Anda di halaman 1dari 9

Tugas Kuliah

Meringkas Buku

“KUASA SIBER”
Sebuah Refleksi Kritis

Budi Gunawan
Barito Mulyo Ratmono

Diringkas Oleh :

Nama : Waskito Condro Husodo

NIM : 202212018

Mata Kuliah : Cyber Media

Dosen Pengampu : Ali Arif Setiawan, S.Sos M.I Kom

Betapa dunia siber memiliki lingkup ancaman yang begitu menyeluruh, mulai dari
ancaman sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hingga pertahanan suatu negara. Buku ini
mencoba mengingatkan dampak lain dari dunia siber yang kini sepertinya menjadi
hidden power of cyber, suatu penguasa baru karena berkuasa dari tatanan yang
invisible.

Bagian I
Kriminal: Hantu Peretasan
Betapa dunia siber memiliki lingkup ancaman yang begitu menyeluruh, mulai dari
ancaman sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hingga pertahanan suatu negara. Buku ini
mencoba mengingatkan dampak lain dari dunia siber yang kini sepertinya menjadi
hidden power of cyber.

1. Tiba Tiba Banyak Akun Medsos Kena Hack

Pada bagian ini penulis ingin mengingatkan kita kembali tentang beberapa kasus
pembobolan media sosial yang telah terjadi di indonesia bahkan dunia dengan beberapa
contoh kasus yang diambil dari beberapa kutipan media masa online maupun cetak.
Penulis juga menyampaikan bahwa akun yang di hack tidak memandang siapa dan apa
jabatanya. Ada yang dari Pejabat, Tokoh Masyarakat, Artis, maupun masyarakat yang
memiliki pengikut banyak pada media sosialnya.

Penulis juga menyampaikan beberapa motif bahkan juga alasan kenapa adanya
kejahatan pembobolan media sosial ;

- Bisa jadi hanya upaya balas dendam atau bahkan sekadar lelucon (mengubah
opini publik atau membuat pernyataan konyol);

- Sabotase relasi atau spionase perusahaan;

- Mungkin pembajak akun mengirim pesan jahat kepada teman Anda,


mengekspos gambar pribadi, atau menghapus semua kontak Anda;

- Mungkin untuk memeras Anda;

- Menjual akun media sosial yang dibajak kepada pihak ketiga.

2. Memahami Psikologis Peretas

Awal mulanya penulis menceritakan tentang beberapa anak di Idonesia yang rata
rata usianya dibawah 17 tahun, dimana mereka sudah berhasil membobol website
website pemerintah dalam negeri bahkan sampai dengan website NASA. Beberapa
diantaranya ada yang berdasarkan hobi, ada yang demi uang dan juga ada yang
menjadi “white hat hacker” atau bisa juga disebut hacker topi putih yang bertindak
sebagai hacker baik. Karena dia memberitahukan celah kelemahan suatu website
dan diberitahukan kepada adminya, seperti contoh yang terjadi pada website
NASA. Sedangkan untuk “Black Hat Hacker” adalah peretas topi hitam,dimana
mereka melakukan kegiatan peretasan untuk mencari keuntungan. Didalamya ladi ada
yang dinamakan “Grey Hat Hacker”, peretas ini lebih mengedepankan ideologis dan
menurut saya tidak bersifat baik namun juga tidak jahat. Tergantung sudut pandang
mereka sendiri dan juga terkadang menurut pendapat orang orang di media.
Beberapa karakteristik dari kelompok atau individu Hacker adalah sebagai berikut ;

White Hat Hacker :

 Machiavellianisme yang mana berfokus pada kepentinganya sendiri

 Narsisme yang artinya memiliki rasa cinta terhadap diri sendiri secara berlebih

 Psikopatik adalah suatu kepribadian gangguan

 Pencari sensasi yang mengacu terhadap suatu sikap yang ingin selalu diakui

Grey Hat Hacker

 Oposisi terhadap otoritas ( Penguasa, Perusahaan ) menjadi karakter paling


dominan karena ideologi yang dimiliki dan diterjemahkan dalam suatu
tindakan terhadap penguasa maupun suatu perusahaan bahkan juga Bangsa dan
Negara.

 Machiavellianisme

 Psikopatik

Black Hat Hacker

 Machiavellianisme

 Psikopatik

 Pencari sensasi, ini adalah yang paling dominan disini, diawali dari rasa ingin
tahu yang kemudian tidak memiliki sifat bijaksana yang berujung pada
kejahatan dan memperkaya diri tanpa memikirkan kerugian yang disebabkan.

Keberadaan tiga kelompok ini saling melengkapi dan menyeimbangkan satu sama
lainya .

3. Invisible Tech, Real Impact

Pada bagian ini menulis menyampaikan bahwa banyak sekali kerugian yang
diakibatkan dari peratasan yang dilakukan oleh para hacker. Bahkan kerugian yang
dilami perusahaan menurut data survei lebih dari 500 perusahaan dan perusahaan
dunia rata rata mencapai 60 miliar per insiden. Terlebih pada saat pandemi, dimana
banyak perusahaan untuk menyesuaikan peraturtan pemerintah dimana harus
melakukan WFH terhadap karyawanya. Saat pandemi peretasan data kesehatan
meningkat dibandingkan sebelum pandemi, pada industri keuangan juga terdapat
beberapa insiden pembobolan data nasabah, dan didapatkan data teridentifikasi
serta mengatasinya sejumlah 287 per hari. Menurut pengalaman facebook,
perusahaan teknologi sangat rentan terhadap peretasan. Selain terhadap perusahaan
besar, peretasan juga terjadi pada usaha kecil dan menengah.

4. Data Apa Yang Laku Di Pasar Gelap

Data yang paling laku di pasar gelap adalah data kesehatan. Sejak Oktober 2021
misalnya, terjadi kegemparan karena situs KPAI diretas oleh hacker yang berkode
C77, data KPAI tersebut berisikan tentang berisi database pelaporan masyarakat
dari seluruh Indonesia dari tahun 2016 hingga 2021. Setiap data memiliki detail
identitas pelapor yang lengkap, seperti nama, nomor identitas, kewarganegaraan,
nomor telepon, nomor telepon seluler, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
rumah, alamat email, tempat lahir, tanggal lahir, jenis kelamin, provinsi, kota, usia,
serta tanggal pelaporan. Detail data itu menggiurkan bagi mereka yang ingin
menggunakannya, baik di ranah legal maupun ilegal.

Data yang paling berbahaya jika bocor adalah data kredensial. Data kredensial bisa
berupa username, password, PIN, OTP (One-Time Password), key, dan informasi
lain yang dapat digunakan untuk membuka akses informasi penting. Para pengguna
juga sering menggunakan data kredensial yang sama tatkala membuat data
kredensial untuk sejumlah aplikasi. Alasannya sederhana: takut lupa. Akibatnya,
jika satu data kredensial satu akun seseorang didapat, kemungkinan bisa digunakan
untuk membuka banyak akun seseorang tersebut.

5. Kala Hacker Beraksi

Secara umum, upaya hacker melakukan peretasan melalui ;

 Malware
 Social Engineering
 Hacking
 Credential Compromise
 DDoS ( Distributed Denial of Service)

Bagian II

Rezim Ekonomi Baru

Para hacker mendulang uang dari dari hasil kejahatanya. UKM hanya mampu
bertahan 6 bulan sebelum akhirnya tutup dan perusahaan bisa rugi ouluhan dollar AS.
Pada bagian ini penulis menyampaikan bahwa banyak sekali kasus peretasan pada
perusahaan besar bahkan sampai bisa tutup karena tidak mampu mngatasi serangan
yang dilakukan oleh para hacker. Bebrapa kasus besar di AS dituliskan pada bagian ini,
dengan diakhiri para hacker meminta uang tebusan. Para pelaku mengambil dan
mengunci data tersebut dengan Ransomware. Namun demikian adapula perusahan yang
ogah membayar uang tebusan tersebut. Semua tergantung dari pertimbangan baik dan
buruk ke depanya nanti.

Berbeda cerita dengan UKM dan Usaha menengah ,IBM Security menyebutkan rata
rata kerugian akibat pencurian data (data breach) sebesar US$4,24 juta per insiden atau
sekitar Rp60,6 miliar. Rinciannya, US$1,24 juta (29%) kerugian karena harus
mengeluarkan biaya untuk deteksi dan eskalasi, US$0,27 juta (6%) untuk notifikasi,
US$1,14 juta (27%) untuk pengeluaran respons pasca peretasan (post breach response),
dan sebesar US$1,59 juta (38%) untuk kerugian karena kehilangan bisnis.

Dalam beberapa tahun terakhir bermunculan aplikasi pinjaman online yang bisa diakses
melalui telepon seluler. Namun, maraknya pinjaman online ilegal telah meresahkan
karena diikuti dengan perilaku tidak beretika. Hal ini juga dikategorikan penulis
kedalam kejahatan siber, karena dianggab meresahkan. Tidak sedikit peminjam yang
menjadi stres karena diteror dengan pesan-pesan yang mengintimidasi. Pihak pinjol
juga ada yang mengerahkan debt collector yang menagih dengan kekerasan.

Kehadiran pinjol dan pinjol ilegal merupakan salah satu implikasi dari perkembangan
penggunaan internet yang makin masif. Masyarakat di pelosok pun bisa mengaksesnya
dengan menggunakan smartphone yang penetrasinya makin baik.

Banyak perubahan sistem bisnis dan perusahaan yang pada akhirnya bertransformasi
digital dengan menggunakan momentum pandemi Covid 19, dimana suatu perusahaan
dan negara dituntut untuk melakukan WFH dan hal tersebut mau tidak mau
mempercepat perusahaan untuk Go-Digital.

Bagian III

Politik : Menyerang Dunia Maya Untuk Menguasai Dunia Nyata

Peretasan tidak selalu dilakukan oleh kriminal. Negara-negara tertentu, dalam


kesempatan tertentu, membutuhkan aksi peretasan untuk mencapai tujuannya. Bahkan,
sejak 2010, muncul perang jenis baru, cyber warfare, perang siber antara beberapa
negara di dunia maya.

Pada bagian ini penulis ingin menyampaikan bahwa kejahatan siber tidak semata mata
bukan hanya dilakukan oleh individu maupun kelompok masyarakat. Namun tisdak
menutup kemungkinan juga bisa dilakukan oleh suatu negara untuk menyerang negara
lainya demi kepentingan untuk menguasai negara tersebut atau untuk menimbulkan
peperangan antar negara.

Di dalam bagian ini,penulis juga menuliskan tentang Negara Tiongkok yang merupakan
negara tekhnologi siber tidak terbendung. Dimana dimaksudkan bahwa negara tersebut
telah membuat Yahoo.inc menutup kantornya di sana. Selain itu negara tersebut mampu
mengembangkan teknologi lainya yang juga sering diklaim ngara lain sebagai mata
mata siber. Perkembangan negara ini sangatlah pesat, hal ini terlihat dari produk
teknologi dari tiongkok termasuk dalam 10 besar produk yang laris digunakan oleh
beberapa populasi di dunia. Dari beberapa kemajuan yang tidak terbendung tersebut,
Tiongkok menjelma menjadi negara yang berkolonialisme melalui teknologi.

Penerapan teknologi di Tiongkok sudahlah sangat masiv. Bahkan negara tersebut telah
memasang 600 kamera cctv untuk pengawasan terhadap warganya. Menurut penulis,
bagi yang menjalani hidup normal. Pasti sangatlah tidak nyaman dengan pola hidup
seperti itu, namun warga disana sebaliknya. Tiongkok sendiri sedang membangun
kediktatoran digital untuk 1,4 miliar warganya.

Bagian IV

Media Sosial : Ajang Asosial

Pada bagian ini penulis menceritakan tentang beberapa orang yang telah berhasil
mendapatkan keuntungan dari menjadi seorang youtuber. Dan kejadian yang unik
ketika Presiden indonesia menanyai seorang anak tentang cita citanya jika nanti sudah
menjadi dewasa adalah menjadi seorang youtuber.

Dari beberapa channel yang telah ada di youtube, ada satu channel yang menarik
perhatian dan mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai pihak yaitu munculnya
prankester yaitu munculnya seseorang dengan ide ngeprank dengan tujuan melucu dan
tidak membahayakan orang lain.Meskipun prank adalah hal yang umum dan dalam
kehidupan sehari-hari pun sudah biasa dijumpai, seperti menjahili orang lain, tetapi
ketika dibuat dalam bentuk video, ada tuntutan untuk terus memproduksi video prank.
Apalagi jika ingin menjadikannya sebagai lahan penghasilan. Hanya saja, banyak yang
kekurangan ide brilian atau idenya kebablasan sehingga justru berbuah pelanggaran.
Berkembangnya prank di YouTube merupakan bagian dari sisi gelap budaya
partisipatif. Lelucon buruk justru sangat populer. Dalam budaya yang sangat kompetitif,
banyak orang yang mengorbankan orang lain, orang terdekat, atau bahkan keluarga
sendiri, demi mendapatkan banyak subscriber.

Selain daripada menyoroti channel yang positif, penulis juga menyebutkan bahwa
bisnis alogartima pada akhirnya menjadi bisnis yang sangat menarik. Namun tidak
terlepas dari itu, didalamnya juga banyak channel ataupun konten yang negatif. Di
media sosial Entah itu disengaja ataupun tidak. Salah satunya adalah munculnya
berbagai hoax dan fake news. Beragam upaya telah dilakukan untuk meredam hoax dan
fakenews, tapi nyatanya hal tersebut masih terulang.

Bagian V

EPILOG

Dunia makin canggih. Manusia cenderung mengarah ke antisosial. Konsep Society 5.0
mengembalikan manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah kecanggihan
teknologi. Manusia tidak kehilangan esensinya. Berdasarkan data Google, Temasek,
dan Bain & Company, pada tahun 2020, nilai barang dagangan bruto e-commerce
Indonesia diperkirakan mencapai US$35 miliar atau meningkat 67% dari tahun 2019
yang sebesar US$21 miliar. Pada tahun 2021 angkanya diperkirakan menjadi US$53
miliar atau naik 52%. Hal ini menunjukkan begitu tingginya pengaruh siber masyarakat
Indonesia dilihat dari segi bisnis.

Namun di lain sisi, Indonesia sendiri memiliki tantangan tersendiri terkait dengan
kemajuan penggunaan teknologi di seluruh dunia. Karena didalamnya terdapat banyak
sekali data penting negara maupun warga negaranya sendiri. Di Indonesia, kasus-kasus
pembunuhan dengan internet (media sosial) sebagai sarana penghubungnya mulai
banyak terjadi. Ekses sosial lainnya, banyak anak yang kecanduan game online
sehingga mengalami gejala kesehatan yang aneh dan harus menjalani perawatan
intensif. Anak-anak dan remaja juga banyak yang mengalami semacam gangguan
mental yang sulit diatasi oleh dirinya sendiri. Akibatnya, mulai banyak kasus bunuh diri
yang disebabkan oleh media sosial. 299 Selain itu, media sosial juga menyebabkan
banyak pihak cenderung gampang menyebarkan hoax, fake news, hate speech, dan
misinformasi. Semua ini bermuara pada gangguan sosial, politik, dan terjadinya tindak
kriminal. Society 5.0 Media sosial dan segala dampaknya adalah hal yang harus terus
mendapat perhatian. Banyak anak-anak dan kaum muda yang ketergantungannya pada
gadget, perangkat digital, dan media sosial begitu tinggi. Mereka bahkan banyak yang
terasing dari lingkungannya. Interaksi sosialnya berkurang drastis, sementara
interaksinya dengan mesin makin tinggi. Apa pun bergantung pada mesin (robot).

Ini masalah dunia yang makin mengkhawatirkan. Bahkan, karena interaksi antar-
manusia berkurang, banyak yang menganggap hubungan antar-manusia lebih
menyakitkan. Dalam hal perkawinan, misalnya, di negara-negara yang intensitas
penggunaan teknologinya tinggi, makin banyak yang lebih memilih berteman dengan
mesin ketimbang dengan manusia karena khawatir akan menghadapi permasalahan
dalam hubungan mereka. Tidak mengherankan juga jika banyak orang yang memilih
hidup melajang ketimbang menikah. Kini malah ada tren perempuan-perempuan yang
memutuskan “menikah dengan dirinya sendiri” atau dikenal dengan istilah “sologami”.
Mereka melakukannya tidak dengan cara diam-diam, tetapi dengan deklarasi yang
sengaja dibesar-besarkan melalui pesta pernikahan sologami yang megah. Bahkan,
sudah ada event organizer yang khusus melayani pesta perkawinan sologami.

Society 5.0 menjadi semacam koreksi dari Revolusi Industri Keempat (Industry 4.0)
yang penuh dengan kecanggihan seperti Internet of Things (IoT), Augmented Reality
(AR), Artificial Intelligence (AI), Big Data, Cloud, dan sebagainya. Sederhananya, jika
Industry 4.0 fokus pada teknologi sebagai aktor utama, Society 5.0 fokusnya pada
manusia sebagai aktor utama. Di dalamnya tetap ada IoT, AI, AR, Big Data, dan Cloud,
tetapi peran manusia tetap besar. Manusia tetap menjadi manusia yang maju dengan
perangkat modernnya yang sophisticated, tetapi cukup bijak untuk tidak membuatnya
terjajah oleh robot dan mesin. Ini masalah mindset yang harus dengan ketat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Society 5.0 digagas oleh pemerintah Jepang
pada tahun 2019 yang merupakan penyempurnaan dari konsep society sebelumnya
yakni Society 1.0, Society 2.0, Society 3.0, dan Society 4.0. Konsep ini dirancang
secara hitung mundur. Society 1.0 adalah pada saat manusia masih berada di era
berburu dan mengenal tulisan. Jadi, era ini pada awal sejarah manusia dimulai dan
disebut juga sebagai Hunting Society. Society 2.0 terjadi di era pertanian di mana
manusia sudah mengenal bercocok tanam atau disebut sebagai Agrarian Society. Lalu,
Society 3.0, di mana manusia sudah memasuki era industri. Manusia sudah mulai
menggunakan mesin sehingga disebut sebagai Industrial Society. Adapun Society 4.0
yaitu ketika manusia sudah mengenal komputer dan internet sehingga disebut
Information Society. Terakhir, Society 5.0, terjadi ketika teknologi menjadi bagian dari
manusia itu sendiri. Jika pada Society 4.0 internet masih menjadi alat bantu untuk
melipatgandakan distribusi informasinya, pada saat Society 5.0, internet sudah tidak
bisa dipisahkan lagi dari kehidupan manusia, didukung dengan perkembangan
perangkat digital yang makin maju. Karena itu, masyarakat dalam society ini disebut
Super Smart Society. Tantangan masa depan sesungguhnya terletak pada Society 5.0.
Ketika teknologi makin canggih, fokus esensi jangan diarahkan kepada teknologinya
karena itu akan menyebabkan hilangnya konteks. Fokus esensi hendaknya diarahkan
(kembali) kepada manusia, sehingga Society 5.0 is more about humans.

Anda mungkin juga menyukai