Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)

DANA ALOKASI KHUSUS NON FISIK


DINAS KESEHATAN KAB. HALMAHERA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2018

A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 5 ayat (1)
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya, pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Kemudian pada ayat (3) bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Selanjutnya pada pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan
yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup
sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata
bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Oleh sebab itu di awal tahun 2011, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI
mencanangkan suatu kebijakan yang tertuang dalam program Jaminan Persalinan
(Jampersal). Program ini dibuat guna membantu dalam pencapaian tujuan Pembangunan
Kesehatan Nasional serta Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Salah satu
tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional yang terkait dengan program Jampersal ini adalah
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup
tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 PER 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per
1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Millennium Development Goals/MDG’s 2000) pada tahun
2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per
100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1.000
KH.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang
terjadi 90 % pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28 %),
eklamsia (24 %), infeksi (11 %), komplikasi puerperium (8 %), partus macet (5 %), abortus (5
%), trauma obstetric (5 %), emboli (3 %), dan lain-lain 11 % (SKRT 2001).
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga Terlambat),
diantaranya telambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh
pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan
pada saat dalam keadaan emergency. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Oleh karena itu, upaya penurunan AKI dan AKB tidak dapat lagi dilakukan dengan
intervensi biasa, diperlukan upaya-upaya terobosan serta peningkatan kerjasama lintas
sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI dan AKB, agar dapat mencapai target
MDGs. Salah satu indikasi yang penting adalah perlunya meningkatkan akses masyarakat
tehadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada
seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan.
Sasaran peserta dari program Jampersal ini ialah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca
melahirkan sampai 42 hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari) yang belum memiliki jaminan biaya
kesehatan.
Pelayanan Jampersal ini meliputi pemeriksaan kehamilan antenatal care (ANC),
pertolongan persalinan, pemeriksaan postnatal care (PNC) oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan pemerintah (Puskesmas dan jaringannya), fasilitas kesehatan swasta yang tersedia
fasilitas persalinan (Klinik/Rumah Bersalin, Dokter Praktik, Bidan Praktik) dan yang telah
menanda-tangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas
Kabupaten/Kota. Selain itu, pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan persalinan
dengan penyulit dan komplikasi dilakukan secara berjenjang di Puskesmas dan RS
berdasarkan rujukan.
Sumber pendanaan program Jampersal berasal dari dana APBN yang dituangkan dalam
satu DIPA bergabung dengan program Jamkesmas.

B. GAMBARAN UMUM
1. Pengertian Jaminan Persalinan
Adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Dan dasar hukum dari jaminan persalinan yaitu
Permenkes RI No 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan.

2. Sasaran Jaminan Persalinan


Sasaran yang dijamin Jampersal :
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas (pasca melahirkan-42 hari )
d. Bayi baru lahir (0-28 hari)

3. Kebijakan Operasional
a. Pengelolaan Jaminan Persalinan di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK).
b. Pengelolaan kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari
program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen
Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya.
c. Peserta program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki
jaminan persalinan.
d. Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di
kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas
dan BOK Kabupaten/Kota.
e. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
f. Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan
terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan.
g. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah
(Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan POA Puskesmas.
h. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta
dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi
wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.

4. Ruang Lingkup Jaminan Persalinan


Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan
rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari :
a. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama
Jenis pelayanan Jaminan Persalinan di tingkat pertama meliputi :
1) Pemeriksaan kehamilan
2) Pertolongan persalinan normal
3) Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan
4) Pelayanan bayi baru lahir
5) Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Jenis pelayanan Jaminan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi :
1) Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit
2) Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di
pelayanan tingkat pertama
3) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang setara
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Jaminan persalinan mempunyai tujuan untuk menjamin akses pelayanan persalinan
yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.
b) Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
c) Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca pesalinan.
d) Meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir.
e) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan
akuntabel.

D. SASARAN
Sasaran pada Pertemuan Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) Dana Alokasi
Khusus Non Fisik adalah bidan koordinator pada masing-masing puskesmas di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Barat.

E. WAKTU DAN METODE KEGIATAN


1. Waktu
Pelaksanaan Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) Dana Alokasi Khusus Non Fisik pada
Hari
2. Tempat
Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) Dana Alokasi Khusus Non Fisik dilaksanakan di
Villa Gabah.
3. Metode
Metode yang digunakan adalah pemberian materi dan diskusi.
F. PESERTA
Peserta pada Pertemuan Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) Dana Alokasi
Khusus Non Fisik berjumlah 13 orang yang terdiri atas Bidan Koordinator KIA dari masing-
masing puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Barat.

G. PENANGGUNG JAWAB
Penanggung jawab pada Pertemuan Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) Dana
Alokasi Khusus Non Fisik adalah Kepala Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Halmahera Barat.

H. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pada Pertemuan Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) Dana Alokasi
Khusus Non Fisik berasal dari Dana Alokasi Khusus Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Barat
Tahun Anggaran 2018.

I. PENUTUP
Demikian laporan Pertemuan Kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) Dana Alokasi
Khusus Non Fisik Tahun Anggaran 2018 ini kami buat sebagai bahan laporan, atas perhatian
dan kerjasamanya disampaikan terima kasih.

Jailolo, 9 September 2017

Ketua Panitia
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai