Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muchamad nur amin

NIM : 41120110004
Fakultas : Teknik Sipil
QUIS TM 8 ANALISA STRUKTUR 3

Selain metoda gaya ada metoda lainnya dalam menyelesaikan analisa struktur yaitu :
1. Metoda Kemiringan Lendutan
2. Metoda Perpindahan dalam Formulasi Matiks
Jawaban :

1. Metode defleksi kemiringan (the slope deflection method) dapat digunakan untuk menganalisa
semua jenis balok dan kerangka kaku statis tak tentu, dimana semua Sambungan dianggap
kaku; yaitu sudut di sambungan antara batang dianggap tidak berubah ketika beban diberikan.
Jadi sambungan pada penyangga sebelah dalam balok statis tak tentu adapt dianggap
sambungan kaku 180o dan biasanya sambungan dalam kerangka dideformasikan, sambungan
kakunya dianggap hanya berputar sebagai suatu keseluruhan. Dengan kata lain sudut antara
garis singgung ke berbagai cabang kurva elastis yang bertemu pada sebuah sambungan tetap
sama seperti sudut pada struktur yang belum terdeformasi.

Pada metode defleksi kemiringan, rotasi sambungannya dianggap tidak diketahui, nantinya
akan diperlihatkan bahwa untuk setiap satu batang yang dibatasi oleh dua sambungan, momen
ujungnya dapat dinyatakan dalam suku-suku rotasi sambungan. Namun untuk memenuhi
syarat keseimbangan, jumlah dari momen ujung yang dikerjakan oleh setiap sambungan pada
ujung pertemuan batang-batangnya harus sama dengan nol, karena sambungan kaku yang
dipertanyakan menerima jumlah dari momen ujung tersebut. Persamaan keseimbangan ini
menghasilkan syarat yang perlu dipenuhi oleh rotasi sambungan, dan bila rotasi sambungan
yang tidak diketahui ini didapatkan, momen-monen ujung tersebut dapat dihitung dari
persamaan defleksi sambungan.

Kerangka kaku tersebut bersifat statis tak tentu berderajat enam. Oleh karena kerangkanya
dicegah bergerak mendatar (horisontal) oleh tumpuan terjepit di A dan dicegah bergerak tegak
(vertikal) oleh alas terjepit di D dan E , dan karena deformasi aksial pada batang-batangnya
diabaikan, maka semua sambungan dari kerangka ini harus tetap pada tempat semula.Rotasi
sambungan yang searah jarum jam θB dan θC dianggap bernilai positif , sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.1a. Diagram-diagram benda bebas semua batang diperlihatkan
dalam Gambar 3.1b.

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT


Disalah satu ujung sambungan, ada tiga komponen reaksi, yaitu; tarik atau tekan langsung,
geser ujung, dan momen ujung. Momen ujung yang bekerja di ujung A dari batang AB ditandai
sebagai MAB, dan di ujung B dari batang AB sebagai MAB. Momen-momen searah jarum jam
yang bekerja di ujung-ujung batang dianggap bernilai posititf

Gambar 3.1 Kerangka Kaku Tipikal Tanpa Translasi Sambungan


Dengan menggunakan persamaan-persamaan defleksi kemiringan, dapat dinyatakan momen
ujung dari setiap sambungan yang tidak diketahui. Diagram benda bebas dari semua sambungan
terlihat pada Gambar 3.1c. Batang pada sambungannya merupakan sebuah gaya dalam arah
sumbu batang, sebuah gaya yang tegak lurus terhadap sumbu batang, dan sebuah momen, masing-
masing berlawanan arah dengan kerja sambungan pada batang. Pada gambar 3.1c hanya momen-
momennya saja yang diperlihatkan. Momen-momen tersebut diperlihatkan dalam arah positif,
yakni berlawanan arah jarum jam. Untuk keseimbangan, jumlah semua momen yang bekerja
pada setiap sambungan harus sama dengan nol. Jadi syarat sambungan di B dan di C , masing-
masing adalah:

M2 + M3 + M5 = 0.....................................................................................(3.1a)

M4 + M7 = 0 .............................................................................................. (3.1b)

Kedua persamaan di atas diperlukan untuk menentukan nilai-nilai θB dan θC. Kemudian semua
momen ujungnya dapat diperoleh dengan memasukkan rotasi sambungan yang diketahui ke
dalam persamaan defleksi kemiringan. Dengan menggunakan prinsip statika, diagram- diagram

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT


gaya aksial, gaya geser, dan momen untuk setiap batang dapat ditentukan. Dalam menganalisa
stuktur statis tak tentu harus memenuhi syarat statika maupun syarat bentuk geometri. Dengan
menggunakan metoda defleksi kemiringan untuk menganalisa kerangka kaku, syarat- syarat
bentuk yang diperlukan dari struktur terdeformasi yang berasal dari kekakuan sambungan,
dipenuhi sekaligus dengan menghitung rotasi sambungan tunggal yang tidak diketahui pada setiap
sambungan. Jadi syarat-syarat statika, yaitu agar jumlah dari momen yang bekerja pada setiap
sambungan besarnya nol, digunakan untuk menjawab rotasi sambungannya.

Penurunan Persamaan Defleksi Kemiringan

Gambar 3.2 Persamaan Dasar Defleksi Kemiringan

Gambar 3.3 Statika dan Deformasi Batang Terlentur Yang Tak Dibebani

Dalam persamaan defleksi kemiringan, momen ujung yang bekerja pada ujung-ujung sebuah
batang dinyatakan dalam suku-suku rotasi ujung dan pembebanan pada batang tersebut. Jadi untuk
bentangan AB yang terlihat pada Gambar 3.2a, MA dan MB perlu dinyatakan dalam suku-suku rotasi
ujung θA dan θB dan pembebanan yang diberikan W1 dan W2. Momen ujungnya diperlihatkan sebagai
rotasi ujung melawan jarum jam dan rotasi ujung diperlihatkan sebagai searah jarum jam. Dengan
pembebanan yang diberikan pada batang tersebut, diperlukan momen-momen ujung terjepit M0A dan
M0B (yang keduanya terlihat searah jarum jam) untuk menahan garis-garis singgungnya tetap di ujung,
terlihat pada Gambar 3.2b. Momen- momen ujung tambahan M’A dan M’B masing-masing harus
sedemikian besarnya, sehingga menyebabkan rotasi θA dan θB. Jika θA dan θB merupakan rotasi ujung
yang disebabkan oleh θA oleh M’A dan θB oleh M’B, terlihat pada Gambar 3.3b dan 3.3c, maka syarat-
syarat bentuk yang diperlukan adalah:

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT


θA = - θA1 + θA2 ........................................................................................................................................................................................... (3.2a)

θB = θB1 - θB2............................................................................................................................................................................................ (3.2b)

Menurut superposisi :

MA = M0A + M’A ....................................................................................................................................................................................... (3.3a)

MB = M0B + M’B ....................................................................................................................................................................................... (3.3b)

Menurut balok konyugasi :

Dengan memasukkan persamaan 3.4 ke dalam persamaan 3.2, maka dieproleh :

Dengan menyelesaikan persamaan 3.4 untuk memperoleh M’A dan M’B :

Dengan memasukkan persamaan 3.6 ke dalam persamaan 3.3, maka diperoleh :

Persamaan 3.7 merupakan persamaan-persamaan defleksi kemiringan untuk suatu batang yang
mengalami lenturan. Momen di sembarang ujung suatu batang yang mengalami lenturan sama

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT


dengan momen ujung terjepit akibat beban-beban yang bekerja pada batang tersebut ditambah
dengan 2EI/L kali jumlahg dari dua kali kemiringan diujung dekat dan kemiringan di ujung jauh.

Penerapan Metode Defleksi Kemiringan Pada Balok Statis Tak Tentu


Persamaan defleksi kemiringan dapat digunakan untuk menganalisa balok statis tak tentu
sehubungan dengan beban-beban yang bekerja, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
• Tentukan momen-momen ujung terjepit di ujung-ujung setiap bentangan dengan
menggunakan rumus-rumus untuk beban terbagi rata dan beban terpusat yang
ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Momen Ujung Terjepit Akibat Beban Merata dan Beban Terpusat

• Nyatakan semua ujung sebagai suatu fungsi dari momen-momen ujung terjepit dan
rotasi sambungannya dengan menggunakan persamaan- persamaan defleksi
kemiringan.

• Tetapkan suatu sistem persamaan-persamaan serempak dengan menggunakan kondisi


keseimbangan, jumlah momen disetiap sambungan harus sama dengan nol.

• Selesaikan persamaan-persamaan serempak untuk memperoleh rotasi- rotasi


sambungan yang tak diketahui.

• Masukkan nilai-nilai rotasi yang sudah diketahui ke dalam persamaan defleksi


kemiringan dan hitung momen ujungnya.

• Tentukan semua reaksi, gambarkan diagram gaya geser dan momen.

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT


2. Metode matriks kekakuan atau metode perpindahan adalah metode yang didasarkan pada
perpindahan sebagai faktor yang belum diketahui dan harus dihitung terlebih dahulu baru setelah
itu gaya-gaya batang ditentukan. Langkah- langkah analisis pada metode matriks kekakuan
sangat sistematis dan terpola sehingga mudah diprogram dengan komputer. Secara umum
langkah hitungan pada metode matriks kekakuan dapat dilakukan sebagai berikut:

• Bentuk matriks kekakukan elemen dan gaya ujung jepit.


• Bentuk matriks kekakuan dalam koordinat global.
• Selesaikan persamaan simultan untuk mencari perpindahan.
• Gaya-gaya batang dapat dihitung.

Permasalahan pada metode matriks kekakuan didasarkan pada hubungan


antar variabel sebagai berikut:
• Hubungan antara deformasi batang dan perpindahan titik kumpul (compatibility atau
kesepadanan).
• Hubungan antara deformasi batang dan gaya-gaya dalam (constitutive law).
• Hubungan antara beban luar dan gaya-gaya dalam (keseimbangan).

a. Dari kompatibilitas (kesepadanan) antara deformasi internal pada batang (dalam koordinat
batang/lokal) dan perpindahan titik kumpul (dalam koordinat global):

{u} = [T]{U} (2-1)


dengan, {u} = deformasi internal, [T] = matriks transformasi, dan {U} = perpindahan
global titik kumpul.

b. Dari hubungan antara gaya-gaya dalam dan deformasi internal (constitutive law):

{S} = [k]{u} (2-2)


dengan, {S} = gaya internal batang, [k] = matriks kekakuan batang dalam koordinat lokal, {u}
= deformasi internal.

Dari hubungan antara beban luar dan gaya internal (keseimbangan):


{S} = [T] {P}

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT


dengan, {P} = vektor beban luar dalam koordinat global.
Selanjutnya, persamaan (2-3) dapat ditulis menjadi:
{P} = [T]-1 {S} (2-4)
Berdasarkan prinsip kerja luar = kerja dalam, sebagai berikut:
Kerja luar = {P}T {U} (2-5)
Kerja dalam = {S}T {u} (2-6)
diperoleh:
{P}T {U} = {S}T {u} (2-7)

Apabila persamaan (2-1) disubstitusikan pada persamaan (2-7), maka diperoleh:


{P}T {U} = {S}T [T] {U} atau {P}T = {S}T [T] (2-8)
Dengan mentransposkan persamaan (2-8), maka diperoleh:
{P} = [T]T{S} (2-9)
Jika persamaan (2-9) dibandingkan dengan persamaan (2-4), maka terbukti bahwa matriks
transformasi [T] adalah matriks orthogonal, yaitu [T]T = [T]-1.

Selanjutnya, persamaan (2-2) disubstitusikan pada persamaan (2-9), sehingga


diperoleh:
{P} = [T]T [k] {u} (2-10)
Dengan mengingat persamaan (2-1), akhirnya diperoleh hubungan:
{P} = [T]T [k] [T]{U} atau {P} = [K] {U} (2-11)
dengan, [K] = [T]T [k] [T] (2-12)
Dalam persamaan (2-12), [K] dikenal sebagai matriks kekakuan dalam koordinat
global.

Formulasi-formulasi di atas menjadi dasar dalam analisis struktur dengan menggunakan


metode matriks kekakuan. Formulasi tersebut berlaku umum dan dapat digunakan baik pada
struktur rangka bidang maupun portal bidang (Arfiadi, 2011).

Berbeda dengan metode matriks kekakuan, metode matriks fleksibilitas atau metode gaya
adalah metode yang didasarkan pada gaya (reaksi tumpuan ataupun gaya-gaya dalam) sebagai
faktor yang belum diketahui sedangkan displacement atau perpindahan dapat diperoleh pada tahap
berikutnya berdasarkan gaya-gaya yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya.

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT


Perbedaan dari matriks kekakuan dan matriks fleksibilitas adalah terletak pada besaran yang
harus dicari terlebih dahulu, yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
{P} = [K]{U} (2-13)
{U} = [F]{P} (2-14)

Dalam persamaan di atas, K adalah kekakuan, P adalah gaya, U adalah perpindahan dan F
adalah fleksibilitas. Dari persamaan (2-13) dan (2-14), hubungan antara kekakuan dan fleksibilitas
dapat dinyatakan sebagai berikut (Weaver, 1980):
[F] = [K]-1 atau [K] = [F]-1 (2-15)

Jef Franklyn Sinulingga, ST MT

Anda mungkin juga menyukai