau sama
dengan fundamental sampling error (FSE)
• Point selection error (PSE). Bila rata-
rata dari obyek yang mengalir (misal
stream, sungai, …) ditentukan
menggunakan sample diskrit, karena
masing-masing hasil tersebut saling
berkaitan. PSE tergantung dari strategi
sampling yang digunakan
Tiga strategi dasar dalam mengambil
sample

• Random sampling: Waktu atau lokasi titik


sampling terdistribusi secara acak sepanjang
target
• Stratified (random) sampling: Pertama kali lot
dibagi menjadi N sub-lot dengan ukuran yang sama
dan dari tiap sub-lot ditentukan titik sampling secara
acak.
• Systematic (stratified) sampling: Seluruh N sample
dikumpulkan pada jarak yang sama atau pada alur
yang simetrik
Standar deviasi dari rata-rata lot untuk masing-
masing strategi sampling

n Biasanya sp > sstrat > ssys


Pemilihan acak (Random
selection)
Pemilihan Sratifikasi (Stratified
selection)
Pemilihan Sistematik
(Systematic selection)
KESALAHAN PADA TAHAPAN
SAMPLING

Populasi
Ukuran partikel berkurang

5-30%

Sampling Sampling Sampling

1-5%
Sub Sample

Analisis <2%
PERSYARATAN SAMPEL

• Sampel harus dapat mewakili populasi


• Kesalahan pada sampling akan menyebabkan
kesalahan pada hasil analisis
• Sampel dalam bentuk padat perlu diperhatikan
ukuran partikelnya
• Kesalahan pada penghalusan sampel padat
akan mengakibatkan kesalahan yang lebih besar
dari kesalahan penimbangan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

• Ukuran partikel
• Berat sampel
• Jumlah sampel yang diambil
• Tingkat kepercayaan
• Homogenitas sampel
Berapa berat subsampel yang

harus diambil?

Berapa banyaknya subsampel

Yang harus diambil?

Apakah sampel yang diambil

Telah homogen?
STATISTIK DASAR

• Nilai rata – rata


• Standar Deviasi
• Relative Standar Deviasi
• Coefisien Variansi
NILAI RATA-RATA

• Adalah jumlah hasil pengamatan dibagi


dengan jumlah pengamatan
• Dinyatakan dalam rumus :

__ x1 + x2 + x3 + … … … … + xn-1 + xn
X = ————————————————
n

Nilai rata-rata
STANDAR DEVIASI

• Diperlukan untuk menghitung kesalahan random


pada waktu melakukan sampling
• Dinyatakan dalam rumus :

∑(xi – x)2
S=√ n–1

S = standar deviasi
xi = nilai pengamatan
x = nilai rata-rata
• RELATIVE STANDAR DEVIASI :
S
RSD = ——
X

• KOEFISIEN VARIAN
SX100
CV = ———
X
CONTOH PERHITUNGAN
Dalam analisis kadar air didapat hasil analisis sbb :

Data 1 7.08
Data 2 7.21
Data 3 7.12
Data 4 7.09
Data 5 7.16 Hitunglah :
• Nilai rata-rata
Data 6 7.14
• Nilai standar deviasi
Data 7 7.07 • Nilai RSD
Data 8 7.14 • Nilai CV
Data 9 7.18
Data 10 7.11
CONTOH PERHITUNGAN
X x-x ( x - x )2
7.08 -0.05 0.0025
7.21 0.08 0.0064
7.12 -0.01 0.0001
7.09 -0.04 0.0016
7.16 0.03 0.0009
7.14 0.01 0.0001
7.07 -0.06 0.0036
7.14 0.01 0.0001
7.18 0.05 0.0025
7.11 -0.02 0.0004
X = 7.13 ∑ ( x – x )2 = 0.018
∑x=71.30

0.0182
S= √ ——— S=0.045 RSD=0.0063 CV=0.63%
9
Berapa berat subsampel yang
harus diambil?
MENENTUKAN BERAT SUBSAMPEL MINIMUM

• Dasarnya hasil standar dan relatif standar


deviasi hasil analisis
• Bergantung pada jenis/komposisi sampel
• Kesalahan penentuan subsampel akan
menyebabkan kesalahan
MENENTUKAN BERAT
SUBSAMPEL

18xƒxexd3
Ms= ————
S2

Dimana :
Ms = masa subsampel (gr)
ƒ = faktor dimensi dari partikel
e = density
d = diameter partikel
S2 = relative error
CONTOH PERHITUNGAN
MENENTUKAN BERAT SUBSAMPEL

Hitunglah berat subsampel yang harus diambil


jika:

• Faktor ukuran partikel dari sempel = 0.5;


berat jenis 2.5 gr/cm3 diameter 4 mm

• Relative kesalahan = 15%


18xƒxexd3
Ms= ————
S2
18x0.5x2.5x43 1440
Ms= —————— = ———
(0.15)2 x 1000 22.5

Ms = 64 gram Berat sampel yang


ditimbang
Berapa banyaknya subsampel
yang harus diambil?
JUMLAH SUBSAMPEL
MINIMUM
• Diperlukan agar sampel yang diambil
mewakili populasinya
• Dinyatakan dalam persamaan : µ =x+
ts/√n
Dimana :
µ = nilai yang sebenarnya
n = jumlah µsampel
t = nilai dari uji t
S = standar deviasi sebagai relative standar
deviasi (RSD)
µ = x + txRSD/√n
µ-x=E

E = txRSD/√n

N = t2 x RSD2 / E2
Dimana :
E = error
N = jumlah subsampel
T = nilai dari tabel uji untuk kepercayaan 95% pd n tertentu
RSD = relative standar deviasi
CONTOH PERHITUNGAN
MENENTUKAN JUMLAH SUBSAMPEL MINIMAL

Hitunglah jumlah subsampel minimal yang


harus diambil jika diketahui :

Error = 5%
Relative standar deviasi = 7%
Nilai untuk tingkat kepercayaan 95% dan
sampel yang banyak adalah 1.96 (dibulatkan
→2)
n = t2 x RSD2 / E2 n = 22 x 72 / 52

n = 4 x 49 / 25 n=8

Nilai t tabel untuk n = 8 adalah 2.31, maka jumlah


Pengambilan subsampel minimal menjadi :

n = 5.34 x 49 / 25 n = 11

Jumlah
Subsampel
minimal
Jika RSD = 10%, maka :
n = 4 x 100 / 25 n = 16

Nilai t tabel untuk n = 16 adalah 1,96, maka jumlah


pengambilan subsampel minimal menjadi :

n = 5,84 x 100 / 25 n = 16

Jumlah
Subsampel
minimal
APA YANG HARUS

DILAKUKAN?
Dari perhitungan di atas didapat data :
• Berat subsampel minimum = 64 gram
• Jika RSD yng digunakan 7%, maka sampling
dilakukan secara acak sebanyak 11 kali
• Jadi sampel diambil sebanyak : 64/11 = 6
gram
• Sampel dikumpulkan agar menjadi 64 gram
• Kemudian sampel ditimbang sesuai
kebutuhan analisis
Bagaimana jika RSD = 10%?
Dari perhitungan di atas didapat data :
• Berat subsampel minimum = 64 gram
• Sampling dilakukan secara acak
sebanyak 18 kali
• Jadi sampel diambil sebanyak : 64/18 =
3.5 gram
• Sampel dikumpulkan agar menjadi 64
gram
• Kemudian sampel ditimbang sesuai
kebutuhan analisis
Apakah sampel yang diambil
telah homogen?
Ada 4 kriteria uji untuk uji homogenitas

Data didapat dari hasil analisis


Kriteria 1 : Membandingkan nilai F →jika F hitung >
F
tabel, maka sampel tidak homogen.
Kriteria 2 : Membandingkan SD sampling
Jika SD sampling /0>0.3→sampel tidak homogen
Kriteria 3 : Jika SD sampling >0.3 SD prediksi
menurut
Horwitz →sampel tidak homogen
Kriteria 4 : SD sampling < SD prediksi menurut
Horwitz
sampel tidak homogen.
STABILITAS SAMPEL

• Kandungan sampel dapat berubah setelah


sampai di laboratorium.
• Perubahan dapat disebabkan karena :
- Kandungan air
- Penguapan (volatile)
- Reaksi kimia
• Ada sampel perlu diberi pengawet
• Faktor kestabilan sampel perlu
diperhatikan
KESALAHAN
• Kesalahan sistematik →akurasi
• Kesalahan random →

Perlu diminimisasi
DAFTAR UKURAN PARTIKEL

• Padat : ukuran partikel sangat penting


• Cair : ukuran partikel sangat kecil
(~2.5 x 10-16) per 1 ml
• Gas : ~ 2.5 x 10-19 pada volume 1 ml
– temperatur 273o K dan 1 atm
DAFTAR PUSTAKA

1. J.N. Miller, and J.C. Miller, “Statistic and Chemometrics


for analytical Chemistry”, 4thEdition, Prentice Hall, 2000.
2. Brian W. Woodget, & Derek Cooper, “ Samples and
Standards”, John Wiley & Sons, 1997.
3. “Standard Guide for Laboratory Subsampling of Media
related to Waste Management Activities, ASTM D 6323-
98, 2001
4. Vogel,”Texbook of Quantitative Chemical Analysis”, 3rd,
Pearsom Education Limited, 2000.
(4) SISTEM MUTU
PENGAMBILAN CONTOH
KENDALI MUTU HASIL UJI

PREPARASI
SAMPLING PENGUKURAN OLAH DATA
SAMPLE

METODE
ALAT
HASIL BENAR
SARANA & BAHAN
SDM X±U
MANAJEMEN
Guide to Quality in Analytical
Chemistry
an Aid to Accreditation
Citac / Eurachem Guide, 2002

• Selection of an appropriate sample or samples, from a


larger amount of material, is very important stage in
chemical analysis.
– Ideally, if the final results produced are to be of any
practical value, the sampling stage should be
carried out or by, or under the direction of, a skilled
sampler with an understanding of overall context of
the analysis.
– Such a person is likely to be an experienced analyst
or sameone specifically trained in sampling.
Sistem Mutu
Mencakup: Struktur Organisasi, Prosedur, Proses dan Sumber Daya untuk
melaksanakan manajemen mutu

1. Organisasi
a. Memiliki struktur organisasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan;
b. Tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi harus jelas;
c Hubungan antar personal yang mengelola, melaksanakan atau
memverifikasi pekerjaan yang mempengaruhi mutu harus jelas;
d Memiliki personal teknis dan sumber daya memadai yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas;

2. Dokumen Sistem Mutu


Menuliskan kebijakan mutu, kebijakan organisasi yang harus diikuti oleh
semua personal dalam suatu organisasi; Tujuan utama panduan mutu
adalah memberikan uraian mutu dan pedoman, penerapan dan
pemeliharaan sistem.
3. Prosedur
menjelaskan suatu prosedur sebagai suatu langkah yang
menjelaskan tentang suatu aktifitas dilaksanakan. Bila dalam suatu
pedoman menuliskan suatu prosedur didokumentasikan, maka
berarti suatu kegiatan mengacu ke suatu prosedur tertulis dan
terdokumentasi.
q Bentuk prosedur dapat berupa:
1. Uraian/narasi;
2. Diagram alir (Flow chart). Uraian secara skematik suatu proses;
q Prosedur harus sederhana dan mudah dipahami oleh personel yang
menggunakannya.
q (KISS : Keep It Short and Simple). Apa, Kapan, Dimana,
Siapa yang melaksanakan, mengapa dan Bagaimana suatu
aktifitas dilaksanakan (5W + 1H : What, When, Where,
Who, Why + How).
Instruksi Kerja (IK)
• Biasanya menjelaskan bagaimana suatu kegiatan dilaksanakan.
• IK dapat berbentuk gambar, lembar kerja, diagram alir.
• Beberapa IK yang perlu dimiliki pengelola PPC adalah:
ü Rencana Pengambilan Contoh
ü Cara/Metode Pengambilan Contoh
ü Penggunaan Alat
ü Penanganan Contoh
ü Evaluasi PPC
• Beberapa format antara lain sebagai berikut :
ü· Buku Harian
ü· Daftar Peralatan Pengambilan Contoh
ü· Laporan Kegiatan Pengambilan Contoh
ü· Label Contoh
4. Sumber Daya
a. Personal
• Memenuhi kualifikasi sebagai PPC;
• Memiliki uraian tugas yang jelas;
• Rekaman personal yang relevan dari kewenangan, kompetensi,
pendidikan dan pelatihan, keterampilan dan pengalaman

b. Peralatan Pengambil Contoh


• Tersedia dalam jumlah dan spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan;

5. Metode Pengambilan Contoh


ü Metode tersedia dan harus konsisten dengan ketelitian yang di syaratkan
ü Rencana sampling dan Jenis peralatan yang akan digunakan
ü Teknik statistik untuk memilih contoh dan ukuran/jumlah contoh
ü Sistem penyimpanan, jaminan integrasi dan transportasi
ü Pemberian label contoh
ü Pengendalian selama pengambilan contoh
6. Penanganan Contoh
ü Adanya system mutu yang mengendalikan perubahan
informasi dari label contoh pada beberapa tahap dalam
penanganan contoh.
ü Adanya jaminan keamanan dan penjagaan terhadap contoh
selama ekstraksi atau grading

7. Rekaman
Adanya sistem pemeliharaan rekaman untuk periode tertentu:
ü Identitas PPC
ü Identitas contoh
ü Tanggal dan waktu pengambilan contoh
ü Lokasi pengambilan contoh
STRATEGI PENGAMBILAN CONTOH
1. Pengambilan contoh disesuaikan dengan problem alamiahnya:
ü Dibutuhkan konsentrasi analit rerata dari bahan yang akan di ambil
ü Dibutuhkan gambaran perilaku analit dari bahan
ü Bahan yang akan diambil dicurigai terkontaminasi ?
ü Kontaminan terdistribusi secara heterogen dalam bahan
2. Harus hati-hati dalam mengasumsikan bahwa bahan yang diambil
adalah homogen.
3. Volatilitas, sensitifitas terhadap sinar, ketahanan terhadap panas dan
reaktifitas kimiawi sangat penting untuk dipertimbangkan dalam
rencanakan strategi pengambilan contoh
4. Harus dicatat dengan jelas prosedur yang dilakukan berkaitan dengan
proses pengambilan contoh tersebut yang mungkin harus diulang.
5. Dalam hal laboratorium tidak mempunyai tanggung jawab untuk
pengambilan contoh, harus diberi catatan bahwa contoh yang di analisis
sebagaimana contoh yang telah diterima oleh laboratorium.
PACKING AND LABELING
• Pengepakan contoh dan peralatan yang digunakan untuk
menangani contoh harus dipilih bahwa seluruh permukaan yang
kontak dengan contoh harus tidak bersifat terkontaminasi.
• Label contoh harus tidak membingungkan dalam identifikasi contoh.
Pemberian label sangat penting untuk proses pengujian selanjutnya,
pembagian contoh, sub contoh maupun untuk hal lainnya.

• Pemberian label harus bisa tertempel tetap/ kuat pada pengepakan


contoh dan tahan tehadap kelenturan, pemanasan, ceceran perekasi
atau contoh itu sendiri, dan tidak berubah akibat suhu dan
kelembaban.
PENYIMPANAN CONTOH
ü Contoh harus disimpan pada suhu yang memadai dihindari terjadinya
kontaminasi silang.

ü Harus dapat dicegah terjadinya deterorasi, kontaminasi dan


hilangnya identitas dari suatu contoh

ü Kondisi lingkungan yang ekstrim (suhu, humiditas) yang


memungkinkan perubahan komposisi contoh harus dihindari.

ü Bila perlu digunakan monitoring lingkungan ruang penyimpanan


contoh dan dibatasi adanya personil keluar masuk ruangan tersebut
(note: yang tidak berkepentingan dilarang masuk).

ü Semua personil harus memperhatikan tata cara system penanganan


contoh, bila perlu dengan suatu pelatihan yang memadai.

ü Harus mempunyai kebijakan yang terdokumentasi untuk


penyimpanan dan pemusnahan contoh.
Sampling
SNI 19-17025-2005
Pengambilan contoh adalah suatu prosedur tertentu
yang harus diikuti bila suatu substansi, bahan, atau
produk diambil untuk keperluan pengujian contoh
yang representatif dari keseluruhannya

ASTM D 4057
Seluruh langkah yang diperlukan untuk memperoleh
satu contoh yang mewakili (representative) dari suatu
pipa, tanki atau bejana lain, dan memindahkan
contoh tersebut dalam satu wadah yang mana contoh
uji yang mewakili dapat diambil untuk analisis
DEFINISI/ISTILAH
Beberapa definisi/istilah sampling menurut IUPAC :

Contoh Sebagian materi yang terpilih untuk mewakili suatu


(Sample) bahan yang besar (bulk).
Seluruh rangkaian kegiatan yang dikenakan mulai dari
Penanganan Contoh
pemilihan bahan aslinya, selama proses pengambilan
(Sample Hadling)
contoh sampai pemusnahan seluruh contoh dan porsi uji.
Sebagian contoh yang diperoleh dengan memilih atau
Sub contoh
membagi menjadi suatu unit indifidual sebagai bagian
(Subsample)
dari contoh.
Contoh
Laboratorium Bahan primer yang dikirim ke laboratorium
(Laboratory Sample)

Contoh uji Contoh yang di preparasi (dipersiapkan) dari contoh


(Test sample) laboratorium.
Preparasi contoh
Seluruh prosedur yang harus diikuti untuk memperoleh
(Sample
contoh uji dari suatu contoh (atau sub contoh)
preparation)
Porsi uji Bahan yang secara actual ditimbang atau diukur untuk
(Test portion) dianalisis.
Tuntutan yang harus dipenuhi Sampel :
– Representatif
– Jumlah cukup memadai
– Sesuai dengan Jenis Analisis yang akan
dilakukan
– Stabil untuk jangka waktu tertentu
Tambahan
• Apa Arti Pengambilan Contoh ?
– Pengambilan Contoh (sampling) adalah suatu tahap kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka pengawasan mutu produk
– Adalah suatu usaha untuk mengambil sejumlah tertentu bahan
yang dapat mewakili sebagian dari seluruh bahan yang akan
diuji kualitasnya

• Apa Arti Contoh air dan limbah cair ?


– Contoh air dan limbah cair adalah sejumlah tertentu air dan
limbah cair yang mewakili (representatip) atas sebagian atau
seluruh ‘bulk’ yang sama, yang akan diperiksa kualitasnya.
– Contoh air dan limbah cair diambil menurut jenis, metode,
ukuran tertentu sesuai metode standar
– Hasil pemeriksaan contoh air dan limbah cair tersebut akan
dianggap mewakili kualitas minyak secara ‘bulk’ / keseluruhan,
berguna untuk menetapkan kualifikasi
• Apa Maksud Pengambilan Contoh air dan limbah cair ?
– Untuk pengujian di lapangan
– Untuk pengujian di laboratorium
– Untuk bahan evaluasi

• Apa Tujuan Pengambilan Contoh air dan limbah cair ?


– Memperoleh suatu bahan (contoh / sample) yang akan dijadikan
obyek pengujian kualitas.

• Tuntutan yang harus dipenuhi Sampel :


– Representatif
– Jumlah cukup memadai
– Sesuai dengan Jenis Analisis yang akan dilakukan
– Stabil untuk jangka waktu tertentu
QA / QC
Jaminan Mutu, QA (quality assurance)
• adalah semua perencanaan dan tindakan sistematis yang
diperlukan untuk memberikan kepercayaan bahwa produk
atau jasa yang diberikan akan memuaskan dan memenuhi
persyaratan mutu.

Kontrol Mutu, QC (quality control)


• Adalah teknik dan aktifitas operasional yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan mutu / persyaratan mutu.
• Merupakan bagian dari QA
• Dapat berupa: control chart (IQC), contoh blanko,
contoh spike, penetapan berulang (replicate), dll.
• Berkaitan dengan kegiatan pengujian, bisa dilihat pada
ASTM D 6299 (Applying Statistical ……..)
ISO 17025 / SNI 19-17025
• Sampling
• Metode uji yang Valid dan terdokumentasi
• Pemeliharaan dan kalibrasi alat ukur
• Peran aktif pada program Uji Profisiensi
• Penyimpanan contoh sebelum analisis
• Pelatihan dan manajemen staff
• Lingkungan laboratorium yang memadai,
Safety
• Pemeliharaan catatan/rekaman/record
• Audit (internal & eksternal)
• Measurement Uncertainty
• ……..

JAMINAN MUTU, QA, QUALITY ASSURANCE


VALIDASI METODE
Mengapa Validasi Metode Diperlukan ?

– Banyak metode uji non standar digunakan di suatu lab.


– Banyak metode uji diterbitkan tanpa ada data presisi
– Customer mengharapkan hasil analisis dapat dipercaya,
karena ada yang beranggapan data analisis yang
dihasilkan oleh laboratorium penguji tidak benar
– Hasil analisis harus dapat menunjukkan kesesuaian
dengan tujuan ("fit for purpose")
– Biaya analisis sangat tinggi, terlebih lagi biaya tambahan
yang timbul akibat keputusan yang diambil berdasarkan
hasil analisis tersebut
VALIDASI METODE (lanjutan)

Validasi :
• Validasi metode uji adalah suatu proses untuk
mengkonfirmasi bahwa suatu metode uji
mempunyai unjuk kerja yang konsisten, sesuai
dengan apa yang dikehendaki dalam penerapan
metode tersebut.
Verifikasi :
• Verifikasi metode uji adalah konfirmasi kembali
melalui pengujian dan penyajian bukti bahwa
persyaratan yang telah ditetapkan telah dipenuhi
dengan benar.
VALIDASI METODE (lanjutan)

Bagaimana Metode harus di Validasi ?


– Siapa yang melakukan validasi metode

– Tingkat validasi macam apa yang dibutuhkan

– Unsur kebutuhan analisis

– Pengembangan metode

– Parameter unjuk kerja metode


VALIDASI METODE (lanjutan)
Metode yang ada Persyaratan
1 Validasi Ekternsl (ASTM, APHA, IP, Verifikasi
SNI) (Presisi dan Akurasi)
2 Validasi Ekternal, dikembangkan Verifikasi (Presisi dan
untuk matriks baru / alat baru Akurasi, LD)
3 Metode Uji telah ditetapkan dengan Verifikasi, bila
baik, tetapi tidak ada validasi mungkin Validasi
eksternal terbatas
4 Dari literatur, dan ada karakterisasi Verifikasi dan Validasi
terbatas
5 Dari literatur, tidak ada karakterisasi Validasi penuh
6 Dikembangkan in-house Validasi penuh
VALIDASI METODE (lanjutan)
Langkah apa yang harus dilakukan ?
VALIDASI VERIFIKASI
1 Studi plan / Protokol Studi plan / Protokol
2 Selectivity & Specicity -----
3 Precission Precission
4 Acuracy Acuracy
5 Limit Detection Limit Detection
6 Sensitivity & Linearity -----
7 Robustness / Ruggedness -----
8 Uncertainty Uncertainty
9 Evaluasi langkah 2 – 8 Evaluasi langkah 2 – 8
10 Laporan Hasil Validasi Laporan Hasil Validasi
VALIDASI METODE (lanjutan)

Parameter Unjuk Kerja Metode


1. Konfirmasi identitas, selektifitas, spesifisitas
2. Limit deteksi dn Limit kuantitasi
3. Precission (Repeatability dan Reproducibility)
4. Akurasi (ketepatan, accuracy) dan Kebenaran
(trueness)
5. Perolehan kembali (recovery)
6. Daerah linier pengukuran dan daerah kerja
7. Ketidakpastian (Uncertainty)
UJI PROFISIENSI

Arti luas dari uji banding :


– menentukan unjuk kerja laboratorium dalam pengujian
tertentu dan memonitor kesinambungan unjuk kerja
laboratorium
– identifikasi permasalahan dalam laboratorium dan
menginisiasi tindakan perbaikan yang diperlukan
– menguji unjuk kerja metode pengujian ( yang lama
dan yang baru, komparabilitas antar metode )
– memberi nilai pada bahan acuan
JENIS UJI PROFISIENSI
ü Perbandingan Pengukuran
(measurement comparison shemes)
bahan yang diuji diedarkan berturut-turut dari laboratorium
peserta yang satu ke yang berikutnya, yang akhirnya kembali
kepada laboratorium rujukan yang menetapkan “assigned
value”

ü Pengujian Antar Laboratorium


(interlaboratory testing schemes)
bahan uji yang serupa didistribusikan kepada semua
laboratorium peserta dan diuji secara serentak. Hasil uji
dikumpulkan oleh koordinator, diolah secara statistika dan
hasilnya dibandingkan terhadap “assigned value” untuk dapat
menentukan unjuk kerja masing-masing laboratorium peserta
JENIS UJI PROFISIENSI ……(lanjutan)
ü Pengujian dengan Nilai Telah Diketahui
(known value schemes)
dalam pengujian ini bahan uji dibuat sedemikian sehingga
kadar komponennya diketahui (‘assigned value”) dengan pasti,
dan ini digunakan untuk menguji kemampuan laboratorium
peserta yang jumlahnya satu atau lebih

ü Skema Proses Parsial


(partial process schemes)
merupakan bentuk khusus uji profisiensi yang melibatkan
evaluasi kemampuan laboratorium untuk melaksanakan
sebagian dari keseluruhan proses pengujian / pengukuran
JENIS UJI PROFISIENSI ……(lanjutan)
ü Pengujian Contoh Terbelah
(split-sample testing schemes)
merupakan bentuk khusus uji profisiensi yang sering
digunakan oleh klien laboratorium, termasuk diantaranya
badan-badan regulasi. Bahan uji yang didistribusikan
berasal dari satu bahan yang dibagi 2 atau lebih dan
masing-masing bagian dikirimkan ke laboratorium yang
berbeda untuk diuji

ü Pengujian Kualitatif
(qualitative schemes)
dalam pengujian ini dilakukan evaluasi kemampuan
laboratorium untuk mengkarakterisasi suatu bahan tertentu
secara kualitatif
PESERTA UJI PROFISIENSI

þ Laboratorium yang belum diakreditasi (sukarela)

þ Laboratorium yang sudah / akan diakreditasi (


wajib )

þ Laboratorium yang ditunjuk oleh KAN


(wajib, sesuai kebijakan KAN)
TATA CARA PELAKSANAAN
ü Perencanaan
meliputi pemilihan bahan uji, jenis pengujian, jumlah
laboratorium peserta, jadwal pelaksanaan dan biaya
pelaksanaan

ü Penyiapan Contoh
meliputi pengadaan contoh uji, kemudian melakukan
uji homogenitas dan uji stabilitas

ü Pengemasan
bagian contoh dikemas, diberi kode, dan diberi tanda
seperlunya untuk menjamin agar contoh sampai di
laboratorium tanpa terjadi kerusakan
TATA CARA PELAKSANAAN …….(lanjutan)
ü Pengiriman
contoh beserta petunjuk dikirim paling lambat dua minggu
sebelum pengujian dilaksanakan, dengan maksud agar
laboratorium dapat mempelajarinya sebelum melakukan
pengujian

ü Pengujian
pengujian dilakukan serentak di semua laboratorium peserta
pada tanggal yang telah ditentukan dengan mengikuti
petunjuk yang diberikan

ü Evaluasi
hasil uji dievaluasi secara statistik ( Robust Z-Score )
untuk menilai unjuk kerja laboratorium peserta
TATA CARA PELAKSANAAN …….(lanjutan)

ü Penyampaian Hasil Evaluasi


hasil evaluasi disampaikan kepada semua laboratorium
peserta dengan menjaga kerahasiaan identitas masing-
masing peserta dalam bentuk laporan proficiency testing

ü Tindak Lanjut
bagi laboratorium penguji yang memperoleh hasil
kurang/tidak baik, sebaiknya dilakukan penilikan langsung
ke laboratorium peserta untuk mengetahui sebab
penyimpangan yang terjadi. Dapat pula dilakukan
pembinaan kepada staf laboratorium dalam bentuk
petunjuk teknis atau training sesuai dengan pengujian
yang dilakukan
MANFAAT UJI PROFISIENSI
ü pemeriksaan mutu data uji secara reguler,
external dan tidak memihak (independent)
ü dukungan komitmen untuk mempertahankan
mutu data uji
ü mendukung peningkatan mutu sesuai standar,
untuk keperluan akreditasi dan sebagainya
ü adanya umpan balik yang bersifat praktis-teknis
bagi laboratorium yang bersangkutan
ü merupakan cara QC yang baik pada keadaan
dimana bahan acuan/reference materials (CRM
/ SRM) tidak tersedia
MANFAAT UJI PROFISIENSI ….(lanjutan)
ü menjaga reputasi laboratorium dari hasil uji yang
kurang bermutu
ü meningkatkan kompetensi / kemampuan
laboratorium, agar laboratorium menjadi lebih
kompetitif
ü memberi motivasi untuk memperbaiki unjuk
kerja dalam pengujian
ü unjuk kerja laboratorium yang bersangkutan
dapat dibandingkan terhadap unjuk kerja
laboratorium lain
ü membantu mengidentifikasi adanya
penyimpangan / masalah pengujian
KETERBATASAN UJI PROFISIENSI
þ Laporan Uji Profisiensi diterima terlambat, sehingga uji ini
tidak dapat dipakai untuk mensubstitusi IQC guna
memantau konsistensi mutu hasil uji

þ Sifat bahan uji sering tidak sesuai


Hal-hal yang sulit dipenuhi adalah :
─Bahan uji harus mirip / menyamai contoh uji yang rutin
dihadapi oleh laboratorium peserta
─Assigned value dari bahan uji harus akurat
Kompromi yang telah dilakukan :
─Pembuatan matriks sintetis
─Spiking matriks sintetis atau matriks alamiah dengan
analit yang akan diuji
KETERBATASAN UJI PROFISIENSI ….(lanjutan)
þ Apabila Assigned Value didapatkan dari nilai konsensus
ada kemungkinan terjadi bias, sehingga perhitungan score
unjuk kerja menjadi kurang akurat

þ Keterbatasan dana menyebabkan amat terbatasnya jenis


pengujian yang dapat dicakup. Bahan uji yang dipakai
tidak/kurang mewakili contoh uji yang bervariasi

þ Keandalan uji profisiensi sebagai indikator unjuk kerja


laboratorium bergantung kepada sikap laboratorium
terhadap kegiatan uji profisiensi
Misal: perlakuan istimewa terhadap bahan uji yang
bersangkutan, melebihi perlakuan contoh uji rutin
CONTOH KASUS

ü PENGAWASAN MUTU HASIL UJI


STUDI UJI MUTU HASIL ANALISIS (lanjutan)

Analisis duplo/triplo/replicate
– Untuk mengetahui tingkat ketelitian
(presisi) dari setiap analis dan menguji
metode uji yang digunakan, maka
setiap analisis harus dilakukan
pekerjaan duplo/triplo maupun replicate.
– Hasil analisis yang didapat harus
konstan.
STUDI UJI MUTU HASIL ANALISIS (lanjutan)
Spiking
• Untuk mengetahui tingkat ketelitian dari metode uji
• cara ‘spike’, yaitu penambahan jumlah tertentu analit ke
dalam contoh sebelum dianalisis. Hasil yang didapat
harus menunjukkan penambahan konsentrasi analit
sesuai dengan yang telah ditambahkan.
Recovery, % = (Ca - Cc) x 100/ C
dimana:
Ca: Konsentrasi contoh + analit yang ditambahkan
Cc: Konsentrasi contoh
C : Konsentrasi analit yang ditambahkan

Recovery berkisar antara 80% s/d 110%


STUDI UJI MUTU HASIL ANALISIS (lanjutan)

Prosen Perolehan Kembali ( % Recovery )


• Caranya, siapkan contoh buatan yang komposisinya mirip dengan
contoh yang sesungguhnya (lebih baik CRM/SRM).
• Kemudian contoh dianalisis dengan metode analisis yang sedang
diuji ini.
• Hasil analisis harus mendekati konsentrasi yang diketahui.
• Dengan perkataan lain, perolehan kembali (recovery) harus
mendekati 100% agar metode analisis dapat dinyatakan valid.

Rerata Hasil Pengukuran


Recovery, % = ------------------------------------- x 100 %
Nilai Benar
STUDI UJI MUTU HASIL ANALISIS (lanjutan)

QC-charts
• Kurva ini didapatkan dengan mem-
plot-kan data analisis yang
dilakukan terhadap contoh yang
sama (contoh harus stabil).
• Data analisis yang diperoleh
mungkin sangat berfluktuasi dari
watu ke waktu
• Metode analisis dapat dianggap
valid bila kumpulan data yang
diperoleh menunjukkan bahwa
semua titik (point) mendekati garis
acuan (tidak melewati garis
‘warning’ atau ‘action’)
RSD = 2 (1 – 0,5 log
C)
Presisi tinggi + Bias kecil =
Akurat
• Akurat berarti : Presisi tinggi dan Bias kecil
UJI HOMOGENITAS

1 2 3 s/d 10

20,35 20,35 20,35 ……….. 20,35


Ideal :
20,35 20,35 20,35 20,35

Contoh Homogen !!!

20,35 20,28 20,42 20,40


Praktik : ………..
20,30 20,22 20,36 20,32

Homogenkah Contoh ???


UJI HOMOGENITAS ….. (lanjutan)

Contoh Contoh Contoh


1 2 3
MSB

20,35 20,28 20,30


Praktiknya
MSW
20,30 20,22 20,32

Variasi pada MSW asalnya dari analisis


MSB ñ ñ ñ MSW
Variasi pada MSB asalnya dari analisis + sampling

MSW dan MSB adalah variasi analisis & sampling


Parameter statistik untuk menghitung variasi adalah Variansi
UJI STABILITAS

þDiperlukan 2 (dua) kumpulan data


ü Data pertama (awal), diambilkan dari data
homogenitas
ü Data kedua, setelah pelaksanaan uji profisiensi atau
setelah interval waktu (misal: 1, 2 atau 3 bulan)

þContoh dikatakan stabil jika antara data


pertama dan kedua tidak menunjukkan
perbedaan signifikan pada Uji - t
“OUTLIER” DAN “INLIER” DATA

MENDETEKSI OUTLIER SECARA STATISTIKA


þLAMA:
ü UJI COCHRAN
ü UJI DIXON
ü UJI THOMPSON
ü UJI GRUBB

þBARU:
ü UJI ROBUST Z-SCORE
PENGUKURAN KUANTITATIF DAN KUALITAS HASIL UJI

1. HASIL PENGUKURAN / HASIL UJI ADALAH NILAI PERKIRAAN


TERHADAP NILAI BENAR.
2. HASIL UJI YANG BERUPA NILAI TUNGGAL, MISAL : pH = 3,7
• NILAI TUNGGAL INI BUKAN NILAI ABSOLUT, KARENA HANYA
PERKIRAAN.
• PADAHAL PENGGUNA MENGHENDAKI NILAI BENAR
• DIPERLUKAN INDIKATOR KUALITAS HASIL UJI SEPERTI :
1. PRESISI
2. AKURASI
AGAR PENGGUNA DAPAT MENGINTERPRETASI HASIL UJI.
MISAL :
UNTUK MENILAI KESESUAIAN TERHADAP SPESIFIKASI PROD.
• NILAI TUNGGAL TIDAK BISA DI INTERPRETASI UNTUK ITU.
3. PRESISI HASIL UJI
PRESISI (REPITIBILITAS, REPRODUSILITAS) MENYATAKAN
KESALAHAN ACAK (RANDOM ERROR) HASIL UJI.

4. AKURASI HASIL UJI


• ADALAH INDIKATOR SEBERAPA DEKAT HASIL UJI TERHADAP
NILAI BENAR (DINYATAKAN SEBAGAI BIAS).
• BISA SAJA HASIL UJI DIKOREKSI DENGAN BIAS UNTUK
MEMPEROLEH NILAI BENAR
• NILAI KOREKSI TIDAK ABSOLUT (BISA BERVARIASI).

5. INDIKATOR KUALITAS HASIL UJI YANG DITERIMA SAAT INI:


KETIDAKPASTIAN ( UNCERTAINTY )
INDIKATOR YANG ADA SEBELUMNYA (AKURASI DAN PRESISI)
DIANGGAP TIDAK LAGI MEMADAI
6. KETIDAKPASTIAN ADALAH :
PARAMETER YANG MENETAPKAN RENTANG (INTERVAL) NILAI,
YANG DIDALAMNYA TERLETAK NILAI BENAR.

7. NILAI KETIDAKPASTIAN :
MENJUMLAHKAN (MENGGABUNGKAN) SEMUA JENIS
KESALAHAN PENGUKURAN YAITU RANDOM, BIAS, DSB.

8. KETIDAKPASTIAN SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS HASIL UJI


MEMPUNYAI SIFAT :
– DAPAT DITERAPKAN SECARA UNIVERSAL
– BERSIFAT KONSISTEN
– MEMILIKI ARTI YANG JELAS
– DAPAT DIKUANTITASI.
KETIDAKPASTIAN
(INDIKATOR KUALITAS HASIL UJI)

DULU (LAMA) : KINI (BARU)


AKURASI KETIDAKPASTIAN
MENUNJUKKAN BIAS MENJUMLAHKAN &
(SYSTEMATIC ERROR) MENGGABUNGKAN SEMUA JENIS
PRESISI KESALAHAN:
MENUNJUKKAN KESALAHAN ACAK BIAS,
(RANDOM ERROR) ACAK, DLL

PERNYATAAN KETIDAKPASTIAN ( U )

-u +u
Y

INTERVAL
NILAI BENAR DIPERKIRAKAN BERADA

HASIL UJI Y ADALAH PERKIRAAN DARI NILAI BENAR


HASIL = Y ± U
KETERKAITAN
KESALAHAN & KETIDAKPASTIAN HASIL UJI
JENIS KESALAHAN
Ø RANDOM ERROR
Ø SYSTEMATIC ERROR (BIAS)

SUMBERNYA ( SUMBER KESALAHAN ) :


üPERSONIL
üPERALATAN : KINERJA & KALIBRASI
üMETODE UJI / PENGUKURAN
üSTANDAR / BAHAN ACUAN
üKONDISI LINGKUNGAN BAHAN / REAGENSIA

MERUPAKAN SUMBER KETIDAKPASTIAN


MENGHASILKAN KOMPONEN KETIDAKPASTIAN
YANG BISA DIESTIMASI
MASING-MASING KOMPONEN KETIDKAPASTIAN MENCAKUP
EFEK RANDOM dan EFEK SISTEMATIK (BIAS)
ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

Dapat dilakukan dengan benar, apabila syarat-syarat berikut dipenuhi :


1. Metode uji dilaksanakan secara mantap dan terkendali
(didukung jaminan mutu hasil uji: Uji Profisiensi, IQC, Uji Spike).

2. Untuk mencapai kondisi di atas diperlukan :


ü Personel yang kompeten
(Diklat dan pengalaman yang cukup)
ü Peralatan yang :
– Terkalibrasi
– Terverifikasi
– Terpelihara
ü Reagensia yang terkontrol
ü Menggunakan reference material yang sesuai, untuk :
– Standar / larutan baku
– Kalibrasi peralatan
– Validasi metode uji
– Pengawasan mutu hasil uji
ü Pembuatan control chart
3. Tidak terjadi gross error (kesalahan yang besar / fatal)
PROSES ESTIMASI KETIDAKPASTIAN
SISTEMATIKA : Ada 4 Tahapan yang harus ditempuh:

TAHAP I
Penentuan Spesifikasi kuantitas yang diukur dengan
formula/persamaan :
Contoh :
Pengukuran densitas cairan menggunakan piknometer
m1 - m2
Formula : d =
V
Kuantitas yang diukur : d = densitas
Kuantitas masukan : m1 = massa piknometer berisi cairan contoh (ditimbang)
m2 = massa piknometer kosong (ditimbang)
V = volume pikonometer (volume piknometer terkalibrasi)
TAHAP II
Identifikasi Sumber-Sumber Ketidakpastian
Misalnya untuk pengukuran densitas di atas :
• Buat daftar sumber ketidakpastian yang menyumbangkan ketidakpastian nilai :
– m1
– m2
– V
• Gunakan diagram ‘cause and effect’ untuk memudahkan estimasi

m2 m1
kalibrasi
suhu

suhu kalibrasi
presisi
presisi

d
bias
suhu

kalibrasi

presisi
linearitas

V
TAHAP III

Mengkuantitasikan masing-masing Komponen


Ketidakpastian,

• yaitu:
ØEvaluasi Type A (dari data primer), untuk
mengevaluasi efek random
ØEvaluasi Type B (dari data sekunder), untuk
evaluasi efek random dan efek systematic (bias)
• Nyatakan ketidakpastian dalam bentuk SD
• Hitung Ketidakpastian Baku ( µ ) , (Standard Uncertainty)
µ = SD
Evaluasi Type A
Proses : Melakukan cara pengukuran berulang (repetitive measurements)
Ketidakpastian baku :
µ = SD
Contoh :
Pengukuran panjang (diulang 10 kali; nilai dalam cm )
5,01 ; 4,97 ; 5,02 ; 5,02 ; 5,02 ; 4,98 ; 5,01 ; 5,01 ; 5,00 ; 5,04
Rata-rata: 5,01 cm

å (X - X )
10
2

SD = n -1

n -1

= 0,020
µ(x) = 0,020 cm

Penggunaan:
Evaluasi type A dapat diterapkan untuk mengestimasi :
# Efek personel (pengulangan penimbangan; pemipetan, titrasi, pengujian,
pengukuran dengan alat,-dan sebagainya).
# Kinerja alat (presisi hasil pengukuran)
# Kinerja metode (Presisi hasil uji menggunakan metode terkait)
Evaluasi Type B

Mengevaluasi efek random dan bias:


Digunakan untuk mengestimasi ketidakpastian baku dari misalnya :
Ø Nilai acuan dari standar (bahan acuan / CRM)
Ø Volume labu volumetrik, pipet, gelas ukur, buret, piston burette,
piknometer dan lain-lain.
Ø Variasi suhu ruang pengujian (misal + 4°C); suhu oven (+ 4°C)
Ø Hasil kalibrasi alat pengukuran ( Neraca, termometer, pressure
gauge, stopwatch, buret piston serta alat ukur volume lainnya, dan
sebagainya).
Caranya:
menggunakan data / informasi dari:
ü Sertifikat kalibrasi alat
ü Sertifikat bahan acuan (CRM)
ü Spesifikasi produk (dari pabrik)
ü Data handbook
ü Data katalog
ü Data manual alat

Berupa "Quoted Uncertainty" ( QU )

Diubah menjadi : µ (Ketidakpastian baku)


QU
µ =
k
TAHAP IV

1. Gabungkan semua komponen ketidakpastian menjadi


Combined Uncertainty = µC (gunakan aturan yang
sesuai.)

2. Menghitung Expanded Uncertainty


U = k . µC
k = factor pencakupan (coverage factor)

3. Pelaporan hasil uji:


Hasil uji = Y + U
dengan factor pencakupan = k
Konfirmasi Identitas & Selektifitas / Spesifisitas
ü Spesifisitas (specifisity) suatu metode uji adalah
kemampuan metode itu dalam memdeteksi hanya
satu seyawa analit dalam contoh yang dianalisis,
meskipun matriks contoh tersebut sangat komplek.
ü Contoh metode analisis dengan spesifisitas yang sangat
tinggi, adalah penetapan logam dengan AAS.
ü Harus selalu diyakinkan bahwa isyarat yang dihasilkan
pada proses pengukuran hanya berasal dari analit dan
bukan berasal dari senyawa lain yang kebetulan
mempunyai sifat fisika / kimia serupa dengan analit yang
akan ditetapkan. Hal ini yang disebut dengan Konfirmasi
Identitas
Limit Deteksi & Limit Kuantisasi
ü Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit
dalam contoh yang dapat terdeteksi
– LoD = nilai rata-rata blanko contoh + 3 s

ü Limit kuantisasi atau biasa disebut juga limit pelaporan


(limit of reporting) adalah konsentrasi terendah dari
analit yang dapat ditentukan dengan tingkat presisi dan
akurasi yang dapat diterima, dibawah kondisi pengujian
yang disepakati
– LoQ = nilai rata-rata blanko contoh + 10 s
Akurasi
ü Akurasi adalah kedekatan antara hasil analisis dengan
nilai benar. Pengujian akurasi dan presisi harus
menggunakan contoh real.
ü Pembuktian dapat ditempuh dengan berbagai cara:
– Menggunakan ‘Reference Material' : CRM/SRM.
– Berpartisipasi dalam uji profisiensi.
– Menggunakan contoh spike.
– Perbandingan dengan metode standar yang valid.
– Bila metode standar tidak tersedia, contoh yang sama
bisa dikirim ke laboratorium lain yang mempunyai
metode standar dan laboratorium tersebut sudah
diakreditasi
Presisi
• Dapat dinyatakan sebagai:
– Repeatability (keterulangan) atau
– Reproducibillty (ketertiruan)

• Presisi (Ketelitian) suatu metode uji ditunjukkan dari


standard deviation (SD) atau Relative Standard
Deviation (RSD).

å (Xi - X )
2

– SD =
n -1

SD
– RSD = x100%
X
RSD = 2 (1 – 0,5 log
C)
Presisi tinggi + Bias kecil = Akurat
• Akurat berarti : Presisi tinggi dan Bias kecil

Anda mungkin juga menyukai