“Pemeliharaan Baterai sebagai Sistem Suplai DC pada Gardu Induk GIS Litrik”
Disusun Oleh :
Oleh :
______________________________________________________________
Mengetahui,
Dr. Adi Sutopo, M.Pd, M.T Dr. Adi Sutopo, M.Pd, M.T
NIP.196402201991031002 NIP.196402201991031002
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK INDUSTRI
PT. PLN (Persero) UI P3B SUMATERA UPT MEDAN
GARDU INDUK GIS LISTRIK
Oleh :
______________________________________________________________
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir pelaksanaan Kerja Praktik Industri ini. Laporan akhir
pelaksanaan Kerja Praktik Industri ini merupakan tugas individu untuk memenuhi
syarat tugas mata kuliah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan akhir pelaksanaan Kerja
Praktik Industri ini tidak terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Salman Bintang, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Adi Sutopo, M.Pd, M.T selaku Ketua Prodi Teknik Elektro, dan
selaku dosen pembimbing Kerja Praktik Industri.
4. Pimpinan, Staf, dan Karyawan PT. PLN (Persero) P3BS UPT Medan
Gardu induk GIS Listrik khususnya :
Manager ULTG Bapak Arief Sandy, Spv. JARGI GIS Listrik Bapak
Herman Santoso dan Abang Operator yang telah memberikan izin dan
bantuan selama penulis melakukan kegiatan Kerja Praktik Industri.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini yang tidak
dapat penulis sebut satu persatu.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil pengukuran tegangan sel baterai Bank 1 110 VDC ..................... 37
Tabel 2. Hasil pengukuran tegangan sel baterai Bank 2 110 VDC ..................... 38
Tabel 3. Hasil pengukuran tegangan sel baterai Bank 3 110 VDC ..................... 39
Tabel 4. Hasil pengukuran tegangan sel baterai Bank 48 VDC .......................... 40
Tabel 4. Pengukuran DC Ground 110 VDC ....................................................... 41
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan energi listrik akan bertambah terus menerus,
baik itu dari sektor rumah tangga. Sesuai dengan kebutuhan akan peningkatan dan
taraf hidup manusia yang di merupakan hasil pembangunan yang di lakukan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, penyediaan energi listrik merupakan permasalahan
yang sangat kompleks sebagai salah satu kebutuhan yang sangat berperan serta
dalam melakukan aktivitas manusia. Penyediaan energi listrik tidak lepas dari
suatu sistem tenaga listrik dari pusat pembangkitan, sistem penyaluran transmisi,
sampai kepada kondisi konsumen yang membutuhkan. [Salam, 2014]
Meningkatknya kebutuhan energi listrik maka perlu di adakan suatu sistem
pusat pembangkitan dan penyaluran untuk mengatasi masalah masalah yang
timbul. Hal tersebut akan mengatasi agar suatu sistem tenaga dapat berjalan sesuai
dengan fungsinya. Salah satu faktor penghambat yang menyebabkan tidak
terlayaninya energi listrik ke konsumen adalah permasalahan yang timbul dari
sistem maupun peralatan – peralatan yang mendukung dari sistem tersebut.
[Salam, 2014]
Oleh karena itu, dalam peningkatan pelayanan perlu dibangun gardu -
gardu induk sebagai tempat pengendalian operasi sistem tenaga mulai dari
pembangkitan, transmisi, sampai pada sistem distribusi untuk penyaluran pada
konsumen. Sesuai dengan fungsi gardu induk maka pelayanan harus didukung
dengan fasilitas serta pelatan-peralatan pada gardu induk yang mana
keseluruhannya dapat bekerja jika terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik
sehingga mengakibatkan terhentinya pasokan listrik ke konsumen. [Aji, 2014]
Kerugian yang timbul akibat terhentinya pelayanan akan berpengaruh pada
invsetasi yang di kelola oleh perusahaan kelistrikan dalam hal ini adalah PLN
maupun pada konsumen itu sendiri. Oleh karena itu, dituntut agar pengoperasian
gardu induk harus lebih mampu meningkatkan efisiensi kerja kontinuitas
pelayananan agar dapat berjalan dengan baik dan benar. [Salam, 2014]
1
Gas Insulated Substasion atau Gas Insulated Switchgear (GIS) adalah
gardu induk yang memerlukan isolasi gas SF6. Contohnya seperti pada PT. PLN
(persero) Gardu Induk GIS Listrik. Gas Insulated Switchgear mempunyai fungsi
yang sama dengan Gardu Induk yaitu sebagai sentral pengaturan dan
pendistribusian energi listrik beserta jaringan transmisinya. Selain itu Gardu Induk
juga berfungsi sebagai fasilitator penghubung antara saluran transmisi yang satu
terhadap saluran transmisi yang lain, atau penghubung antara saluran transmisi
dengan saluran distribusi. Ditinjau dari fungsi tersebut terlihat bahwa keberadaan
Gardu Induk menjadi sangat vital adanya dalam penyaluran energi listrik. [Ricky,
2016]
Macam peralatan yang tersedia di Gardu Induk antara lain :Transformator
(Trafo), Bay Transmisi dan Distribusi, Rel/Bus Bar, Arrester, PMT (Pemutus
Tenaga), PMS (Pemisah), Kopel Bus Bar, Ruang Kontrol, Peralatan Komunikasi
(Power Line Carier), Baterai dan sebagainya. Secara prinsip peralatan yang
dipasang pada GIS sama dengan peralatan yang dipasang pada GI. Namun ada
beberapa perbedaan, diantaranya peralatan-peralatan utama berada dalam suatu
selubung logam tertutup rapat yang didalamnya berisi gas bertekanan, yaitu SF6
(Sulfur Hexaflourida). Gas SF6 berfungsi sebagai isolasi switchgear dan sebagai
operasi pemadan busur api pada circuit breaker (CB). Dengan
demikian pemasangan GIS berbeda dengan GI Konvensional. [Anastasya, 2019]
Ada beberapa peralatan yang memerlukan perhatian dan ketelitian, salah
satunya adalah sumber arus DC (rectifier dan batere) yang merupakan jantung
atau kunci utama dalam mengoperasikan peralatan kontrol dan proteksi. Sehingga
apabila sistem kerja suplai arus DC terganggu atau tidak berfungsi maka peralatan
kontrol dan proteksi tidak dapat dioperasikan.
Hal ini akan berakibat sistem penyaluran listrik mengalami black out
(padam) dan bahkan mungkin akan timbul kerusakan pada perlengkapan gardu
induk. Kasus tersebut sangat tidak diharapkan terjadi pada suatu gardu induk,
khususnya di Gardu Induk GIS Listrik. Oleh karena itu diperlukan suatu antisipasi
yang tepat dan terencana dengan baik agar sumber arus DC tetap berfungsi.
2
B. Tujuan Kerja Praktik Industri
Adapun maksud dan tujuan dari Kerja Praktik Industri ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara akademis Kerja Praktek Industri merupakan salah satu syarat
menyelesaikan program mata kuliah Magang S1 Teknik Elektro di
Universitas Negeri Medan
2. Melihat dan mengenal secara langsung di lapangan serta menerapkan
teori dasar yang telah diperoleh di bangku kuliah.
3. Mengenal dan memahami beberapa aspek tentang perusahaan seperti :
a. Aspek Organisasi dan Manajemen
b. Aspek Teknologi
c. Aspek Sosial dan Lingkungan
4. Memperoleh keterampilan dalam hal penguasaan pekerjaan, sehingga
menambah pengalaman sebagai persiapan untuk terjun ke masyarakat.
5. Memperoleh kesempatan untuk ikut memecahkan permasalahan dalam
ruang lingkup perusahaan, sekaligus berlatih untuk mendisiplinkan diri
dan bertanggung jawab.
6. Mengetahui prinsip kerja dan konfigurasi dari Baterai dan Rectifier pada
Gardu Induk GIS Listrik
7. Mengetahui tahapan dan jenis pemeliharaan Baterai pada Gardu Induk
GIS Listrik
3
2. Bagi Universitas Negeri Medan
a. Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan PT.
PLN (Persero).
b. Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai bahan informasi
untuk mengembangkan pendidikan.
c. Mensinkronkan ilmu pengetahuan dari universitas untuk diterapkan
dalam dunia kerja.
d. Merupakan salah satu wujud penerapan ilmu teknik dari Universitas
Negeri Medan guna membantu mahasiswa agar lebih mengenal
dunia kelistrikan yang sesungguhnya.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH PERUSAHAAN
Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat itu penyediaan tenaga listrik di negara
kita dikelola oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah NV OGEM
(Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy) yang berpusat di negara Belanda,
sedangkan di Indonesia berpusat di Jakarta. [PLN, 2014]
Tiga puluh tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya
dibangun di pertapakan kantor PLN cabang Medan yang sekarang di jalan listrik
No.12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM, yaitu salah satu perusahaan
swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan listrik di Tanjung Pura dan
Pangkalan Brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga, Berastagi, dan Tarutung
1929, Tanjung Balai 1931, Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram 1937. [PLN,
2014]
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah
Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk
mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang.
Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada pemerintah RI
dalam hal ini Departemen pekerjaan umum. Untuk mengenang peristiwa ambil
alih itu, maka, dengan penetapan Pemerintah No. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27
Oktober sebagai hari Listrik. [PLN, 2014]
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada
saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelolah gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
5
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. [PLN, 2014]
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang. [PLN, 2014]
Visi
Diakui sebagai Perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, Unggul
dan Terpercaya dengan bertupu pada potensi insani.
Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Motto
Listrik untuk Kehidupan yang lebih baik.
6
B. JENIS USAHA
PT. PLN (Persero) UI P3B Sumatera UPT Medan Gardu Induk GIS Listrik
adalah bagian dari BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
7
fungsi pemeliharaan dan proteksi, pemeliharaan instalasi penyaluran,
pengoperasian dan pemeliharaa gardu induk, logistik dan pengelolaan lingkungan
dan keselamatan ketenagalistrikan, pengelolaan sumber daya manusia,
administrasi dan keuangan sebagai pendukung kegiatan operasional perusahaan.
UPT membawahi Umit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) yang
bertangung jawab melaksanakan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan rutin
transmisi dan gardu induk di wilayah kerjanya untuk menghasilkan keandalan
pasokan Tenaga Listrik.
Secara Struktur organisasi PT. PLN UPT Medan dipimpin oleh seorang
Manager UPT yang bertanggung jawab untuk mengelola Unit Pelayanan
Transmisi yang langsung berada satu tingkat dibawah General Manager. Manager
UPT dibantu oleh Manajer Bagian, Pejabat, dan Manager ULTG. Struktur
organiasi Unit Pelayanan Transmisi Medan diatur berdasarkan peraturan Direksi
PT. PLN (persero) No. 0314.P/DIR/2018 Tentang Susunan Organisasi dan
Formasi Jabatan PT. PLN (persero) UPT Medan. Bagan struktur organisasi UPT
medan ditunjukkan pada gambar 2.2.
4. Unit Layanan Trasnmisi dan Gardu (ULTG) Glugur
Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Glugur struktur
organisasinya dipimpin oleh seorang Manager ULTG dan membawahi 3 sub
bidang pemeliharaan, 4 sub jaringan dan gardu induk serta 1 pejabat K3L. Unit
Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) dalah unit yang bekerja untuk
memelihara aset Gardu Induk, Jaringan Transmisi dan Proteksi guna menjaga
pasokan listrik agar tetap terjaga dan menjaga peralatan tenaga listrik tetap dalam
keadaan siap operasi.
5. Gardu Induk GIS Jl. Listrik
Gardu Induk GIS (Gas Insulated Switchgear) merupakan Gardu Induk
pemasangan dalam yang isolasinya menggunakan gas SF6. Gardu Induk ini
merupakan bagian dari ULTG Glugur. Gardu Induk GIS struktur organisasinya
dipimpin oleh seorang Supervisor. Bagan struktur organisasinya ditunjukkan pada
gambar 2.
8
Herman Santoso
9
Gambar 3. Single Line Diagram GIS Listrik
10
BAB III
PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Gardu Induk
Gardu induk adalah suatu gardu yang mendapat daya dari saluran
transmisi atau subtransmisi suatu sistem tenaga lisrik, kemudian menyalurkannya
ke daerah beban (industri, kota, dll) melalui suatu distribusi. [PLN, 2014]
Fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut :
1) Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ketegangan
yang lainnya atau tegangan menengah.
2) Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
3) Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan
gardu distribusi melalui feeder tegangan menengah.
Pada dasarnya gardu induk terdiri dari saluran masuk dan dilengkapi
dengan transformator daya, perlatan ukur, peralatan penghubung dan lainnya yang
saling mendukung. Gardu induk dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian
diantaranya adalah
11
b). Klasifikasi Gardu Induk Berdasarkan Penempatan Peralatannya
Menurut penempatan peralatannya gardu induk terbagi lagi menjadi :
[PLN, 2014]
1) Gardu induk pemasangan dalam (indoor)
Gardu induk dimana semua peralatannya (switchgear, CT, PT dan
lain-lain) di pasang di dalam gedung / ruangan tertutup. Sebagai contoh :
gardu induk GIS Listrik yang terdapat di UPT Medan.
2) Gardu induk pemasangan luar (outdoor)
Gardu induk di mana semua peralatannya (switchgear, CT, PT dan
lain-lain) di pasang di ruangan terbuka. Sebagai contoh : gardu induk Titi
Kuning yang terdapat di UPT Medan.
3) Gardu induk pemasangan dalam bawah tanah (undergroud substation)
Gardu induk ini biasanya berada di daerah perkotaan, dimana lahan
yang tidak memnginkan lagi untuk pemasangan gardu induk.
4) Gardu induk pemasangan sebagian bawah tanah (semi-underground)
Gardu induk ini biasanya di pasang di bawah tanah, dimana
sebagian peralatanya berupa transformator daya, bus dan lainnya di
pasang di atas tanah.
5) Gardu induk mobil (mobile subtation)
Peralatan gardu induk berada di atas mobil trailer sehingga bisa di
pindahkan ke tempat yang dibutuhkan. Biasanya di pakai unuk keadaa
darurat dan bersifat sementara waktu.
6) Gardu satuan (unit substation)
Merupakan gardu pasangan luar yang di pakai sebagai ganti
transformator 3 fasa dan lemari gardu distribusi.
7) Gardu jenis peti (box type substation)
Merupakan gardu induk distribusi untuk tegangan dan kapasitas
relative rendah dan sama sekali tidak di jaga misalnya didaerah pertanian
atau desa yang kebutuhannya kecil dan merupakan beban yang tidak
begitu penting.
12
d) Klasifikasi Menurut Tegangannya
1) Gardu Induk Transmisi
Tegangan yang ada di gardu induk adalah tegangan 500 KV, 275
KV, 150 KV, dan 20 KV. Di UPT Medan dengan tegangan 275 KV
terdapat di GITET Galang, Binjai, dan Pangkalan susu, sedangkan di GI
GIS Listrik teganganya adalah 150 KV.
2) Gardu Distribusi
Gardu induk distribusi menerima tegangan dari gardu induk
transmisi dengan menurunkan tegangan menengah 20 KV, Selanjutnya
tegangan itu di turunkan kembali menjadi tegangan rendah 380/220 volt.
[PLN, 2014]
13
didesain modular (dapat dirakit per bagian) dan sudah diisi dengan SF6 dengan
kuantitas yang minimum per bagian (kompartemen).
Kunci keberhasilan teknologi GIS adalah dari desainnya yang dibuat
semakin terpadu, ketahanan GIS terhadap lingkungan sekitarnya, keandalan,
serta mudah dipahami dan didokumentasikan Pada saat sekarang ini dimana
penilaian terhadap modal sebuah proyek didasarkan pada biaya total dari
keseluruhan umur peralatan, menjadikan GIS bisa menjadi solusi yang lebih baik
jika dibandingkan dengan AIS (Air Insulated Switchgear).
3. Instalasi Sistem DC
Pada Gardu Induk terdapat sumber tenaga berupa sumber Alternating
Current (AC) dan sumber Direct Current (DC) pada pengoperasiannya. Sistem
suplai DC pada gardu induk memiliki peranan penting dimana keandalan sistem
DC akan sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja peralatan yang terintegrasi
dengan peralatan-peralatan utama pada penyaluran tenaga listrik di Gardu Induk.
Sumber utama suplai DC adalah rectifier yang berfungsi mengubah
tegangan AC sebagai tegangan input ke tegangan DC. Hal yang biasa terjadi pada
suplai AC ke rectifier ialah timbulnya gangguan yaitu kehilangan tegangan karena
transformator pemakaian sendiri padam akibat dari adanya gangguan pada
transmisi maupun transformator daya sehingga mengakibatkan baterai secara
langsung bertindak sebagai back-up catu daya DC untuk peralatan bantu beban
arus searah pada gardu induk dapat terus bekerja. Baterai harus mampu menyuplai
daya ke peralatan meski kondisi tanpa charger atau blackout sehingga baterai
14
merupakan salah satu komponenen pendukung yang sangat vital pada gardu
induk. [Ricky, 2016]
REL 20KV
TRAFO PS
RECTIFIER
BATERE
FUSE
REL DC
MCB
BEBAN DC
15
Trafo PS
Rectifie
r
Baterai
Beban
Pada Gardu Induk GIS Listrik untuk sistem dengan beban 110 VDC
terpasang 3 unit baterai dan3 unit rectifier yang dimana unit 1 dan unit 2 dalam
keadaan operasi dan unit 3 dalam keadaan standby. Sedangkan untuk sistem
dengan beban 48 VDC terpasang 1 unit baterai dan 1 unit rectifier.
Pada dasarnya sistem DC di Gardu Induk GIS Listrik menggunakan sistem
pada gambar dibawh ini yang dimana baterai dan beban dirangkai secara paralel.
Dalam keadaan normal beban langsung disuplai melalui rectifier dan mencharger
baterai dan ketika terjadi gangguan pada suplai AC maupun gangguan pada
charger maka dengan otomatis beban akan mendapat suplai dari baterai.
16
b). Jenis-jenis Instalasi DC
Ada 2 jenis instalasi suplai arus searah yang digunakan pada gardu induk
yang di sesuaikan dengan kebutuhan sistem perangkat pada gardu induk adalah
sebagai berikut : [Anastasya, 2019]
1) Instalasi DC 110 Volt
Instalasi sistem arus searah tegangan 110 Volt dipasok melalui
rectifier yang dihubungkan dengan baterai pada panel DC 110 Volt.
Sistem tegangan 110 Volt digunakan untuk mengoperasikan peralatan
berikut :
1. Motor-motor Penggerak PMT dan PMS
2. Relay Proteksi dan meter-meter digital
3. Signal, Alarm dan Indikasi
4. Tripping dan Closing coil
5. Lampu penerangan darurat
2) Instalasi DC 48 Volt
Instalasi DC 48 Volt digunakan untuk peralatan komunikasi
SCADA dan Remote Terminal Unit (RTU).
5. Rectifier
Rectifier atau Charger adalah suatu rangkaian peralatan listrik yang
digunakan untuk mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus listrik searah.
Umumnya rectifier yang terpasang pada gardu induk digunakan untuk mengisi
kapasitas baterai agar kapasistasnya tetap terjaga penuh sehingga keandalan unit
17
tetap terjamin dan memasok daya secara kontinu ke peralatan-peralatan yang
menggunakan sumber DC. Dalam hal ini baterai harus selalu tersambung ke
rectifier. [Widiawati, 2016]
Gambar 9. Rectifier
1) Trafo Utama
Trafo utama yang terpasang pada rectifier biasanya merupakan
Trafo step -down berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan AC
220/380 Volt menjadi 110 /48 Volt contoh trafo utama sebagai yang
diperlihatkan pada Gambar 3. Besar kapasitasnya harus disesuaikan
18
dengan kapasitas batere terpasang dan beban sumber DC di Gardu Induk
tersebut, paling tidak kapasitas arus output trafo harus lebih besar 20%
dari arus pengisian batere.
2) Penyearah Thyristor
Untuk bisa mengatur tegangan keluaran penyearah digunakan
penyearah jembatan thyristor 3 fasa, penyearah ini dari bahan semi
konduktor yang dilengkapi dengan satu terminal kontrol untuk mengatur
sudut penyalaan thyristor. [PLN, 2014]
3) Filter (penyaring)
Filter berfungsi sebagai penyaring tegangan DC yang keluar dari
rangkaian penyearah agar dapat menghasilkan tegangan searah yang
murni (kandungan harmonisa atau ripple tegangan keluarannya tidak
19
melebihi batas tertentu). Rangkaian filter ini bisa terdiri dari rangkaian
Induktif, kapasitif atau kombinasi dari keduanya. [PLN, 2014]
20
pemeliharaan pada batere agar selalu dalam keadaan penuh (Full Charge).
Ketika beroperasi dengan pengisian Boost atau Equalizing tegangan output
rectifier disisi batere maupun beban akan tinggi sehingga dalam kondisi
ini akan merusak peralatan, oleh karena itu supaya tegangan di sisi beban
tetap stabil / rendah, maka dipasang penurun tegangan atau Voltage
droper. Besarnya kapasitas droper akan tergantung kebutuhan besarnya
tegangan yang harus diturunkan pada saat rectifier bekerja dengan
pengisian Equalizing atau Boost. [PLN, 2104]
6. Baterai
Batere adalah suatu alat yang merubah energi kimia menjadi energi listrik
secara langsung melalui reaksi elektrokimia antara komponen zat–zat kimia yang
terkandung didalamnya dengan cara perpindahan elktron dari satu bahan kebahan
lain. Batere terdiri dari satuan-satuan dasar elektrokimia yang disebut cell, terdiri
dari satu atau beberapa buah sel yang dirangkai secara seri, paralel atau kombinasi
seri paralel, tergantung kepada tegangan output dan kapasitas yang diinginkan.
Batere sebagai sumber DC cadangan, energinya digunakan bila sumber AC/
pengisi batere mengalami gangguan. [Salam, 2014]
Pada dasarnya Batere yang terpasang di Gardu Induk merupakan sumber
DC cadangan yang berfungsi untuk :
1) Sumber tenaga untuk rele proteksi
21
2) Sumber tenaga untuk Motor-motor PMT, PMS
3) Sumber tenaga untuk alat kontrol, Indikator, Alarm.
4) Sumber tenaga untuk penerangan darurat.
5) Sumber tenaga untuk peralatan komunikasi.
1) Proses Discharging pada sel berlangsung menurut skema Gambar 3.8 Bila
sel dihubungkan dengan beban, maka elektron mengalir dari anoda melalui
beban ke katoda, kemudian ion-ion negatif mengalir ke anoda dan ion-ion
positif mengalir ke katoda.
2) Pada proses Charging menurut skema Gambar 3.8 Bila sel dihubungkan
dengan power supply, maka Elektroda positif menjadi anoda dan elektroda
negatif menjadi katoda dan proses kimia yang terjadi adalah sbb :
a. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui
power suplly ke katoda.
b. Ion-ion negatif mengalir dari katoda ke anoda
c. Ion-ion positif mengalir dari anoda ke katoda.
22
a) Jenis-jenis Baterai
Baterai terbagi menjadi 2 jenis baterai yaitu baterai primer dan baterai
sekunder :
1) Baterai Primer
Baterai primer adalah baterai kering dimana baterai terdiri dari dua
kutub elektroda yaitu kutub positif dan negatif dan pasta sebagai media
penghantarnya yang terkandung zat aktif didalamnya. Baterai kering
hanya dapat digunakan untuk sekali pemakaian, ketika kapasitas baterai
habis (Fully discharged) maka reaksi kimia dari zat aktif yang ada didalam
baterai tidak dapat dimanfaatkan kembali. Baterai primer terbagi menjadi:
[PLN, 2014]
1. Baterai Seng Karbon (Zinc Carbon)
2. Baterai Alkaline
3. Baterai Lithium
4. Baterai Silver Oxide
2) Baterai Sekunder
Baterai sekunder merupakan baterai basah, sama halnya dengan
baterai primer yang terdiri dari 2 kutub elektroda dan elektrolit sebagai
media penghantarnya. Material aktif yang terdapat dalam baterai dapat
dimanfaatkan kembali sehingga baterai memiliki masa guna pakai yang
lebih lama. Penggunaan baterai basah lebih banyak digunakan terutama
pada dunia perindustrian dan pembangkitan listrik seperti pada gardu
induk selain karena jangka waktu penggunaan yang lama, harga baterai
basah lebih terjangkau dibandingkan baterai kering. Baterai Sekunder
terbagi menjadi : [PLN, 2014]
1. Baterai Asam
2. Baterai Alkali
3. Baterai Lithium Ion
23
Gambar 15. Baterai Alkali (NiCd)
b) Konstruksi Baterai
1) Elektroda
Elektroda merupakan plat materail aktif yang berekasi dengan
larutan elektrolit saat proses charging dan discharging pada baterai.
Dimana untuk baterai yang terdiri dari beberapa sel baterai, elektroda akan
berupa kumpulan grid yang merupakan rangka besi sebagai wadah untuk
material aktif. Elektroda pada baterai terbagi menjadi 2 yaitu elektroda
positif dan elektroda negatif.
2) Elektrolit
Elektrolit merupakan suatu media untuk menghantarkan arus listrik
pada baterai dimana terkandung larutan berupa senyawa kimia
didalamnya. Senyawa kimia yang terkandung dalam cairan elektrolit
tersebut mampu membentuk muatan positif dan muatan negatif yang
dikenal dengan ion-ion positif dan ion-ion negatif. Banyaknya jumlah ion-
ion yang dihasilkan dari proses charging dan discharging pada baterai
mempengaruhi besarnya daya hantar listrik.
3) Separator
Separator biasa disebut juga dengan penyekat, separator pada
baterai memiliki struktur berpori berada diantara elektroda positif dan
elektroda negatif setiap sel baterai sehingga memungkinkan untuk larutan
elektrolit yang terkandung pada sel baterai dapat melewatinya.
4) Sel Baterai
24
Sel baterai merupakan satu unit tempat elektroda yaitu sebagai
elektroda positif dan elektroda negatif dalam suatu cairan elektrolit yang
dibatasi oleh separator/penyekat.
5) Kotak Baterai/Container
Sel baterai terdiri dari 2 jenis bahan bejana (Container) yang
digunakan yaitu steel container dan plastic container. Biasanya sel-sel
baterai ini diletakkan dalam suatu rak yang terbuat dari kayu pada steel
container dan rak yang terbuat dari besi berisolasi pada plastic container.
Rak sel baterai berfungsi untuk menjaga terjadinya hubung singkat
diantara sel baterai ataupun hubung tanah ketika adanya kebocoran pada
elektrolit baterai.
6) Terminal Baterai
Terminal merupakan kutub positif dan kutub negatif yang ada pada
suatu sel baterai.
7) Penghubung Sel Baterai
Penghubung sel baterai merupakan penghubung antara kutub-kutub
yang ada pada suatu sel baterai.
8) Penutup Baterai
Penutup baterai umunya sifatnya adalah permanen dan tertutup
dengan rapat pada bagian atas baterai yang merupakan tempat dudukan
terminal-terminal baterai.
9) Lubang Ventilasi
Lubang ventilasi berfungsi untuk maintanance baterai yaitu tempat
dilakukannya pengecekan cairan elektrolit ataupun air yang terkandung
pada baterai
25
Gambar 16. Konstruksi Baterai
26
d) Rangkaian Baterai
Suatu sel baterai memiliki tegangan yang terbatas sehingga dibutuhkan
suatu cara agar baterai mampu memenuhi kebutuhan tegangan kerja peralatan
sebagaimana yang diharapkan, meningkatkan kapasitas serta keandalan
penggunaan baterai, dengan cara merangkai baterai dalam beberapa hubungan
salah satunya yaitu : [Salam, 2014]
1) Hubungan Seri
Baterai dihubungkan secara seri berfungsi untuk dapat
meningkatkan jumlah tegangan baterai sesuai dengan kebutuhan tegangan
kerja peralatan. Apabila suatu peralatan membutuhkan tegangan sebesar
110 volt dengan tegangan sel baterai sebesar 1,4 volt maka diperlukan
sejumlah ± 84 sel baterai yang terhubung seri untuk dapat memenuhi
kebutuhan peralatan tersebut. Namun akan tetapi hubungan seri pada
baterai memiliki kekurangan yaitu apabila salah satu sel baterai
mengalami kelainan maka akan berdampak pada keseluruhan baterai
hingga dapat menyebabkan suplai DC ke beban terputus.
2) Hubungan Paralel
Baterai dihubungkan secara paralel berfungsi untuk meningkatkan
arus baterai dan menjaga keandalan beban DC pada sistem. Dimana
apabila salah satu sel baterai mengalami kelainan maka tidak akan
berdampak pada sel baterai yang lain sehingga baterai tetap mampu
menyuplai tenaga ke peralatan, dalam arti lain tidak berdampak pada
baterai baterai secara keseluruhan. Namun akan tetapi baterai hubungan
paralel memiliki kekurangan yaitu dapat menurunkan kapasitas daya.
27
Gambar 18. Hubungan Paralel Baterai
3) Hubungan Kombinasi
Hubungan kimbinasi yaitu meliputi hubungan seri paralel dan
hubungan paralel seri. Kedua hubungan ini dimaksudkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan ganda yang lebih baik, yaitu sisi tegangan, arus serta
keandalan sistem. Baterai dihubungkan seri sehingga menyebabkan
tegangan meningkat sedangkan baterai terhubung paralel menyebabkan
arus dan keandalan pada sistem yang meningkat.
e) Ruang Baterai
Pada pemasangan Baterai di ruangan tertutup maka diperlukan adanya
sirkulasi udara yang cukup diruangan baterai tersebut. Selain dilengkapi dengan
exchaust fan juga dibutuhkan ventilasi udara yang masuk. Ventilasi udara masuk
ini harus di desain khusus yang dilengkapi penyaring udara agar ruangan baterai
tidak mudah kotor dan volume udara yang berputar cukup dengan tujuan
membuang gas hidrogen dan oksigen yang timbul akibat proses kimia baterai.
28
Kebersihan sangat diutamakan baik lantai ruangan maupun kondisi
sambungan koneksi baterai untu menghindari terjadinya korosi pada material dan
pengosongan sendiri (Self Discharge). Selai itu ada beberapa perlengkapan pada
ruang baterai yang harus terpenuhi yaitu Alat ukur, serta rambu-rambu peringatan
penggunaan safety.
B. PENGALAMAN LAPANGAN
Terdapat beberapa pengalaman lapangan mengenai pemeliharaan baterai
sebagai sistem suplai DC pada Gardu Induk GIS Listrik, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Sel
Pemeriksaan sel baterai difokuskan untuk menemukan adanya anomali
atau kelainan kondisi sel baterai yaitu mengalami kebocoran maupun keadaan
rusak. Untuk melakukan pemeliharaan hanya secara pengamatan visual.
29
Gambar 21.Pemeriksaan kebersihan sel baterai
30
4. Pengukuran Tegangan Sel Baterai
Tegangan tiap sel baterai secara periodik harus dilakukan pengukuran
untuk mengetahui nilai tegangan tiap sel masih dalam keadaan standard atau
mengalami penurunan. Besaran tegangan tiap sel harus tetap dijaga untuk
kehandalan sistem suplai DC dalam membackup sumber tenaga utama. Untuk
mengukur tegangan dapat dilakukan dalam kondisi peralatan beroperasi dengan
menggunakan multimeter.
Tahapan dalam mengukur tegangan per sel baterai adalah sebagai berikut :
1. Membuka penutup klem baterai.
2. Membersihkan permukaan baut atau sambungan positif negatif baterai
dari debu.
3. Mengatur multimeter pada kondisi tegangan DC.
4. Mengukur tegangan tiap sel dengan menempatkan jumper positif fan
negatif multimeter terhadap permukaan sambungan baterai.
5. Mencatat nilai tegangan yang keluar pada multimeter.
31
5. Pengukuran DC Ground 110 Volt
Pengukuran DC ground bertujuan untuk menjaga sistem 110 VDC dari
gangguan earth faulth. Jika ada salah satu polaritas mengalami earth faulth maka
sangat besar kemungkinan sistem DC akan trip baik itu kareana arus lebih
maupun Short Circuit. Hal ini sangat berbahaya karena sistem 110 VDC
menyuplai peralatan penting seperti relay proteksi, penggerak motor PMT dan
PMS, serta lampu indikator Alarm.
Berdasarkan pedoman pemeliharaan sistem DC pengukuran ideal DC
ground yaitu : [PLN, 2014]
1. Positif – Ground = 50%
2. Negaatif – Ground = 50%
Sementara untuk standardnya yaitu 50% plus minus 12,5%
1. Positif – Ground = 62,5% atau 37,5%
2. Negaatif – Ground = 37,5% atau 62,5%
32
C. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari pengalaman lapangan yang dibahas
secara rinci tentang pemeliharaan baterai sebagai sistem suplai DC pada Gardu
Induk GIS Listrik. Disini akan dibahas mengenai beberapa pengalaman yang
sudah terlaksanakan, diantaranya adalah :
1) Baterai Bank 1
33
Merk : AlCAD
Tipe : MC 240 P
Kapasitas : 200 AH
Tahun operasi : 2006
2) Baterai Bank 2
Merk : AlCAD
Tipe : MC 240 P
Kapasitas : 210 AH
Tahun operasi : 2006
3) Baterai Bank 3
Merk : SAFT
Tipe : SCM 211
Kapasitas : 210 AH
Tahun operasi : 2016
34
Gambar 26. Baterai bank 3 pada Gardu induk GIS listrik
35
2. Pemeliharaan Baterai
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena
pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin
berfungsinya peralatan dengan baik. Pemeliharaan yang telah dilaksanakan
memang tidak ada bekasnya namun dapat dirasakan pengaruhnya. Tujuan
dilakukan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar
peralatan menjadi tahan lama, peralatan dapat beerfungsi sebagaimana mestinya
dengan demikian kehandalan sebuah sistem terjaga. [PLN, 2014]
2. In Service Measurement
In Service Measurement adalah pengujian yang dilakukan saat
peralatan operasi (bertegangan) untuk dapat memprediksi kondisi dan
gejala kerusakan peralatan secara dini yang waktu pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi peralatan. Pemeliharaan in service
measurement pada baterai adalah sebagai berikut :
36
1. Pengukuran tegangan per-sel pada sistem 110 volt dan 48 volt
2. pengukuran DC ground pada sistem 110 volt
3. Pengukuran berat jenis elektrolit
37
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tegangan Sel Baterai Bank 1 110 VDC
38
Tabel 2. Pengukuran Tegangan Sel baterai Bank 2 110 VDC
39
Tabel 3. Hasil Pengukuran Tegangan Sel Baterai Bank 3 110VDC
40
Tabel 4. Pengukuran Tegangan Sel Baterai 48 VDC
Secara keseluruhan nilai tegangan sel baterai masih dalam kondisi normal
dengan mengacu pada pedoman pemeliharaan yaitu lebih besar dari 1,2 Volt.
Namun pada tabel 4.4 baterai sel nomor 24 pada bank 3 dibawah kondisi normal
yaitu 0,85 Volt. Tegangan yang selisihnya dibawah kondisi normal dalam
pengukuran ini dilakukan penambahan cairan elektrolit hingga nilai tegangannya
kembali stabil.
41
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem suplai DC pada gardu induk memiliki peranan yang begitu penting,
dimana keandalan sistem DC akan sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja
peralatan yang terintegrasi dengan peralatan-peralatan utama pada penyaluran
tenaga listrik di Gardu Induk. Kegagalan sistem suplai DC pada gardu induk
sangatlah berbahaya dalam peralatan yang ada di gardu induk, apabila terjadi
gangguan dan sistem suplai DC bermasalah tentunya Relai tidak akan bekerja
karena hilangnya suplai DC.
Oleh karena itu diperlukan suatu antisipasi yang tepat dan terencana
dengan baik agar sumber arus DC tetap berfungsi. Yaitu dengan sistem
pemeliharaan yang baik. salah satunya adalah dengan pemeliharaan baterai
sebagai sistem suplai DC. Baterai yang bagus akan dapat meyokong rectifier
sebagai sistem suplai DC utama pada Gardu Induk.
Pemeliharaan Baterai pada Gardu Induk GIS Listrik merupakan
pemeliharaan yang cukup baik dikarenakan sudah mengikuti SOP. Sehingga
baterai pada Gardu Induk GIS listrik terawat dan terjaga serta memiliki keandalan
yang tinggi.
B. SARAN
Setelah melakukan kerja praktik di P.T PLN (persero) UI P3B Sumatera
UPT Medan Gardu Induk GIS Listrik maka penulis memberikan saran yang
bersifat membangun diantaranya :
1. Saat melakukan pengukuran sel baterai disarankan untuk melepas
aksesoris yang ada di tangan demi menghindari terjatuhnya aksesoris
tersebut yang akan menyebabkan terjadinya gangguan pada baterai.
2. Memakai perlengkapan safety seperti helm, sarung tangan, dan masker.
dikarenakan larutan elektrolit mengandung zat aktif yang dapat
membahayakan kesehatan tubuh.
42
DAFTAR PUSTAKA
[1] PLN. 2014. Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Listrik AC/DC Suplai. Jakarta: PT. PLN (Persero).
[2] PLN. 2014. Buku Petunjuk Batasan Operasi Dan Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Compartment. Jakarta: PT. PLN (Persero).
[3] Ricky, Nurhalim, 2016. Studi Kapasitas Baterai 110 Vdc pada Gardu Induk
150 kV Bangkinang
[4] Salam, Ibnu. 2014. Baterai-Charger Pada Gardu Induk 150 KV Srondol.
Semarang: Universitas Diponegoro. Malang.
[5] Widiawati, Anita. 2016. Analisis Gangguan Pada Sistem Kerja Power Supply
Dc 110 Volt Di Gardu Induk Padalarang Bandung.
[6] Aji, Muhammad. 2016. Sistem DC GIS 150 Kv Mangkunegaran Di PT. PLN
(Persero) Trans Jawa Bagian Tengah Area Pelaksana Pemeliharaan Salatiga
Area Pelaksana Pemeliharaan Salatiga Basecamp Surakarta. Universitas
Dipenogoro. Malang.
43
Lampiran 1. Data-data Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik Industri
44
Lampiran 2. Kesediaan Perusahaan Menerima Kerja Praktik Industri
45
Lampiran 3. Surat Tugas Dosen Pebimbing
46
Lampiran 4. Nilai dari Perusahaan
47
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Harian
48
16. Senin, 27 Januari 2020 CBM Level 1
49