Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STANDARISASI GAMBAR TEKNIK

Hasil Pembelajaran Umum


Mahasiswa mampu mendefenisikan dan menjelaskan standarisasi gambar menurut
standar ISO

Hasil Pembelajaran Khusus


Mahasiswa mampu menggunakan standar kertas gambar, standar garis tepi, standar
huruf, standar garis dan standar skala dalam menggambar teknik.

Pendahuluan
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari pengirim ke
penerima. Penyampaian informasi tidak hanya dapat dilakukan secara lisan tetapi
juga bisa melalui gambar. Komunikasi secara lisan memiliki keterbatasan dalam
menjelaskan sebuah bentuk. Walaupun pemberi informasi memiliki kemampuan
menjelaskan yang baik namun penerima informasi belum tentu memiliki
gambaran yang sama. Oleh karena itu media gambar dapat dijadikan salah satu
sarana penyampaian informasi.

Gambar 1.1 Pillow (Sumber : amazonsupply.com)

1
Coba anda jelaskan bentuk di atas secara rinci kepada salah seorang teman dan
tugaskan dia untuk membuat gambar sketsanya berdasarkan penjelasan anda.
Apakah gambar sketsa yang dibuat oleh teman anda mendekati bentuk dan ukuran
objek sebenarnya? Kesimpulannya, bahasa lisan sangat terbatas dalam
menjelaskan ukuran, bentuk dan fungsi secara rinci sesuai dengan aslinya.

Penyampaian ide, pemikiran atau rencana dari suatu konstruksi kerja kepada
orang lain disebut dengan gambar teknik. Bila benda kerja yang diinformasikan
dalam bentuk sederhana maka ide atau konstruksi benda tersebut akan mudah
dipahami namun bagaimana bila konstruksinya ternyata rumit ?

Untuk memudahkan hal tersebut dibutuhkan suatu standar (ketetapan) sehingga


setiap orang yang membuat atau membaca gambar teknik memiliki persepsi yang
sama. Aturan gambar dibuat atas persetujuan bersama antar orang-orang yang
bersangkutan. Peraturan tersebut dijadikan acuan di lingkup mana orang bekerja.
Standar yang digunakan dalam perusahaan disebut dengan standarisasi
perusahaan/industri, untuk lingkup negara disebut dengan standarisasi nasional
dan untuk kerjasama antar industri secara internasional disebut dengan
standarisasi internasional.

Standarisasi gambar teknik berfungsi sebagai berikut:


1. Memberikan kepastian sesuai dan tidak sesuai kepada pembuat dan pembaca
gambar dalam menggunakan aturan-aturan gambar menurut standar.
2. Menyeragamkan penafsiran terhadap cara-cara penunjukkan dan
penggunaan simbol-simbol yang dinyatakan dalam gambar sesuai
dengan penafsiran standar.
3. Memudahkan komunikasi teknis antar perancang/pembuat gambar
dengan pengguna gambar.
4. Memudahkan kerjasama antara perusahaan-perusahaan dalam memproduksi
benda-benda teknik dalam jumlah banyak yang harus diselesaikan
dalam waktu yang serempak.
5. Memperlancar produksi dan pemasaran suku cadang alat-alat industri.
2
Standarisasi dalam gambar teknik yang telah ditetapkan di beberapa
negara industri maju adalah:
1. JIS (Japanese Industrial Standards) merupakan standar industrI di
negara Jepang.
2. NNI (The Netherlands Standardization Institute), merupakan standarisasi di
negara Belanda.
3. DIN (Deutsches Institut für Normung), standarisasi di negara Jerman.
4. ANSI (American National Standard Institute), standarisasi di negara
Amerika.

Di Indonesia juga terdapat standar. Dahulu namanya Standar Industri Indonesia


(SII). Sejak terbit peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 1991 tentang Standar
Nasional Indonesia, maka nama SII diganti dengan SNI (Standar
Nasional Indonesia). SNI dikelola oleh Dewan Standarisasi Nasional (DSN)
yang sekarang berkedudukan di Jakarta.

Dengan meningkatnya kerjasama di tingkat internasional, maka perusahaan/


industri diharuskan untuk menggunakan standar yang bersifat internasional.
Untuk itu dibentuk badan standar industri yang diberi nama International
Organization for Standardization (ISO).
ISO merupakan badan non pemerintah yang didirikan pada tanggal 14 Oktober
1946. Tujuan dibentuknya ISO adalah untuk menyatukan pengertian teknik antar
bangsa. Bidang kerja ISO yang menangani standar gambar teknik disebut
ISO/TC 10 (gambar teknik), yang bertugas menstandarkan gambar-gambar teknik
agar dapat diterima di dunia internasional sebagai bahasa teknik.

1.1 Standar Ukuran Kertas Gambar


Standar ukuran kertas gambar digunakan di beberapa negara, sebagaimana dikenal
dengan seri A.
Ukuran dasar adalah 1 (satu) meter persegi ( 1 m2) dengan perbandingan sisi 1 : √2
dengan ukuran 841 mm dan 1189 mm.
3
Ukuran ini dikenal sebagai A0 (A-nol).
Ukuran lainnya didapat dengan membagi dua A0 menjadi ukuran yang lebih kecil
seperti terlihat pada gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1.2 Perbandingan Standar Kertas.

Kertas gambar dapat digunakan dengan arah memanjang (y) atau lebar (X).

Tabel 1.1 Ukuran Standar Kertas


Ukuran Kertas X (mm) Y (mm)
A0 841 1189
A1 594 841
A2 420 594
A3 297 420
A4 210 297
A5 148 210

4
1.2 Standar Garis Tepi
Sesuai dengan standar ISO, setiap kertas gambar mempunyai garis tepi, 20 mm sisi
sebelah kanan untuk semua ukuran kertas, seperti ditunjukkan pada gambar 1.3 dan
tabel 1.2 berikut ini.

20
mm C

Gambar 1.4 Ukuran Garis Pinggir Gambar.

Hurup C mewakili ukuran batas tepi bawah, batas tepi atas dan batas tepi kanan dari
kertas gambar.
Tabel 1.2 Ukuran Garis Pinggir Kertas Gambar
Ukuran Kertas Tepi Kiri (mm) C (mm)
A0 20 15
A1 20 15
A2 20 10
A3 20 10
A4 20 10

Pada setiap gambar terdapat Kepala Gambar pada sudut kanan bawah yang terdiri
atas :

5
 Nama yang membuat gambar
 Judul gambar
 Nama instansi, departemen atau sekolah
 T anggal menggambar atau selesainya gambar
 Tanggal diperiksanya gambar dan nama pemeriksa
 Ukuran kertas gambar yang dipakai
 Skala gambar
 Jenis proyeksi
 Satuan ukuran yang digunakan
 Berbagai data yang diperlukan untuk kelengkapan gambar seperti nomor
arsip.

Ada beberapa tipe kepala gambar yang dapat digunakan, salah satunya seperti yang
diperlihatkan pada gambar berikut ini beserta ukurannya.

Gambar 1.5 Contoh Kepala Gambar

1.3 Standar Huruf Teknik


Huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik, yang dianjurkan oleh ISO
3098/11974 harus mudah dibaca dan dapat ditulis miring 75 atau tegak. Contoh

6
atau gambaran dari huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik adalah
sebagai berikut.

1. Penulisan Huruf dan Angka Tegak

Gambar 1.6 Bentuk Huruf dan Angka Tegak (ISO)

2.

7
Gambar 1.7 Bentuk Huruf dan Angka Miring (ISO)

3. Ukuran Huruf Standar

Perbandingan tinggi dan lebar huruf diambil dari perbandingan ukuran kertas yang
distandarkan, yaitu √2 : 1.
Ketentuan-ketentuan ukuran huruf yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel 5
berikut:

8
Tabel 1.3 Perbandingan standar huruf dan angka

Keterangan tabel:
a. Tinggi huruf kecil; tinggi huruf kecil disini adalah tinggi huruf kecil
diantara huruf yang dipakai, tinggi huruf kecil ini tanpa tangkai dan kaki
(huruf b, k, l = bertangkai dan j, g = berkaki).
b. Tinggi huruf kecil untuk tipe A = (10/14).h dan untuk tipe B = (7/10).h
c. Jarak antar huruf; jarak antar huruf disini adalah jarak antara huruf yang
satu dan lainnya dalam satu kata. Untuk tipe A (2/14).h dan untuk tipe B
(2/10).h.
d. Jarak antar garis; jarak antar garis disini adalah jarak antara batas bawah
huruf besar di atas dan batas atas huruf besar di bawah.
e. Jarak antar kata; bila dalam suatu kalimat ada dua kata yang disambung
(misalnya baja nikel) maka jarak antara kata baja dan nikel tersebut
dianjurkan sebagai berikut: untuk penggunaan tipe huruf A jaraknya
6/14.h dan untuk tipe huruf B jaraknya 6/10.h.
f. Tebal huruf yaitu tebal pena yang digunakan untuk membuat huruf.

Ukuran pena tersebut harus disesuaikan dengan tinggi huruf dan tipe huruf yang
digunakan. Tebal huruf yang dianjurkan untuk tipe A adalah 1/14 h dan untuk
tipe B yaitu 1/10h.

9
Contoh 1:

Jika huruf mempunyai tinggi h = 14 mm, berapa lebar hurufnya (x = lebar


huruf)?

Jawab:
h: x = √2 : 1
Dengan h = 14 mm, maka x = h/√2 = 14/√2 = 9,899 mm.

Jadi lebar hurufnya adalah 9,899 mm atau dibulatkan 10 mm.

Contoh 2:

Berapakah tinggi huruf kecil untuk huruf tipe A dan B bila tinggi huruf
besarnya 14 mm?

Jawab:
a. Tinggi huruf kecil untuk tipe A adalah (10/14).h, dengan h = 14 mm,
maka (10/14).14 = 10 mm.
b. Tinggi huruf kecil untuk tipe B adalah (7/10).h, dengan h = 14 mm,
maka (7/10).14 = 9,8 mm dibulatkan 10
mm.

Contoh 3:

Berapakah jarak antar garis untuk huruf tipe A dan B bila tinggi huruf
besarnya 14 mm ?
Jawab:
a. Jarak antar garis untuk tipe A adalah (20/14).h, dengan h = 14 mm,
maka (20/14).14 = 20 mm.
b. Jarak antar garis untuk tipe B adalah (14/10).h, dengan h = 14 mm,
maka (14/10).14 = 19,6 mm dibulatkan 20 mm.

10
Gambar 1.8 Jarak antar Garis

Contoh 4:

Berapakah jarak antar kata untuk huruf tipe A dan B bila tinggi huruf
besarnya 14 mm?

Jawab:

a. Jika menggunakan huruf standar tipe A dengan tinggi 14 mm maka


jarak antar katanya adalah (6/14).14 = 6 mm
b. Bila menggunakan tipe B dengan tinggi huruf 14 mm maka jarak
antar katanya adalah (6/10).14 = 8,4 mm.

Contoh 5:
Berapakah tebal huruf untuk tipe A dan bila tinggi huruf yang digunakan
tingginya 7 mm ?
Jawab:

Jika kita menggunakan tinggi huruf h = 7 mm, maka:


a. Untuk huruf tipe A, tebal hurufnya adalah (1/14) x 7 = 0,5 mm.
b. Untuk huruf tipe B, tebal hurufnya adalah (1/10) x 7 = 0,7 mm.

11
Tabel 1.4 Penerapan Huruf dan Angka Standar
Tinggi Huruf / Angka Aplikasi Penggunaan
2,5 mm Toleransi
3,5 mm Skala Dari Detail
Tanda Pengerjaan
Skala pada kepala gambar
Daftar Bagian pada kepala gambar
Digambar/Diperiksa pada kepala gambar
Penunjukan ukuran, Tulisan-tulisan
perubahan, pemesanan pada kepala gambar

5,0 mm Skala
Nama Instansi
Potongan, pandangan, detail
7,0 mm Nomor bagian
Nomor Gambar
Judul Gambar pada kepala gambar

1.4 Standar Garis dan Aplikasinya


Salah satu faktor yang penting dalam gambar yang baik adalah mutu dari garis
lukisan. Sangatlah penting bahwa semua garis harus seragam ketebalan dan
kehitamannya.
Tabel 1.5 Jenis-Jenis Garis (ISO R.128)
Ukuran Kertas
Garis Contoh Garis Jenis Garis
A4, A3, A2 A1, A0
A Garis Tebal 0,5 0,7
B Garis Tipis 0,25 0,35
C Garis Tipis (bebas)

D Garis Tipis (putus- 0,25 0,35


putus)
E Garis Tipis (strip- 0,25 0,35
titik)
F Garis strip titik strip 0,5 / 0,25 0,7 / 0,35
tebal pada ujungnya.
G Garis Tebal (strip- 0,5 0,7
titik)

12
Garis A : adalah garis untuk membuat garis-garis tepi dan garis-garis nyata
(gambar).
Salah satu kesulitan adalah dalam memastikan busur dan lingkaran
memiliki lebar dan kehitaman yang sama seperti pada garis lurus.
Bilamana garis lurus dan lingkaran atau busur dari lingkaran harus
disambungkan, maka gambarlah terlebih dahulu garis busur dan
lingkaran, kemudian gambarlah garis lurus dengan membentuk garis
singgung.

Garis B : adalah untuk garis proyeksi/bantu, garis berpotongan khayal (imajiner),


garis ukur, garis petunjuk, garis arsir, garis nyata dari penampang
yang diputar ditempat, garis sumbu pendek.

Garis C : memiliki ketebalan yang sama seperti garis B, digunakan untuk garis-
garis dari potongan sebagian atau bagian yang dipotong, bila batasnya
bukan garis bergores tipis.

Garis D : yaitu garis pendek (garis putus-putus) yang terdiri dari garis-garis yang
panjangnya kira-kira 2 mm – 3 mm, dan terutama digunakan untuk
menunjukkan suatu detail yang tersembunyi.

Garis E : adalah garis rantai panjang (strip-titik) yang digunakan untuk garis
pusat. Garis ini biasanya juga digunakan untuk menunjukkan posisi
yang berganti-ganti dari suatu bagian yang bergerak.

Garis F : digunakan untuk menunjukkan permukaan yang dipotong dan digambar


tebal pada ujungnya dan pada perubahan arah.

Garis G : Menunjukkan permukaan yang harus memenuhi persyaratan khusus.

13
1.5 Standar Skala
Skala merupakan perbandingan ukuran antara objek pada gambar dan ukuran
benda sebenarnya.
Bila memungkinkan gambar kerja harus digambar dengan ukuran sebenarnya,
yaitu sama dengan skala 1 : 1. Akan tetapi beberapa objek ukurannya terlalu
kecil, sehingga harus diperbesar penggambarannya. Sebaliknya jika ukuran objek
terlalu besar, maka penggambarannya harus diperkecil.
Berdasarkan standar skala metrik, skala dikelompokkan menjadi skala
sebenarnya (ukuran normal), sakal diperbesar dan skala diperkecil.
Bilangan skala yang direkomendasikan untuk digunakan pada gambar teknik
adalah : 1, 2, 5 dan 10.

Tabel 1.6 Skala pada Gambar Teknik


Kategori Skala yang direkomendasikan
50 : 1 20 : 1 10 : 1
Skala perbesaran
5:1 2 :1
Ukuran sebenarnya 1:1
1:2 1:5 1 : 10
1 : 20 1 : 50 1 : 100
Skala pengecilan
1 : 200 1 : 500 1 : 1000
1 : 2000 1 : 5000 1 : 10000

Ketentuan penunjukan skala pada gambar teknik adalah:


a. Penggunaan tanda skala terdiri dari kata “SKALA” diikuti oleh rasio.
b. Kata “SKALA” dapat dihilangkan selama tidak terjadi
kesalahpahaman.
c. Skala yang digunakan dicantumkan pada gambar.
d. Jika menggunakan lebih dari satu skala pada satu gambar, hanya
skala utama saja yang ditunjukkan pada gambar. Skala lainnya ditetapkan

14
berdekatan dengan gambar bagian atau huruf yang menunjukkan detail
gambar.
Pembagian antara ukuran gambar dan ukuran sebenarnya disebut ”Representatif
Friction (RF)”
RF = Panjang pada gambar / Panjang sebenarnya.

15
Rangkuman
1. Ukuran dasar kertas gambar adalah 1 m2 dengan perbandingan sisi-
sisinya 1 : √2 dengan ukuran 841 mm dan 1189 mm yang dikenal sebagai
kertas A0.
2. Untuk mendapatkan ukuran kertas lainnya adalah dengan membagi dua
panjangnya, yaitu :
a. A1 adalah ½ dari A0
b. A2 adalah ½ dari A1
c. A3 adalah ½ dari A2
d. A4 adalah ½ dari A3
3. Ukuran garis pinggir sebelah kiri kertas gambar adalah 20 mm dari
pinggir kertas untuk semua ukuran kertas gambar.
4. Pembagian antara ukuran gambar dan ukuran sebenarnya disebut
”Representatif Friction (RF)”
RF = Panjang pada gambar / Panjang sebenarnya.

16
Soal – Soal Tes / Latihan

1. Sebutkan ukuran standar kertas gambar A3 dan A4 ?


2. Sebutkan ukuran garis pinggir untuk kertas gambar ukuran A3 dan A4 ?
3. Sebutkan fungsi garis lukisan berikut ini :
a. Garis Tebal
b. Garis Tipis
c. Garis Putus-putus
d. Garis Strip-titik
4. Pada gambar tertera skala 1 : 50. Sebuah garis pada gambar dengan
panjang 100 mm. Berapa ukuran panjang garis sebenarnya ?
5. Gambarkan gambar berikut ini dengan skala 2 : 1.

17
6. Gambarkan gambar berikut ini dengan skala 2 : 1.

18

Anda mungkin juga menyukai