Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ACUTE


LUNG OEDEMA (ALO)

OLEH :
LUH PUTU WIDYANTARI
NIM. 209012533

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ACUTE
LUNG OEDEMA (ALO)

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi Accute Lung Oedema (ALO)
Accute Lung Oedema (ALO) Edema paru adalah penumpukan
abnormal cairan didalam paru-paru baik dalam spasium interstitial atau
dalam alveoli.
Menurut Baughman.D. C (2000) Acute Lung Oedema (ALO) atau
Edema paru akut merupakan penumpukan cairan serosa secara
berlebihan dalam ruang interstisial dan alveolus paru-paru secara
mendadak yang terjadi karena adanya tekanan hidrostatik kapiler
meningkat dan penurunan tekanan koloid osmotik serta terjadinya
kerusakan dinding kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran di kapiler
ke ruang interstisial dan menjadi edema alveolar. Apabila hal tersebut
berlanjut maka akan terjadi kerusakan pertukaran gas atau proses difusi
tidak berjalan dengan normal, menyebabkan respiration rate (RR)
meningkat, perfusi menjadi dingin, terjadi sianosis dan gelisah yang
akibat terjadi akibat peningkatan CO2 dan penurunan O2 didalam darah
tubuh penderita (Setyawan, 2007).
B. Etiologi Accute Lung Oedema (ALO)
1. Ketidakseimbangan Starling Forces :
a. Peningkatan Tekanan Kapiler Paru
1) Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan
fungsi ventrikel kiri (stenosis mitral).
2) Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena
gangguan fungsi ventrikel kiri.
3) Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder oleh karena
peningkatan tekanan arteria pulmonali (Over Perfusion
Pulmonary Edema)
b. Penurunan Tekanan Onkotik Plasma
Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati,
protein losing enteropaday, penyakit dermatologi atau penyakit
nutrisi
c. Peningkatan Tekanan Negatif Intertitial.
1) Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi pleura.
2) Tekanan pleura yang sangat negative oleh karena obstruksi
saluran napas akut bersamaan dengan peninggkatan
endexpiratory volume (asma).
d. Peningkatan Tekanan Onkotik Interstitial Sampai sekarang
belum ada contoh secara percobaanmaupun klinik
2. Perubahan permeabilitas membran alveolar kapiler (Adult
Respiratory Ditress Syndrome)
a. Pneumonia (bakteri,virus,parasit)
b. Bahan toxit inhalan (phosgene,ozone,chlorine,NO2)
c. Bahan asing dalam sirkulsi (bisa ular, endotoksin bakteri,
alloxan, alphanaphthyl thiourea)
d. Aspirasi asam lambung
e. Pneumonitis radiasi akut
f. Bahan vasoaktif endogen (histamin kinin)
g. Disseminated Intravascular coagulation
h. Imunologi : pneumonitis hipersenysitif, obat nitrofurantoin,
leukoagglutinin.
i. Shyock Lung oleh karena trauma diluar toraks
j. Pankeatitis Perdarahan Akut
3. Insufiensi Limfatik
a. Post Lung Tranplant
b. Limphangitic Carcinomatosis
c. Fibosing Lymphangiti (silicotis)
4. Tak diketahui / tak Jelas
a. High Altitude pulmonary Edema
b. Neurologic Pulmonary Edema
c. Naccotic overdosis
d. Pulmonary Embolism
e. Eclampsi
f. Post cardioversion
g. Post Anesthesia
h. Post Cardiopulmonary Bypass
C. Klasifikasi Accute Lung Oedema (ALO)
Menurut karya ilmiah yang disusun oleh Huldani, 2014 menyebutkan
bahwa penyebab terjadinya ALO dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Edema paru kardiogenik Yaitu edema paru yang disebabkan karena
gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler.
a. Penyakit pada arteri koronaria Arteri yang bertugas menyuplai
darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya
penimbunana lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika
terbentuknya gumpalan darah pada arteri dan menghambat
aliran darah serta merusak otot jantung yang disuplai oleh arteri
tersebut
b. Kardiomiopati Menurut beberapa ahli diyakini penyebab
terbanyak terjadinya kardiomiopati dapat disebabkan oleh
terjadinya infeksi pada miokard jantung (miokarditis),
pemakaian dan penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari
obat-obatan seperti kokain dan obat kemoterapi. Kardiomiopati
menyebabkan ventrikel kiri menjadi lemah sehingga tidak
mampu berkontraksi secara baik yang menyebabkan suatu
keadaan dimana kebutuhan jantung memompa darah lebih berat
karena berada pada keadaan infeksi.
c. Gangguan katup jantung Pada kasus gangguan katup mitral atau
aorta, katup yang berfungsi untuk mengatur aliran darah tidak
mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau tidak mampu
menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini menyebabkan
darah mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.
d. Hipertensi Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya penebalan pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai
dengan penyakit arteri koronaria.
2. Edema paru non kardiogenik Yaitu edema paru yang terjadi bukan
disebabkan karena kelainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada
non-kardiogenik, ALO dapat disebabkan oleh :
a. Acute respiratory distress syndrome (ARDS) Pada ARDS,
integritas dari alveoli menjadi terkompromi sebagai akibat dari
respon peradangan yang mendasarinya, dan ini menurus pada
alveoli yang bocor yang dapat dipenuhi dengan cairan dari
pembuluh-pembuluh darah.
b. Kondisi yang berpotensi serius yang disebabkan oleh infeksi-
infeksi yang parah, trauma, luka paru, penghirupan racun-racun,
infeksiinfeksi paru, merokok kokain, atau radiasi pada paru-
paru.
c. Gagal ginjal dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan cairan
dari tubuh dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam
pembuluhpembuluh darah, berakibat pada pulmonary edema.
Pada orang-orang dengan gagal ginjal yang telah lanjut, dialysis
mungkin perlu untuk mengeluarkan kelebihan cairan tubuh.
d. High altitude pulmonary edema, yang dapat terjadi disebabkan
oleh kenaikan yang cepat ke ketinggian yang tinggi lebih dari
10,000 feet.
e. Trauma otak, perdarahan dalam otak (intracranial hemorrhage),
seizure-seizure yang parah, atau operasi otak dapat adakalanya
berakibat pada akumulasi cairan di paru-paru, menyebabkan
neurogenic pulmonary edema.
f. Paru yang mengembang secara cepat dapat adakalanya
menyebabkan re-expansion pulmonary edema. Ini mungkin
terjadi pada kasuskasus ketika paru mengempis (pneumothorax)
atau jumlah yang besar dari cairan sekeliling paru (pleural
effusion) dikeluarkan, berakibat pada ekspansi yang cepat dari
paru. Ini dapat berakibat pada pulmonary edema hanya pada sisi
yang terpengaruh (unilateral pulmonary edema).
g. Jarang, overdosis pada heroin atau methadone dapat menjurus
pada pulmonary edema. Overdosis aspirin atau penggunaan
dosis aspirin tinggi yang kronis dapat menjurus pada aspirin
intoxication, terutama pada kaum tua, yang mungkin
menyebabkan pulmonary edema.
h. Penyebab-penyebab lain yang lebih jarang dari non-cardiogenic
pulmonary edema mungkin termasuk pulmonary embolism
(gumpalan darah yang telah berjalan ke paru-paru), luka paru
akut yang berhubungan dengan transfusi atau transfusion-related
acute lung injury (TRALI), beberapa infeksi-infeksi virus, atau
eclampsia pada wanita-wanita hamil.
D. Patofisiologi Accute Lung Oedema ( ALO )
Accute Lung Oedema (ALO) atau Edema paru kardiogenik di
cetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang mendadak tinggi di
atrium kiri, vena pulmonlis dan diteruskan (peningkatan tekanannya) ke
kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologis
tersebut gagal mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan
membanjiri alveoli dan terjadi ALO atau edema paru. Jumlah cairan yang
menumpuk di alveoli ini sebanding dengan beratnya ALO atau Edema
Paru. Penyakit jantung yang potensial mengalami ALO atau Edema Paru
adalah semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan atrium
kiri >25 mmhg. Sedangkan ALO atau edema Paru non kardigenik timbul
terutama disebabkan oleh kerusakan dinding kapiler paru yang dapat
permeabilitas endotel kapiler paru sehingga menyebabkan masuknya
cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan mengakibtkan
terjadinya pengeluaran secret enccer berbuih dan berarna pink froty.
Adanya secret ini akan mengakibatkan gangguan pada alveolus alam
menjalankan fungsinya.
E. Pathway Accute Lung Oedema (ALO)
F. Manifestasi Klinis Accute Lung Oedema (ALO)
Manifestasi Klinis ALO atau Edema Paru secara spesifik juga dibagi
dalam 3 stadium yaitu (Brunner & Suddarth 2014):
1. Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan
kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya
berupa adanya sesak nafas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak
jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat
inpsirasi karena terbukanya saluran nafas yang tertutup saat inspirasi.
2. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edem paru interstisial. Batas pembuluh
darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur
dan septa interlobularis menebal (garis kerley B). Adanya
penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial, akan lebih
memperkecil saluran nafas kecil, terutama di daerah basal oleh
karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks
bronkhokonstriksi. Sering terdengar takipnea. Meskipun hal ini
merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takipnea juga
membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan
interstisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat
sedikit perubahan saja.
3. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edem alveolar. Pertukaran gas sangat
terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapsia. Penderita nampak
sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan
volume paru yang lain turun dengan nyata.
G. Penatalaksanaan Accute Lung Oedema (ALO)
Dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh karya husada, 2014 dan
Haryanto dkk, 2013 dalam menyusun asuhan kegawatdaruratan acut lung
oedem penatalaksanaannya sebagai berikut:
1. Medis
a. Pemberian oksigen tambahan Oksigen diberikan dalam
konsentrasi yang adekuat untuk menghilangkan hipoksia dan
dispnea.
b. Farmakoterapi
1) Diuretik Furosemide (lasix)
2) Bumetanide (Bumex) dan diuril (sebagai pengganti
furosemide)
3) Aminofilin
c. Pemasangan Indelwing catheter
d. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik
e. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
f. Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti
regurgitasi, VSD dan ruptur dinding ventrikel.
g. Pemantauan hemodinamika invasive
h. Pemantauan hemodinamika
2. Keperawatan
a. Berikan dukungan psikologis
1) Menemani pasien
2) Berikan informasi yang sering, jelas tentang apa yang
sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna
respons terhadap pengobatan
b. Atur posisi pasien
Pasien diposisikan dalam posisi tegak, dengan tungkai dan kaki
dibawah, sebaiknya kaki menggantung disisi tempat tidur, untuk
membantu arus balik vena ke jantung. Posisi penderita
didudukkan 60-90 untuk memperbaiki ventilasi walaupun
terdapat hipotensi (posisi 1/2 duduk)
c. Auskultasi paru
d. Observasi hemodinamik non invasive/ tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, frekuensi napas, tekanan vena jugularis)
e. Pembatasan asupan cairan pada klien.
f. Monitor intake dan output cairan tubuh klien
H. Pemeriksaan Penunjang Accute Lung Oedema (ALO)
1. EKG
a. Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri, atau fibrilasi
atrium, tergantung penyebab gagal jantung.
b. Gambaran iskemik, infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia
bisa ditemukan.
c. Edema paru non iskemik: gelombang T negative yang lebar
dengan QT memanjang.
2. Laboratorium
a. Analisis gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah,
kemudian hiperkapnia.
b. Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark
miokard.
c. Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, urinalisis, enzim
jantung (CK-CKMB, Troponin T) diperiksa.
3. Foto Thoraks
Hilus melebar dan densitas meningkat disertai tanda bendungan
paru, akibat edema interstisial atau alveolar.
a. Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus).
b. Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral).
c. Kranialisasi vaskuler.
d. Hilus suram (batas tidak jelas).
e. Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma
kecil atau nodul milier).
I. Komplikasi Accute Lung Oedema (ALO)
Dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh karya husada, 2014
menyebutkan komplikasi dari ALO sebagai berikut:
1) ARDS (Accute Respiratory Distres Syndrome) Karena adanya
timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang
dan udara tidak dapat masuk, akibatnya adalah hipoksia berat.
2) Gagal napas akut Tidak berfungsinya penapasan dengan derajat
dimana pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan gas
darah arteri (GDA).
3) Kematian Kematian pada edema paru tidak dapat dihindari lagi.
Pasien dapat mengalami komplikasi jika tidak segera dilakukan
tindakan yang tepat.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Identitas klien : meliputi nama, tanggal lahir, alamat,
pendidikan, pekerjaan, umur, suku/bangsa.
b. Riwayat kesehatan: Klien biasanya dibawa ke rumah sakit
setelah sesak nafas, sianosis atau batuk-batuk disertai dengan
demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah menurun dan
dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai etiologi
yang mendasar dengan masing-masing tanda klinik mungkin
menyertai klien.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Apakah sebelumnya pernah
menderita nyeri dada, hipertensi, diabetes melitus
hiperlipidemia, obat apa saja yang pernah diminum yang
berhubungan dengan obat diuretic, nitrat, penghambat beta serta
antihipertensi. Apakah ada efek samping dan alergi obat.
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan 6B :
a. Breathing
Sesak nafas, dada tertekan, Pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak,
penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan
perut meningkat, laju pernafasan meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru, retraksi paru dan penggunaan otot
aksesoris pernafasan.
b. Blood
Nyeri dada, denyut nadi meningkat, pembuluh darah
vasokontriksi, kualitas darah menurun, denyut jantung tidak
teratur (takikardia), suara jantung tambahan S3 gallop
c. Brain
Gelisah, penurunan kesadaran, kejang, GCS menurun, refleks
menurun/normal, letargi
d. Blader
Produksi urine menurun/normal
e. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual,
muntah, konsistensi feses normal/diare.
f. Bone
Pasien biasa mengalami kelemahan, merasa kelelahan saat
melakukan aktivitas, tonus otot menurun, nyeri otot. kulit pucat,
sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak
keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
5. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
efektif berhubungan dengan keperawatan selama …x… Manajemen Jalan Napas
spasme jalan nafas jam diharapkan bersihan jalan Observasi
napas meningkat dengan 1. Monitor pola napas
kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
- Batuk efektif meningkat usaha napas)
- Produksi sputum 2. Monitor bunyi napas
menurun tambahan (mis.gurgling,
- Mengi menurun mengi, wheezing, ronki
- Wheezing menurun kering)
- Dyspnea menurun 3. Monitor sputum (jumlah,
- Sulit bicara menurun warna, aroma)
- Sianosis menurun Terapeutik
- Gelisah menurun 1. Pertahankan jalan napas
- Frekuensi napas dengan head-tilt dan chin
membaik lift
- Pola napas membaik 2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kuarang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
konsep McGill
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
Intervensi Utama : Latihan
Batuk Efektif

Observasi

1. Identifikasi kemampuan
batuk
2. Monitor adanya retensi
sputum
3. Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
4. Monitor input dan output
cairan (mis. jumlah dan
karakterisrik)
Terapeutik

1. Atur posisi semi-fowler


atau fowler
2. Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
3. Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik)
3. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspetoran,
jika perlu.
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan Intervensi Pendukung :
berhubungan dengan keperawatan selama …x… Pemantauan Respirasi
ketidakseimbangan jam diharapkan pertukaran Observasi
ventilasi-perfusi gas meningkat dengan kriteria 1. Monitor frekuensi, irama,
hasil: kedalaman, dan upaya
1. Dispnea menurun napas
2. Bunyi napas tambahan 2. Monitor pola napas
menurun (seperti bradipnea,
3. PCO2 membaik takipnea, hiperventilasi,
4. PO2 membaik Kussmaul, Cheyne-
5. Takikardia membaik Stokes, Biot, ataksik)
6. pH arteri membaik 3. Monitor kemampuan
batuk efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor nilai AGD
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Intervensi Pendukung :
Terapi Oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri,
analisa gas darah), jika
perlu
4. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
5. Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
6. Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
7. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan secret pada
mulut, hidung dan trachea,
jika perlu
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
3. Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengat tingkat mobilisasi
pasien Edukasi 1. Ajarkan
pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
3 Pola napas tidak efektif - Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
berhubungan dengan keperawatan selama … Pemantauan Respirasi
hambatan upaya napas x… jam diharapkan pola Observasi
napas membaik dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
kriteria hasil: kedalaman, dan upaya
- Dispnea menurun napas
- Penggunaan otot bantu 2. Monitor pola napas
napas menurun (seperti bradipnea,
- Frekuensi napas takipnea, hiperventilasi,
membaik (16-20 Kussmaul, Cheyne-
x/menit) Stokes, Biot, ataksik
- Kedalaman napas 3. Monitor kemampuan
membaik batuk efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Intervensi Pendukung :
1. hiperventilasi, Kussmaul,
CheyneStokes, Biot,
ataksik
2. Monitor kemampuan
batuk efektif
3. Monitor adanya produksi
sputum
4. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
5. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor nilai AGD
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Jalan Napas
Observasi
1. Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (mis. gurgling,
mengi, wheezing, ronki
kering)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas
dengan head-tilt dan chin
lift
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas
dengan head-tilt dan chin
lift
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif Kolaborasi 1.
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
4 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
berhubungan dengan keperawatan selama …x… Perawatan jantung
perubahan frekuensi jantung jam diharapkan curah jantung Observasi:
meningkat dengan criteria 1. Identifikasi tanda/gejala
hasil: primer penurunan curah
1. Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi dispnea,
meningkat kelehan , edema,
2. Palpitasi menurun ortopnea)
3. Bradikardia menurun 2. Identifikasi tanda/gejala
4. Takikardia menurun sekunder penurunan curah
5. Gambaran EKG aritmia jantung (meliputi,
6. Lelah menurun hepatomegali, distensi
7. Edema vena jugularis, ronkhi
8. Distensi vena jugularis basah, batuk, kulit pucat)
menurun 3. Monitor tekanan darah
9. Dispnea menurun 4. Monitor intake output
10. Oliguria menurun cairan
11. Pucat/sianosis menurun 5. Monitor saturasi oksigen
12. Ortopnea menurun 6. Monitor keluhan nyeri
13. Batuk menurun dada
14. Suara jantung S3 7. Periksa tekanan darah dan
15. Suara jantung S4 frekuensi nadi sebelum
menurun dan sesudah aktivitas
16. Tekanan darah membaik Terapeutik:
(120/80 mmHg) 1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai
3. Fasilitasi pesien dan
keluarga untuk modifkasi
gaya hidup sehat
4. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres,
jika perlu
5. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi:
1. Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap
2. Anjurkan berhenti
merokok
3. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan ouput cairan
Kolaborasi:
1. Rujukan ke program
rehabilitasi jantung
5 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :
dengan proses penyakit keperawatan selama …x… Manajemen Hipertermia
jam diharapkan termoregulasi Observasi :
membaik 1. Identifkasi penyebab
dengan criteria hasil: hipertermi (mis. dehidrasi
- Suhu tubuh membaik terpapar lingkungan panas
(36,5-37,5oC) penggunaan incubator)
- Suhu kulit membaik 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
5. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama : Dukungan
berhubungan dengan keperawatan selama …x… Ambulasi
ketidakseimbangan antara menit diharapkan toleransi Observasi :
suplai dan kebutuhan aktivitas meningkat dengan 1. Identifkasi gangguan
oksigen kriteria hasil : fungsi tubuh yang
- Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan kelelahan
(60-80 x/menit) 2. Monitor kelelahan fisik
- Keluhan lelah menurun dan emosional
- Dispnea saat aktivitas 3. Monitor pola dan jam
menurun tidur
- Dispnea setelah aktivitas 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

D. Implementasi Keperawatan
Melaksanakan implementasi sesuai dengan apa yang direncanakan di
intervensi keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan di lakukan dengan cara
melibatkan pasien.
S = Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga
O = Berdasarkan outcome yang diharapkan
A = Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian
dan /atau tidak tercapai
P = Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diene, C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Medikal
Bedah:Buku Saku untuk Brunner & Suddarth. EGC ; Jakarta
Brunner & Suddarth, 2014. “Keperawatan Medikal Bedah”, edis 8 , EGC, Jakarta
Huldani. 2014.Edem Paru Akut. Naskah Publikasi. Banjarmasin:Universitas
Lambung Mangkurat Fakultas Kedokteran. http://docplayer.info/
Hariyanto. A. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Acut Lung Oedem. Naskah
Publikasi. Pekanbaru: Stikes Payung Negeri
Setyawan.S. 2007. Oksigenasi Dengan Bag And Mask 10 Lpm Memperbaiki
Asidosis Respiratorik. Naskah Publikasi. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. https://e-journal.unair.ac.id/
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai