Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangya ilmu pengetahuan dan teknologi kesadaran


masyarakat untuk hidup sehat semakin meningkat. Hal ini juga mengubah pola
hidup masyarakat akan kebutuhan obat, kecenderungan masyarakat untuk
melakukan pengobatan sendiri (self medication) semakin meningkat sehingga
ketersedian obat ditengah – tengah masyarakat sangatlah penting karena akses
masyarakat terhadap obat juga merupakan hak asasi manusia. Dengan demikian
penyediaan obat merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan
kesehatan baik publik maupun swasta Potensi untuk pengembangan sebuah
perusahaan harus berjalan dengan perencanaan strategis yang baik agar dapat
menopang kinerja pemasaran dan nilai pelanggan (Hermawan, 2006:2). Maka dari
itu produsen harus mampu bergerak secara adaptif sesuai dengan kondisi pasar
agar tidak mengalami kerugian atau kolaps.

Apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya atau
barang yang diperdagangkan terdiri dari berbekalan kefarmasian. Yang meliputi
obat, serta perbekalan kesehatan. Apotek juga merupakan tempat tententu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan
kesehatan lainya kepada masyarakat. Apotek memiliki dua keguanaan yaitu dalam
memberi pelayanan kesehatan serta dalam bisnis/persaingan (Umar, 2000).

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di bidang


kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dan
pengelolaan obat sebagai komoditi kepala pelayanan komprehensif
(pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namu
dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksaan pemberian informasi untuk
mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan
obat untuk mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadinya keselahan
pengobatan (Kemenkes, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen apotek ?


2. Apa saja prosedur pendirian apotek ?
3. Apa saja tugas dan tanggung jawab personil apotek ?
1.2 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan kita


mengenai manajemen apotek serta mengetahui apa saja yang ada didalam
manajemen apotek.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Yang Berkaitan Dengan Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek memberikan definisi apotek bahwa apotek adalah tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1980


Tentang Apotek dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan apotik adalah suatu
tempat tertentu, tempat dilakukanya pekerjaan kefarmasian dan tempat penyaluran
obat kepada masyarakat luas. Sebagai alat distribusi perbekalan farmasi, apotik
merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk menyediakan
dan menyalurkan obat dan perbekalan farmasi lainya yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Apotik harus dapat mendukung dan membantu terlaksananya usaha
Pemerintah untuk menyediakan obat- obat secara merata dengan harga yang dapat
terjangkau oleh masyarakat.

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan


yangdiperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Alat kesehatan adalah
bahan, instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat
yangdigunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit serta memulihankan kesehatan pada manusia
danatau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh

Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainya, karena selain merupakan


komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial artinya obat digunakan
sebagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
pemulihan penyakit. Kemanfaatan obat bagi kesehatan dan kesejahteraan
ditujukan bagi masyarakat Indonesia yang saat ini penduduknya berjumlah sekitar
234,2 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang sebesar itu maka kebutuhan
masyarakat terhadap obat juga akan semakin besar, disinilah peran apotik sangat
dibutuhkan keberadaanya.

Pengukuran kinerja adalah faktor terpenting, sebagai acuan dalam menentukan


berhasilnya sebuah organisasi bisnis, sehingga dapat membantu pihak manajemen
untuk evaluasi hasil-hasil kinerja yang telah dilakukan . dalam dunia usaha,
penilaian kinerja sangat berperan penting, karena dengan adanya pengukuran
kinerja akan diketahui seberapa baik strategi dan manajemen apotek dalam jangka
waktu tertentu, serta mampu melihat kekurangan atau kelemahan yang ada dalam
apotek, sehingga bisa diperbaiki dimasa mendatang.

2.2 Tugas Dan Fungsi Apotek

Tugas dan fungsi apotek berdasarkan peraturan pemerintah No. 25 tahun


1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut :

a. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah


jabatan.
b. Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbakalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

2.3 Manajemen Apotek

Manajemen apotek adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek.


Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya
beberapa tipe manajemen yaitu :

 Manajemen keuangan
 Manajemen pembelian
 Manajemen penjualan
 Manajemen persedian barang
 Manajemen pemasaran
 Manajemen khusus
BAB III

PEMBAHASAN

4.1 Strategi Manejemen Apotek

Manajemen adalah Sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu


tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama dengan orang -
orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi.

Manajemen Apotek adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek.


Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas
setidaknya beberapa tipe manajemen yaitu :

4.1.1 Manajemen keuangan

Manajemen keuangan tentunya berkaitan dengan pengelolaan


keuangan, keluar masuknya uang, penerimaan, pengeluaran, dan
perhitungan farmako ekonominya.

4.1.2 Manajemen pembelian

Manajemen pembelian meliputi pengelolaan defekta,


pengelolaan vendor, pemilihan item barang yang harus dibeli dengan
memperhatikan FIFO dan FEFO, kinetika arus barang, serta pola
epidemiologi masyarakat sekitar apotek.

4.1.3Manajemen persediaanbarang

Manajemen persediaan barang meliputi pengelolaan gudang,


persediaan bahan racikan, kinetika aarus barang. Manajemen
persediaan barang berhubungan langsung dengan manajemen
pembelian.

4.1.4 Manejemen pemasaran

Manajemen pemasaran , berkaitan dengan pengelolaan dan


teknik pemasaran untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya.
Manajemen pemasaran ini tampak pada apotek modern, tetapi jarang
diterapkan pada apotek-apotek konvensional.

4.2 Lokasi dan Tempat

Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap


mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,
jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi
apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat
dengan kendaraan.

4.3 Perlengkapan Apotek

Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:

1. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir,


gelas ukur dll. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan
farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendingin.

2. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.

3. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.

4. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan


peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek.

5. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan


resep dan lain-lain.

4.4 Pelayanan Apotek

 Pelayanan Resep

 Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

Persyaratan Administratif :

 Nama, SIP dan alamat dokter


 Tanggal penulisan resep
 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
 Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
 Cara pemakaian yang jelas
 Informasi lainnya

Kesesuaian farmasetik :

 bentuk sediaan
 dosis
 potensi
 stabilitas
 inkompatibilitas
 cara dan lama pemberian

Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,


kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan
terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlumenggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

4.5 Penyiapan obat.

  Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur,


mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan
peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan
dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

1. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

2. Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi dalam


kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

3. Penyerahan Obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus


dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan
resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien.

4. Informasi Obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar,


jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.

5. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan


farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar
dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk
penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,
asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan
konseling secara berkelanjutan.

6. Monitoring Penggunaan Obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien,


apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama
untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya.

7. Promosi dan Edukasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat,


apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin
mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan
memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara
aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet /brosur, poster,
penyuluhan, dan lain lainnya.
BAB IV

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam


membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Manajemen Apotek adalah manajemen farmasi yang diterapkan
di apotek. Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri
atas setidaknya beberapa tipe manajemen yaitu : Manajemen keuangan,
manajemen pembelian, manajemen persediaanbarang, manejemen
pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai