Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Sejarah Tanaman Karet

Karet telah lama dipakai berabad-abad lamanya oleh bangsa Maya


sebelum diperkenalkan di Eropa oleh Columbus. Pada tahun 1493 Michele de
Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika. Dalam perjalanan ini
ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah, pohon-pohon itu hidup secara
liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli
mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang
diperoleh kemudian dijadikan bola yang dapat dipantul pantulkan. Bola ini
disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga
membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut, bahkan kadangkala untuk
menyalakan api. Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa
mempublikasikan penemuan Michele de Cuneo (PS, 2008).
Setalah tanaman karet ditemukan dan dapat digunakan untuk kehidupan
sehari-hari, maka banyak pakar yang tertarik untuk melakukan uji coba karet.
Percobaan penggunaan karet dikembangkan terus menerus, penemuan yang sangat
menentukan tumbuhan karet adalah ditemukannya cara vulkanisasi (Vulcanization
process) oleh seorang ahli kimia Amerika, Charles GoodYear, pada tahun 1839,
pada proses vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat suhu
tertentu, sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam
penggunaan bahan karet murni. Dengan perbaikan dan penyempurnaan yang
terus menerus, akhirnya menghasilkan berbagai macam bahan karet mulai dari
yang lunak sampai yang keras.
Pemanfaatan karet yang sangat berarti ditemukan oleh DUNLOP pada
tahun 1888, yakni diciptakannya ban pompa, penemuan ini disusul oleh
MICHELIN (Prancis) dan GOODRICH (Amerika) dengan menciptakan ban mobil
yang kemudian berkembang terus setelah orang berhasil membuat mobil pada
tahun 1895, dampak nyata dari penemuan kendaran mobil adalah permintaan karet
semakin meningkat.

1 | Husnah, MT
Tanaman karet dikenal dengan beberapa sebutan, seperti lastik bara
(Arab), caucho (Spanyol), caoutchouc de Para (Prancis), atau kausuu (Kamboja).
Secara ilmiah, bahasa latin untuk tanaman ini adalah hevea brasiliensis. Di
Indonesia dikenal beberapa nama untuk menyebut tanaman karet, seperti pohon
rambong, pohon hevea, pohon getah, atau pohon para. Secara alamiah, umur
tanaman karet dapat mencapai lebih dari 100 tahun (Siregar dan Irwan, 2013).
Berasal dari benua Amerika, tanaman karet ini yang pada masa itu disebut
pohon para akhirnya dibawa ke Inggris dengan susah payah, dikarenakan
kebijakan pemerintah Brasil yang melarang bibit tanaman tersebut keluar dari
negaranya. Dari Negara Inggris, tibalah benih tersebut di Malaka pada akhir abad
ke XIX. Pada awal abad ke XX masuk ke Indonesia (Bogor) dan dari Malaka ke
Jambi, Palembang, Aceh, Kalimantan Barat, dan lain-lain.
Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan
Belanda. Awalnya, karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai koleksi.
Selanjutnya, karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di
beberapa daerah. Pemerintah Belanda tertarik untuk meluaskan tanaman karet
karena tembakau dan kopi yang menjadi andalan waktu itu tengah mengalami
kelesuan. Kelesuan perdagangan kedua komoditas ini menimbulkan minat
penguasa Belanda untuk mengusahakan perkebunan karet. Tahun 1864
perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh
Hofland pada tahun tersebut di daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis
karet yang ditanam pertama kali adalah karet rambung atau Ficus elastic. Jenis
karet alam atau Hevea brasiliensis baru ditanam pada tahun 1902 di daerah
Sumatera Timur dan ditanam di pulau Jawa tahun1906 (PS, 2008).
Karena sifat pohon ini yang mudah tumbuh, maka sekitar tahun 1915,
telah banyak tanaman para yang tumbuh di seluruh Indonesia, getah dari pohon
para yang telah dimasak lazim disebut karet dan pohonnnya dinamakan pohon
karet. Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan
(dikenal sebagai latex) di getah beberapa jenis tumbuhan, tetapi dapat juga
diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Para, Hevea brasiliensis
(Euphorbiaceae). Hal tersebut dikarenakan jika melukainya akan memberikan

2 | Husnah, MT
respons yang menghasilkan lebih banyak lateks lagi. Pohon lainnya yang
mengandung lateks termasuk fig, euphorbia dan dandelion. Pohon-pohon tersebut
tidak menjadi sumber utama karet, namun pada perang dunia II persediaan karet
orang Jerman dihambat, mereka mencoba sumber-sumber di atas, sebelum
penciptaan karet sintetis.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber
daya alam yang ada di Indonesia digunakan dalam berbagai hal, seperti: sumber
energi (bahan bakar), bahan dasar pembuatan produk, dll, sehingga pengadaan
material alam sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Material alam tersebut
banyak yang berasal dari tumbuhan hijau, salah satunya adalah karet atau rubber.
Material karet yang telah diolah, seringkali membantu kita dalam kehidupan
sehari-hari baik dari hal yang besar sampai hal yang terkecil, contohnya
pembuatan ban mobil yang akhirnya dapat membantu kita dalam hal transportasi,
sampai pada karet gelang yang membantu kita dalam membungkus sesuatu.
Karet yang kita kenal saat ini berasal dari getah pohon karet yang
dikumpulkan menjadi lembaran-lembaran yang selanjutnya diolah menjadi-
produk-produk tertentu. Dengan banyaknya produk-produk yang dibuat dari
bahan baku karet, membuat para ilmuan terus berusaha mencari berbagai cara
untuk dapat memanfaatkan material karet secara lebih maksimal. Hasilnya,
banyak produk- produk berbahan dasar karet yang kita temui memiliki tingkat
keelastisan yang tinggi maupun rendah dengan campuran bahan kimia dan teknik
pengolahan tertentu. Oleh karena itu, karet dapat digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu karet alami dan karet sintetis. Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tanaman karet yang kita kenal memiliki sejarah yang cukup
panjang sampai akhirnya menjadi produk yang dapat kita pakai. Dikarenakan
banyaknya produk yang dihasilkan oleh material ini, maka sangatlah penting
dilakukan penelusuran terhadap material karet ini. Hal tersebut dilakukan agar kita
dapat mengetahui teknologi-teknologi apa saja yang dipakai untuk dapat
mengembangkan potensi dari karet tersebut.

3 | Husnah, MT

Anda mungkin juga menyukai