Anda di halaman 1dari 166

PENANAMAN NILAI MODERASI BERAGAMA DI SMP NEGERI 10

SAMARINDA

OLEH

NAMA: MUH. AGUS SYAHNGINATA SURYA


NIM: 1811101187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA

2023

i
PENANAMAN NILAI MODERASI BERAGAMA DI SMP NEGERI 10

SAMARINDA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris


Samarinda Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Agama Strata 1
(S1) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:

NAMA: MUH. AGUS SYAHNGINATA SURYA


NIM: 1811101187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA

2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENANAMAN NILAI MODERASI BERAGAMA DI SMP NEGERI


10 SAMARINDA

NAMA : Muh. Agus Syahnginata Surya


NIM : 1811101187
Telah Dibimbing dan Disetujui untuk Dimunaqosyahkan

Di Depan Penguji Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Universitas Islam Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda

Samarinda, 15 Juni 2023


25 Dzulqa’dah 1444

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag. H. Susanto, Lc., M.Pd.I.

NIP. 197408062002121002 NIDN. 2026118701

Mengetahui,

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

UINSI Samarinda

Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag.

NIP. 197408062002121002
HALAMAN PENGESAHAN

PENANAMAN NILAI MODERASI BERAGAMA DI SMP NEGERI 10


SAMARINDA

NAMA : Muh. Agus Syahnginata Surya


NIM : 1811101187
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan Universitas Islam
Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda
Pada Tanggal 22 Juni 2023

SUSUNAN TIM PENGUJI

1. Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag (Ketua Tim) 1...............................

2. Drs. H. Ahmad Riyadi, S.S., M.Hum (Penguji Utama) 2...............................

3. Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag (Penguji I) 3...............................

4. H. Susanto, Lc., M.Pd.I (Penguji II) 4...............................

5. Dr. Agus Setiawan, M.Pd.I (Sekertaris) 5...............................

Samarinda, 22 Juni 2023

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

UINSI Samarinda

Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag.

NIP. 197408062002121002
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama                       : Muh. Agus Syahnginata Surya

NIM                        : 1811101187

Jurusan                    : Pendidikan Islam

Fakultas                   : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Penanaman Nilai Moderasi

Beragama di SMP Negeri 10 Samarinda”, ini adalah hasil karya saya sendiri. Jika

skripsi ini merupakan karya orang lain, maka saya bersedia dituntut secara hukum

dan gelar sarjana saya dicabut.

Demikan surat pernyataan saya ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, 5 Juni 2023

Yang menyatakan,

Muh. Agus Syahnginata Surya

NIM. 1811101187
RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Muh. Agus Syahnginata Surya

Nim : 1811101187

Tempat tanggal lahir : Sungguminasa, 08 Agustus 2000

Alamat : Desa Mulawarman RT. 009

Kec. Tenggarong Seberang

Agama : Islam

Fakultas/Jurusan : FTIK/ Pendidikan Islam

Status : Belum kawin

Pendidikan : SD Negeri 016 Tenggarong Sbrg.

MTS Negeri Model Samarinda

MA Negeri 2 Samarinda

Orang tua

Bapak : Suriansyah

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Mulawarman RT. 009 Desa

Mulawarman Kec. Tenggarong

Seberang

Ibu : Sangnging

Pekerjaan : PNS Guru

Alamat : Mulawarman RT. 009 Desa

Mulawarman Kec. Tenggarong

Seberang
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah Swt. yang telah memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai

tepat waktu. Dalam hal ini skripsi yang telah dibuat dengan penuh cerita, maka

akan dipersembahkan kepada: 

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta

Suriansyah dan Sangnging yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa

yang tak dapat terbayarkan dengan apapun. Doa yang senantiasa selalu terucap

dari mereka yang membuat perjalanan menulis skripsi ini, Alhamdulillah dapat

dimudahkan dan dilancarkan karena atas ridho kedua orang tua yang saya sayangi

dan cintai karena Allah Swt.

Untuk para staf akademik UINSI Samarinda dan para dosen yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, nasehat, motivasi dan arahanya dari awal

perkulihaan, terkhusus kepada dua orang tua saya di kampus, dua orang yang

hebat yang telah membimbing saya Bapak Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag.

dan Bapak H. Susanto, Lc., M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang sangat baik,

sabar, dan mengarahkan di setiap prosesnya. Jasa beliau tak akan terlupakan

dalam perjalanan hidup saya yang mengantarkan diri ini menjadi seorang sarjana.

Dan untuk teman-teman semua yang telah bersama berjuang bersama dari

awal semester, banyak cerita dan pengalaman yang dapat saya ambil sebagai

bahan pembelajaran hidup kedepannya. Selalu jalani silaturrahim walaupun

nantinya telah hidup sendiri, jangan lupakan semua saudara se-muslim ini.

Teman-teman PAI, KKN, PKL yang saya banggakan, terima kasih atas doa dan
masukan dalam bentuk apapun itu semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt.

Aamiin.
MOTTO

“The future belongs to those who believe in the beauty of

their dreams.”

Eleanor Roosevelt
ABSTRAK

Muh. Agus Syahnginata Surya, 2023. “Penanaman Nilai Moderasi


Beragama di SMP Negeri 10 Samarinda”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr.
Muchammad Eka Machmud, M.Ag. selaku pembimbing I dan H. Susanto, Lc.,
M.Pd.I. selaku pembimbing II.

Indonesia adalah negara yang memiliki multi keanekaragaman. Dalam


memperkuat persatuan bangsa Indonesia, nila-nilai agama turut andil
berkontribusi. Islam Wasathiyah adalah salah satu nilai persatuan yang ada pada
agama Islam. Menurut pemerintah melalui undang-undang tentang sistem
pendidikan nasional, lembaga pendidikan dinilai sebagai cara yang tepat dalam
menanamkan paham moderasi beragama di Indonesia. SMP Negeri 10 Samarinda
adalah salah satu sekolah yang telah menanamkan nilai-nilai toleransi yang kuat
kepada para siswanya karena sekolah tersebut memiliki keanekaragaman budaya
hingga agama di dalamnya. Berangkat dari hal tersebutlah tujuan pada penelitian
kali ini ialah ingin mengetahui bagaimana penanaman nilai moderasi beragama di
SMP Negeri 10 Samarinda.

Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif dengan menggunakan


pendekatan deskriptif. Adapun sumber data penelitian ini ialah Kepada Sekolah,
Waka Kesiswaan, Guru PAI, Guru Agama Kristen, Guru Agama Hindu, dan
Siswa non-muslim SMP Negeri 10 Samarinda. Teknik pengumpulan data
penelitian ini menggunakan tiga teknik dari Sugiyono, yakni observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data penelitian ini
menggunakan tiga tahap analisis data tipe Miles dan Huberman: kondensasi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Di samping itu peneliti juga
menggunakan empat jenis triangulasi, di antaranya triangulasi sumber, triangulasi
teknik, triangulasi teori, dan triangulasi waktu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanaman nilai moderasi


beragama di SMP Negeri 10 Samarinda telah ditanamankan dengan sangat baik
oleh sekolah, dalam hal ini guru PAI sebagai ekskutor utama penanaman nilai
tersebut. Adapun nilai moderasi yang ditanamkan di dalam sekolah ini ialah nilai
tasamuh atau toleransi, nilai adil atau i’tidal, nilai tawassuth atau lurus, nilai islah
atau kedamaian dan nilai qudwah atau teladan. Proses penanaman nilai-nilai
moderasi di SMP Negeri 10 Samarinda ialah sebagai berikut, peningkatan literasi
keagamaan, bersikap adil pada seluruh siswa, menjaga kebersamaan antar sesama,
serta meningkatkan kerukunan keberagaman. Penanaman tersebut dilakukan
dengan cara terintegrasi dan disintegrasi dalam pembelajaran, dalam artian proses
penanamannya terjadi di dalam kelas dan juga di luar kelas. Hambatan yang
ditemukan pada proses penanamannya antara lain, tidak adanya kurikulum khusus
terkait moderasi beragama, pola pikir anak yang masih labil, kurangnya
antusiasme siswa pada agenda sekolah, kurangnya kedisplinan siswa, terdapat
siswa yang belum bisa membaca al-quran, pengaruh gawai, serta penagruh
lingkungan sosial pada tiap siswa.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, terutama nikmat

iman, islam, kesehatan dan kesempatan. Tak lupa pula selawat dan salam penulis

sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam

jahiliah ke alam yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan. 

Adapun maksud dan tujuan penulis skripsi ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Universitas Islam Negeri Sultan

Aji Muhammad Idris dengan judul skripsi adalah “Penanaman Nilai Moderasi

Beragama Di SMP Negeri 10 Samarinda”.

Selama penyusunan skripsi ini peneliti menyadari bahwa peneliti ini

banyak sekali mendapati arahan dan masukan dari segala pihak yang telah

membantu sehingga skripsi dapat selesai dengan tepat waktu. Peneliti

mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu kelancaran

penyusunan skripsi. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Mukhamad Ilyasin, M.Pd. selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.

2. Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris

(UINSI) Samarinda dan segenap jajaranya.

3. Drs. Darwis M.SI. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.


4. Dr. Muchammad Eka Mahmud, M.Ag. selaku pembimbing satu yang

sangat mendukung penuh dan selalu memberikan arahan dalam penulisan

skripsi.

5. H. Susanto, Lc., M.Pd.I. selaku pembimbing dua yang selalu memberikan

bimbingan, arahan, dan semangat dalam penulisan skripsi.

6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris

(UINSI) Samarinda yang telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan

mencurahkan ilmunya.

7. Seluruh staf akademik yang telah membantu administrasi selama

perkuliahan.

8. Ibu Normala, S.Pd, M.M. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 10

Samarinda, beserta guru-guru, staf dan siswa yang telah memberikan izin

dan membantu kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah..

9. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Suriansyah dan Ibu Sangnging, adik

tersayang Muhammad Azhar Sang Surya, Muh. Alan Nuari Sang Surya,

dan keluarga besar, yang selalu memberikan dorongan, semangat, kasih

sayang, kekuatan dan dukungan baik dari segi material, spiritual dan

emosional dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Om saya Muhammad Zidane Ansyari, S.Pd yang sudah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu

persatu di Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad


Idris Samarinda angkatan 2018 yang selalu memberikan dukungan kepada

peneliti.

12. Semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Peneliti hanya bisa mendoakan mereka yang telah membantu dalam segala

proses penyusunan skripsi ini, semoga mereka diberikan umur panjang, rezeki

yang berkah dan melimpah, serta diberikan kemudahan oleh Allah Swt. atas apa

yang telah mereka perbuat. Aamiin.

Tentunya peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam

skripsi ini, karena peneliti mengakui masih sedikitnya ilmu dan pengalaman yang

dimiliki. Untuk itu peneliti sangat berharap masukan serta saran agar menjadikan

kesempurnaan skripsi ini kedepannya, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peneliti dan pembaca.

Samarinda, 5 Juni 2023

Muh. Agus Syahnginata Surya

NIM. 1811101187
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................v
RIWAYAT HIDUP PENELITI...........................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii
MOTTO.................................................................................................................ix
ABSTRAK..............................................................................................................x
KATA PENGANTAR...........................................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii
DAFTAR BAGAN............................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................8
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 9
D. Penegasan Istilah...................................................................................9
E. Manfaat Penelitian..............................................................................10
F. Kajian Pustaka.....................................................................................11
G. Sistematika Penulisan..........................................................................19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penanaman Nilai.................................................................................20
1. Pengertian Penanaman Nilai........................................................20
B. Moderasi Beragama............................................................................23
1. Pengertian Moderasi Beragama...................................................23
2. Prinsip-Prinsip Moderasi Beragama............................................26
3. Nilai-Nilai dalam Moderasi Beragama........................................28
C. Proses Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama...........................49
D. Kerangka Berpikir...............................................................................52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................................53
B. Pendekatan Penelitian.........................................................................53
C. Fokus Penelitian..................................................................................54
D. Sumber Data........................................................................................54
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................55
F. Keabsahan Data...................................................................................58
G. Teknik Analisis Data...........................................................................59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data.......................................................................................63
1. Profil SMPN 10 Samarinda..........................................................63
2. Visi, Misi, Motto SMPN 10 Samarinda.......................................63
3. Sejarah Singkat SMP Negeri 10 Samarinda................................64
B. Deskripsi Hasil Penelitian...................................................................65
1. Nilai-Nilai Moderasi beragama yang Ditanamkan di SMP Negeri
10 Samarinda................................................................................66
2. Proses Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama di SMP
Negeri 10 Samarinda....................................................................72
C. Pembahasan.........................................................................................82
1. Nilai-Nilai Moderasi Beragama yang Ditanamkan di SMP Negeri
10 Samarinda................................................................................83
2. Proses Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama di SMP
Negeri 10 Samarinda....................................................................86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................91
B. Saran....................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................93
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................97
DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

I. KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................17
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

I DATA GURU SMP NEGERI 10 SAMARINDA

II DAFTAR JUMLAH SISWA PERKELAS SMP NEGERI 10 SAMARINDA

III SARANA DAN PRASARANA SMP NEGERI 10 SAMARINDA

IV DAFTAR NAMA GURU BESERTA MATA PELAJARAN

V PEDOMAN WAWANCARA

VI DOKUMENTASI WAWANCARA

VII LEMBAR KONSUL JUDUL PROPOSAL

VIII BERITA ACARA SELEKSI JUDUL SKRIPSI

IX SURAT TUGAS PEMBIMBING

X UNDANGAN SEMINAR PROPOSAL

XI SURAT KETERANGAN SEMINAR PROPOSAL

XII SURAT IZIN PENELITIAN

XIII SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN

XIV DAFTAR HADIR SEMINAR PROPOSAL

XV SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI PENELITIAN

XVI KARTU KONSULTASI PEMBIMBING I

XVII KARTU KONSULTASI PEMBIMBING II

XVIII SURAT KETERANGAN LULUS PLAGIASI

XIX SYAHADAH

XX TOEFL

XXI FOTO KEGIATAN PENELITIAN


DAFTAR BAGAN

BAGAN Halaman

I KERANGKA BERPIKIR.....................................................................53
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi hal yang umum jika Indonesia adalah sebuah negara

yang majemuk, yang memiliki beragam suku, ras, etnis, bahasa, agama,

juga pulau. Jumlah suku yang dimiliki oleh Indonesia secara keseluruhan

mencapai lebih dari 1.300 suku, data ini berdasarkan hasil sensus

penduduk yang dilakukan pada tahun 2010. Indonesia secara resmi

mengakui enam agama dan sekitar 2.500 jenis bahasa daerah yang dimiliki

oleh bangsa ini.1 Dengan demikian tidak heran jika Indonesia dikenal

sebagai negara multikultural.

Keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia merupakan suatu

anugerah yang diberikan Tuhan yang patutnya dijaga oleh setiap

masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, Islam juga memandang keragaman

sebagai media untuk saling mengenal terlepas dari berbagai perbedaan

yang ada. Hal tersebut dijelaskan dalam al-Qur’an pada surah al-Hujurat

ayat 13 berikut ini:

َ T‫عُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َع‬T ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَ لَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُش‬
‫ارفُوْ ا ۚ اِ َّن‬T
‫اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬
Terjemahan:

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah
1
Akhsan Na’im dan Hendry Syaputra, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama Dan
Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2011), h. 5-6.
2

Maha Mengetahui lagi Mahateliti.

Kendati demikian, juga menjadi satu masalah yang riskan bagi

bangsa Indonesia. Bukan menjadi hal yang baru adanya berita-berita

mengenai konflik keberagaman yang ada. Misalnya saja kasus bom bunuh

diri di Surabaya, konflik antar umat beragama di Aceh pada tahun 2015,

konflik antar umat beragam di Poso, bahkan konflik yang terjadi antara

umat Muslim di Sampang. Dari contoh konflik-konflik yang telah

disebutkan, kekerasan atas nama agama seperti memberikan pandangan

bahwa agama memperbolehkan untuk membunuh manusia, membakar

tempat peribadatan, menganggu orang yang sedang melaksanakan ibadah,

dan sebagainya.

Keberagaman unik yang dimiliki oleh Indonesia ini, yang

menjadikan faktor umum terjadinya konflik keagamaan. Selain itu juga

munculnya perdebatan antara kelompok agama satu dengan yang lain demi

meraih dukungan dari pengikutnya yang tidak didasari sikap toleran.

Pemicu lain juga datang akibat pemahaman terhadap ayat-ayat dalam kitab

suci yang hanya dipahami secara harfiayah saja. Ada juga kelompok yang

terlalu mengedepankan pemikiran dalam memahami nilai-nilai agama,

sehingga mereka bertindak terlalu liberal.

Perlu adanya suatu paham untuk menghentikan sikap ekstrimisme

maupun liberalisme. Suatu paham yang berada ditengah-tengah, dimana

tidak condong terhadap sikap ekstrim maupun liberal. Paham ini biasa

dikenal sebagai pemahaman yang moderat. Hal ini sejalain dengan paham
3

yang tengah digaungkan oleh kementerian agama sejak tahun 2019.

Memiliki sikap moderat bermakna tidak fanatik, terlebih sampai pada

tahap fanatisme buta yang sampai mengkafirkan orang lain. 0 Sikap yang

terlalu berlebihan ini dapat memicu terjadinya konflik keagamaan yang

akan mengancam kedaulatan bangsa.

Mengutamakan sikap toleran terhadap perbedaan yang ada, serta

keterbukaan dalam menerima keberagaman merupakan pemikiran moderat

dalam Islam. Namun seringkali moderat disalah artikan dalam konteks

beragama di Indonesia. Beberapa dari mereka beranggapan mereka yang

moderat berarti tidak memiliki pendirian yang teguh dalam mengamalkan

ajaran agamanya. Tidak hanya itu moderat juga disalah artikan sebagai

kesepakatan keyakinan teologis beragama dengan pemeluk agama lain.

Padahal moderat dalam beragama bukan berarti menegosisasi antara

prinsip dasar ataupun ritual pokok agama hanya karena ingin

menyenenangkan orang lain atau kelompok lain yang berbeda

keyakinannya. Hal ini juga tidak bisa dijadikan dalih bagi seorang umat

dalam menjalankan agamanya dengan tidak bersungguh-sungguh. Arti

dalam moderat beragama merupakan kukuh terhadap hakikat ajaran agama

yang dipercayai, juga mengajarkan prinsip berimbang dan adil, namun

juga berbagi kebenaran sejauh menyangkut tafsir agama.0

Moderasi atau disebut dengan al washatiyyah memiliki makna

0
Samsul AR, “Peran Guru Agama Dalam Menanamkan Moderasi Beragama,” Al Irfan 3,
no. 1 (2020): h. 41.
0
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019), h. 12-13.
4

seimbang, tengah, adil, dan baik.0 Kata dasar dari wasathiyah adalah

wasath yang bermakna tengah-tengah, yang kemudian diartikan sebagai

moderat. Sesuatu yang bersifat wasath memang tidak bisa terlepas dari

kedua sisinya. Oleh karenanya, kata ini disangkut pautkan terhadap

sesuatu.0 Paham Wasathiyah yang konsisten pada ajaran pokok Islam

(ushul), fleksibel pada cabang (furu’), atau konsisten pada ajaran dan nilai

Islam yang konstan (tsawabit), namun mengakomodir hal-hal yang

fleksibel (mutaghayirat) serta berpegang teguh pada teks (nash) syariah

dan mengakomodir akal dan ijtihad. Paham dan gerakan moderasi Islam

ini diharapkan dapat membawa ajaran Islam kembali menjadi Rahmatan li

Al-alamin.0

Paham wasathiyah diperlukan dalam membentuk sikap moderat

yang tidak hanya untuk agama itu sendiri namun juga untuk unsur politik,

sosial dan antar umat beragama. Tentunya dalam moderasi beragama ini

tidak akan terlepas dari sumber utama hukum Islam, yakni Al Quran dan

hadis. Selanjutnya syariat Islam tidak dikenal dengan pembenaran

terhadap sikap ekstrem, tidak juga menyepelekan tuntutan atau aturan

syariat yang telah ditentukan. Sikap pertengahan dalam Islam sudah sangat

nyata terdapat dalam berbagai aspek serta bidang manusia, baik itu dalam

bidang pemerintahan, ibadah, muamalah, perekonomian, dan sebagainya.

0
Mumuh Muhtarom, “Urgensi Penguatan Pemikiran Moderasi Islam Dalam Pendidikan
Agama Di Madrasah,” Jurnal Diklat Keagamaan 12, no. 32 (2018): h. 41.
0
M. Quraish Shihab, Wasathiyah: Wawasan Islam Tenang Moderasi Beragama
(Tangerang Selatan: Lentera Hati Group, 2020), h. 3.
0
Khairan Muhammad Arif, Moderasi Islam: Tela’ah Komprehensif Pemikiran
Wasathiyah Islam, Prespektif Al Qur’an Dan As-Sunah, Menuju Islam Rahmatan Lil Al-Alamin
(Jakarta Timur: Pustaka Ikadi, 2020), h. 12.
5

Ada beberapa nilai dalam moderasi beragama, dua di antaranya

adalah adil dan berimbang. Tidak berat sebelah merupakan arti dari adil,

namun berpihak pada kebenaran. Sedangkan berimbang beraarti memiliki

prespektif, sikap, serta berkewajiban untuk berada pada keadilan,

persaman dan kemanusiaan. Ia akan tegas namun tidak berlebihan karena

akan selalu berada pada keadilan. Namun keberadaannya pada pihak ini

tidak sampai mengambil hak orang lain sehingga tidak akan merugikan

orang lain.0

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 2 menyebutkan bahwa pendidikan nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan

zaman. Pasal ini jelas sekali menandaskan bahwa Pancasila merupakan

ideologi yang mendasari atau mempelopori penyelenggaraan pendidikan di

Indonesia, termasuk pendidikan Islam.

Lembaga pendidikan dinilai sebagai cara yang tepat dalam

menanamkan paham moderasi beragama di Indonesia. Penanaman nilai-

nilai ini telah dilaksanakan oleh sekolah atau lembaga pendidikan.

Terlebih di kalangan perguruan tinggi dan tingkat madrasah. Beberapa

cara dilakukan oleh pendidik agar siswa paham akan konsep moderasi

beragama dan menerapkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan

sehari-hari. Salah satunya adalah menanamkan nilai-nilai tersebut, yakni


0
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 19.
6

melalui pembelajaran. Cara ini dilakukan oleh pendidik dalam

mengenalkan moderasi beragama pada siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Hani Hiqmatunnisa dan Ashif Az

Zafi0 mendapatkan hasil yakni melalui pembelajaran fiqh berbasis PBL

dapat menjadi salah satu cara dalam penanaman nilai-nilai moderasi

beragama dikalanagan mahasiswa. Melalui strategi tersebut wawasan

mahasiswa akan terbuka. Setelah mahasiswa memiliki wawasan terbuka

dan luas maka nilai moderasi akan ditanamkan oleh dosen dalam

pembelajaran. Mahasiswa akan diarahkan pemikirannya oleh dosen, agar

mereka dapat melihat perbedaan dalam hukum Islam secara moderat.

Penelitian lain datang dari Masturani0 yang menunjukan hasil

bahwa di pesantren tersebut menggunakan tiga metode dalam penanaman

nilii-nilai moderasi beragama, yakni metode kelas formal, metode halaqah,

dan hidden curriculum. Sedangkan nilai-nilai yang ditanamkan pada

santrinya adalah tawassut, musawah, syura, islah, tawazun, i’tidal,

tasamuh, tathawwur wa ibtikar, tahaddur, wataniyah wa muwatanah, dan

qudwatiyah.

SMP Negeri 10 Samarinda merupakan salah satu sekolah yang

siswanya memiliki keberagaman beragama. Sebagian siswanya adalah

non-muslim yang diketahui terdapat sebanyak 8,4% dari jumlah populasi


0
Hani Hiqmatunnisa dan Ashif Az Zafi, “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam
Pembelajaran Fiqh Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Based Learning,” JIPIS 29, no. 1
(2020): h. 27-35.
0
Masturaini, “Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren (Studi
Pondok Pesantren Shohifatusshoda NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara)” (Institut Agama Islam Negeri Palopo, 2021).
7

siswa di sana. Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 10 Samarinda

dituntut untuk selalu menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat

beragama agar tercipta kondisi pembelajaran yang kondusif. Nilai-nilai

toleransi tersebut didapat dengan cara menumbuhkan sikap moderat dalam

beragama pada peserta didik. salah satu bentuknya yaitu kerja sama, baik

peserta didik muslim maupun non-muslim dalam berbagai kegiatan

sekolah. Hal tersebut tidak terlepas dari peran guru Pendidikan Agama

Islam yang membimbing dan mengarahkan siswa untuk memiliki

hubungan sosial yang baik tanpa menyampingkan hubungan keimanan

individualnya. Maksud dari tanpa menyampingkan keimanan individual ini

dapat dilihat ketika guru Pendidikan Agama Islam mengajar di kelas,

beliau memberikan hak kepada siswa non-muslim untuk keluar dari kelas

dan belajar agama di ruangan yang telah disediakan sesuai dengan

keyakinan yang mereka anut. Guru Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 10 Samarinda juga berperan penting dalam memberikan informasi

mengenai agama secara baik dan benar, serta meluruskan pemikiran siswa

bahwa Islam itu tidak kaku, Islam itu tidak radikal dan Islam itu Rahmatan

Lil Aalamiin.

Hasil observasi sementara yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 14 Oktober 2022, mengenai penanaman nilai-nilai moderasi

beragama di SMP Negeri 10 Samarinda, bahwasanya SMP Negeri 10

Samarinda memiliki peserta didik yang mempunyai keyakinannya sebagai

muslim sebanyak 91,6% sedangkan 8,4% lainnya berkeyakinan selain


8

Islam. Dari adanya peserta didik yang berbeda keyakinan ini, maka timbul

sebuah kebebasan dalam menjalankan kewajibannya masing-masing,

contoh pada SMP Negeri 10 Samarinda terdapat kegiatan pada pagi hari

yaitu mengaji kitab agamanya sendiri. Tidak hanya itu pihak sekolah juga

menyelenggarakan acara yang bertujuan untuk menanamkan paham

moderasi beragama kepada siswanya. Namun nilai moderasi beragama

ataupun paham moderasi beragama ini masih belum ada materi tersendiri

di dalam satu mata pelajaran. Saat proses pembelajaran guru

menyelipkannya paham tersebut kepada siswaya masing-masing, hal ini

menandakan adanya moderasi yang dibangun.

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin

meneliti secara lebih mendalam tentang bagaimana “Penanaman Nilai

Moderasi Beragama di SMP Negeri 10 Samarinda”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti

mengangkat permasalahan yaitu:

1. Apa sajakah nilai-nilai moderasi beragama yang ditanamkan di SMP

Negeri 10 Samarinda?

2. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai moderasi beragama di SMP

Negeri 10 Samarinda?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dapat ditarik berdasarkan rumusan

masalah tersebut antara lain:


9

1. Mendeskripsikan nilai-nilai moderasi beragama yang ditanamkan di

SMP Negeri 10 Samarinda.

2. Mendeksripsikan proses penanaman nilai-nilai moderasi beragama di

SMP Negeri 10 Samarinda.

D. Penegasan Istilah

1. Penanaman Nilai

Penanaman nilai yang dimaksud di dalam penelitian ini ialah

suatu usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam kepada

siswa dengan tujuan agar nilai-nilai kebaikan dapat dihayati dan

direalisasikan pada kehidupan sehari-hari melalui tindakan dan pikiran

yang terarah.

2. Moderasi Beragama

Konsep jalan tengah untuk memahami ajaran agama adalah

moderasi dalam beragama. Konsep moderasi beragama yang akan

difokuskan pada penelitian ini ialah Islam Wasathiyah yang

dikemukakan oleh Kementerian Agama. Untuk memahami prinsip-

prinsip moderasi dalam beragama, khususnya dari perspektif Islam,

juga digunakan konsep umum wasathiyah yang digunakan dalam

Islam. Adapun nilai-nilai Islam Wasathiyah yang menjadi landasan

penelitian kali ini adalah tengah-tengah (tawassuth), tegak-lurus

(i’tidal), toleransi (tasamuh), musyawarah (syura), reformasi (ishlah),

kepeloporan (qudwah), kewargaan/cinta tanah air (muwathanah), anti

kekerasan (la ’unf) dan ramah budaya (i’tibar al-‘urf).


10

3. Penanaman Nilai Moderasi Beragama

Usaha yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam

kepada muridnya dengan menanamkan paham moderasi beragama

berkonsep Islam Wasathiyah yang terdiri dari 9 nilai, mencakup nilai

tengah-tengah (tawassuth), tegak-lurus (i’tidal), toleransi (tasamuh),

musyawarah (syura), reformasi (ishlah), kepeloporan (qudwah),

kewargaan/cinta tanah air (muwathanah), anti kekerasan (la ’unf) dan

ramah budaya (i’tibar al-‘urf). Dengan harapan agar nilai-nilai

kebaikan dapat dihayati dan direalisasikan pada kehidupan sehari-hari,

melalui tindakan dan pikiran yang terarah.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian

ini yakni:

1. Manfaat Teoris

Adaanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmu pengetahuan serta wacana mengenai nilai-nilai moderasi

beragama. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

kajian bagi mahasiswa khususnya Pendidikan Agama Islam dalam

rangka mengembangkan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

lembaga pendidikan khususnya SMP Negeri 10 Samarinda supaya para


11

guru dapat membimbing peserta didik agar dapat mencerminkan sikap

moderasi beragama dengan baik.

F. Kajian Pustaka

Tujuan dari kajian pustaka yakni sebagai bentuk untuk

menghindari kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh

karenanya, penulis akan menguraikan perbandingan penelitian sebelumnya

dengan penelitian yang akan penulis lakukan sebagai berikut:

1. Muhammad Bagus Azmi 2019 dalam bentuk skripsi yang berjudul,

Penerapan Nilai-Nilai Islam Moderat dikalangan Mahasantri Ma’had

Sunan Ampel Al Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.0

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pemahaman

ajaran Islam moderat di kalangan mahasantri, bagaimana proses

penerapannya, serta upaya dalam menjaga nilai-nilai tersebut di kalangan

mahasantri. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Bagus

Azmi yakni, pemahaman ajaran Islam moderat dikalangan mahasantri

Ma’had Sunan Ampel Al Aly UIN Malang berbentuk akidah dan ibadah

dengan pemahaman ahlsunnah wal jama’ah berdasar asy’ariyah dan

syafi’iyah. Selain itu bentuk pemahaman ajaran Islam moderat juga

melalui akhlak dengan dipahamkan anti kekerasan, menerima konsep

kenegaraan, rasa saling memiliki, mengedepankan musyawarah,

menjunjung tinggi adab, arif terhadap local wisdom, mengedepankan

substansi, kepedulian sosial yang tinggi, mengutamakan toleransi, adil, dan


0
Muhammad Bagus Azmi, “Penerapan Nilai-Nilai Islam Moderat Di Kalangan
Mahasantri Ma’Had Sunan Ampel Al-Aly Uin Maulana Malik Ibrahim Malang” (Malang,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2019).
12

sopan santun. Sementara itu proses penerapan Islam moderatnya sendiri

melalui perencanaan sebelum ma’had, saat ma’had dan setelah ma’had.

Proses lain dalam penerapan Islam moderat dikalangan mahasantri yakni

melalui pelaksanaan kegiatan pokok akademik, kegiatan spiritual

keagamaan, serta kegiatan penunjang keterampilan. Setalah itu dilakukan

evaluasi. Sedangkan upaya menjaga nilai-nilai Islam moderat dikalangan

mahasantri meliputi bentuk program Ma’had Aly dan Madrasah Diniyah.

Persamaan penelitian dengan skripsi Muhammad Bagus Azmi

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni pokok

pembahasan terhadap nilai-nilai dalam moderasi beragama. Sedangkan

perbedaannya adalah penelitian ini dilakukan dikalangan mahasantri

sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti yakni ditingkat SMP.

2. Mochamad Hasan Mutawakkil 2020 dengan bentuk tesis yang

berjudul, Nilai-Nilai Pendidikan Moderasi Beragama untuk

Mewujudkan Toleransi Umat Beragama dalam Prespektif Emha Ainun

Nadjib.0

Tujuan dari penelitiannya ialah untuk menganalisis bagaimana

konsep moderasi beragama serta strategi penerapan pada pendidikan.

Selain itu penelitian ini juga memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan

konsep moderasi beragama Emha Ainun Nadjib dengan pendidikan agama

Islam. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Hasan

Mutawakkil yaitu menurut pandangan beliau pendidikan moderasi


0
Mochamad Hasan Mutawakkil, “Nilai-Nilai Pendidikan Moderasi Beragama Untuk
Mewujudkan Toleransi Umat Bergama Dalam Perspektif Emha Ainun Najdib” (Malang,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2020).
13

beragama menuju pada sikap toleransi, adil, serta tidak merasa dirinya

yang paling benar. Sementara itu strategi yang digunakan dalam penerapan

pendidikan moderasi beragama menurut beliau yakni menggunakan

metode iqro’, yaitu pemahaman melalui rasa, pembelajaran kontekstual,

keteladanan, kasih sayang, dan tolong menolong. Sementara itu hubungan

antara pemikiran Emha Ainun Nadjib dengan pendidikan agama Islam

meliputi peran orang tua, guru, lembaga pendidikan, dan masyarakat

sekitar untuk ikut andil dalam membentuk karakter juga pemahaman siswa

dalam menerapkan moderasi beragama.

Persaman penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Hasan

Mutawakkil dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai

fokus pembehasan yakni tentang nilai-nilai moderasi beragama. Sementara

itu perbedaanya adalah jenis penelitian yang dilakukan Mochamad Hasan

Mutawakkil adalah studi kepustakaan sedangkan penelitian yang akan

dilakukan menggunakan jenis penelitian studi kasus.

3. Nur ‘Afifatuzzahro’ dalam bentuk tesis yang berjudul, Penanaman

Nilai-Nilai Pendidikan Islam Wasathiyah Organisasi Keluarga

Mahasiswa Nahdlatul Ulama di Universitas Brawijaya Malang.0

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan konsep

penanaman nilai-nilai pendidikan Islam wasathiyah pada Keluarga

Mahasiswa Nahdlatul Ulama di Universitas Brawijaya dan mengetahui

faktor pendukung seta penghambatnya. Hasil dari penelitian yang


0
Nur ‘Afifatuzzahro,’ “Penanaman Nilai-Nilai Pendiidkan Islam Wasathiyah Organisasi
Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Di Universitas Brawijaya Malang” (Malang, Univesitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2020).
14

dilakukan oleh Nur ‘Afifatuzzahro’ yaitu konsep penanaman nilai-nilai

pendidikan Islam wasathiyah pada organisasi keluarga mahasiswa

nahdlatul ulama di Universitas Brawijaya menggunkaan konsep tawazun,

tawassuth, tasamuh dan i’tidal. Sedangkan kegiatan yang dilakukan ialah

kajian kitab dan nahdlatul ula. Dalam penelitian mengungkap bahwa faktor

pendukung dari penanaman nilai-nilai ini ialah motivasi yang datang dari

pembina, serta dukungan pengurus juga program kegiatan yang

menunjang. Sementara itu faktor penghambatnya yakni kurangnya

pendampingan terkait pemahaman aswaja dan kurangnya minat untuk

memperdalam nilai-nilai tersebut pada diri beberapa anggota, selain itu

juga kurangnya filterisasi personal terkait media sosial dan banyaknya

organisasi yang berideologi dengan ikhwanul muslimin yang menguasai

rohis kampus.

Persamaan dalam penelitian yang dilakukan Nur ‘Afifatuzzahro’

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas

mengenai penanaman nilai-nilai moderasi beragama. Sementara itu

perbedaannya terletak pada subjek yang akan diteliti yakni dilakukan pada

tingkat SMP sementara itu dalam penelitiannya dilakukan pada sebuah

organisasi yang beranggotakan mahasiswa.

4. Hani Hiqmatunnisa dan Ashif Az Zafi dalam bentuk jurnal yang

berjudul, Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam dalam Pembelajaran


15

Fiqih di PTKIN Menggunakan Konsep Problem-Based Learning.0

Terdapat satu fokus penelitian dalam penelitian ini yakni

bagaimana penanaman nilai-nilai moderasi Islam dalam pembelajaran

fiqih di PTKIN menggunakan konsep problem-based learning. Hasil

penelitiannya yakni dengan pembelajaran fiqh berbasis PBL ini mahasiswa

diwajibkan untuk memiliki pengetahuan yang luas terhadap setiap materi

yang akan dibahas. Sehingga mahasiswa akan memiliki berbagai macam

hasil ijtihad ulama fiqh dalam menghasilkan hukum Islam. Melalui

pengetahuan yang luas serta terbuka itulah nilai moderasi ditanamkan oleh

dosen dalam pembelajaran. Nantinya mahasiswa dapat menimbang dan

menempatkan posisinya ditengah tengah untuk setiap persoalan yang

didiskusikan.

Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hani

Hiqmatunnisa dan Ashif Az Zafi dengan penelitian yang akan dilakukan

terletak pada penanaman nilai-nilai moderasi beragama dalam

pembelajaran. Sedangkan perbedaannya terletak pada mata pelajaran dan

juga tingkatan pada subjek penelitiannya. Jika dalam penelitian Hani

Hiqmatunnisa dan Ashif Az Zafi dilakukan pada tingkat mahasiswa dan

pada pembelajaran fiqh, maka dalam penelitian yang akan dilakukan pada

tingkat SMP.

5. Masturaini 2021 dengan bentuk tesis yang berjudul, Penanaman Nilai-

Nilai Moderasi Beragama di Pondok Pesantren (Studi Pondok

0
Hiqmatunnisa dan Zafi, “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran
Fiqh Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Based Learning.”
16

Pesantren Shohifatusshofa NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara).0

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui penanaman

nilainilai moderasi beragama di pondok Shohifatusshofa serta untuk

mengetahui metode yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masturaini yakni nilai-nilai yang

moderasi beragama di pondok ini ialah nilai tawassut, I’tidal, tawazun,

tasamuh, syura, musawah, islah, thaddur, tathawwur wa ibtikar,

wataniyah wa muwatanah, dan qudwatiyah. Pesantren tersebut

menggunakan tiga metode dalam penanaman nilii-nilai moderasi

beragama, yakni metode kelas formal, metode halaqah, dan hidden

curriculum. Sedangkan nilai-nilai yang ditanamkan pada santrinya adalah

tawassut, tawazun, i’tidal, tasamuh, musawah, syura, islah, tathawwur wa

ibtikar, tahaddur, wataniyah wa muwatanah, dan qudwatiyah.

Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Masturaini

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas

mengenai nilai-nilai moderasi beragama. Sedangkan perbedaannya terletak

pada fokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada

penanaman nilai-nilai moderasi beragama pada mata pembelajaran

pendidikan agama Islam.

TABEL I KAJIAN PUSTAKA

No Nama Peneliti, Bentuk Persamaan Perbedaan

0
Masturaini, “Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren (Studi
Pondok Pesantren Shohifatusshoda NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara).”
17

(Skripsi/Tesis/Jurnal/ dll),
Penerbit, Tahun
1 Muhammad Bagus Azmi, Kualitatif pada Penelitian ini
Skripsi “Penerapan Nilai- sub kajian fokus pada
Nilai Islam Moderat penerapan tingkatan
dikalangan Mahasantri nilai-nilai mahasantri.
Ma’had Sunan Ampel Al Aly moderasi
UIN Maulana Malik Ibrahim beragama.
Malang”. Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2019.
2 Mochamad Hasan Sama-sama Jenis penelitian
Mutawakkil, Tesis “Nilai- mengkaji ini adalah studi
Nilai Pendidikan Moderasi tentang kepustakaan.
Beragama untuk Mewujudkan penanaman
Toleransi Umat Beragama nilai-nilai
dalam Perspektif Emha Ainun moderasi
Nadjib”, Program Magister beragama.
Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2020.
3 Nur ‘Afifatuzzahro’, Tesis Kualitatif pada Subjek dalam
“Penanaman Nilai-Nilai sub bab penelitian ini
Pendiidkan Islam Wasathiyah penerapan adalah sebuah
Organisasi Keluarga nilai-nilai organisasi yang
Mahasiswa Nahdlatul Ulama moderasi Islam berisikan
di Universitas Brawijaya mahasiswa
Malang”, Program Magister Universitas
Pendidikan Agama Islam, Brawijaya
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2020.

4 Hani Hiqmatunnisa dan Ashif Kualitatif pada Penelitian fokus


Az Zafi, “Penerapan Nilai- sub bab kepada
Nilai Moderasi Islam dalam penerapan pembelajaran fiqh
18

Pembelajaran Fiqh di PTKIN nilai-nilai di PTKIN.


Menggunakan Konsep moderasi Islam
Problem Based Learning”, dalam
JIPIS, Vol. 29, No. 1, 2020 pembelajaran.
5 Masturaini, Tesis, Kualitatif pada Penelitian ini
“Penanaman NilaiNilai sub kajian fokus kepada
Moderasi Beragama di penanaman pondok pesantren.
Pondok Pesantren (Studi nilai-nilai
Pondok Pesantren moderasi
Shohifatusshofa NW beragama.
Rawamangun Kecamatan
Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara)” Jurusan Pendidikan
Agama Islam, IAIN Palopo,
2021.
19

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dalam

memahami permasalahan dan pembahasan, untuk mendapatkan hasil yang

terstruktur dan sesuai dengan kaidah penulisan maka sistematika penulisan

ini disusun sebagai berikut:

Bab I pendahuluan. yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian yang relevan,

kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.

Bab II landasan teoretik yang meliputi penanaman nilai-nilai

moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda.

Bab III metodologi penelitian yang meliputi pendekatan penelitian,

tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, sumber data penelitian,

instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis

data.

Bab IV deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, yang membahas

penanaman nilai-nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda.

Bab V penutup, yang meliputi simpulan dan saran-saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penanaman Nilai

1. Pengertian Penanaman Nilai

Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya

proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan.

Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat

penyemaian ke lahan pertanaman untuk didapatkan hasil produk dari

tanaman yang dibudidayakan. Nilai adalah alat yang menunjukkan

alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih

disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan

akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang

membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik

atau diinginkan. Berbicara tentang nilai, Milton Rokeach dan James

Bank mengemukakan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang

berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang

bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang

pantas atau tidak pantas di kerjakan.0

Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi

makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang.0 Nilai merupakan

realitas yang bersifat abstrak yang dirasakan manusia sebagai daya

0
H. M. Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), h. 60.
0
EM. K. Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta: PT.Grasindo,
1993).
21

pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup.

Jadi, melalui hal tersebut, nilai merupakan sifat yang melekat pada

sesuatu yang berhubungan dengan subyek/manusia (dalam hal ini

manusia selaku pemberi nilai).

Pengertian Nilai menurut Spranger adalah suatu tatanan yang

dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih

alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam pandangan

Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan

nilai-nilai kesejarahan. Meskipun menempatkan konteks sosial sebagai

dimensi nilai dalam kepribadian manusia, namun Spranger mengakui

akan kekuatan individual yang dikenal dengan istilah roh subjektif.

Sementara itu, kekuatan nilai-nilai kebudayaan merupakan roh

objektif. Kekuatan individual atau roh subjektif didudukkan dalam

posisi primer karena nilai-nilai kebudayaan hanya akan berkembang

dan bertahan apabila didukung dan dihayati oleh individu.

Penerimaan nilai oleh manusia dilakukan secara kreatif dan

aktif. Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan

mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai agama ialah salah satu

dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas

dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar

menurut ajaran agama.0 Penanaman nilai dapat diartikan sebagai wujud

aplikasi dari apa yang diperoleh dari pendidikan yang kemudian

0
Mohammad Ali dan Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik) (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010).
22

ditransformasikan secara sadar ke dalam sikap dan perilaku sehari-

hari. Penanaman nilai yang dimaksud dalam hal ini adalah mendorong

lahirnya generasi yang mampu memperbaharui sistem nilai yang

sedang berjalan dan melawan beberapa arus yang kini mulai

menggerogoti budaya bangsa, khususnya radikalisme.

Penanaman nilai-nilai moderasi beragama tentu sangat relevan

sebagai upaya edukatif mendidik generasi muda yang berkarakter jujur

dan bermoral baik dan tentunya terhindar dari sikap radikalisme dan

ektstrimisme. Tujuan pokoknya, mencegah berlanjutnya sikap

ekstrimisme terhadap pemeluk agama lain di masa mendatang.

Asumsinya, peserta didik yang menjadi sasaran program tersebut

merupakan generasi masa depan yang diharapkan tidak meneruskan

kebiasaan ekstrimisme terhadap pemeluk agama lain, dan terhindar

dari adanya sikap radikalsime dan terorisme.

Secara normatif tujuan yang ingin dicapai dalam proses

aktualisasi nilai-nilai agama Islam, meliputi tiga dimensi atau aspek

kehidupan yang harus di bina dan dikembangkan oleh pendidikan.

Pertama dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia yang

tercermin dalam bentuk ibadah dan mu’amalah. Kedua dimensi budaya

yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggungjawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Ketiga dimensi kecerdasan yang

membawa kepada kemajuan yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin,


23

etos kerja, profesional, inovatif dan produktif. Dimensi kecerdasan ini

berimplikasi bagi pemahaman nilai nilai Al-Qur’an dalam pendidikan.0

B. Moderasi Beragama

1. Pengertian Moderasi Beragama

Banyak masyarakat Indonesia sering kali salah paham dengan

konsep moderat dalam beragama. Beberapa diantaranya berpendapat

bahwa memiliki sikap moderat dalam beragama berarti tidak teguh

dalam pendirian serta menjalankan amal ajaran agamanya. Ada juga

yang beraganggapan moderasi dalam beragama merupakan cara

bernegosiasi antara agama yang diyakininya dengan pemeluk agama

lain. presepsi salah lainnya yakni ketika kita berpihak pada nilai-nilai

toleransi dan moderasi dalam beragama, maka sama dengan kita

memiliki sikap liberal yang telah mengabaikan nilai-nilai dasar yang

sudah nyata tertulis dalam teks keagamaan.0 Beberapa contoh kesalah

pahaman terkait moderasi dalam Bergama ini lah yang kemudian

membuat masyarakat enggan disebut sebagai orang yang moderat.

Kata moderasi sendiri berasal dari bahasa Latin yakni

moderatio yang berarti sedang atau tidak berlebihan juga tidak

kekurangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) moderasi

berarti pengirangan kebesaran dan penghindaran keekstreman.

Sedangkan dalam bahasa Inggris moderation sering digunakan dalam

0
Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Islam, Al-Qur‟an dalam Sistem
Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 20.
0
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 12-13.
24

arti kata inti, rata-rata, baku, atau tidak berpihak. 0 Sementara itu dalam

bahasa Arab moderasi merujuk pada kata wasth atau wasathiyah, yang

menurtu Mahmud Yunus kata tersebut memiliki arti berada di tengah-

tengah.0 Kata wasath menurut para ahli bahasa Arab memiliki arti

segala yang baik sesuai dengan objeknya.0

Mohammad Hasyim Kamali memberi penegasan bahwa

moderate dalam bahasa arab “wasathiyah” tidak terlepas dari kata

tengah atau seimbang. Menurut Mohammad Hashim Kamali,

keseimbangan (balance) dan berlaku adil (justice) merupakan prinsip

dasar dari moderasi dalam beragama. Seseorang yang beragama tidak

boleh memiliki pandangan yang ekstrem bahkan radikal dengan hanya

melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja melainkan harus

bisa mencari titik tengah dari dua sudut pandang tersebut, dengan itu

sebagai hubungan antar umat beragama akan tercipta hubungan yang

harmonis dan nyaman.0

Sementara itu Yusuf al-Qaradhawi mengartikan moderat

sebagai sikap yang mengandung adil, perwujudan dari rasa aman,

persatuan, dan kekuatan. Yusuf al-Qaradhawi memandang bahwa

moderat mengangkat nilai-nilai sosial seperti musyawarah, keadilan,

kebebasan, hak-hak manusia dan hak minoris. Beliau juga

0
Pipit Aidul dan dkk, Dinamika Moderasi Beragama Di Indonesia (Jakarta: Litbangdiklat
Press, 2020), h. 7.
0
A Ilyas Ismail, Konstruksi Moderasi Beragama: Catatan Guru Besar UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (Jakarta: PPIM UIN Jakarta, 2021), h. 13.
0
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 16.
0
Hiqmatunnisa dan Zafi, “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran
Fiqh Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Based Learning,” h. 29.
25

mengungkapkan bahwa rambu-rambu dalam moderasi, antara lain: (1)

pemahaman Islam secara komprehensif, (2) keseimbangan antara

ketetapan syari’ah dan perubahan zaman, (3) dukungan kepada

kedamaian dan penghormatan nilai-nilai kemanusiaan, (4) pengakuan

akan pluralitas agama, budaya dan politik, dan (5) pengakuan terhadap

hak-hak minoritas.0

Moderasi beragama tidak bermakna mengkompromikan nilai-

nilai dasar atau ritual inti agama demi membahagiakan orang lain yang

berbeda keyakinannya. Hal ini juga bukan menjadikan seorang umat

untuk melaksanakan ajaran agamanya dengan tidak sungguh-sungguh.

Sebaiknya, moderat beragama berarti yakin dengan adanya ajaran

agama yang ia percayai, serta mengajarkan prisnip adil dan berimbang

tetapi berbagi kebenaran sejauh menyangkut tafsir agama.0 Maka dari

beberapa pemaknaan terhadap kata moderasi beragama dapat ditarik

kesimpulannya bahwa moderasi beragama adalah sikap pertengahan

yang dimiliki oleh seseorang, dimana ia tidak cenderung kepada liberal

dan juga tidak cenderung kepada ekstrem. Selain itu pemahaman

moderasi beragama juga harus dimengerti dengan sikap beragama

yang imbang antara pengalaman agama yang dipercayainya dan

penghormatan terhadap praktik beragama yang lain, yang kemudian

akan menghindarkan seseorang terhadap sikap ekstrem, fanatik, dan

revolusioner.
0
Edy Sutrisno, “Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan,” Jurnal Bimas
Islam 12, no. 1 (2019): h. 329, http://jurnalbimasislam. kemenag.go.id.
0
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 13-14.
26

Saat ini Wasathiyah telah menjadi diskursus dan paradigma

baru dalam ber-Islam, yang dipercayai dapat menunjukan umat Islam

yang lebih adil, toleran, unggul, toleran dan damai. Dengan paham dan

sikap ini seorang muslim diharapkan dapat mempertahankan nilai-nilai

ajarannya yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadis, untuk berinteraksi

dengan peradaban modern saat ini.0

Islam Wasathiyah sendiri bukan menjadi ajaran baru, namun

sudah ada sejak turunnya wahyu munculnya Islam pada 14 abad yang

lalu. Hal ini dapat diketahui dan dibuktikan dengan pahamnya umat

Islam yang paham dan menghayati Islam sesuai dengan keaslian

nashnya dan sesuai dengan konsep serta pola hidup Nabi Muhammad

saw, sahabat dan para salaf shaleh.0 Namun paham wasathiyah ini

telah disegarkan kembali oleh Al Imam Yusuf Al Qardhawi dengan

pemikiran Islam yang global. 0

2. Prinsip-Prinsip Moderasi Beragama

Inti pokok dalam moderasi bergama ialah adil dan berimbang,

baik dari segi menyikapi, memandang, dan mempraktikkannya. prinsip

pertama dalam moderasi beragama yakni adil. Adil sendiri memiliki

arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai tidak berat

sebelah/tidak memihak, berpihak kepada kebenaran, dan sepatutnya/

0
Arif, Moderasi Islam: Tela’ah Komprehensif Pemikiran Wasathiyah Islam, Prespektif Al
Qur’an Dan As-Sunah, Menuju Islam Rahmatan Lil Al-Alamin, h. 9.
0
Khairan Muhammad Arif, “Moderasi Islam (Wasathiyah Islam) Prespektif Al Qur’an, As
Sunnah Serta Pandangan Para Ulama Dan Fuqaha),” Al Risalah: Jurnal Studi Agama Dan
Pemikiran Islam 11, no. 11 (2020): h. 23.
0
Arif, Moderasi Islam: Tela’ah Komprehensif Pemikiran Wasathiyah Islam, Prespektif Al
Qur’an Dan As-Sunah, Menuju Islam Rahmatan Lil Al-Alamin, h. 9.
27

tidak sewenang-wenang. Misalnya saja seorang wasit, ketika ia

memimpin sebuah pertandingan, maka ia tidak boleh berat sebelah dan

harus berpihak pada kebenaran.

Prinsip kedua dalam moderasi beragama ialah keseimbangan.

Keseimbangan adalah sebuah istilah yang diilustrasikan dengan sikap,

cara pandang, dan komitmen untuk selalu berpihak pada keadilan,

kemanusiaan, dan persamaan. Dalam prinsip ini bukan berarti tidak

memiliki pendapat. Namun mereka memiliki sikap tegas, yang mana

tidak keras karena selalu berpihak pada keadilan. Keberpihakkannya

ini juga tidak sampai mengambil hak orang lain yang mana dapat

merugikan orang lain. prinsip ini merupakan salah satu cara untuk

mengerjakan segala sesuatu secukupnya.

Seseorang lebih mudah jika kedua prinsip itu diimbangi

dengan sikap bijaksana, tulus, dan berani. Hal ini karena sikap moderat

selalu berada di tengah-tengahnya, dan akan lebih mudah jika

seseorang itu memiliki ilmu agama yang luas. Maka ia akan lebih

bijak, tahan terhadap segala bentuk godaan sehingga akan

menunjukkan sikap tulusnya tanpa memiliki beban, dan tidak keras

kepala dengan tafsir kebenarannya sendiri. Kemudian ia akan mau

menerima serta mengakui tafsir kebenaran orang lain, dan akan

mampu menyampaikan pemikirannya yang dilandasi oleh ilmu.

Terdapat beberapa syarat agar terpenuhinya sikap moderat dalam

beragama, yakni mampu mengendalikan emosi agar tidak sampai


28

melampaui batas, memiliki pengetahuan yang luas, dan selalu berhati-

hati. Lebih sederhananya syarat ini dapat digambarkan dalam tiga kata,

yakni harus berilmu, berbudi, dan berhati-hati.0

3. Nilai-Nilai dalam Moderasi Beragama

Nilai-nilai yang terdapat dalam moderasi beragama merupakan

sebuah hakikat yang melekat pada kehidupan manusia. nilai-nilai ini

sejatinya sudah diajarkan sejak lama. Dalam KTT ulama cendikiawan

Muslim Sedunia yang diadakan pada 1-3 Mei 2018, terdapat tujuh nilai

yang dapat menguatkan paradigma Islam wasathiyah. Ketujuh nilai

tersebut adalah sebagai berikut:0

a. Tawassuth berada di jalan tengah dan lurus. Islam sejatinya adalah

posisi di tengah-tengah, tidak kurang namun juga tidak berlebihan.

b. I’tidal, berperilaku sewajarnya dan adil dengan tanggug jawab.

Islam selalu diidentikan dengan karakter yang adil.

c. Tasamuh, merupakan sikap mengakui serta menghormati

perbedaan dalam semua aspek kehidupan. Nilai ini sudah dikenal

semenjak zaman Rasulullah. Dimana di Madinah yang

masyarakatnya dikenal akan keberagaman agama dan sukunya,

namun mereka tetap bisa hidup berdampingan.

d. Syura, berpedoman pada diskusi serta melalui musyawarah dalam

menyelesaikan masalah untuk mencapai kesepakatan bersama.

0
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 19-21.
0
Elis Teti Rusmiati, “Penyuluhan Penerapan Konsep Wasathiyah bagi Ibu-ibu Kader PKK
di Kelurahan Kutabaru, Pasar Kemis, Tangerang,” Parahita: Jurnal Pengabdian Masyrakat 1, no.
1 (2020): h. 9.
29

Dalam pengambilan keputusan mengenai tata pemerintahan di kota

Madinah, Rasulullah melakukan musyawarah terlebih dahulu.

Rasulullah terbuka dengan berbagai pendapat serta pandangan

yang berbeda. Beliau tidak bersikap keras, otoriter, serta tidak

ingin tidak mendengarkan saran orang lain.0

e. Islah, perdamaian. Jika seseorang ingin mempelajari lebih dalam

mengenai agama Islam, maka ia akan merasakan kedamiaan

terhadap ajaran yang ada di dalamnya.

f. Qudwah, menjadi suri tauladan dan memulai gagasan yang mulia

dan memimpin umat agar mencapai kesejahteraannya.

g. Muwatanah, menerima sebuah negara dan menghormati

kewarganegaraan. Sikap yang tidak ditemui di kelompok

fundamentalis dan radikalis adalah sikap nasionalisme. Di

Indonesia sendiri, sikap ini telah ditanamkan oleh organisasi

masyarakat.

Sementara itu menurut Muhammad Bagus Azmi, terdapat 10

nilai-nilai Islam moderat. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:0

a. Bersifat lurus atau di tengah-tengah, Islam yang sesungguhnya atau

Islam yang sejati adalah yang berada di tengah-tengah. Hal ini

sesuai dengan perkataan Ibn Mas’ud dan Jabir ibn Abdullah

melihat Rasulullah Saw. Membuat garis dengan tangan beliau

sendiri, dan Rasul berkata “Inilah jalan Allah yang lurus.


0
Nadirsyah Hosen, Saring Sebelum Sharing (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2019), h. 129.
0
Azmi, “Penerapan Nilai-Nilai Islam Moderat Di Kalangan Mahasantri Ma’Had Sunan
Ampel Al-Aly Uin Maulana Malik Ibrahim Malang,” h. 38.
30

Kemudian Rasulullah Swa membuat garis lagi pada tangan

kirinya, Inilah jalan-jalan (yang lain). Tidak satu jalan pun

darinya, kecuali terdapat setan yang meyeru kepadanya”.

Perkataan beliau tersebut kemudian dilanjutkan dengan memabaca

ayat QS. Al An’am ayat 163. Dari sini dapat dilihat bahwa Islam

sejatinya ada di tengah tengah, tidak berlebihan dan tidak kurang.

Garis yang dipilih oleh Rasulullah bukan yang kanan maupun yang

kiri, namun yang diapit oleh keduanya.

b. Adil atau proporsional, sikap ini merupakan karakter yang

mewakili Islam dan selalu diidentikkan dengan agama yang dibawa

oleh Nabi Muhammad Saw. Nilai ini memiliki peran yang sangat

vital dalam Islam, sehingga umat Islam diperintahkan untuk

menegakkannnya wujud dari rasa keimanan seorang hamba.

c. Toleransi dan perdamaian, salah satu ajaran yang perlu ditanamkan

bagi umat muslim adalah toleransi. Sebagaimana pada saat itu,

masyarakaat Madinah sudah terkenal dengan masyarakat yang

plural dengan perbedaan agama dan sukunya. Oleh karena itu hal

ini setidaknya mengajarkan kita untuk menerima pluralistik.

d. Musyawarah, musyawarah adalah salah satu identitas Islam

sebagaimana Rasulullah Saw libatkan di dalam pengambilan

keputusan mengenai tatanan pemerintah di Madinah. Dalam

sejarah pemerintah Madinah, Rasulullah Saw membentuk semacam

dewan permusyawaratan yang berisikan sepuluh orang, dimana


31

sepuluh anggota tersebut memiliki latar belakang suku yang

beragam.

e. Persatuan dan persaudaraan, dalam kehidupan bernegara juga

agama Rasulullah selalu mengingatkan persatuan dan persaudaraan

di atas segalanya seperti halnya persatuan sosial politik dalam satu

umat dan persaudaraan keagamaan atau juga kemanusiaan di

Madinah.

f. Persamaan dan kesetaran, persamaan ini juga merupakan salah satu

ajaraan yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk umatnya. Islam

merupakan agama yang paling menjunjung tinggi konsep

persamaan dan kesetaraan atau al musawah, menghapuskan

diskriminasi dan eksploitasi. Rasulullah Swa berpesan bahwa tidak

ada kelebihan ataupun keutamaan pada manusia kecuali dalam hal

ketakwaan.

g. Nasionalisme, hal ini merupakan salah satu nilai yag ada dalam

Islam moderat yang terkadang tidak ada di kelompok Islam

fundamentalis dan radikalis. Kecintaan Rasulullah Saw. Pada

Mekkah setidaknya sudah dapat menggambarkan sikap

nasionalisme yang ditunjukkan oleh Rasulullah.

h. Menyeimbangkan penggunaan wahyu dan akal, Islam selalu

mengajarkan agar umatnya senantiasa berpikir dalam penafsiran

dan ijtihad untuk menentukan hukum. Sebagaimana yang


32

dikatakan oleh Ibn Rusyd, baik wahyu maupun akal keduanya

merupakan sarana untuk mencapai kebenaran.

i. Melindungi dan membebaskan, hal ini merupakan salah satu nilai

utama dari Islam, sebagaimana dengan sejarah yang ada. Bahwa

Islam ada untuk kemaslahatan umat, mengatur dan menata

kesejahteraan manusia.

j. Menjaga warisan budaya, budaya apa pun yang mengandung hal-

hal positif yang bersumber dari fitrah kebaikan manusia.

Rasulullah Saw juga mengambil budaya yang ada di pada

bangsanya. Beliau mengambil hal yang baik dan membuang hal

yang buruk. Sebgaimana contohnya yakni, perintah aqiqah dan

perintah memuliakan tamu.

Moderasi beragama merupakan suatu ajaran yang sudah ada

terbentuk sejak lama. Dalam sejarah peradaban islam masa lalu, para

cendikiawan islam telah mempraktikkan moderasi beragama dengan

berlandaskan dalil yang kuat. Menumbuhkan paham moderasi

beragama pada era modern sekarang ini sudah sepatutnya digaungkan

kembali, mengingat pada sejarahnya moderasi menjadi ciri khas dan

karakter keberagaman bangsa Indonesia.

Terdapat 9 nilai moderasi beragama yang dikemukakan oleh

Kementerian Agama untuk dapat dijadikan sebagai acuan bagi umat


33

muslim, terkhusus di dalam dunia pendidikan. Di antaranya sebagai

berikut:0

a. Tawassuth

Singkatnya tawassuth merupakan asal kata dari wasatha,

yang berarti berada di tengah. Sedangkan secara istilah tawassuth

merupakan pola pikir dan praktik yang mengacu pada nilai islam

yang lurus tidak berlebihan pada suatu hal. Tawassuth memiliki

peran penting dalam pemahaman moderasi beragama karena

sifatnya sebagai sentral yang akan selalu berkaitan dengan delapan

nilai moderasi lainnya. Dengan tawassuth dapat terjaganya

keselarasan antara hak dan kewajiban, menghindarkan sikap

ekstrem, dan dapat menanggapi suatu hal dengan bijak.

Pemahaman dan sikap tawassuth sebagai nilai utama dalam

moderasi beragama tersebut bukan tidak berdasarkan alasan.

Tawassuth memiliki sumber dan rujukan yang keterangannya tentu

berdasarkan pada Q.S. Al-Baqarah ayat 143 yang berbunyi:

ۤ ٰ ‫َو َك‬
ِ َّ‫هَدَا َء َعلَى الن‬TTT‫وْ ا ُش‬TTTُ‫طًا لِّتَ ُكوْ ن‬TTT‫ذلِكَ َج َع ْل ٰن ُك ْم اُ َّمةً َّو َس‬TTT
َ‫وْ ن‬TTT‫اس َويَ ُك‬
ۗ ‫ال َّرسُوْ ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِه ْيدًا‬
Terjemahan :

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)


“Umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu.

0
Abdul Azis dan A. Khoirul Anam, Moderasi Beragama Berlandaskan Nilai-nilai Islam
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2021), h. 34.
34

Istilah ummatan wasathan pada ayat tersebut secara harfiah

memiliki arti sebagai komunitas jalan tengah (umat pertengahan).

Dalam penjelasan yang lain, diartikan sebagai umat yang adil dan

terpilih, maksudnya, umat Islam ini adalah umat yang paling

sempurna agamanya, paling baik akhlaknya, paling utama

amalnya. Sehingga Allah Swt, telah menganugerahi ilmu,

kelembutan budi pekerti, keadilan, dan kebaikan yang tidak

diberikan kepada umat lain.

b. I’tidal

I’tidal dalam bahasa indonesia dapat diartikan adil, pada

nilai moderasi beragama ini kata adil sering disamakan dengan

tawassuth karena dalam pemaknaannya hampir serupa yaitu berada

di tengah. Dalam istilahnya i’tidal memiliki arti yang berbeda yaitu

seperti bersikap jujur atau benar. I’tidal dalam nilai moderasi

beragama digambarkan sebagai sikap yang seimbang, adil dan

bertanggung jawab. Adil merupakan instruksi dari Allah kepada

orang yang beriman untuk senantiasa menjalankan sesuatu sesuai

dengan tugasnya, mendapatkan haknya, bertanggung jawab dengan

tugas yang diemban, bersikap profesional, bersikap jujur apa

adanya, berprinsip kuat, teguh pendirian, dan menegakkan keadilan

di mana pun, kepada siapapun, serta dengan berbagai kondisi

apapun yang dihadapinya dengan memperhatikan kemaslahatan

umat.0
0
Azis dan Khoirul Anam, Moderasi..., h. 39.
35

I’tidal sebagai bagian dari sembilan nilai moderasi

beragama dimaksudkan untuk berperilaku proporsional dan adil

serta dengan penuh tanggung jawab. Prinsip ini bersumber dari

Q.S. Al-Maidah ayat 8 yang berbunyi:

‫ْط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن َٰا ُن‬ ِۖ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكوْ نُوْ ا قَ َّوا ِم ْينَ هّٰلِل ِ ُشهَد َۤا َء بِ ْالقِس‬
‫ ۢ ٌر‬TTْ‫قَوْ ٍم ع َٰلٓى اَاَّل تَ ْع ِدلُوْ ا ۗاِ ْع ِدلُوْ ۗا هُ َو اَ ْق َربُ لِلتَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ خَ بِي‬
َ‫بِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬
Terjemahan :

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai


penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu
kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.

Kata i’dilu dalam ayat tersebut berasal dari kata ‘adala,

ya’dilu, ‘adlun (adil) memiliki beberapa pengertian: pertama,

meluruskan atau duduk lurus, mengamandemen atau mengubah.

Kedua, melarikan diri atau mengelak dari jalan (yang keliru)

menuju jalan lain (yang benar). Ketiga, sama ada sepadan atau

menyamakan. Keempat, menyeimbangkan atau mengimbangi,

sebanding atau berada dalam suatu keadaan yang seimbang.

c. Tasamuh

Tasamuh merupakan pemahaman akan menghormati

adanya perbedaan, termasuk suku, agama, ras, golongan, sikap

memberikan kebebasan beragama bagi yang pemeluk agama lain,

memberikan ruang untuk dapat mengekspresikan keimanannya


36

serta pendapatnya walaupun hal tersebut berseberangan dengan

keyakinan umat muslim. Hakikatnya toleransi mengarah kepada

sikap yang tidak tertutup dengan berlapang dada, sukarela, dan

bijak pada sebuah perbedaan yang dihadapi.0

Tasamuh seperti apa yang dimaksudkan dalam penjelasan

di atas bertujuan untuk mengenali dan menghormati

keberanekaragaman dalam semua aspek kehidupan. Pada konteks

tersebut tasamuh berpatokan pada Q.S. Al-An’am ayat 108 yang

menegaskan bahwa:

‫ر ِع ْل ۗ ٍم‬TTْ ۢ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬


ِ ‫ ْد ًوا بِ َغي‬TTَ‫بُّوا َ ع‬TT‫ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن ِ فَيَ ُس‬TTَ‫بُّوا الَّ ِذ ْينَ ي‬TT‫َواَل ت َُس‬
‫انُوْ ا‬TT‫ا َك‬TT‫لِّ اُ َّم ٍة َع َملَهُ ۖ ْم ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم َّمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َم‬TT‫ذلِكَ زَ يَّنَّا لِ ُك‬Tٰ T‫َك‬
َ‫يَ ْع َملُوْ ن‬
Terjemahan

Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka


sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki
Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.
Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka.

Islam memiliki istilah sendiri tentang toleransi karena

toleransi bukan berarti menyamakan semua agama di dunia ini.

Toleransi dalam Islam lebih menghargai kepada pemeluk agama

lain dengan tanpa memaksakan mereka yang beragama lain dan

juga bukan berarti mengikuti keyakinan mereka. Hal ini sudah jelas

ditegaskan dalam Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6.

d. Asy-Syura

0
Moderasi Beragama..., h. 43.
37

Syura merupakan bahasa arab yang diartikan sebagai

musyawarah, mengambil, menjulurkan, menawarkan pendapat atau

nasihat, secara umum artinya meminta sesuatu. Musyawarah

adalah sebuah kegiatan sebagai langkah yang adil dan tepat dalam

mengatasi persoalan yang beragam di masyarakat demi kebaikan

bersama. Dengan memberikan sebuah wadah untuk berdiskusi

pada peserta yang terlibat dalam membantu menemukan solusi

yang tepat dan dapat diterima oleh pihak yang terlibat.

Kebenaran yang dilahirkan dari musyawarah berasal dari

pikiran-pikiran jernih pesertanya yang disuarakan berdasarkan

argumentasi dan landasan kuat dan logis. Musyawarah ini biasanya

merujuk kepada sumber-sumber ajaran agama dan budaya.

Misalnya, prinsip yang bersifat universal seperti keadilan,

penghormatan terhadap martabat kemanusiaan, kemerdekaan, dan

tanggung jawab, persaudaraan dan kesetiakawanan, kesetaraan,

kebhinekaan dan sebagainya.0

Syura condong pada konsultasi dan penyelesaian masalah

melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Prinsip ini

diturunkan dari firman Allah Swt dalam surah Asy-Syura ayat 38:

‫وْ ٰرى بَ ْينَهُ ۖ ْم َو ِم َّما‬T‫ ُرهُ ْم ُش‬T‫َوالَّ ِذ ْينَ ا ْستَ َجابُوْ ا لِ َربِّ ِه ْم َواَقَا ُموا الص َّٰلو ۖةَ َواَ ْم‬
ۚ َ‫َرزَ ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن‬
Terjemahan :

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)


seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedang urusan
0
Moderasi Beragama..., h. 46.
38

mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;


dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.

Kata yang digarisbawahi pada firman di atas memiliki arti

yang sama sebagai syura (musyawarah), yang juga berarti memulai

sesuatu, menunjukkan dan memperluas. Hal itu juga terungkap

dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat 159, “Maka berkat rahmat Allah

engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.

Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah

mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian,

apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah

kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”

Kata Wasyaawarahum (memberi masukan bagi mereka)

pada ayat di atas dalam hal tertentu menunjukan adanya saling

bertukar pendapat (musyawarah) seperti dalam penyelenggaraan

negara atau bahkan yang lebih besar bagi masyarakat, tentu dalam

hal untuk mencapai kesepakatan dan kesepahaman yang

menghasilkan keputusan terbaik musyawarahlah jalan

penyelesaiannya.

e. Al-Ishlah

Al-Ishlah adalah terlibat dalam perbuatan reformatif dan

konstruktif untuk kebaikan bersama. Reformatif dan konstruktif ini


39

dilakukan untuk memperoleh keadaan yang lebih baik dengan cara

mengakomodasi suatu kondisi perubahan dan perkembangan

zaman. Pada terma al-Ishlah ini pula digunakan untuk memperoleh

kemaslahatan bersama dengan berprinsip pada sebuah kaidah al-

muhafazhah ‘ala al-qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-

ashlah (menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu

yang baru yang lebih baik). Secara etimologi istilah al-Ishlah dapat

dimaknai sebagai perbuatan yang baik dan terpuji dalam kaitannya

dengan perilaku manusia. Atau juga al-Ishlah ini memiliki makna

mengatur sesuatu yang tidak lurus menjadi lurus dengan

mengembalikan fungsinya yang sebenarnya. Karenanya, secara

terminologi, al-Ishlah dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan

yang hendak membawa perubahan dari kegelapan menuju jalan

yang terang benderang.0

Prinsip ini diturunkan dari ayat dalam Al-Qur’an seperti

dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 224,

‫هّٰللا‬
ْ ُ‫وْ ا َوت‬TTُ‫رُّ وْ ا َوتَتَّق‬TTَ‫انِ ُك ْم اَ ْن تَب‬TT‫ةً اِّل َ ْي َم‬T ‫ض‬
َ‫لِحُوْ ا بَ ْين‬T ‫ص‬ َ ْ‫وا َ عُر‬TTُ‫َواَل تَجْ َعل‬
‫اس َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
ِ ۗ َّ‫الن‬
Terjemahan :

Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam


sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan,
bertakwa dan menciptakan kedamaian di antara manusia.
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Para ahli hukum Islam berpandangan bahwa terminologi al-

ishlah dapat dimaknai sebagai suatu perjanjian kesepakatan oleh


0
Moderasi Beragama..., h. 50.
40

pihak individu atau kelompok yang bersengketa atau bertikai untuk

memperoleh jalan. Senada dengan pengertian tersebut, Hasan

Sadily mengatakan bahwa kata al-ishlah adalah proses

penyelesaian pertikaian atau persoalan di antara pihak yang

bersengketa untuk menyelesaikan persoalan tersebut secara damai

baik itu dalam perkara keluarga, pengadilan, politik, atau

peperangan, dan lain-lain.

f. Al-Qudwah

Al-Qudwah adalah membawa maksud memberi contoh,

teladan dan model kehidupan. Memberi teladan ini adalah sebuah

sikap inisiatif merintis mulia dan memimpin manusia untuk

kesejahteraan. Prinsip ini secara implisit dikutip dalam Al-Qur’an

dari istilah serupa uswatun hasanah yang terdapat dalam firman

Allah Swt surah Al-Ahzab ayat 21:0

‫وْ َم‬TTَ‫وا هّٰللا َ َو ْالي‬TT‫انَ يَرْ ُج‬TT‫نَةٌ لِّ َم ْن َك‬T‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َس‬
‫ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
Terjemahan :

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.

Kata uswatun hasanah mengacu pada perbuatan Rasulullah

saw yang memberikan teladan terbaik untuk diikuti umat manusia

dalam setiap gerakan yang dilakukannya. Rasulullah saw telah

merintis untuk memimpin bangsa Arab dengan berbagai macam


0
Moderasi Beragama...., h. 53.
41

etnis lainnya menuju terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kota

Madinah. Kesejahteraan manusia tidak terbatas pada manusia

tetapi juga lingkungan dan makhluk ciptaan lainnya. Sedangkan,

kata hasanah adalah sebagai perbuatan yang baik. Apabila

digabungkan antara qudwah dan hasanah, maka akan

memunculkan contoh teladan yang baik. Qudwah ini sebagai

pelopor inisiatif mulia dan cara memimpin masyarakat menuju

umat yang sejahtera.

g. Muwathanah

Al-Muwathanah adalah pemahaman dan sikap penerimaan

eksistensi negara-bangsa (nation-state) dan pada akhirnya

menciptakan cinta tanah air (nasionalisme) di mana pun berada. Al-

Muwathanah ini mengedepankan orientasi kewarganegaraan atau

mengakui negara-bangsa dan menghormati kewarganegaraan.

Dikutip dalam buku moderasi beragama dari Kemenag mengutip

dari Ramadhan dan Muhammad Syauqillah dalam jurnal “An

Order to build the Resilience in the Muslim World againsts

Islamophobia: The Advantage of Bogor Message in Diplomacy

World & Islamic Studies”, mengutip pendapat Yusuf Al-Qardhawi,

mengartikan nasionalisme sama dengan al-wathn dan kebangsaan

sama dengan al-muwathanah yang harus dihormati, antar sesama

umat Muslim.0

0
Moderasi Beragama..., h.56.
42

Secara tekstual Al-Qur’an tidak menyebutkan cinta tanah

air atau nasionalisme ada di dalamnya, namun dalam sebuah ayat

terdapat makna yang terkandung di dalamnya, misalnya dalam

Q.S. Al-Qashash ayat 85, Allah Swt berfirman:

‫ ۤا َء‬T‫ك اِ ٰلى َم َعا ٍد ۗقُلْ َّرب ِّْٓي اَ ْعلَ ُم َم ْن َج‬


َ ‫ض َعلَ ْيكَ ْالقُرْ ٰانَ لَ َر ۤا ُّد‬
َ ‫اِ َّن الَّ ِذيْ فَ َر‬
‫ض ٰل ٍل ُّمبِي ٍْن‬
َ ‫بِ ْاله ُٰدى َو َم ْن هُ َو فِ ْي‬
Terjemahan :

Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu


(melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar
akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.

Para mufassir dalam menafsirkan kata ma’aadun terbagi

menjadi beberapa pendapat. Ada yang menafsirkan kata ma’aadun

dengan Makkah, akhirat, kematian, dan hari kiamat. Namun dalam

kutipan buku Moderasi Beragama karangan Kemenag mengutip

dari Imam Fakhr Al-Din Al-Razi dalam tafsirnya Mafatih Al-Ghaib

mengatakan bahwa pendapat yang lebih mendekati yaitu pendapat

yang menafsirkan dengan Makkah. Dari sini, kemudian dipahami

oleh Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi (wafat 1127 H)

dalam tafsirnya bahwa terdapat suatu petunjuk atau isyarat pada

ayat tersebut bahwa “Cinta tanah air (al-muwathanah) sebagian

dari iman”. Rasulullah saw dalam perjalanan hijrahnya menuju

Madinah banyak sekali menyebut kata; “Tanah air, tanah air”,

kemudian Allah Swt mewujudkan permohonannya (dengan

kembali ke Makkah). Sahabat Umar r.a. berkata; “Jika bukan

karena cinta tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek
43

(gersang), oleh karena sebab cinta tanah air lah, maka dibangunlah

negeri-negeri.”
44

h. Al-La’unf

Dalam sejarahnya, kekerasan sering kali terjadi dan

mungkin tidak pernah hilang. Bahkan dewasa ini melakukan

tindakan kekerasan seringkali mengatasnamakan agama dengan

merujuk pada ayat Al-Qur’an dan Hadis yang dijadikan legitimasi

dan dasar tindakannya. Kekerasan dalam beberapa term terkadang

memakai istilah radikalisme. Dalam Bahasa Arab term tersebut

menggunakan beberapa istilah, antara lain al-‘unf, at-tatharruf, al-

guluww, dan al-irhab. Al-‘unf adalah antonim dari ar-rifq yang

berarti lemah lembut dan kasih sayang. Abdullah an-Najjar

mendefinisikan al-‘unf dengan penggunaan kekuatan secara ilegal

(main hakim sendiri) untuk memaksakan kehendak dan pendapat.0

Anti kekerasan artinya menolak ekstremisme yang

mengajak pada perusakan dan kekerasan, baik terhadap dirinya

sendiri ataupun terhadap tatanan sosial. Ekstremisme dalam

konteks moderasi beragama ini dipahami sebagai suatu ideologi

tertutup yang bertujuan untuk perubahan pada sistem sosial dan

politik. Ini merupakan upaya untuk memaksakan kehendak yang

seringkali menabrak norma atau kesepakatan yang ada di suatu

masyarakat. Sekalipun kata anti kekerasan secara tekstual tidak

digunakan dalam Al-Qur’an, tetapi beberapa Hadis Nabi saw.

menyebutkan, baik kata al-‘unf maupun lawannya (al-rifq). Dari

penggunaan kata tersebut tampak jelas bahwa Islam adalah agama


0
Moderasi Beragama..., h. 61.
45

yang tidak menyukai kekerasan terhadap siapa pun, termasuk

penganut agama yang berbeda. Sebaliknya Islam adalah agama

yang penuh dengan kelembutan, keramahan, kasih sayang dan

makna sejenisnya. Makna-makna tersebut lawan dari anti

kekerasan sebagaimana penjelasan di atas. Nilai-nilai larangan

terhadap kekerasan (anti kekerasan) yang berarti menghendaki

ramah/kasih sayang tersebut bersumber dari Q.S. Al-Anbiya ayat

107 dan Q.S. Ali Imran ayat 159,

َ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰنكَ اِاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِم ْين‬
Terjemahan :

Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan


untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
‫هّٰللا‬
ُّ َ‫ب اَل ْنف‬
‫وْ ا ِم ْن‬T ‫ض‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل‬
ِ ۚ T‫اورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم‬
َ‫ َز ْمت‬T‫ا ِ َذا َع‬T َ‫ر ف‬T ِ ‫ف َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
‫هّٰللا‬
ُ ‫َحوْ لِكَ ۖ فَا ْع‬
‫هّٰللا‬
َ‫فَت ََو َّكلْ َعلَى ِ ۗ اِ َّن َ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْين‬
Terjemahan :

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku


lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap
keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai
orang yang bertawakal.

Rahmah (kasih sayang) dalam ayat tersebut kemudian

dielaborasi oleh Nabi Muhammad saw, dengan pernyatannya yang

terang benderang: “Innama al-bu’itstu li utammima makarim al-

akhlaq” (Aku diutus Tuhan untuk menyelenggarakan pembentukan


46

moralitas kemanusiaan yang luhur). Atas dasar inilah beliau selalu

menolak secara tegas cara-cara kekerasan dan sekaligus tidak

pernah melakukannya.

i. I’tiraf al-’Urf

Budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan

hasil kerja manusia dalam rangka menjalankan kehidupan

masyarakat. Islam sendiri memandang bahwa budaya adalah hasil

olah akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia yang

berlandaskan pada nilai-nilai Islam.0

Manusia diberikan kemampuan dan kebebasan untuk

berkarya, berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Budaya

merupakan hasil karya manusia. Sedangkan Islam sebagai agama

adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Agama Islam diberikan Allah Swt kepada manusia untuk

mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar

bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat

harkat manusia. Manusia dituntut menggunakan pikiran untuk

mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi

kepentingan manusia.

Oleh sebab itu misi utama kerasulan Muhammad saw,

adalah untuk memberikan bimbingan pada umat manusia agar

dalam mengembangkan budayanya tidak melepaskan diri dari

nilainilai Ketuhanan. Nabi Muhammad saw. mempunyai tugas


0
Moderasi Beragama..., h. 64.
47

pokok untuk membimbing manusia agar mengembangkan

budayanya sesuai dengan petunjuk Allah Swt.

Keberagaman kehidupan sosial budaya pada masyarakat

adalah sebuah keniscayaan. Eksistensi sosial budaya yang

membentuk kebudayaan pada masyarakat adalah sebagai hasil

beragamnya manusia yang diciptakan oleh Allah Swt, baik

bangsanya, agamanya, sukunya, budayanya dan yang lainnya

dengan tujuan untuk saling mengenal dan menghormati perbedaan

kehidupan sosial budaya di masyarakat. Keadaan yang demikian

sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 13,

‫عُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل‬TTTT‫ر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُش‬TTTT


ٍ ‫ا النَّاسُ اِنَّا خَ لَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك‬TTTTَ‫ٰيٓاَيُّه‬
‫لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬
Terjemahan :

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, MahaTeliti.

Begitupula dalam kaitannya dengan budaya, kita harus

melestarikan dan menghargai budaya atau ramah budaya

sebagaimana termuat dalam sembilan moderasi beragama,

mengutip budaya sebagai praktik agama Ibrahim yang pernah

diwahyukan kepadanya, sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-Nahl

ayat 123 “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad):


48

“Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia

termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”

Berdasarkan ayat di atas, maka perlu melestarikan budaya

dan ramah terhadap budaya dengan tidak merusak budayanya yang

kita anggap bertentangan budaya Islam, karena budaya tersebut

dijalani dan diyakini sebagai ajaran agama oleh sebagian

masyarakat lain.. Umat Islam sebagaimana dalam ayat tersebut

diperintahkan untuk mengikuti budaya Nabi Ibrahim. Budaya

Ibrahim dijamin benar oleh Allah Swt, maka benar kita

diperintahkan mengikuti. Perintah tersebut adalah wahyu (tsumma

awhayna ilaika) yang mesti benar dan mesti dipatuhi. Bahwa

segala lelampah Ibrahim as itu juga wahyu dan sama sekali tidak

terindikasi kemusyrikan sedikit pun. “Wama kana min al-

musyrikiin”.
49

C. Proses Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama

Berikut adalah beberapa proses penanaman nilai-nilai moderasi

beragama yang dilakukan di beberapa lembaga pendidikan:

1. Penanaman moderasi beragama di pesantren Shohifatusshofa

dilakukan melalui beberapa ilmu agama, yakni melalui morfologi

Arab, sintaksis Arab, hukum Islam, hadis, tafsir, Al Quran, teologi

Islam, sistem yurisprudensi Islam, tasawwuf, sejarah dan retorika.

Sementara itu dalam penanaman nilai-nilai tersebut menggunakan

metode, yakni madrasy/kelas formal dimana sebuah kelas formal yang

mengikuti pendidikan nasional dengan mata pelajaran yang disusun,

metode halaqoh yang disampaikan oleh kiai setiap seusai sholat

magrib dan subuh di masjid dengan mengkaji kitab kuning, dan yang

terakhir menggunakan metode hidden curriculum yakni segala sesuatu

yang dapat mempengaruhi santri yang berkaitan dengan perilaku baik

ketika sedang mempelajari sesuatu. Misalnya, pada pembiasaan sikap

moderat pada diri santri, maka dibentuk melalui lingkungan pesantren

dan didukung oleh keteladanan kai, guru/pembina di pesantren.

Sedangkan nilai-nilai yang ditanamkan dalam pesantren ini adalah

tawassut, tawazun, i’tidal, tasamuh, musawah, syura, islah, tatawwur

waibtikar, tahaddur.0

2. Poses penanaman nilai-nilai moderasi beragama di PAUD melalui

pembelajaran masih buram, artinya masih belum secara rinci


0
Masturaini, “Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren (Studi
Pondok Pesantren Shohifatusshoda NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara),” h. 147.
50

mengajarkan nilai-nilai moderasi beragama pada anak. Hal ini

dikarenakan oleh pembelajaran yang mengatur mengenai penerapan

pembelajaran moderasi beragama. Namun nilai-nilai yang sudah

diterapkan di PAUD adalah sikap saling menghargai dan menghormati

perbedaan diantara mereka. Cara untuk menanamka sikap itu adalah

dengan mengenalkan enam agama yang ada di Indonesia beserta

tempat ibadahnya melalui miniature atau alat peraga edukatif. Selain

siswa dikenalkan dengan enam agama yang ada di Indonesia, siswa

juga dikenalkan negara, lambang negara, budaya, suku, dan lain

sebagainya. Siswa juga ditanamkan sikap jujur, sopan santun,

toleransi, tanggung jawab, dan kasinh sayang. Selian itu siswa juga

diberikan pemahaman mengenai bentuk ibadah sehari-hari dan tata

cara pelaksanaannya serta menceritakan kisah Islam.0

3. Proses penanaman nilai-nilai moderasi beragama pada pembelajaran

fiqh di PTKIN dilakukan ketika pembahasan pokok materi. Melalui

metode problem-based learning mahasiswa dituntut untuk mencari

pandangan seluas-luasnya untuk setiap materi yang akan dibahas.

Dengan wawasan atau pandangan luas yang mereka miliki maka nilai

moderasi dimasukkan oleh dosen dalam pembelajaran. Melalui proses

penyelundupan itulah mahasiswa akan mempertimbangkan dan

0
Anjeli Aliya Purnama Sari, “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Beragama Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Melalui Pendidikan Agama Islam” (IAIN Bengkulu, 2021), h. 75.
51

menempatkan posisinya agar berada ditengah-tengah untuk setiap

masalah yang sedang didiskusikan.0

4. Proses penerapan nilai-nilai Islam moderat di kalangan mahasantri

mahad sunan ampel al aly di UIN Malang penerapan Islam moderatnya

sendiri melalui perencanaan sebelum ma’had, saat ma’had dan setelah

ma’had. Proses lain dalam penerapan Islam moderat dikalangan

mahasantri yakni melalui pelaksanaan kegiatan pokok akademik,

kegiatan spiritual keagamaan, serta kegiatan penunjang keterampilan.

Setalah itu dilakukan evaluasi. Sedangkan upaya menjaga nilai-nilai

Islam moderat dikalangan mahasantri meliputi bentuk program

Ma’had Aly dan Madrasah Diniyah.0

5. Proses dalam penanaman nilai-nilai moderasi beragama melalui

pembelajaran PAI di UNIPMA melibatkan semua warga kampus

utamanya dosen PAI melalui; pertama, mahasiswa diajarakan

pemahaman metodologi ajaran Islam agar mereka paham dan

mengetahu batasan dari aturan yang sesungguhnyam; kedua, adanya

PAI sebagai mata kuliah yang bermuara pada kepemilikan sikap

moderat pada diri; ketiga, dosen PAI yang dijadikan sebagai role

model karena memiliki sikap moderat; keempat, adanya tempat untuk

berdiskusi tentang masalah-masalah yang sedang hangat dibahas oleh

sekitar. Masalah-masalah ini berkaitan dengan radikalisme, anarkis,

0
Hiqmatunnisa dan Zafi, “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran
Fiqh Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Based Learning,” h. 34.
0
Azmi, “Penerapan Nilai-Nilai Islam Moderat Di Kalangan Mahasantri Ma’Had Sunan
Ampel Al-Aly Uin Maulana Malik Ibrahim Malang,” h. 145.
52

moderasi beragama. Dengan adanya diskusi ini, mereka diberikan

pemahaman yang benar sehingga jika ada penyimpangan pada diri

mereka akan dapat dibenarkan; kelima, disesuaikannya kurikulum RPS

PAI, keenam diselenggarakannya program khusus yang diberinama

Bimbingan Baca Quran atau BBQ; ketujuh, pendampingan dan

pembinaan unit kegiatan mahasiswa dan kegiatan penunjang lainnya;

kedelapan, evaluasi.0

D. Kerangka Berpikir

Pada bagan kerangka berfikir di bawah ini dapat diketahui bahwa

arah penelitian ini ingin mencari tahu nilai-nilai apa saja yang ditanamkan

pada pembelajaran akidah akhlak. Setelah itu bagaimana proses

penanamannya. Pada akhirnya, akan diketahui dampak dari penanaman

nilai-nilai moderasi beragama pada pembelajaran akidah akhlak. Berikut

peneliti sajikan bagan untuk memudahkan pembaca dalam mengetahui

penelitian ini:

BAGAN I KERANGKA BERPIKIR

Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama di SMP


Negeri 10 Samarinda

Proses Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama di


SMP Negeri 10 Samarinda

Kesimpulan

0
Rosyida Nurul Anwar dan Siti Muhayati, “Upaya Membangun Sikap Moderasi
Beragama Melalui Pendidikan Agama Islam Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum,” Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 12, no. 1 (2021): h. 12.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, menurut

Bogdan dan Taylor, metode kualitatif merupakan metode sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 0 Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, yaitu

melakukan analisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga lebih

mudah dipahami dan disimpulkan.0 Pada hakikatnya penelitian deskriptif

kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena

yang diselidiki.0

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini memakai metode deskriptif, yang memerlukan

analisis dan penyajian fakta secara sistematis untuk memudahkan

pemahaman dan menarik kesimpulan.0 Dalam bentuknya yang paling

mendasar, penelitian deskriptif kualitatif adalah proses melihat status

sekelompok orang atau objek yang digunakan untuk melukiskan gambaran

0
Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Mulyana, 1987), h. 3.
0
S. Azwar, Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h. 6.
0
Sevilla, G Consuelo, dan dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI-PRESS, 1993),
h. 73.
0
Azwar, Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya, h. 6.
54

yang detail, metodis, dan akurat tentang fakta atau fenomena yang sedang

dipelajari.0

C. Fokus Penelitian

Adapun fokus masalah saat menyusun bagian skripsi ini yaitu

sebagai berikut:

1. Subjek/sumber data penelitian ini hanya berfokus pada guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 10 Samarinda.

2. Penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana upaya guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 10 Samarinda dalam

menanamkan nilai-nilai moderasi beragama.

D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni data

yang berasal dari manusia dan yang bukan dari manusia atau biasa dikenal

sebagai data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu sumber data yang langsung diberikan kepada

pengumpul data/peneliti yang berkaitan dengan objek penelitian. 0

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data tersebut melalui hasil

wawancara terhadap informan/sumber data. Infoman yang dimaksud

ialah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Kepala Sekolah,

Waka Kurikulum, Guru Agama Kristen, Guru Agama Hindu, dan

Siswa di SMP Negeri 10 Samarinda.


0
Sevilla, G Consuelo, dan dkk, Pengantar Metode Penelitian, h. 73.
0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), h.
137.
55

2. Data Sekunder

Suliyanto dalam bukunya Metode Penelitian Bisnis Untuk

Skripsi, Tesis & Disertasi, memaparkan bahwa data sekunder adalah

data yang diperoleh secara tidak langsung dari subjek penelitian. 0

Peneliti mengumpulkan data sekunder dari buku-buku, artikel/jurnal,

skripsi, dan lain sebagainya yang memiliki relevansi terhadap poin

penelitian saat ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah salah satu langkah yang paling

utama dalam suatu penelitian, karena dalam penelitian tujuan utamanya

ialah mengumpulkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data

maka peneliti tidak akan bisa mendapatkan data yang ingin mereka peroleh

sesuai standar penelitian yang telahs ditetapkan. Pada penelitian kualitatif,

terdapat pula berbagai macam teknik pengumpulan data, di antaranya ialah

observasi, focus group discussion, wawancara mendalam, dan studi kasus.0

Adapun pada penelitian kali ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan yakni berdasarkan Sugiyono, yang membagi teknik

pengumpulan data menjadi tiga komponen, yakni observasi, wawancara,

dan dokumentasi.

0
Suliyanto, Metode Penelitian Bisnis Untuk Skripsi, Tesis & Disertasi (Andi offset,
2018), h. 156.
0
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi ((Jakarta: Prenadamedia Group,
2014), h. 95.
56

1. Observasi

Observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan, melalui

suatu observasi peneliti dapat mengetahui dan belajar mengenai

perilaku, dan makna dari suatu perilaku tersebut. Teknik ini digunakan

untuk mengamati secara langsung peristiwa/fenomena yang menjadi

fokus dalam penelitian.0 Menurut Widyoko, observasi merupakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur

yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian.0 Sedangkan

menurut Yatim Riyanto, observasi merupakan metode pengumpulan

data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak

langsung.0

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas dapat di simpulkan

bahwa observasi ialah penelitian yang dilakukan dengan pengamatan

dan pencatatan terhadap objek penelitian baik secara langsung maupun

tidak langsung dan berdasarkan data fakta sesuai dengan kondisi di

lapangan.

Dalam proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibagi

menjadi dua jenis, yakni observasi informan dan observasi non

informan. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan jenis

observasi non informan karena pada penelitian ini, peneliti hanya

0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, h. 297.
0
Edi Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), h. 46.
0
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 2010), h. 96.
57

sebagai pengamat objek yang hendak diteliti tanpa terlibat secara

langsung terhadap objek penelitian.

2. Wawancara
Sugiyono menyatakan bahwa teknik wawancara adalah

kegiatan pengumpulan data yang mempertemukan dua orang untuk

bisa bertukar informasi serta ide melalui tanya jawab, sehingga

mendapatkan informasi yang diinginkan dalam suatu topikpenelitian.

Dengan melalui teknik wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal

yang lebih mendalam tentang informan atau narasumber dalam

menggambarkan dan memaparkan suatu kondisi dan fenomena yang

telah terjadi, hal ini tidak akan bisa digunakan melalui kegiatan

observasi.0

Informan yang akan diwawancarai pada penelitian kali ini

ialah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 10

Samarinda. Adapun jenis wawancara yang akan digunakan ialah

wawancara semi-terstruktur (semistructure interview). Tujuan dari

wawancara jenis ini ialah untuk menggali atau menemukan

permasalahan secara lebih luas, di mana pihak informan yang

diwawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan

wawancara, peneliti akan mendengarkan dan mencatat secara teliti apa

yang dikemukakan oleh informan.0

0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, h. 231.
0
Sugiyono, Metode..., h. 140.
58

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan histori yang telah berlalu.

Teknik ini bertujuan untuk mencari suatu data yang sudah ada berupa

buku, dokumen, catatan, transkip dan lain sebagainya. dokumentasi

merupakan teknik pelengkap setelah observasi dan wawancara. Teknik

ini digunakan peneliti untuk bisa mengambil gambaran umum terkait

penanaman nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda.

F. Keabsahan Data

Salah satu tahapan yang paling krusial dalam penelitian adalah

validitas/keabsahan data. Menggunakan triangulasi prosedur pengumpulan

data yang tepat adalah metode yang terkenal dapat membantu memastikan

keabsahan/validitas data. Triangulasi adalah teknik membandingkan atau

memeriksa keabsahan data dengan menggunakan sesuatu selain data itu

sendiri.

Tiga jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi teknis, disebut juga sebagai metode pengumpulan data,

triangulasi teori, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber ialah teknik yang dipakai untuk memeriksa

sebuah data agar menjadi faktual/kredibel. Pemeriksaan data tersebut

dilakukan dengan cara menghimpun informasi/data dari beberapa

sumber yang berbeda. Pada penelitian ini data dihimpun melalui


59

Kepala Sekolah, Waka Kurikulum dan Guru Pendidikan Agama

Islam.0

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknis, menurut Sugiyono, dipakai untuk

menentukan reliabilitas data dengan proses membandingkan data dari

asal yang sama dengan metode yang beda.0

3. Triangulasi Waktu

Sugiyono menjelaskan, kredibilitas data seringkali dirugikan

oleh triangulasi waktu. Informasi yang diperoleh pada wawancara

pagi, saat saksi masih dalam masa pertumbuhan, tidak akan

menimbulkan berbagai masalah dan akan memeproleh informasi yang

lebih dapat diandalkan, sehingga informasi menjadi lebih kuat.0

4. Triangulasi Teori

Dalam penelitian kualitatif, triangulasi teori berfungsi sebagai

perumusan informasi. Untuk menghindari kesalahan dalam temuan

atau kesimpulan penelitian, informasi tersebut kemudian akan

dibandingkan dengan pendapat teoritis yang relevan.

G. Teknik Analisis Data

Proses pengumpulan informasi yang cermat dari wawancara,

catatan lapangan, dan sumber lainnya dan sumber lain sebelum menarik

kesimpulan yang dapat dipahami oleh peneliti dan orang lain dikenal

dengan teknik analisis data. Analisis data kualitatif atau non-statistik


0
Metode Penelitian..., h. 274.
0
Metode Penelitian..., h. 274.
0
Metode Penelitian..., h. 274.
60

digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini. Dalam eksplorasi

subjektif, pemeriksaan informasi dilakukan selama dan setelah pemilihan

informasi selesai dalam jangka waktu tertentu.

Sifat analisis data adalah induktif, artinya diawali dengan analisis

berbasis data dan diakhiri dengan perumusan hipotesis. Data tersebut dapat

digunakan untuk merumuskan hipotesis, yang selanjutnya dapat digunakan

untuk mencari data secara berulang-ulang sampai dimungkinkan untuk

menentukan, berdasarkan data, apakah hipotesis dapat diterima atau

ditolak. Temuan penelitian akan dimasukkan ke dalam teori jika hipotesis

diterima.

Melalui kutipan Miles dan Huberman dalam bukunya Quantitative,

Qualitative, and R&D Research Methods, Sugiyono kembali menjelaskan

bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus

hingga data habis atau jenuh.0

Kali ini, peneliti menggunakan tiga tahap analisis data tipe Miles

dan Huberman: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Penambahan, pemilihan, dan pengurangan data juga dapat

dipahami sebagai dan pengelompokan hal-hal yang mendasar dan

penting adalah reduksi data. Setelah langkah ini, data akan dilanjutkan

pada tahap berikutnya. Akibatnya, Data yang direduksi akan

0
Metode Penelitian..., h. 304.
61

menyajikan penjelasan yang jelas dan dapat memudahkan peneliti

untuk mengungkapkan data tambahan.0

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah hasil dari beberapa informasi yang

disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan dan sederhana

untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan lebih lanjut

dengan memahami masalah utama yang muncul. Saat menyajikan data

kualitatif, deskripsi singkat, grafik, dan hubungan antar kategori, dan

format lainnya sering dipakai.

Teks cerita biasanya digunakan untuk memperkenalkan

informasi dalam eksplorasi subjektif, menurut Miles dan Huberman.

Peneliti akan lebih mudah memahami fenomena yang ada berkat data

yang telah disajikan. Kemudian, pada saat itu, Anda dapat mengatur

langkah apa yang akan diambil selanjutnya dengan melihat apa yang

telah dirasakan.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga adalah proses penarikan kesimpulan atau

konfirmasi hasil analisis data. Kesimpulan harus sudah dimasukkan

dalam bagian analisis dan pembahasan, Diskusi hanya diringkas dan

ditegaskan kembali dalam kesimpulan sebelumnya.0 Dalam bentuk

deskripsi atau gambaran objek yang diteliti, ujung informasi berupa

0
Metode Penelitian..., h. 321.
0
Suliyanto, Metode Penelitian Bisnis Untuk Skripsi, Tesis & Disertasi, h. 327.
62

kesimpulan dapat memberikan jawaban atas rencana isu-isu yang

sudah terbentuk di rumusan masalah.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

1. Profil SMPN 10 Samarinda

a. Nama Sekolah : SMP Negeri 10 Samarinda

b. NPSN : 30401026

c. NPWP : 002755718722000

d. Alamat : Jl. Untung Suropati No. 1

e. Kecamatan : Sungai Kunjang

f. Kabupaten : Kota Samarinda

g. Provinsi : Kalimantan Timur

h. Kode Pos : 75126

i. Nomor Telp. : (0541)273975

j. Alamat Email : smpn10samarinda@gmail.com

k. Tahun Berdiri : 1984

l. Akreditasi :A

2. Visi, Misi, Motto SMPN 10 Samarinda

a. Visi

Unggul dalam prestasi, mampu berkompetisi, berlandaskan 

IMTAQ, IPTEK dan berbudaya lingkungan.

b. Misi

1) Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar

berbasis lingkungan
64

2) Meningkatkan hasil ujian sekolah

3) Meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik

4) Mengintegrasikan keagamaan dalam kegiatan pembelajaran

5) Memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana

pembelajaran

6) Menjaga lingkungan dan kesehatan dalam karya nyata

7) Menciptakan sekolah yang lebih aman, nyaman dan

menyenangkan

8) Meningkatkan daya saing lulusan diterima di jenjang sekolah

lebih tinggi dan favorit

c. Motto

1) Unggul dalam berpikir

2) Unggul dalam perkataan

3) Unggul dalam perbuatan

4) Unggul dalam prestasi

3. Sejarah Singkat SMP Negeri 10 Samarinda

SMP Negeri 10 Samarinda merupakan salah satu Sekolah

Menengah Pertama Negeri yang ada di kota Samarinda Provinsi

Kalimantan Timur, Indonesia. SMP Negeri 10 Samarinda didirikan

pada tahun 1984 berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI No.

SK : 0555/0/1984. Sekolah ini pertama kali dipimpin oleh Bapak

Syahrudin Noerid, B.A. SMP Negeri 10 Samarinda sebagai sarana

memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Hal ini


65

dimungkinkan untuk mendidik siswa agar membiasakan hidup sehat

dan cerdas. Sama dengan SMP pada umumnya di Indonesia masa

pendidikan sekolah di SMPN 10 Samarinda ditempuh dalam waktu

tiga tahun pelajaran, mulai dari kelas VII sampai kelas IX.

SMP yang didirikan pada tahun 1984 ini berada di sebelah

barat Kota Samarinda yakni di jalan Untung Suropati No. 1,

Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota

Samarinda. Lokasi sekolah yang cukup strategis menyebabkan

sekolah ini menjadi salah satu sekolah favorit yang diminati oleh

siswa dan orang tua siswa.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Temuan pada penelitian terkait penanaman nilai moderasi

beragama di SMP Negeri 10 Samarinda pada tanggal 16-20 Januari 2023,

ini diperoleh berdasarkan observasi, wawancara sampai dengan

dokumentasi. Kegiatan observasi dilakukan dengan cara mengamati

lingkungan sekolah terkait nilai moderasi beragama. Wawancara yang

digunakan oleh peneliti ialah jenis semi-terstruktur, jenis wawancara ini

menanyakan kepada orang-orang yang diwawancarai tentang pemikiran

dan pendapat mereka untuk menyelidiki atau menemukan masalah yang

lebih luas. Kegiatan dokumentasi digunakan untuk menemukan data yang

ada pada tempat penelitian dilakukan seperti dokumen, buku, catatan,

transkrip, dan sumber lainnya.


66

Deskripsi hasil penelitian ini akan menguraikan temuan yang telah

didapatkan dari kumpulan data di lapangan terkait penanaman nilai

moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda.

1. Nilai-Nilai Moderasi beragama yang Ditanamkan di SMP Negeri

10 Samarinda

Moderasi beragama merupakan pola pikir yang mengarah

sikap pertengahan, di mana tidak cenderung pada sikap liberal

maupun ekstrim. Kementrian Agama menggaungkan kembali

moderasi beragama yang sudah ada sejak lama agar masyarakat dapat

lebih menjaga kerukunan antar beragama dan terciptanya sikap

moderat. Adapun pemahaman dari kepala sekolah, ibu Normala

sebagai informan pertama menjelaskan terkait moderasi beragama

sebagai berikut:

Moderasi beragama itu maksudnya lebih ke toleransi ya.


Artinya kita di sini semua saling menghargai setiap perbedaan
yang ada tak hanya dari siswa saja, kami para guru pun saling
menghargai terhadap guru dari agama lain, dan alhamdulillah
sampai saya menjabat sekarang, saya belum menemukan bentuk
sikap intoleran baik antar siswa maupun guru.0

Hal yang sama disampaikan oleh Waka Kurikulum, pak Parjan

sebagai informan kedua sebagai berikut:

Moderasi beragama yang saya pahami yaitu cara pandang kita


dalam menyikapi perbedaan yang ada, jadi bagi saya moderasi
beragama ini sangat berkaitan dengan toleransi, karena kita
hidup di dalam keberagaman dari suku, ras, dan agama perlu
adanya toleransi agar antar masyarakat menjadi rukun.0

0
Normala, Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Samarinda, 20 Januari
2023.
0
Parjan, Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda, 16 Januari
2023.
67

Peneliti melanjutkan pertanyaannya kepada guru agama Islam

terkait pemahamannya mengenai moderasi beragama, dimulai dari

guru PAI kelas IX pak Ahmat Sofi’i sebagai informan ketiga

menjelaskan moderasi beragama sebagai berikut:

Menurut saya moderasi beragama ini berkaitan tentang hal


toleransi antar umat beragama, jadi hal-hal yang bersifat
ekstrem atau kaku hendaknya diubah untuk menciptakan
pemikiran bahwa agama itu sebagai wahana untuk bersama-
sama membangun dalam menciptakan kedamaian antar umat
beragama dengan memberikan kebebasan kepada agama lain
untuk menjalankan kegiatan peribadatannya.0
Selanjutnya pemaparan dari guru PAI kelas VIII yakni ibu

Sriani sebagai informan keempat mengenai pengertian moderasi

beragama sebagai berikut:

Moderasi beragama menurut saya adalah toleransi di dalam


keberagamaan, di mana melalui perbedaan/bermacam agama,
dapat saling tenggang rasa di dalam muamalah antar sesama.0
Penjelasan terakhir dari guru PAI kelas VII pak Achmad Rais

sebagai informan kelima, dalam pemahamannya tentang moderasi

beragama sebagai berikut:

Menurut saya moderasi beragama adalah sikap moderat umat


beragama di dalam kemajemukan sosial yang ada.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh informan,

peneliti menyimpulkan bahwasannya moderasi beragama dalam

pemahaman informan ialah suatu sikap seseorang yang moderat

0
Ahmat Sofii, Wawancara dengan Guru PAI Kelas IX SMP Negeri 10 Samarinda, 16
Januari 2023.
0
Sriani, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII SMP Negeri 10 Samarinda, 16 Januari
2023.
0
Achmad Rais, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VII SMP Negeri 10 Samarinda, 16
Januari 2023.
68

dengan mengedepankan nilai toleransi, penerimaan perbedaan, tidak

bersikap ekstrem/kaku. Poin utama dalam moderasi beragama adalah

sikap kedewasaan dalam menerima perbedaan yang ada.

Pemahaman terkait moderasi beragama tidak jauh berbeda di

antara informan. Sementara itu nilai-nilai moderasi beragama

sebenarnya sudah ada lama terbentuk dan melekat di kehidupan

sehari-hari. Adapun nilai moderasi yang ditanamkan di sekolah SMP

Negeri 10 Samarinda, sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Normala

selaku kepala sekolah sebagai berikut:

Jelas yang pertama itu toleransi ya, karena toleransi ini


merupakan pondasi yang harus ada pada setiap siswa supaya
ketika menghadapi suatu perbedaan baik suku, ras, maupun
agama, mereka dapat menanggapinya dengan bijak. Tak lupa
pula kami menanamkan budaya literasi bagi seluruh siswa,
dengan bertambahnya literasi yang mereka baca, akan
menjadikan siswa dapat membedakan mana yang sebaiknya
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan sebagai sesama
manusia. Kemudian saya selaku kepala sekolah serta guru
lainnya selalu memberikan contoh yang baik dan bersikap adil
kepada seluruh siswa tanpa pandang bulu.0
Pada hasil wawancara di atas, peneliti meyimpulkan

bahwasannya nilai moderasi beragama yang ditanamkan menurut

informan ialah tasamuh/toleransi, tawasuth, i’tidal/adil, islah, dan

qudwah.

Peneliti mendapati jawaban yang serupa dari pak Parjan terkait

nilai moderasi yang ditanamkan sebagai berikut:

Karena ini berkaitan dengan toleransi maka yang pertama


pastinya toleransi, kemudian kami memberikan hak kepada
siswa selain islam dengan menyiapkan guru agamanya yang
0
Normala, Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Samarinda.
69

dipeluk, pendalaman literasi dengan membaca kitabnya,


bersikap adil kepada seluruh siswa.0
Pada hasil wawancara di atas, peneliti meyimpulkan

bahwasannya nilai moderasi beragama yang ditanamkan menurut

informan tersebut ialah tasamuh, i’tidal, dan tawasuth.

Setelah mendengarkan pandangan dari informan sebelumnya

mengenai nilai moderasi beragama yang ditanamkan di SMP Negeri

10 Samarinda, peneliti juga melakukan wawancara dengan informan

lain yang berperan dalam penanaman nilai moderasi beragama di

sekolah tersebut pada ruang lingkup lebih kecil yaitu pada kelas.

Informan ketiga ini adalah salah satu guru agama yang sudah

mengabdi di SMP Negeri 10 Samarinda selama lebih dari 7 tahun.

Dalam wawancara ini, peneliti berharap dapat memperoleh

pemahaman yang lebih dalam mengenai upaya yang dilakukan untuk

menanamkan nilai moderasi beragama di sekolah. Berikut ini adalah

rangkaian wawancara peneliti dengan informan ketiga, berikut

penjelasan dari pak Ahmat Sofii:

Penanaman yang saya lakukan dalam hal ini yakni bersikap adil
kepada siapapun, menghargai antar suku, ras, dan agama,
jujur, membiasakan membaca kitab dan buku agama masing-
masing agar pengetahuan agamanya semakin baik supaya tidak
mudah terpapar radikalisme.0
Pada hasil wawancara di atas, peneliti meyimpulkan

bahwasannya nilai moderasi beragama yang ditanamkan menurut

informan tersebut ialah i’tidal, tasamuh, dan tawasuth.

0
Parjan, Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Sofii, Wawancara dengan Guru PAI Kelas IX SMP Negeri 10 Samarinda.
70

Selanjutnya penanaman nilai-nilai moderasi yang dilakukan

oleh ibu Sriani sebagai berikut :

Semasa pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, saya selalu


menanamkan/mengingatkan kepada para siswa untuk saling
menghormati, tidak mengolok-olok, deskriminasi, membully dan
segala macamnya. Baik itu kepada yang berbeda agama, suku,
warna kulit, tingkat ekonomi dan lain-lain. Di sisi lain, kami
mengajak seluruh siswa untuk membiasakan membaca kitab
agamanya masing-masing di pagi hari sebelum memulai
pembelajaran.0
Pada wawancara di atas, peneliti meyimpulkan bahwasannya

nilai moderasi beragama yang ditanamkan menurut informan tersebut

ialah tasamuh, islah, dan tawasuth.

Penjelasan terakhir dari pak Rais mengenai penanaman

moderasi beragama yang ditanam sebagai berikut:

Tentu saja untuk menjadi umat yang moderat, maka nilai yang
ditanamkan adalah sikap toleransi. Toleransi di sini ialah sikap
menghargai dan menghormati kemajemukan yang ada,
khususnya agama. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan ialah
menciptakan kedamaian atau kerukunan di lingkup sosial kita
ini.0
Pada wawancara di atas, peneliti meyimpulkan bahwasannya

nilai moderasi beragama yang ditanamkan menurut informan tersebut

ialah tasamuh dan islah.

Dari hasil wawancara yang sudah disampaikan oleh seluruh

informan, peneliti menarik kesimpulan bahwasannya nilai-nilai yang

ditanamkan di SMP Negeri 10 Samarinda terdapat lima nilai, di

antaranya tasamuh/toleransi, tawasuth/tengah-tengah, i’tidal/bersikap

adil, islah/menjaga kedamaian, dan qudwah/menjadi tauladan.


0
Sriani, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Rais, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VII SMP Negeri 10 Samarinda.
71

Sementara itu peneliti ingin mendalami kembali mengenai

apakah terdapat bahan ajar khusus sebagai acuan dalam penanaman

nilai moderasi beragama. Adapun penjelasan dari ibu Normala

sebagai berikut:

Karena kami dari sekolah umum jadi untuk buku secara khusus
membahas moderasi beragama kami tidak punya, namun kami
hanya menggunakan buku dari pemerintah seperti buku PAI.0
Jawaban yang serupa dari pak Parjan sebagai berikut:

Sebenarnya saya pun kurang tahu jika ada buku yang berfokus
membahas moderasi beragama, namun untuk penanamannya
kami dari sekolah hanya menyediakan buku yang disiapkan oleh
Kemendikbud yaitu buku PAI sebagai pedoman guru untuk
menanamkan nilai tersebut.0
Peneliti kemudian menanyakan buku yang menjadi pedoman

dari guru pelajaran agama Islam. Adapun penjelasan dari pak Ahmat

Sofi’i sebagai berikut:

Saya hanya menggunakan buku dari pemerintah saja yakni buku


PAI sebagai pedoman mengajar saya.0
Jawaban yang serupa yang disampaikan oleh ibu Sriani

sebagai berikut:

Tidak ada buku khusus moderasi agama yang saya gunakan,


hanya saja untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan ini tentu
saja sudah terakumulasi secara tidak langsung dalam buku
agama Islam.0
Pemaparan terakhir dari pak Rois sebagai berikut:

Saya tidak punya buku pengangan khusus yang berfokus soal


moderasi beragama saja. Tapi di buku agama sekolah
sebenarnya sudah tertuang nilai-nilai atau konteks mengenai

0
Normala, Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Parjan, Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Sofii, Wawancara dengan Guru PAI Kelas IX SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Sriani, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII SMP Negeri 10 Samarinda.
72

toleransi yang biasa dituangkan dalam kisah sirah nabawiyah


dan lain sebagainya.0
Berdasarkan dari seluruh pemaparan informan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa bahan ajar yang digunakan sekolah SMP

Negeri 10 Samarinda hanya buku pendidikan agama Islam yang

disediakan oleh Kemendikbud dan tidak ada buku ataupun kurikulum

khusus yang membahas nilai moderasi beragama, hal ini dikarenakan

status sekolah yang berasal dari sekolah umum, umumnya sekolah

yang mendapat buku terkait moderasi beragama yaitu sekolah yang

berbasis agama.

2. Proses Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama di SMP Negeri

10 Samarinda

Mengajarkan nilai moderasi beragama adalah hal yang sangat

penting untuk dilakukan oleh institusi pendidikan, terutama di

Indonesia yang memiliki keanekaragaman agama dan budaya. Sebagai

sekolah negeri, SMP Negeri 10 Samarinda sudah melakukan upaya

untuk menanamkan nilai moderasi beragama pada para siswa. Untuk

lebih memahami proses ini, peneliti telah melakukan wawancara

dengan beberapa informan dari SMP Negeri 10 Samarinda, yang akan

kami sajikan sebagai rangkaian wawancara. Dalam wawancara ini,

informan akan membagikan pandangan dan pengalaman mereka

mengenai proses penanaman nilai moderasi beragama di sekolah.

Berikut hasil wawancara kepala ibu Normala selaku kepala sekolah:

0
Rais, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VII SMP Negeri 10 Samarinda.
73

Terkait moderasi beragama saya pun belum tau isinya secara


detail ya, namun ada beberapa upaya yang sekolah lakukan
untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Seperti yang saya
bilang, setiap pagi sebelum belajar, kami memberikan waktu
sekitar 15 menit untuk membaca kitabnya masing-masing di
tempat yang sudah kami sediakan secara khusus untuk beberapa
agama agar dapat lebih fokus mendalaminya. Kemudian
melalui kegiatan hari-hari besar contohnya seperti hari raya
qurban, kami mengundang seluruh siswa baik muslim dan non-
muslim untuk ikut serta bergotong royong dalam menyukseskan
kegiatan, dan tak lupa kami ajak untuk ikut makan bersama
supaya kedekatan kita dengan umat non-muslim semakin
hangat, kemudian beberapa waktu kami mengadakan acara
kultum dengan isi materi untuk saling menjaga kerukunan dan
menghargai sesama manusia. Pada saat masuk pelajaran
agama Islam, kami mengarahkan bagi siswa yang non-muslim
untuk ke ruangan khusus untuk mempelajari agamanya sendiri.0
Proses penanaman nilai moderasi beragama berdasarkan

wawancara menurut informan di atas adalah penguatan literasi agama

dengan membuat agenda harian untuk membaca kitab agamanya

masing-masing di pagi hari, menghadirkan kegiatan besar agama

dengan menyisipkan materi moderasi beragama, kegiatan makan

bersama, kegiatan gotong royong, dan memfasilitasi bagi agama lain

untuk memperdalam agamanya dengan menyiapkan guru dan tempat

khusus bagi siswa.

Pernyataan yang cukup serupa juga disampaikan oleh pak

Parjan selaku waka kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda:

Upaya-upaya yang kami lakukan dalam menanamkan nilai ini


yakni dengan memberikan waktu sebelum belajar untuk
membaca dan mendalami kitabnya masing-masing, kemudian
untuk acara besar semisal pemilihan ketua OSIS kami
mempersilakan siswa dari agama manapun untuk mengajukan
diri sebagai kandidat sebagai wujud adil kami, lalu kami juga
memberikan pembiasaan dengan mengkampanyekan sikap
0
Normala, Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Samarinda.
74

senyum sapa salam sopan santun kepada guru, membuat acara


keagamaan untuk umat muslim seperti kultum dengan
menyajikan materi untuk saling menjaga, menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada di kehidupan sehari-hari,
agenda bergotong royong untuk meningkatkan nilai sosial antar
siswa.0
Pada wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya

proses penanaman nilai moderasi beragama oleh sekolah menurut

informan adalah penguatan literasi agama dengan memberikan waktu

untuk membaca kitab pada masing agama di pagi hari, membuat

acara-acara besar, mengkampanyekan senyum salam sapa sopan

santun, dan mengadakan kegiatan kerja bakti bersama.

Terkait proses penanaman nilai moderasi, peneliti ingin

mengetahui dari sudut pandang guru, berikut penjelasan dari pak

Ahmat Sofii:

Cara-cara saya dalam menanamkan nilai-nilai ini yakni dengan


bersikap adil perlakuan saya akan sama kepada muslim maupun
non-muslim, kemudian pada saat pelajaran berlangsung bagi
siswa pemeluk agama seperti kristen, hindu, dan budha saya
persilakan untuk ke perpustakaan untuk belajar agamanya
masing-masing, disela pembelajaran saya selalu memberikan
nasihat kepada seluruh siswa agar saling menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada di dalam kelas.0
Proses penanaman nilai moderasi beragama berdasarkan

wawancara menurut informan di atas adalah memberikan ketegasan

kepada seluruh siswa dengan bersikap adil, mengarahkan siswa non-

muslim pada ruangan khusus untuk mempelajari agamanya, dan

memberikan nasihat ketika pada saat proses belajar berlangsung.

0
Parjan, Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Sofii, Wawancara dengan Guru PAI Kelas IX SMP Negeri 10 Samarinda.
75

Penanaman moderasi beragama yang ditanamkan oleh ibu

Sriani sebagai berikut:

Saya biasanya melakukan refleksi setelah masa pembelajaran,


yang mana biasanya saya sampaikan kepada siswa sebelum
habis waktu belajar untuk tidak ada boleh berkelahi, mengolok-
olok, berteman kepada siapa saja, menjadi pribadi yang baik
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh baginda Nabi
Muhammad SAW. Di samping itu, kami memberikan habituasi
keagamaan, yakni membaca kitab/alquran, untuk
menginternalisasikan nilai-nilai agama kepada mereka. 0

Proses penanaman nilai moderasi beragama berdasarkan

wawancara menurut informan di atas adalah dengan melakukan

kegiatan refleksi pada saat akhir pelajaran, kegiatan memperdalam

literasi agama dengan membaca kitab sesuai agama yang dipeluk, dan

menceritakan sifat nabi agar dapat ditiru oleh siswa.

Penjelasan mengenai proses penanaman moderasi yang

dilakukan oleh pak rois menyatakan bahwa:

Tentu saja kami sebagai guru agama mendorong/menyebarkan


paham-paham kebaikan, kebajikan, etika, akhlak, adab. Guna
mereaktualisasikan moralitas generasi bangsa, yang tentu saja
ini adalah bagian dari output implementasi moderasi beragama.
Contohlah seperti untuk selalu berkata baik kepada siswa,
membiarkan siswa dari agama lain untuk mendalami agamanya
sendiri, menyikapi perbedaan dengan bijak tanpa berat sebelah,
pada saat hari besar dapat saya sisipkan nilai sosial semisal
untuk ikut makan bersama dengan agama lain dalam acara idul
adha.0
Pada wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya

proses penanaman nilai moderasi beragama menurut informan adalah

menanamkan ajaran kebaikan, membiasakan berkata baik,

memberikan tempat dan waktu khusus bagi agama lain dalam


0
Sriani, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Rais, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VII SMP Negeri 10 Samarinda.
76

mendalami agamanya, memberikan contoh bersikap adil kepada

siswa, dan mengajak siswa untuk ikut bergotong royong dan makan

bersama pada hari-hari besar.

Untuk memperkuat hasil dari wawancara yang sudah

dilakukan kepada guru Pendidikan Agama Islam, peneliti selanjutnya

melakukan wawancara dengan guru pemeluk agama lain, dengan guru

Agama Kristen, ibu Sally Dorothea Mamahit, sebagaimana berikut:

Pada sekolah ini semua guru baik dari agama manapun saling
bahu membahu ikut bekerja sama dalam menciptakan
kerukunan antar beragama, di antaranya menjalankan rutinitas
sekolah dengan mendalami kitab yang diajarkan masing-
masing, kalau saya biasa memberikan ceramah kerohanian
kepada siswa yang seagama dengan saya yaitu nasrani dengan
materi kebajikan, kemudian sekolah ini juga memfasilitasi kami
yang beragama kristen untuk dapat ikut belajar bersama
dengan yang muslim di dalam kelas pada mata pelajaran umum,
semua guru agama di sini pastinya mengajarkan toleransi baik
dengan penyampaian maupun tindakannya, selama mengajar di
sini saya tidak pernah mendapati suatu tindak diskriminasi dari
pemeluk agama lain, yang menjadikan saya ikut menghormati
atas perbedaan yang kita miliki.0

Adapun jawaban serupa yang disampaikan oleh bapak I

Nengah Sukalana, sebagai guru Pendidikan Agama Hindu sebagai

berikut:

Dalam proses penanaman nilai toleransi ini saya sebagai guru


agama Hindu ikut juga turut membantu dalam proses
penanaman nilai tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam, seperti membaca al-Quran di
pagi, kami pun juga membaca dengan kitab kami juga, karena
di sini kami hitungannya minoritas ya, untungnya sekolah masih
bersedia menyiapkan buku pelajaran agama yang sesuai dengan
agama kami dan dapat ikut belajar bersama dengan siswa dari
agama lain di kelas, kemudian pada saat kegiatan di luar
0
Sally Dorothea Mamahit, Wawancara dengan Guru Agama Kristen SMP Negeri 10
Samarinda, 14 Juni 2023.
77

pembelajaran baik dari yang muslim, kristen dan hindu


semuanya dapat menjalani kehidupan bersosaial secara normal
tanpa adanya batasan. Semua guru saling mengingatkan satu
sama lain untuk selalu menjaga persaudaraan antara umat
beragama dengan saling bertegur sapa, melakukan kegiatan
bersama, bergotong royong.0

Kemudian peneliti ingin mendapatkan sudut pandang yang

berbeda dari siswa yang berasal dari agama lain, untuk menjelaskan

proses penanaman moderasi beragama yang terjadi di SMP Negeri 10

Samarinda, berikut hasil wawancara dengan saudari Vhalensi Melody

Nova, siswa kelas 8 beragama Kristen:

Selama saya belajar di sini, setiap pagi kami selalu


melaksanakan kegiatan keagamaan dengan dipandu guru saya
di perpustakaan bersama teman seagama dengan saya,
kemudian pada saat masuk kelas kami selalu diingatkan oleh
guru tentang nashiat kebajikan dan langsung mempraktikannya
agar kami dapat menjaga persaudaraan sesama manusia,
memandang kami sebagai anak dengan kasih sayang walaupun
adanya perbedaan tidak menjadi masalah, pada saat di luar
kelas kami diberikan kebebasan untuk berkumpul dan berteman
dengan siapapun.0

Berdasarkan seluruh hasil wawancara di atas terkait proses

penanaman nilai-nilai moderasi beragama di sekolah, peneliti melihat

bahwasanya sekolah ini telah bersikap adil dengan tidak memihak

pada kelompok agama tertentu. Keadilan tersebut dilihat dari upaya

sekolah dalam memfasilitasi agama seluruh siswanya, seperti

memberikan izin untuk siswa non-muslim bersama di tengah kegiatan

Islami, meningkatkan proses kebersamaan yang sehat, hingga terus

menggaungkan kerukunan/toleransi terhadap sesama..


0
I Nengah Sukalana, Wawancara dengan Guru Agama Hindu SMP Negeri 10 Samarinda,
14 Juni 2023.
0
Vhalensi Melody Nova, Wawancara dengan siswa kelas VII di SMP Negeri 10
Samarinda, 14 Juni 2023.
78

Proses penanaman nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10

Samarinda tidak selalu berjalan dengan baik, tentunya terdapat

hambatan-hambatan yang dihadapi sekolah ataupun guru dalam

prosesnya. Berikut hambatan yang dihadapi melalui wawancara

dengan Ibu Normala sebagai berikut:

Untuk kendala terkait penanaman toleransi antar beragama


saya rasa pasti ada ya seperti pola pikir anak yang masih cukup
labil contohnya lebih banyak bermainnya, beberapa siswa yang
sering terlambat itu juga salahsatu hambatan bagi kami dalam
memeratakan penanaman nilai moderasi beragama kepada
seluruh siswa tentunya ini akan mempengaruhi pada saat
kegiatan membaca kitabnya di pagi hari, kemudian terdapat
siswa yang masih belum bisa membaca al-quran, pada saat
kegiatan gotong royong terdapat beberapa siswa yang asyik
bercerita saja, namun untuk masalah antar suku atau agama
alhamdulillah sejauh ini tidak ada permasalahan karena kami
dari sekolah umum sudah terbiasa bersosial dengan perbedaan
yang ada.0
Dari wawancara dengan ibu normala terkait hambatan yang

dihadapi dalam proses penanaman nilai moderasi beragama, peneliti

menyimpulkan terdapat beberapa hambatan yang dihadapi seperti pola

pikir siswa yang belum stabil, kurangnya fokus dalam memahami

pelajaran, siswa terlambat masuk kelas, siswa yang belum bisa

membaca al-quran, serta beberapa siswa yang malas saat kegiatan

kerja baktu. Namun, perlu diapresiasi bahwa tidak ada masalah dalam

hal toleransi antar suku dan agama, karena sekolah sudah terbiasa

bersosialisasi dengan perbedaan yang ada.

Selanjutnya, dalam wawancara berikutnya, peneliti akan

menggali lebih dalam mengenai hambatan yang dihadapi dalam proses


0
Normala, Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Samarinda.
79

penanaman moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda. Peneliti

akan berbicara dengan pak Parjan selaku waka kurikulum mengenai

masalah ini.

Hambatan yang biasa kami hadapi dalam menanamkan nilai-


nilai kebaikan sering kali terhantup pada lingkup sosial para
siswa, di mana proses penanaman nilai tidaklah terjadi dengan
spontanitas saja, akan tetapi kompleksitas yang terjalin dalam
kehidupan seorang anak menjadi faktor utama dalam tantangan
mendidik para siswa. Misalnya pengaruh gawai dan media
sosial yang belakangan ini membendungi rutinitas kehidupan
bersosial. Sehingga role-model yang ditangkap oleh siswa
sangatlah beragam dan terkadang bersifat liberalis. Hal ini
cukup berdampak pada budaya moderat, beberapa pengaruh
negatif dari penggunaan gawai yang salah seperti
berkurangnya sikap sopan santun kepada guru dan teman
sebayanya, kurangnya fokus pada saat pembelajaran,
berkurangnya minat belajar mendalami agamanya, bermalas-
malasan.0
Dari wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa

hambatan yang dihadapi sekolah adalah berasal dari ruang lingkup

sosial siswa yang kurang memadai, pengaruh gawai sosial media

menghambat perkembangan pemahaman siswa terhadap nilai

moderasi yang ingin ditanamkan, sosok panutan siswa yang

memberikan contoh buruk seperti berkata kasar dan memberikan

pemahaman yang bersifat liberal, tentunya ini akan berdampak pada

watak siswa jadi lebih keras dan akan menyulitkan dalam proses

penanamannya.

Masih membahas hal yang sama terkait hambatan dalan proses

penanaman moderasi beragama, peneliti selanjutnya melanjutkan

pertanyaan kepada guru untuk melihat dari sudut pandang yang


0
Parjan, Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda.
80

berbeda mengenai hambatan yang dihadapi sebagai guru. Berikut hasil

wawancara dengan pak Ahmat Sofi’i:

Mungkin dari kedisiplinan siswa yang membuat saya agak


terhambat dalam menanamkan, siswa yang telat masuk mungkin
akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal terkait nilai
yang saya tanamkan, kemudian masih saya temukan siswa yang
asyik bercerita dengan temannya pada saat pelajaran, siswa
yang tertidur, siswa yang belum bisa atau tidak lancar dalam
membaca al-Qur’an.0
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa kendala

dalam penanaman nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10

Samarinda. Salah satunya adalah kurangnya kedisiplinan siswa, yang

dapat membuat proses penanaman nilai menjadi kurang efektif jika

siswa yang terlambat atau tidak fokus pada pembelajaran. Selain itu,

masih ditemukan beberapa siswa yang belum mampu membaca al-

Qur’an dengan lancar dan beberapa siswa yang terlalu asyik dengan

kegiatan lain saat pelajaran berlangsung.

Penjelasan mengenai hambatan proses penanaman moderasi

yang ditemukan oleh bu Sriani menyatakan bahwa:

Hambatan dalam usaha mendidik tentu saja ada, biasanya


selama ini hambatan yang saya alami ialah ketidakfokusan
siswa selama masa pembelajaran, sehingga upaya penanaman
nilai di kelas tidak semua tercapai dengan maksimal.0
Dari wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan hambatan

yang dihadapi oleh informan dalam hal ini adalah kurangnya fokus

siswa dalam memperhatikan materi yang disampaikan.

0
Sofii, Wawancara dengan Guru PAI Kelas IX SMP Negeri 10 Samarinda.
0
Sriani, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII SMP Negeri 10 Samarinda.
81

Hambatan lainnya yang ditemukan pada informan selanjutnya

yaitu seperti pengaruh gawai yang berdampak pada menurunnya

moral siswa, serta pengaruh lingkungan luar yang kurang sehat yang

tidak dapat diawasi oleh guru menjadikan hambatan utama pada

proses penanamannya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh pak Rais

dalam wawancaranya:

Untuk hambatan ini menurut saya lebih terkesan ke arah


tantangan, untuk zaman sekarang saya akui lebih banyak
distorsi melalui digitalisasi ini yang membuat akhlak para siswa
bahkan di seluruh Indonesia berada tahap membahayakan. Di
samping itu, lingkungan siswa di luar sekolah juga tidak berada
di bawah pengawasan kami sebagai guru di sekolah. Sehingga
aspek di luar jangkauan kami adalah tantangan terbesar untuk
saat, khususnya kami guru agama.0
Berdasarkan hasil temuan mengenai proses penanaman nilai-

nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda, peneliti

menyimpulkan ditemukannya bahwa proses penanaman dilakukan

melalui kegiatan pembiasaan di dalam kelas maupun di luar kelas,

seperti literasi keagamaan, menyisipkan materi moderasi beragama

dalam kegiatan kultum di sekolah, guru bersikap adil pada seluruh

siswa, memberikan pembiasan sikap senyum sapa salam, saling

mengingatkan untuk menjaga keharmonisan antar sesama,

memberikan kebebasan beragama bagi pemeluk agama lain,

memfasilitasi waktu dan tempat untuk siswa agama lain, serta

meningkatkan kerukunan keberagaman dengan bergotong royong.

0
Rais, Wawancara dengan Guru PAI Kelas VII SMP Negeri 10 Samarinda.
82

Hambatan yang ditemukan pada proses penanamannya antara

lain, tidak adanya kurikulum khusus terkait moderasi beragama, pola

pikir anak yang masih labil, kurangnya antusiasme siswa pada agenda

sekolah, kurangnya kedisplinan siswa, terdapat siswa yang belum bisa

membaca al-quran, pengaruh gawai, serta penagruh lingkungan sosial

pada tiap siswa.

C. Pembahasan

Berdasarkan pada penemuan yang peneliti dapatkan dari

penanaman nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda, guna

menjawab rumusan masalah penelitian, maka peneliti akan melakukan

pembahasan terkait hasil penemuan nilai moderasi beragama yang

ditanamkan pada sekolah tersebut. Berikut pembahasan terkait penanaman

nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda.

1. Nilai-Nilai Moderasi Beragama yang Ditanamkan di SMP Negeri

10 Samarinda

Pemahaman terkait moderasi beragama baik dari kepala

sekolah dan guru menunjukkan bahwa moderasi dikenal sebagai

toleransi, menghargai dan adil kepada pemeluk agama lain, dan

adanya moderasi beragama yang peneliti temukan sudah menjawab

bahwa untuk bersikap moderat perlunya pemahaman yang sehat dan

benar. Adanya konsep moderasi beragama yang digemborkan kembali

oleh Kementerian Agama seperti yang disampaikan oleh salah satu

guru, ini akibat dari kondisi Indonesia yang sedang kurang harmonis
83

yang dapat memunculkan perpecahan contohnya seperti munculnya

hal-hal atau pemikiran bersifat ekstrem yang mengatasnamakan

agama.

Sesuai dengan pemaknaan moderasi beragama dalam buku

moderasi beragama yang diterbitkan oleh Kementerian Agama

Republik Indonesia. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa salah satu

ancaman terbesar yang dapat membuat bangsa Indonesia terpecah

adalah konflik yang bersumber agama.0 Menurut Mohammad Hashim

Kamali, keseimbangan dan berlaku adil merupakan prinsip dasar

dalam moderasi beragama. Seseorang yang beragama tidak boleh

memiliki pandangan yang ekstrem bahkan radikal dengan hanya

melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja melainkan harus

bisa mencari titik tengah dari dua sudut pandang tersebut, dengan itu

sebagai hubungan antar umat beragama akan tercipta hubungan yang

harmonis dan nyaman.0 Pengertian moderasi beragama menurut

Muhammad Hasyim Kamali ini sejalan dengan hasil temuan

penelitian bahwa moderasi merupakan sikap pertengahan atau berada

di tengah-tengah dan tidak cenderung pada satu hal saja. Dalam

moderasi beragama juga harus adil, dan tidak boleh terlalu fanatik

yang nantinya dapat menimbulkan masalah.

Nilai moderasi beragama yang ditanamkan di SMP Negeri 10

Samarinda, sudah hampir mencakup pada sembilan nilai moderasi


0
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 13-14.
0
Hiqmatunnisa dan Zafi, “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran
Fiqh Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Based Learning,” h. 27-35.
84

beragama yang digaungkan oleh Kementerian Agama, sembilan di

antaranya adalah tengah-tengah (tawassuth), tegak-lurus (i’tidal),

toleransi (tasamuh), musyawarah (syura), reformasi (ishlah),

kepeloporan (qudwah), kewargaan/cinta tanah air (muwathanah), anti

kekerasan (la ’unf) dan ramah budaya (i’tiraf al-‘urf).0 Terdapat

setidaknya ada lima nilai moderasi beragama yang peneliti temukan di

lapangan yaitu tawassuth, i’tidal, tasamuh, ishlah, dan qudwah. Dalam

hal ini peran kepala sekolah, waka kurikulum, serta guru Pendidikan

Agama Islam sangatlah penting, peneliti melihat upaya yang

dilakukan oleh sekolah serta guru sudah baik dalam melaksanakan

penanaman nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda.

Toleransi atau tasamuh merupakan nilai yang sangat penting

ditanamakan pada negara yang penduduknya sangat beragam seperti

Indonesia. Pentingnya nilai ini perlu ditanamkan pada diri setiap anak

agar tidak timbul sikap intoleran terhadap perbedaan yang ada di

sekitarnya. Kemudian nilai adil, adil merupakan prinsip dasar dalam

menjalankan moderasi beragama. Seseorang yang memiliki sikap adil

maka ia akan bijaksana dan tidak arogan dalam menyikapi perbedaan

yang ada di sekitarnya. Tawassuth ialah berada di jalan tengah dan

lurus. Islam sejatinya adalah posisi ditengah-tengah, tidak kurang

namun juga tidak berlebihan. Islah /perdamaian. Jika seseorang ingin

mempelajari lebih dalam mengenai agama Islam, maka ia akan

merasakan kedamiaan terhadap ajaran yang ada di dalamnya.


0
Azis dan Khoirul Anam, Moderasi Beragama Berlandaskan Nilai-nilai Islam, h. 34.
85

Melihat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lailatul

Choirun Umma, dengan judul yang sama terkait penanaman nilai

moderasi beragama di sekolah. Peneliti mendapati hasil perbedaan

dengan penelitian sebelum, di mana penelitian sebelumnya hanya

menemukan tiga nilai moderasi beragama yang ada di sekolah,

sedangkan pada penelitian kali ini memiliki lima nilai moderasi

beragama, perbedaannya pada nilai tawassuth dan islah. Perbedaan ini

dikarenakan menurut peneliti, penelitian terdahulu dilakukan di

sekolah berbasis Islam, artinya tidak adanya keberagaman pemeluk

agama di sana, sedangkan pada penelitian kali ini dilakukan di sekolah

umum, sehingga peneliti lebih banyak menemukan keberagaman

agama di lapangan.

2. Proses Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama di SMP Negeri

10 Samarinda

Berdasarkan hasil temuan mengenai proses penanaman nilai-

nilai moderasi beragama di SMP Negeri 10 Samarinda, ditemukan

bahwa proses penanaman dilakukan melalui kegiatan pembiasaan di

dalam kelas maupun di luar kelas, seperti literasi keagamaan, bersikap

adil pada seluruh siswa, menjaga kebersamaan antar sesama, serta

meningkatkan kerukunan keberagaman. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Yusuf al Qardhawi memandang bahwa bersikap

moderat berarti mengangkat nilai-nilai sosial.0 Nur Kholis juga

0
Hiqmatunnisa dan Zafi, “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran
Fiqh Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Based Learning,” h. 27-35.
86

memberikan kesimpulan atas gagasan moderat oleh Husin Mansur al-

Hallaj dan Muhryi al-Din Ibn ‘Arabi bahwa salah satu nilainya adalah

humanis.0

Hal ini sesuai dengan temuan penelitian jika proses penanaman

nilai moderasi dimulai dari pembiasaan di dalam kelas maupun di luar

kelas, seperti literasi keagamaan, menyisipkan materi moderasi

beragama dalam kegiatan kultum di sekolah, guru bersikap adil pada

seluruh siswa, memberikan pembiasan sikap senyum sapa salam,

saling mengingatkan untuk menjaga keharmonisan antar sesama,

memberikan kebebasan beragama bagi pemeluk agama lain,

memfasilitasi waktu dan tempat untuk siswa agama lain, serta

meningkatkan kerukunan keberagaman dengan bergotong royong.

Melalui pembiasaan-pembiasaan tersebut, harapannya dapat

membentuk karakter siswa sehingga mereka dapat memiliki sikap

yang moderat.

Proses penanaman nilai toleransi (tasamuh) dapat kita ketahui

berdasarkan pemaparan dari setiap informan yang menyampaikan

bahwasanya sekolah tersebut menghargai agama yang dianut setiap

siswanya. Melihat pada penelitian sebelumnya yang telah peneliti

paparkan pada kajian pustaka, semua dari penelitian tersebut

mengandung nilai toleransi dalam proses penanaman nilai moderasi

yang ada. Nilai toleransi ini pula menjadi kesimpulan bahwasanya

Nur Kholis, “Moderasi Sufistik atas Pluralitas Agama,” Jurnal Pemikiran Keislaman
0

dan Kemanusian 1.2 (2017): h. 166-180.


87

pasti ditemukannya ia dalam proses penanaman nilai moderasi

beragama pada suatu kelompok.

Pada nilai adil (i’tidal), dapat diketahui berdasarkan

pemaparan kepala sekolah, di mana disampaikan bahwa sekolah

memfasilitasi setiap siswa dalam belajar, khususnya keagamaan.

Menilik di dalam al-Qur’an, kata al-‘adl yang bermakna keadilan

disebut 28 kali. Kata adil itu juga bermaksud al-istiqomah wal al-

mustawa (tidak berubah-ubah dan sama). Istiqomah itu memiliki arti

sikap konsistensi/tidak berubah-ubah. Sedangkan al-mustawa

memiliki arti sebagai persamaan hak untuk orang yang dijatuhi

putusan oleh hakim. Menurut Cak Nun keadilan dalam Islam itu

benar-benar harus diperlakukan sama rata dan sama rasa, tidak boleh

ada orang kecil dihukum, orang tengah setengah dihukum, dan orang

atasan bebas dari hukuman. Hal ini jelas menyalahi nilai keadilan itu

sendiri, al-mustawa mesti memiliki kesamaan kepedulian kepada

siapa pun.0

Pada nilai lurus (tawassuth), sama halnya nilai adil, sekolah

juga berperan memberikan/memfasilitasi pelajaran apapun bagi para

siswa, tidak terkecuali pelajaran agama. Achmad Ismail Satori, dkk

menyampaikan terkait tawassuth dalam bukunya Islam Moderat:

Menebar Islam Rahamtan Lil ‘Alamin. Tawassuth itu berada pada

posisi tengah-tengah atau di antara dua sisi berseberangan. Kedua titik

0
Emha Ainun Nadjib, Hidup itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem (Jakarta: Noura Books,
2016), h. 86-87.
88

itu tidak dipertentangkan atau dibenturkan, akan tetapi di pertemukan

pada posisi tengah-tengah. Sebagai mana makna moderasi itu sendiri,

yakni berarti suatu sikap yang ada di antara radikal (ifrath) dan liberal

(tafrith).0 Adanya nilai tawassuth ini peneliti simpulkan berdasarkan

proses penanaman nilai moderasi beragamanya melalui peningkatan

literasi keagamaan/baca kitab.

Pada nilai kedamaian (islah), dapat dilihat berdasarkan upaya

sekolah pada saat upacara bendera, guru selalu menyampaikan amanat

terkait menjaga kerukunan sosial di sekolah. Proses penanaman

tersebut juga searah dengan makna kedamaian menurut Magnis

Suseno, setiap individu dan setiap umat beragama menyadari akan

adanya nilai-nilai kemanusiaan yang murni dan masih sangat melekat

dengan nilai kedamaian. Nilai tersebut menyatakan bahwa nyawa

setiap individu itu suci, seseorang tidak boleh dianiaya dan dirusak

kehidupannya, orang lain tidak boleh dihina dan disakiti, perbedaan

pandangan dan keinginan harus disikapi secara adil dan damai tanpa

melakukan tindakan kekerasan dalam menyelesaikannya, seseorang

tidak boleh dipaksa dalam melakukan suatu hal bahkan terhadap suatu

kejahatan, tidak membiarkan orang hidup dalam kemiskinan dan

penderitaan, toleransi terhadap kelompok lain, orang harus

mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan adil tanpa membedakan

0
Achmad Ismail Satori, Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil ’Alamin (Jakarta:
Pustaka Ikadi, 2007), h. 8.
89

keyakinan agama, budaya politik, ras, gender dan kedudukan

sosialnya.0

H.B. Danesh mengutip Gabriel Solomon yang juga

menyebutkan terkait langkah terciptanya kedamaian di dalam dunia

pendidikan antara lain dengan mengubah mindset, menanamkan

seperangkat kecakapan atau skill, memperkenalkan-menyebarkan hak

asasi manusia, dan mengelola lingkungan hidup.0

Pada nilai teladan (qudwah), dalam dakwah Islam dibagi

menjadi dua model, pertama da’wah bi al-lisan (ucapan) dan da’wah

bi al-hal (perbuatan). Dakwah melalui ucapan adalah cara mengajak

masyarakat agar memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta

meningkatkan keimanan ketakwaan kepada Allah SWT. melalui

pidato/ceramah. Sedangkan dakwah dengan aksi adalah dakwa dalam

bentuk perbuatan dengan menjadi teladan di tengah-tengah

masyarakat. Model dakwah ini akan lebih mudah diterima dan efektif

sebab perbuatan akan lebih mudah diikuti oleh objek dakwah

dibandingkan hanya melalui perkataan saja.0 Berdasarkan teori

tersebut, peneliti melihat bagaimana relevansinya pada temuan

penelitian kali ini, di SMP Negeri 10 Samarinda menerapkan kedua

model keteladanan tersebut, dapat dilihat melalui proses

0
Franz Magnis Suseno, Kuasa dan Moral (Jakarta: Gramedia, 1987), h. 14.
0
H.B. Danesh, “Towards an Integrative Theory of Peace Education” 3, no. 1 (2006): h.
56.
0
Masturaini, “Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren (Studi
Pondok Pesantren Shohifatusshoda NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara),” h. 124.
90

penanamannya yang dilakukan oleh guru PAI di dalam kelas maupun

di luar kelas.

Selain itu, adapun hambatan yang dihadir dalam proses

penanaman nilai moderasinya yaitu tidak adanya kurikulum khusus

terkait moderasi beragama, pola pikir anak yang masih labil,

kurangnya antusiasme siswa pada agenda sekolah, kurangnya

kedisplinan siswa, terdapat siswa yang belum bisa membaca al-quran,

pengaruh gawai, serta pengaruh lingkungan sosial pada tiap siswa.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dan teori yang

mendasari penelitian tentang penanaman nilai-nilai moderasi beragama di

SMP Negeri 10 Samarinda, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Nilai-nilai moderasi beragama yang ditanamkan di SMP Negeri 10

Samarinda ada lima, di antaranya nilai tasamuh atau toleransi, nilai adil

atau i’tidal, nilai tawassuth atau lurus, nilai islah atau kedamaian dan

nilai qudwah atau teladan.

2. Proses penanaman nilai-nilai moderasi di SMP Negeri 10 Samarinda

ialah sebagai berikut, pembiasaan dan peningkatan literasi keagamaan,

bersikap adil pada seluruh siswa, menjaga kebersamaan antar sesama,

serta meningkatkan kerukunan keberagaman. Penanaman tersebut

dilakukan dengan cara terintegrasi dan disintegrasi dalam pembelajaran,

dalam artian proses penanamannya terjadi di dalam kelas dan juga di

luar kelas. Hambatan dalam proses penanaman nilai moderasi antara

lain, tidak adanya kurikulum khusus terkait moderasi beragama, pola

pikir anak yang masih labil, kurangnya antusiasme siswa pada agenda

sekolah, kurangnya kedisplinan siswa, terdapat siswa yang belum bisa

membaca al-quran, pengaruh gawai, serta penagruh lingkungan sosial

pada tiap siswa.


92

B. Saran

Peneliti memiliki saran yang berkaitan dengan hasil penelitian

tersebut kepada pihak-pihak yang terlibat kegiatan supervisi di sekolah,

khusunya:

1. Bagi kepala Sekolah, diharapkan untuk mempertahankan kegiatan

dalam upaya menanamkan paham moderasi beragama.

2. Bagi guru, diharapkan guru diharapkan untuk mempertahankan dan

menambahkan nilai-nilai yang ditanamakan pada siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan penelitian

terkait penanaman nilai-nilai moderasi beragama pada pembalajaran

agama agar lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Aidul, Pipit, dan dkk. Dinamika Moderasi Beragama Di Indonesia. Jakarta:


Litbangdiklat Press, 2020.

Ainun Nadjib, Emha. Hidup itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem. Jakarta: Noura
Books, 2016.

Ali, Mohammad, dan Asrori. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).


Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Azis, Abdul, dan A. Khoirul Anam. Moderasi Beragama Berlandaskan Nilai-nilai


Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
RI, 2021.

Arif, Khairan Muhammad. Moderasi Islam: Tela’ah Komprehensif Pemikiran


Wasathiyah Islam, Prespektif Al Qur’an Dan As-Sunah, Menuju Islam
Rahmatan Lil Al-Alamin. Jakarta Timur: Pustaka Ikadi, 2020.

Azwar, S. Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005.

Hosen, Nadirsyah. Saring Sebelum Sharing. Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2019.

Ismail, A Ilyas. Konstruksi Moderasi Beragama: Catatan Guru Besar UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jakarta: PPIM UIN Jakarta, 2021.

Kaswardi, EM. K. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT.Grasindo,


1993.

Moelong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Mulyana, 1987.

Munawar, Said Agil Husin Al. Aktualisasi Nilai-Nilai Islam, Al-Qur‟an dalam
Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Na’im, Akhsan, dan Hendry Syaputra. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama


Dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik, 2011.

Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 2010.

Satori, Achmad Ismail. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan Lil ’Alamin.
Jakarta: Pustaka Ikadi, 2007.

Sevilla, G Consuelo, dan dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-PRESS,


1993.
Shihab, M. Quraish. Wasathiyah: Wawasan Islam Tenang Moderasi Beragama.
Tangerang Selatan: Lentera Hati Group, 2020.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta,


2016.

Suliyanto. Metode Penelitian Bisnis Untuk Skripsi, Tesis & Disertasi. Andi offset,
2018.

Suseno, Franz Magnis. Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia, 1987.

Tim Penyusun Kementerian Agama RI. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan


Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019.

Toha, H. M. Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 1996.

Widoyoko, Edi Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2014.

JURNAL

AR, Samsul. “Peran Guru Agama Dalam Menanamkan Moderasi Beragama.” Al


Irfan 3, no. 1 (2020).

———. “Moderasi Islam (Wasathiyah Islam) Prespektif Al Qur’an, As Sunnah


Serta Pandangan Para Ulama Dan Fuqaha).” Al Risalah: Jurnal Studi
Agama Dan Pemikiran Islam 11, no. 11 (2020).

Danesh, H.B. “Towards an Integrative Theory of Peace Education” 3, no. 1


(2006).

Hiqmatunnisa, Hani, dan Ashif Az Zafi. “Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Islam


Dalam Pembelajaran Fiqh Di PTKIN Menggunakan Konsep Problem
Based Learning.” JIPIS 29, no. 1 (2020).

Kholis, Nur. “Moderasi Sufistik atas Pluralitas Agama.” Jurnal Pemikiran


Keislaman dan Kemanusian 1.2 (2017).

Muhtarom, Mumuh. “Urgensi Penguatan Pemikiran Moderasi Islam Dalam


Pendidikan Agama Di Madrasah.” Jurnal Diklat Keagamaan 12, no. 32
(2018).

Rusmiati, Elis Teti. “Penyuluhan Penerapan Konsep Wasathiyah bagi Ibu-ibu


Kader PKK di Kelurahan Kutabaru, Pasar Kemis, Tangerang.” Parahita:
Jurnal Pengabdian Masyrakat 1, no. 1 (2020).
Sutrisno, Edy. “Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan.” Jurnal
Bimas Islam 12, no. 1 (2019). http://jurnalbimasislam. kemenag.go.id.

SKRIPSI

‘Afifatuzzahro,’ Nur. “Penanaman Nilai-Nilai Pendiidkan Islam Wasathiyah


Organisasi Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Di Universitas
Brawijaya Malang.” Univesitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
2020.

Azmi, Muhammad Bagus. “Penerapan Nilai-Nilai Islam Moderat Di Kalangan


Mahasantri Ma’Had Sunan Ampel Al-Aly Uin Maulana Malik Ibrahim
Malang.” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2019.

TESIS

Masturaini. “Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren


(Studi Pondok Pesantren Shohifatusshoda NW Rawamangun Kecamatan
Sukamaju Kabupaten Luwu Utara).” Institut Agama Islam Negeri Palopo,
2021.

Mutawakkil, Mochamad Hasan. “Nilai-Nilai Pendidikan Moderasi Beragama


Untuk Mewujudkan Toleransi Umat Bergama Dalam Perspektif Emha
Ainun Najdib.” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2020.

WAWANCARA

Mamahit, Sally Dorothea. Wawancara dengan Guru Agama Kristen SMP Negeri
10 Samarinda, 14 Juni 2023.

Normala. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Samarinda, 20


Januari 2023.

Nova, Vhalensi Melody. Wawancara dengan siswa kelas VII di SMP Negeri 10
Samarinda, 14 Juni 2023.

Parjan. Wawancara dengan Waka Kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda, 16


Januari 2023.

Rais, Achmad. Wawancara dengan Guru PAI Kelas VII SMP Negeri 10
Samarinda, 16 Januari 2023.

Sofii, Ahmat. Wawancara dengan Guru PAI Kelas IX SMP Negeri 10 Samarinda,
16 Januari 2023.

Sriani. Wawancara dengan Guru PAI Kelas VIII SMP Negeri 10 Samarinda, 16
Januari 2023.
Sukalana, I Nengah. Wawancara dengan Guru Agama Hindu SMP Negeri 10
Samarinda, 14 Juni 2023.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I DATA GURU SMP NEGERI 10 SAMARINDA

Gelar
No Nama NIP Jabatan
Depan Belakang
1 Achmad Rois 196707132007011037 Drs Guru Mapel
2 Ahmat Sofii 197609112014081002 S.Pd.I Guru Mapel
3 Ali Husni 198906102019031012 - S.Pd Guru Mapel
Ana Nyina
4 197008211995012001 Guru Mapel
Huvat
Tenaga
Andhini Sagita
5 Administrasi
Putri
Sekolah
6 Ari Heruwati 196510112000122001 Dra Guru Mapel
7 Ari Setiawan 198509262014081003 S.Pd Guru Mapel
Ariyani
8 Syaripuddin 196511231991031006 S.H. Guru Mapel
Mas`ud
Bagio Tukang
9
Sugianto. R Kebun
10 Cicih Winarni 197902032007012023 - S.Pd Guru Mapel
A.Md,
11 Dir Indarmaji 196901131993011003 S.Pd, Guru Mapel
M.Pd
Tenaga
12 Eko Ismawan Administrasi
Sekolah
13 Ernaningsih 196411101987032020 S.Pd Guru Mapel
14 Erwin Widodo 198609122019031010 S.Pd Guru Mapel
Petugas
15 Handra Pura
Keamanan
Tenaga
16 Harlinah S.Pd Administrasi
Sekolah
Henny A.Ma.Pd,
17 197109151994122002 Guru BK
Kusumastuty S.Pd
18 Hermansyah S.Pd Guru Mapel
I Nengah
19 196710072005011004 S.Pd Guru Mapel
Sukalana
A.Ma.Pd,
20 Ida Purwanti 196610141994122001 Guru Mapel
S.Pd
S.Pd,
21 Idrus 196911051995011002 Guru Mapel
M.Pd
Tenaga
22 Ikhwan Noor - Administrasi
Sekolah
A.Ma.Pd,
23 Ina 196212281984032013 Guru Mapel
S.Pd
Tenaga
A.Ma.Pd,
24 Indun - Administrasi
S.Pd
Sekolah
Tenaga
25 Irwan - Administrasi
Sekolah
26 Januar Ismar 198901032022211007 S.Pd Guru Mapel
A.Ma.Pd,
27 Juraidah 197010302000122002 Guru Mapel
S.Pd
A.Ma.Pd,
28 Kamiyah 196303081985032012 Guru Mapel
S.Pd
S.S., S.S.,
29 Kasno 196504181987031014 Guru Mapel
S.Pd
Mashani
30 196212261984032009 S.Pd Guru Mapel
Heriani
Mohamad
31 196406231986031013 S.Pd, M.Si Guru Mapel
Rasyid
Muhammad
32 196208251986021006 Guru Mapel
Hosen Masdari
Muhammad
33 Juli Rizki 198507232022211003 S.Pd Guru Mapel
Cahyadi
Tenaga
Ni Nyoman
34 197508122014082001 S.Pd Administrasi
Sriani
Sekolah
S.Pd, Kepala
35 Normala 196808281995122011
M.M. Sekolah
A.Ma.Pd,
36 Nurdin 196310301986031011 Guru Mapel
S.Pd
A.Md,
37 Parjan 196707041994031020 Guru Mapel
S.Pd
Ramdani
38 S.Pd Guru Mapel
Muntaha Putra
39 Ristha Ariani 198304072014082002 S.Pd Guru Mapel
Ruddat Ilaina
40 S.E. Guru Mapel
Rahayu
41 Rudi Ardianto S.Pd Guru Mapel
Tenaga
42 Ruli Amirudin S.Pd Administrasi
Sekolah
Rusmina
43 196604041995122001 S.Pd Guru Mapel
Sutinah.s
44 Sally Dorothea 196305301986012003 A.Md Guru Mapel
Mamahit
Shinta S.Pd,
45 197505101999032008 Guru Mapel
Mayasari M.Pd
46 Siti Fatonah 196502021987032019 S.Pd Guru BK
Petugas
47 Siti Nariyah
Keamanan
48 Sokhikha 196405221989032006 S.Pd Guru Mapel
49 Solik Isrotin 196906011997022003 Dra Guru Mapel
50 Sriani 197904072014082002 S.Pd.I Guru Mapel
51 Sugiharti 197109021994122002 S.Pd Guru Mapel
Sujud Tenaga
52 Rakhmatullah S.T Administrasi
Buswar Sekolah
Tukang
53 Supriadi
Kebun
Tenaga
54 Sutego Fn 196412101986021011 S.Pd Administrasi
Sekolah
Trifina Song
55 196907122008012022 S.Pd Guru Mapel
Lung
56 Umi Nadhiroh S.Pd Guru Mapel
Tenaga
57 Widayanti S.P Administrasi
Sekolah
Yani Sulis
58 198001162009032003 S.Pd Guru Mapel
Setyaningsih
S.Pd,
59 Yhona Arinda Guru Mapel
M.Pd
Yuli
60 198507192009032005 S.Pd Guru Mapel
Rahmawati
LAMPIRAN II DAFTAR JUMLAH SISWA PERKELAS SMP NEGERI 10
SAMARINDA

No
Kelas Nama Kelas Jumlah (L) Jumlah (P)
.
1 VII-A 13 19
2 VII-B 11 21
3 VII-C 16 15
4 VII-D 17 15
5 VII-E 15 17
VII
6 VII-F 16 16
(Tujuh)
7 VII-G 17 14
8 VII-H 17 15
9 VII-I 15 17
10 VII-J 17 14
11 VII-K 18 15
12 VIII-A 10 23
13 VIII-B 5 27
14 VIII-C 17 15
15 VIII-D 15 18
16 VIII-E 19 13
VIII
17 VIII-F 18 14
(Delapan)
18 VIII-G 16 16
19 VIII-H 17 15
20 VIII-I 14 16
21 VIII-J 14 16
22 VIII-K 17 13
23 IX-A 13 21
24 IX-B 14 19
25 IX-C 15 19
26 IX-D 17 17
27 IX IX-E 19 15
28 (Sembilan) IX-F 20 13
29 IX-G 19 15
30 IX-H 19 15
31 IX-I 19 14
32 IX-J 17 17
Total 505 529
LAMPIRAN III SARANA DAN PRASARANA SMP NEGERI 10
SAMARINDA

Prasarana Sarna
Keadaan
No Jumlah Jumlah
Jenis Ruang Jenis Sarana (baik/Buruk)
Ruang Sarana
1 BK 1 Meja TU 1 Baik
Kursi TU 1
Lemari 2
Tempat Sampah 3
Jam Dinding 1
Kursi Kerja 3
Meja Kerja / sirkulasi 1
Kursi dan Meja Tamu 2
Simbol Kenegaraan 1
Instrumen konseling 1
Perlengkapan asesmen 1
Media Pengembangan 1
Kepribadian
2 Gazebo 1 Baik
3 Gudang 1 Lemari 1 Baik
Rak 1
Lemari/Rak 1
4 Kantin 1 Tempat Sampah 3 Baik
Alamanda Tempat cuci tangan 1
5 Kantin 1 Tempat Sampah 3 Baik
Anggrek Tempat cuci tangan 1
Jam Dinding 1
6 Kelas Siswa 32 Meja Siswa 1097 Baik
Kursi Siswa 1097
Meja Guru 32
Kursi Guru 32
Papan Tulis 32
Lemari 32
Rak hasil karya peserta 32
didik
Tempat Sampah 96
Tempat cuci tangan 32
Jam Dinding 32
Kotak kontak 32
Simbol Kenegaraan 32
Tiang Bendera 32
Alat Peraga 32
Bendera 32
Kipas angin 32
Lampu 32
Sapu lidi 32
Papan Pajang 32
Sapu Dan Alat-Alat Pel 32
Soket Listrik 32
Soket Listrik/Kotak 32
Kontak
7 Kantin Catur 1 Tempat Sampah 3 Baik
Tempat cuci tangan 1
8 Koperasi 1 Lemari 1 Baik
Tempat Sampah 3
Jam Dinding 1
Kursi Kerja 1
9 Lab. IPA 1 Meja Siswa 1 Baik
Kursi Siswa 1
Kursi Guru 1
Kursi Guru 1
Papan Tulis 1
Lemari 1
Lemari 1
Foto Copy 1
Printer 1
Tempat Sampah 1
Jam Dinding 1
Meja Pimpinan 1
Simbol Kenegaraan 1
Perlengkapan P3K 1
Proyektor 1
Garpu tala 1
Alat pemadam 1
kebakaran
Anatomi kerangka 1
manusia
Anatomi organ manusia 1
Gelas kimia 1
Globe 1
Globe 1
Jangka Sorong 1
Kaca Pembesar ( L 1
Magnifer)
Kaki tiga 1
Mikroskop monokuler 1
Mistar 1
Multimeter 1
Rangkaian listrik 1
Timbangan 1
Timbangan 1
Vernier caliper/jangka 1
sorong
Alat Percobaan Muai 1
Panjang
Bak Cuci 1
Cawan Penguapan 1
(Evaporating D
Cawan Penguapan 1
(Porselen)
Cermin Cembung 1
Cermin Datar 1
Dinamometer 1
Gelas Ukur 1
Jangka Sorong (Vernier 1
Caliper
Kaca Pembesar 1
Lemari Alat 1
Lemari Bahan 1
Meja Demonstrasi 1
Meja Persiapan 1
Pembakar Spiritus 1
Pembakar Spirtus 1
Pembakaran Spiritus 1
Peralatan P3K 1
Pipet Tetes 1
Plat Tetes 1
Rol Meter 1
Soket Listrik 1
Soket Listrik/Kotak 1
Kontak
Stopwatch 1
Termometer 1
Termometer 1
10 Lab. 1 Kursi Siswa 40 Baik
Multimedia Meja Guru 1
Kursi Guru 1
Papan Tulis 1
Komputer 40
Tempat Sampah 1
Kotak kontak 10
Meja Multimedia 1
Pengeras Suara 1
Proyektor 1
Soket Listrik 1
Soket Listrik / Kotak 1
Kontak
11 Lahan 1 Tempat Sampah 1 Baik
Kosong
12 Lapangan 1 Lainnya (Semen Cor) Baik
13 Lapangan 1 Lainnya (Semen Cor) Baik
Basket
14 Lapangan 1 Baik
Bulu Tangkis
15 Lobby 1 Kursi Besi 1 Baik
16 Mushola 1 Papan Tulis 1 Baik
Lemari 1
Jam Dinding 1
Rak Buku 1
Meja Pimpinan 1
Perlengkapan Ibadah 10
17 Perpustakaan 1 Meja TU 1 Baik
Kursi TU 1
Papan Tulis 1
Lemari 1
Komputer 1
Printer 1
Tempat Sampah 1
Jam Dinding 1
Kotak kontak 1
Rak Buku 1
Rak Buku 1
Rak Majalah 1
Rak Surat Kabar 1
Meja Baca 1
Kursi Baca 40
Kursi Kerja 1
Meja Kerja / sirkulasi 1
Lemari Katalog 1
Papan pengumuman 1
Meja Multimedia 1
Kursi Pimpinan 1
Meja Pimpinan 1
Kursi dan Meja Tamu 4
Simbol Kenegaraan 1
Tiang Bendera 1
Bendera 1
Proyektor 1
Abacus 1
Braille kit 1
Globe timbul 1
Magnifier lens set 1
Papan braille 1
Papan geometri 1
Peta timbul 1
Reglet dan pena 1
Sistem Simbol Braille 1
Lemari 1
Alat Multimedia 1
Soket Listrik 1
Soket Listrik/Kotak 1
Kontak
Sumber Belajar Lain 1
18 Ruang OSIS 1 Papan Tulis 1 Baik
Lemari 1
Jam Dinding 1
Meja UKS 1
Kursi UKS 1
19 Ruang TU 1 Meja TU 4 Baik
Kursi TU 1
Lemari 3
Lemari 1
Printer TU 2
Komputer 2
Komputer 1
Tempat Sampah 3
Tempat Sampah 1
Jam Dinding 1
Jam Dinding 1
Kursi Kerja 7
Kursi Kerja 1
Meja Kerja / sirkulasi 7
Meja Kerja / sirkulasi 1
Papan pengumuman 1
Kursi Pimpinan 1
Meja Pimpinan 1
Simbol Kenegaraan 1
Brangkas 1
Filling Cabinet 1
Penanda Waktu (Bell 1
Sekolah)
Penanda Waktu (Bell 1
Sekolah)
Brankas 1
Brankas 1
Filing Kabinet 1
Filing Kabinet 1
Papan Statistik 1
Papan Statistik 1
Soket Listrik 1
Soket Listrik 1
Soket Listrik/Kotak 1
Kontak
Soket Listrik/Kotak 1
Kontak
Telepon 1
Telepon 1
20 Ruang Waka 1 Meja Guru 5 Baik
Sekolah Kursi Guru 5
Papan Tulis 1
Lemari 1
Komputer 3
Printer 1
Tempat Sampah 3
Jam Dinding 1
Rak Buku 1
Papan pengumuman 1
Kursi dan Meja Tamu 1
Penanda Waktu (Bell 1
Sekolah)
21 Ruang Guru 1 Meja Guru 60 Baik
Kursi Guru 60
Lemari 3
Papan Panjang 1
Tempat Sampah 3
Tempat cuci tangan 2
Jam Dinding 1
Kursi Kerja 1
Meja Kerja / sirkulasi 1
Papan pengumuman 1
Kursi dan Meja Tamu 5
Penanda Waktu (Bell 1
Sekolah)
Kloset Jongkok 1
Tempat Air (Bak) 1
Papan Statistik 1
22 Ruang 1 Papan Tulis 1 Baik
Kepala Lemari 2
Sekolah Komputer 1
Tempat Sampah 3
Tempat cuci tangan 1
Jam Dinding 1
Kursi Pimpinan 1
Meja Pimpinan 1
Kursi dan Meja Tamu 5
Simbol Kenegaraan 1
Brankas 1
Filing Kabinet 1
Papan Statistik 1
23 Tempat 1 Baik
Parkir
24 UKS 1 Lemari 3 Baik
Komputer 1
Printer 1
Tempat Sampah 3
Tempat cuci tangan 2
Jam Dinding 1
Rak Buku 1
Kursi Pimpinan 1
Meja Pimpinan 1
Kursi dan Meja Tamu 7
Simbol Kenegaraan 1
Perlengkapan Ibadah 3
Tempat Tidur UKS 4
Meja UKS 1
Kursi UKS 1
Catatan Kesehatan 2
Siswa
Perlengkapan P3K 5
Tandu 2
Selimut 6
Tensimeter 1
Termometer Badan 1
Timbangan Badan 1
Pengukur Tinggi Badan 1
Tiang Bendera 1
Bendera 1
25 WC Bersama 5 Kloset Jongkok 5 Baik
Cermin 5
Gantungan 5
Gayung 5
Bak /Drum Plastik 5
26 WC Guru 1 Tempat Sampah 1 Baik
Laki-laki Kloset Jongkok 1
Tempat Air (Bak) 1
Gayung 1
Gantungan Pakaian 1
Gayung (Small Bucket) 1
Gayung Air 1
Tempat Air 1
27 WC Guru 1 Tempat Sampah 1 Baik
Perempuan Kloset Jongkok 1
Tempat Air (Bak) 1
Gayung 1
Gantungan Pakaian 1
Gayung (Small Bucket) 1
Gayung Air 1
Tempat Air 1
28 WC Siswa 13 Tempat Sampah 13 Baik
Laki-laki Kloset Jongkok 13
Tempat Air (Bak) 13
Gayung 13
Gantungan Pakaian 13
Gayung (Small Bucket) 13
Gayung Air 13
Tempat Air 13
29 WC Siswa 14 Tempat Sampah 14 Baik
Perempuan Kloset Jongkok 14
Tempat Air (Bak) 14
Gayung 14
Gantungan Pakaian 14
Gayung (Small Bucket) 14
Gayung Air 14
Tempat Air 14
LAMPIRAN IV DAFTAR NAMA GURU BESERTA MATA PELAJARAN

Jml.
No Nama Pengajar Bidang Studi
Jam
1 Drs. Achmad Rois Pendidikan Agama Islam 35
2 Ahmat Sofii, S.Pd.I Pendidikan Agama Islam 36
3 Ali Husni, S.Pd Bahasa Indonesia 32
4 Ana Nyina Huvat, S.Pd Bahasa Indonesia 33
5 Dra. Ari Heruwati Matematika 36
6 Ari Setiawan, S.Pd Biologi 34
7 Ariyani Syaripuddin Pendidikan Kewarganegaraan
38
Mas`ud, S.H (PKn)
8 Cicih Winarni, S.Pd Bahasa Inggris 32
9 Dir Indarmaji, M.Pd Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 30
10 Ernaningsih, S.Pd Seni Budaya 38
11 Erwin Widodo, S.Pd Bahasa Indonesia 18
12 Henny Kusumastuty, S.Pd Bimbingan dan Konseling
(Konselor)
13 Hermansyah, S.Pd Bahasa Indonesia 37
14 I Nengah Sukalana, S.Pd Pendidikan Agama Hindu 24
15 Ida Purwanti, S.Pd Bahasa Indonesia 36
16 Idrus, M.Pd Bahasa Inggris 35
17 Ina, S.Pd Pendidikan Kewarganegaraan
24
(PKn)
18 Januar Ismar, S.Pd Pendidikan Kimia 36
19 Juraidah, S.Pd Bahasa Indonesia 33
20 Kamiyah, S.Pd Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 24
21 Kasno, S.Pd Matematika 35
22 Mashani Heriani, S.Pd Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 28
23 Mohamad Rasyid, S.Pd Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 24
24 Muhammad Hosen Masdari, Matematika
30
M.Si
25 Muhammad Juli Rizki Pendidikan Jasmani dan
33
Cahyadi, S.Pd Kesehatan
26 Normala, S.Pd, M.M. Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)
27 Nurdin, S.Pd Matematika 33
28 Parjan, S.Pd Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 32
29 Ramdani Muntaha Putra, Pendidikan Jasmani dan
41
S.Pd Kesehatan
30 Ristha Ariani, S.Pd Pendidikan Kewarganegaraan
36
(PKn)
31 Ruddat Ilaina Rahayu, S.E Ekonomi
32 Rudi Ardianto, S.Pd Bahasa Inggris 43
33 Ruli Amirudin, S.Pd Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan
34 Rusmina Sutinah. S, S.Pd Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 27
35 Sally Dorothea Mamahit, Pendidikan Kewarganegaraan
24
A.Md (PKn)
36 Shinta Mayasari, M.Pd Bahasa Inggris 35
37 Siti Fatonah, S.Pd Bimbingan dan Konseling
(Konselor)
38 Sokhikha, S.Pd Seni Budaya 33
39 Dra. Solik Isrotin, S.Pd Bahasa Indonesia 32
40 Sriani, S.Pd.I Pendidikan Agama Islam 40
41 Sugiharti, S.Pd Matematika 40
42 Trifina Song Lung, S.Pd Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan
43 Umi Nadhiroh, S.Pd Fisika 39
44 Yani Sulis Setyaningsih, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
30
S.Pd
45 Yhona Arinda, M.Pd Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 28
46 Yuli Rahmawati, S.Pd Biologi 32
LAMPIRAN V PEDOMAN WAWANCARA

Fokus
No. Informan Pertanyaan Metode
Penelitian
Guru a. Menurut bapak/ibu apa yang Wawancara
Pendidika dimaksud dengan moderasi
n Agama beragama?
Islam b. Nilai-nilai moderasi beragama apa
saja yang ditanamkan oleh
Apa bapak/ibu ketika pembelajaran
sajakah berlangsung?
nilai-nilai c. kira-kira buku apa saja yang
moderasi bapak.ibu jadikan pedoman terkait
beragama pemahaman moderasi beragama
1
yang ini?
ditanamkan Kepala a. Menurut bapak/ibu apa yang Wawancara
di SMP Sekolah dimaksud dengan moderasi
Negeri 10 dan Waka beragama?
Samarinda? Kurikulum b. Nilai-nilai moderasi beragama apa
saja yang ditanamkan kepada siswa
di SMP Negeri 10 Samarinda?
c. Buku pedoman apa yang ibu
gunakan dalam pemahaman terkait
moderasi beragama ini?
Guru a. Bagaimana proses dalam Wawancara
Pendidika menanamnkan nilai-nilai moderasi
n Agama beragama pada siswa saat proses
Bagaimana Islam pembelajaran?
proses b. Apakah terdapat hambatan selama
penanaman proses penanaman nilai-nilai
nilai-nilai moderasi beragama berlangsung?
moderasi
2 Kepala a. Selain dari pembelajaran, upaya Wawancara
beragama
di SMP Sekolah apa saja yang dilakukan pihak
Negeri 10 dan Waka sekolah dalam proses menanamkan
Samarinda? Kurikulum nilai-nilai moderasi beragama?
b. Dalam proses penanaman nilai-
nilai tersebut apakah ada
kendala/hambatan yang dihadapi
oleh pihak sekolah?
LAMPIRAN VI DOKUMENTASI WAWANCARA
Transkrip wawancara Informan 1

TRANSKRIP WAWANCARA
Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : Normala, S.Pd, M.M
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Tanggal : Jumat, 20 Januari 2023
Waktu : 09.30-09.50 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Ibu apa Moderasi beragama itu maksudnya lebih ke toleransi ya.
yang dimaksud Artinya kita di sini semua saling menghargai setiap
dengan moderasi perbedaan yang ada tak hanya dari siswa saja, kami para
beragama? guru pun saling menghargai terhadap guru dari agama
lain, dan alhamdulillah sampai saya menjabat sekarang,
saya belum menemukan bentuk sikap intoleran baik antar
siswa maupun guru.
2 Nilai-nilai Jelas yang pertama itu toleransi ya, karena toleransi ini
moderasi beragama merupakan pondasi yang harus ada pada setiap siswa
apa saja yang supaya ketika menghadapi suatu perbedaan baik suku,
ditanamkan kepada ras, maupun agama, mereka dapat menanggapinya
siswa di SMP dengan bijak. Tak lupa pula kami menanamkan budaya
Negeri 10 literasi bagi seluruh siswa, dengan bertambahnya literasi
Samarinda? yang mereka baca, akan menjadikan siswa dapat
membedakan mana yang sebaiknya dilakukan dan mana
yang tidak boleh dilakukan sebagai sesama manusia.
Kemudian saya selaku kepala sekolah serta guru lainnya
selalu memberikan contoh yang baik dan bersikap adil
kepada seluruh siswa tanpa pandang bulu.
3 Buku pedoman apa Karena kami dari sekolah umum jadi untuk buku secara
yang ibu gunakan khusus membahas moderasi beragama kami tidak punya,
dalam pemahaman namun kami hanya menggunakan buku dari pemerintah
terkait moderasi seperti buku PAI
beragama ini?
4 Selain dari Terkait moderasi beragama saya pun belum tau isinya
pembelajaran, secara detail ya, namun ada beberapa upaya yang sekolah
upaya apa saja lakukan untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Seperti
yang dilakukan yang saya bilang, setiap pagi sebelum belajar, kami
pihak sekolah memberikan waktu sekitar 15 menit untuk membaca
dalam proses kitabnya masing-masing di tempat yang sudah kami
menanamkan nilai- sediakan secara khusus untuk beberapa agama agar dapat
nilai moderasi lebih fokus mendalaminya. Kemudian melalui kegiatan
beragama hari-hari besar contohnya seperti hari raya qurban, kami
mengundang seluruh siswa baik muslim dan non-muslim
untuk ikut serta bergotong royong dalam menyukseskan
kegiatan, dan tak lupa kami ajak untuk ikut makan
bersama supaya kedekatan kita dengan umat non-muslim
semakin hangat, kemudian beberapa waktu kami
mengadakan acara kultum dengan isi materi untuk saling
menjaga kerukunan dan menghargai sesama manusia.
Pada saat masuk pelajaran agama Islam, kami
mengarahkan bagi siswa yang non-muslim untuk ke
ruangan khusus untuk mempelajari agamanya sendiri.
5 Dalam proses Untuk kendala terkait penanaman toleransi antar
penanaman nilai- beragama saya rasa pasti ada ya seperti pola pikir anak
nilai tersebut yang masih cukup labil contohnya lebih banyak
apakah ada bermainnya, beberapa siswa yang sering terlambat itu
kendala/hambatan juga salahsatu hambatan bagi kami dalam memeratakan
yang dihadapi oleh penanaman nilai moderasi beragama kepada seluruh
pihak sekolah? siswa tentunya ini akan mempengaruhi pada saat kegiatan
membaca kitabnya di pagi hari, kemudian terdapat siswa
yang masih belum bisa membaca al-quran, pada saat
kegiatan gotong royong terdapat beberapa siswa yang
asyik bercerita saja, namun untuk masalah antar suku atau
agama alhamdulillah sejauh ini tidak ada permasalahan
karena kami dari sekolah umum sudah terbiasa bersosial
dengan perbedaan yang ada
Transkrip wawancara Informan 2

TRANSKRIP WAWANCARA
Waka Kurikulum SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : Parjan, S.Pd
Tempat : Ruang Kurikulum
Tanggal : Jumat, 20 Januari 2023
Waktu : 14.00-14.20 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut bapak apa Moderasi beragama yang saya pahami yaitu cara pandang
yang dimaksud kita dalam menyikapi perbedaan yang ada, jadi bagi saya
dengan moderasi moderasi beragama ini sangat berkaitan dengan toleransi,
beragama? karena kita hidup di dalam keragaman, perlu adanya
toleransi agar antar masyarakat menjadi rukun
2 Nilai-nilai Karena ini berkaitan dengan toleransi maka yang pertama
moderasi beragama pastinya toleransi, kemudian kami memberikan hak
apa saja yang kepada siswa selain Islam dengan menyiapkan guru
ditanamkan kepada agamanya yang dipeluk, pendalaman literasi dengan
siswa di SMP membaca kitabnya, bersikap adil kepada seluruh siswa
Negeri 10
Samarinda?
3 Buku pedoman apa Sebenarnya saya pun kurang tahu jika ada buku yang
yang bapak berfokus membahas moderasi beragama, namun untuk
gunakan dalam penanamannya kami dari sekolah hanya menyediakan
pemahaman terkait buku yang disiapkan oleh Kemendikbud yaitu buku PAI
moderasi beragama sebagai pedoman guru untuk menanamkan nilai tersebut
ini?
4 Selain dari Upaya-upaya yang kami lakukan dalam menanamkan
pembelajaran, nilai ini yakni dengan memberikan waktu sebelum belajar
upaya apa saja untuk membaca dan mendalami kitabnya masing-masing,
yang dilakukan kemudian untuk acara besar semisal pemilihan ketua
pihak sekolah OSIS kami mempersilakan siswa dari agama lain untuk
dalam proses mengajukan diri sebagai kandidat, lalu kami juga
menanamkan nilai- memberikan pembiasaan dengan mengkampanyekan
nilai moderasi sikap senyum sapa salam kepada guru, membuat acara
beragama keagamaan untuk umat muslim seperti kultum dengan
menyajikan materi untuk saling menjaga, menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada di kehidupan sehari-
hari, agenda bergotong royong untuk meningkatkan nilai
sosial antar siswa.
5 Dalam proses Hambatan yang biasa kami hadapi dalam menanamkan
penanaman nilai- nilai-nilai kebaikan sering kali terhantup pada lingkup
nilai tersebut sosial para siswa, di mana proses penanaman nilai
apakah ada tidaklah terjadi dengan spontanitas saja, akan tetapi
kendala/hambatan kompleksitas yang terjalin dalam kehidupan seorang anak
yang dihadapi oleh menjadi faktor utama dalam tantangan mendidik para
pihak sekolah? siswa. Misalnya pengaruh gawai dan media sosial yang
belakangan ini membendungi rutinitas kehidupan
bersosial. Sehingga role-model yang ditangkap oleh siswa
sangatlah beragam dan terkadang bersifat liberalis. Hal
ini cukup berdampak pada budaya moderat, beberapa
pengaruh negatif dari penggunaan gawai yang salah
seperti berkurangnya sikap sopan santun kepada guru dan
teman sebayanya, kurangnya fokus pada saat
pembelajaran, berkurangnya minat belajar mendalami
agamanya, bermalas-malasan.
Transkrip wawancara Informan 3

TRANSKRIP WAWANCARA
Guru PAI SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : Ahmat Sofii, S.Pd.I
Tempat : Ruang Perpustakaan
Tanggal : Senin, 16 Januari 2023
Waktu : 13.00-13.30 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut bapak apa Menurut saya moderasi beragama ini berkaitan tentang
yang dimaksud hal toleransi antar umat beragama, jadi hal-hal yang
dengan moderasi bersifat ekstrem atau kaku hendaknya diubah untuk
beragama? menciptakan pemikiran bahwa agama itu sebagai wahana
untuk bersama-sama membangun dalam menciptakan
kedamaian antar umat beragama dengan memberikan
kebebasan kepada agama lain untuk menjalankan
kegiatan peribadatannya.
Nilai-nilai Penanaman yang saya lakukan dalam hal ini yakni
moderasi beragama bersikap adil kepada siapa pun, menghargai antar suku,
apa saja yang ras, dan agama, jujur, membiasakan membaca agar
ditanamkan kepada pengetahuan agamanya semakin baik supaya tidak mudah
siswa di SMP terpapar radikalisme
Negeri 10
Samarinda?
3 Buku pedoman apa Saya hanya menggunakan buku dari pemerintah saja
yang bapak yakni buku PAI sebagai pedoman mengajar saya
gunakan dalam
pemahaman terkait
moderasi beragama
ini?
4 Bagaimana proses Cara-cara saya dalam menanamkan nilai-nilai ini yakni
dalam dengan bersikap adil perlakuan saya akan sama kepada
menanamkan nilai- muslim maupun non-muslim, kemudian pada saat
nilai moderasi pelajaran berlangsung bagi siswa pemeluk agama seperti
beragama pada Kristen, Hindu, dan Budha saya persilakan untuk ke
siswa saat perpustakaan untuk belajar agamanya masing-masing,
pembelajaran? disela pembelajaran saya selalu memberikan nasihat
kepada seluruh siswa agar saling menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada di dalam kelas
5 Apakah terdapat Mungkin dari kedisiplinan siswa yang membuat saya
hambatan selama agak terhambat dalam menanamkan, siswa yang telat
proses penanaman masuk mungkin akan mendapatkan hasil yang kurang
nilai-nilai moderasi maksimal terkait nilai yang saya tanamkan, kemudian
beragama masih saya temukan siswa yang asyik bercerita dengan
berlangsung? temannya pada saat pelajaran, siswa yang tertidur, siswa
yang belum bisa atau tidak lancar dalam membaca al-
Qur’an.
Transkrip wawancara Informan 4

TRANSKRIP WAWANCARA
Guru PAI SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : Sriani, S.Pd.I
Tempat : Ruang Dewan Guru
Tanggal : Senin, 16 Januari 2023
Waktu : 10.00-10.20 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut ibu apa Moderasi beragama menurut saya adalah toleransi di
yang dimaksud dalam keberagamaan, di mana melalui
dengan moderasi perbedaan/bermacam agama, dapat saling tenggang rasa
beragama? di dalam muamalah antar sesama.
Nilai-nilai moderasi Semasa pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, saya
beragama apa saja selalu menanamkan/mengingatkan kepada para siswa
yang ditanamkan untuk saling menghormati, tidak mengolok-olok,
kepada siswa di deskriminasi, membully dan segala macamnya. Baik itu
SMP Negeri 10 kepada yang berbeda agama, suku, warna kulit, tingkat
Samarinda? ekonomi dan lain-lain. Di sisi lain, kami mengajak
seluruh siswa untuk membiasakan membaca kitab
agamanya masing-masing di pagi hari sebelum memulai
pembelajaran.
3 Buku pedoman apa Tidak ada buku khusus moderasi agama yang saya
yang ibu gunakan gunakan, hanya saja untuk menyebarkan nilai-nilai
dalam pemahaman kebaikan ini tentu saja sudah terakumulasi secara tidak
terkait moderasi langsung dalam buku agama Islam.
beragama ini?
4 Bagaimana proses Saya biasanya melakukan refleksi setelah masa
dalam menanamkan pembelajaran, yang mana biasanya saya sampaikan
nilai-nilai moderasi kepada siswa sebelum habis waktu belajar untuk tidak
beragama pada ada boleh berkelahi, mengolok-olok, berteman kepada
siswa saat siapa saja, menjadi pribadi yang baik sebagaimana yang
pembelajaran? telah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Di samping itu, kami memberikan habituasi keagamaan,
yakni membaca kitab/alquran, untuk
menginternalisasikan nilai-nilai agama kepada mereka
5 Apakah terdapat Hambatan dalam usaha mendidik tentu saja ada,
hambatan selama biasanya selama ini hambatan yang saya alami ialah
proses penanaman ketidakfokusan siswa selama masa pembelajaran,
nilai-nilai moderasi sehingga upaya penanaman nilai di kelas tidak semua
beragama tercapai dengan maksimal
berlangsung?
Transkrip wawancara Informan 5

TRANSKRIP WAWANCARA
Guru PAI SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : Drs. Achmad Rais
Tempat : Ruang Dewan Guru
Tanggal : Senin, 16 Januari 2023
Waktu : 10.30-10.45 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut bapak apa Menurut saya moderasi beragama adalah sikap moderat
yang dimaksud umat beragama di dalam kemajemukan sosial yang ada
dengan moderasi
beragama?
2 Nilai-nilai Tentu saja untuk menjadi umat yang moderat, maka nilai
moderasi beragama yang ditanamkan adalah sikap toleransi. Toleransi di sini
apa saja yang ialah sikap menghargai dan menghormati kemajemukan
ditanamkan kepada yang ada, khususnya agama. Tujuannya tidak lain dan
siswa di SMP tidak bukan ialah menciptakan kedamaian atau kerukunan
Negeri 10 di lingkup sosial kita ini
Samarinda?
3 Buku pedoman apa Saya tidak punya buku pengangan khusus yang berfokus
yang bapak soal moderasi beragama saja. Tapi di buku agama sekolah
gunakan dalam sebenarnya sudah tertuang nilai-nilai atau konteks
pemahaman terkait mengenai toleransi yang biasa dituangkan dalam kisah
moderasi beragama sirah nabawiyah dan lain sebagainya
ini?
4 Bagaimana proses Tentu saja kami sebagai guru agama
dalam mendorong/menyebarkan paham-paham kebaikan,
menanamkan nilai- kebajikan, etika, akhlak, adab. Guna mereaktualisasikan
nilai moderasi moralitas generasi bangsa, yang tentu saja ini adalah
beragama pada bagian dari output implementasi moderasi beragama.
siswa saat Contohlah seperti untuk selalu berkata baik kepada siswa,
pembelajaran? membiarkan siswa dari agama lain untuk mendalami
agamanya sendiri, menyikapi perbedaan dengan bijak
tanpa berat sebelah, pada saat hari besar dapat saya
sisipkan nilai sosial untuk ikut makan bersama dengan
agama lain dalam acara idul adha.
5 Apakah terdapat Untuk hambatan ini menurut saya lebih terkesan ke arah
hambatan selama tantangan, untuk zaman sekarang saya akui lebih banyak
proses penanaman distorsi melalui digitalisasi ini yang membuat akhlak para
nilai-nilai moderasi siswa bahkan di seluruh Indonesia berada tahap
beragama membahayakan. Di samping itu, lingkungan siswa di luar
berlangsung? sekolah juga tidak berada di bawah pengawasan kami
sebagai guru di sekolah. Sehingga aspek di luar
jangkauan kami adalah tantangan terbesar untuk saat,
khususnya kami guru agama.
Transkrip wawancara Informan 6

TRANSKRIP WAWANCARA
Guru Agama Kristen SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : Sally Dorothea Mamahit, A.Md
Tempat : Ruang Dewan Guru
Tanggal : Kamis, 15 Juni 2023
Waktu : 10.30-10.45 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana proses Pada sekolah ini semua guru baik dari agama manapun
dalam saling bahu membahu ikut bekerja sama dalam
menanamkan nilai- menciptakan kerukunan antar beragama, di antaranya
nilai moderasi menjalankan rutinitas sekolah dengan mendalami kitab
beragama pada yang diajarkan masing-masing, kalau saya biasa
siswa saat memberikan ceramah kerohanian kepada siswa yang
pembelajaran? seagama dengan saya yaitu nasrani dengan materi
kebajikan, kemudian sekolah ini juga memfasilitasi kami
yang beragama kristen untuk dapat ikut belajar bersama
dengan yang muslim di dalam kelas pada mata pelajaran
umum, semua guru agama di sini pastinya mengajarkan
toleransi baik dengan penyampaian maupun tindakannya,
selama mengajar di sini saya tidak pernah mendapati
suatu tindak diskriminasi dari pemeluk agama lain, yang
menjadikan saya ikut menghormati atas perbedaan yang
kita miliki.
Transkrip wawancara Informan 7

TRANSKRIP WAWANCARA
Guru Agama Hindu SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : I Nengah Sukalana, S.Pd
Tempat : Ruang Dewan Guru
Tanggal : Kamis, 15 Juni 2023
Waktu : 10.45-11.00 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana proses Dalam proses penanaman nilai toleransi ini saya sebagai
dalam guru agama Hindu ikut juga turut membantu dalam
menanamkan nilai- proses penanaman nilai tersebut sebagaimana yang
dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam, seperti
nilai moderasi
membaca al-Quran di pagi, kami pun juga membaca
beragama pada dengan kitab kami juga, karena di sini kami hitungannya
siswa saat minoritas ya, untungnya sekolah masih bersedia
pembelajaran? menyiapkan buku pelajaran agama yang sesuai dengan
agama kami dan dapat ikut belajar bersama dengan siswa
dari agama lain di kelas, kemudian pada saat kegiatan di
luar pembelajaran baik dari yang muslim, kristen dan
hindu semuanya dapat menjalani kehidupan bersosaial
secara normal tanpa adanya batasan. Semua guru saling
mengingatkan satu sama lain untuk selalu menjaga
persaudaraan antara umat beragama dengan saling
bertegur sapa, melakukan kegiatan bersama, bergotong
royong.
Transkrip wawancara Informan 8

TRANSKRIP WAWANCARA
Siswa Agama Kristen SMP Negeri 10 Samarinda
Nama : Vhalensi Melody Nova
Tempat : Lobby
Tanggal : Kamis, 15 Juni 2023
Waktu : 11.00-11.15 WITA
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaiamana cara Selama saya belajar di sini, setiap pagi kami selalu
sekolah dan guru melaksanakan kegiatan keagamaan dengan dipandu guru
memberikan saya di perpustakaan bersama teman seagama dengan
saya, kemudian pada saat masuk kelas kami selalu
pemahaman terkait
diingatkan oleh guru tentang nashiat kebajikan dan
moderasi langsung mempraktikannya agar kami dapat menjaga
beragama? persaudaraan sesama manusia, memandang kami sebagai
anak dengan kasih sayang walaupun adanya perbedaan
tidak menjadi masalah, pada saat di luar kelas kami
diberikan kebebasan untuk berkumpul dan berteman
dengan siapapun
LAMPIRAN VII LEMBAR KONSUL JUDUL PROPOSAL
LAMPIRAN VIII BERITA ACARA SELEKSI JUDUL SKRIPSI
LAMPIRAN IX SURAT TUGAS PEMBIMBING
LAMPIRAN X UNDANGAN SEMINAR PROPOSAL
LAMPIRAN XI SURAT KETERANGAN SEMINAR PROPOSAL
LAMPIRAN XII SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN XIII SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN
LAMPIRAN XIV DAFTAR HADIR SEMINAR PROPOSAL
LAMPIRAN XV SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI PENELITIAN
LAMPIRAN XVI KARTU KONSULTASI PEMBIMBING I
LAMPIRAN XVII KARTU KONSULTASI PEMBIMBING II
LAMPIRAN XVIII SURAT KETERANGAN LULUS PLAGIASI
LAMPIRAN XIX SYAHADAH
LAMPIRAN XX TOEFL
LAMPIRAN XXI FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Wawancara Bersama Guru PAI Kelas VIII Ibu Sriani

Wawancara Bersama Guru PAI Kelas VII Pak Ahmad Rois

Wawancara Bersama Guru PAI Kelas IX Pak Ahmad Sofi’i

Wawancara Bersama Kepala Sekolah Ibu Normala


Wawancara Bersama Waka Kesiswaan Pak Parjan

Wawancara Bersama Guru Agama Kristen Ibu Sally Dorothea Mamahit


Wawancara Bersama Guru Agama Hindu Pak I Nengah Sukalana

Wawancara Bersama Siswa non-muslim Vhalensi Melody Nova


Kegiatan Literasi Agama Setiap Pagi

Kegiatan Literasi Agama Islam : membaca Al-Qur’an di dalam kelas


Kegiatan Literasi Agama Hindu

Kegiatan Literasi Agama Kristen

Anda mungkin juga menyukai