Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN

PROGRESS REPORT PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMBIAYAAN KLAIM


KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)

I. LATAR BELAKANG
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau yang dikenal sebagai KIPI
merupakan kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi dan diduga
berhubungan dengan imunisasi. Kejadian ini dapat berupa reaksi vaksin,
kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentuk

Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin


juga meningkat dan sebagai akibatnya kejadian berupa reaksi simpang
yang diduga berhubungan dengan imunisasi juga meningkat. Terutama
pada saat imunisasi massal dimana dilakukan pemberian imunisasi dalam
jumlah banyak pada kurun waktu tertentu, akan muncul jumlah laporan KIPI
yang meningkat.

Untuk itu harus dilakukan persiapan penanggulangan KIPI yang sistematik


dan terencana dengan baik, termasuk persiapan dalam pembiayaan kasus
KIPI; Merujuk pada Permenkes no 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi pasal 42 ayat 1-4 menyatakan bahwa pasien yang mengalami
gangguan kesehatan diduga akibat KIPI diberikan pengobatan dan
perawatan, dimana pembiayaan untuk pengobatan, perawatan, dan rujukan
bagi seseorang yang mengalami gangguan kesehatan diduga KIPI atau
akibat KIPI dibebankan pada anggaran pendapatan belanja daerah atau
sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Telah dilakukan beberapa kali pertemuan koordinasi dengan LP/LS dan


berdasarkan arahan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan maka
setiap kasus KIPI harus dibiayai negara. Oleh karena itu diperlukan
mekanisme pembiayaan yang jelas dan pasti agar tidak ada keraguan
dalam implementasi di lapangan. Untuk itu diperlukan petunjuk teknis untuk
memastikan pembiayaan KIPI dapat berjalan dengan baik.

II. TUJUAN
Tersedianya petunjuk teknis pembiayaan klaim kasus KIPI sebagai acuan
bagi para pengambil kebijakan, pengelola program dan petugas kesehatan
lainnya di rumah sakit, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan
puskesmas.

Tujuan Khusus
1. Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan untuk definisi, klasifikasi
dan jenis KIPI
2. Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan untuk peran dan fungsi
dalam pembiayaan KIPI
3. Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan untuk jaminan
pelayanan kasus KIPI
4. Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan untuk kriteria, batasan
penjaminan dan perhitungan tarif jaminan kasus K[PI
5. Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan untuk pembinaan dan
pengawasan pembiayaan KIPI

III. PESERTA
1. Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI;
2. Sekretariat Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI;
3. Biro Perencanaan Kementerian Kesehatan;
4. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan;
5. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan;
6. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan;
7. Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Desentralisasi Kesehatan;
8. Bidang Jaminan Pelayanan Kesehatan Primer, BPJS
9. Bidang Jaminan Pelayanan Kesehatan Rujukan, BPJS
10. Tim Kerja Program dan Informasi Ditjen Pelayanan Kesehatan ;
11. Tim Kerja Program dan Informasi Ditjen P2P;
12. Tim Kerja Hukormas Ditjen P2P;
13. Tim Kerja Hukorman Ditjen Yankes;
14. Tim Kerja dalam Direktorat Pengelolaan Imunisasi;
15. WHO-EPI Indonesia;

IV. PROGRES PENYUSUNAN JUKNIS JAMINAN PELAYANAN KASUS KIPI

Pembiayaan bagi pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan akibat


Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi pada Bulan Imunisasi Anak Nasional (KIPI
BIAN), diatur dalam surat edaran Ditjen Yankes dengan mengadop
mekanisme penanggulangan KIPi Covid yang dikelola oleh Yankes melalui
dana APBN untuk daerah yang memenuhi kriteria tidak mampu untuk
membiayai kasus KIPI yang terjadi di daerahnya

Mempertimbangkan Permenkes 12 tahun 2017 tentang KIPI bahwa


Pembiayaan utama untuk pengobatan, perawatan, dan rujukan bagi pasien
program Imunisasi pada Bulan Imunisasi Anak Nasional yang mengalami
gangguan kesehatan KIPI dibebankan kepada Pemerintah Daerah Provinsi
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah

Dalam hal Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota tidak mampu membiayai atau yang memiliki Pendapatan
Asli Daerah (PAD) rendah, maka pengobatan, perawatan, dan rujukan bagi
pasien Program Imunisasi pada Bulan Imunisasi Anak Nasional yang
mengalami gangguan kesehatan KIPI dapat dibebankan kepada anggaran
Kementerian Kesehatan. Pembiayaan sebagaimana dimaksud
dilaksanakan melalui mekanisme klaim yang diajukan kepada Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan c.q. Direktorat PelayananKesehatan
Rujukan dengan ketentuan:

Adapun untuk KIPI pada pelayanan imunisasi rutin akan diatur mekanisme
pembiayaan melalui anggaran Kementerian Kesehatan c.q Direktorat
Imunisasi, yang mana dalam perjalananya akan diatur agar penjaminannya
tidak duplikasi dengan penjaminan JKN apabila penderita KIPI merupakan
peserta aktif JKN

Dalam manfaat JKN bahwa pelayanan yang sudah merupakan ranah


pembiayaan program kesehatan, masuk dalam ranah diluar penjaminan
manfaat JKN, dimana KIPI sebagai salah satunya. Pada prinsipnya
penyakit akibat paska imunisasi sebagai pertolongan pertama apabila
penderita merupakan peserta JKN akan dijamin berdasarkan diagnosis
penderitanya, namun merupakan hal yang terpisah terkait penannaan
bahwa penderita merupakan kasus KIPI dimana ini merupakan ranah dalam
hal kepentingan pendataan epidemiologi

Rekomendasi dalam penyusunan juknis KIPI, bahwa dalam hal skema


pembiayaan KIPI merupakan tanggung jawab penerintah baik pusat dan
daerah, namun hal ini perlu irisan yang jelas terkait skema penjaminan
dalam mekanisme pengklaiman khususnya terkait Jaminan Kesehatan
Nasional sehingga perlu diredaksikan secara cermat bahwa pembiayaan
KIPI mengacu pada pembiayaan lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Penyusun Laporan
Ratu Martiningsih

Anda mungkin juga menyukai