Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan menyeluruh, terpadu, serta berkesinambungan. Upaya kesehatan dilakukan melalui sarana kesehatan yang meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, praktik dokter, praktik dokter gigi, praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, praktik bidan, toko obat, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Pedagang Besar Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat, laboratorium kesehatan dan sarana kesehatan lainnya. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, selain sarana kesehatan juga diperlukan sediaan farmasi. Menurut Undang−Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Sediaan farmasi merupakan komponen paling penting dari pelayanan kesehatan di apotek, terutama obat. Mengingat pentingnya sediaan farmasi dalam pelayanan kesehatan, maka diperlukan sistem manajemen yang baik dan berkesinambungan terkait pengelolaannya. Kekurangan jumlah sediaan farmasi, terutama obat di sarana pelayanan kesehatan akan menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap suatu apotek, oleh sebab itu sistem manajemen pengadaan menjadi hal penting untuk dikelola dengan baik. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014, pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksud untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan dilakukan untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Pelaksanaan pengadaan harus tersedia dalam jumlah yang cukup pada waktu yang tepat dan harus diganti dengan cara teratur berdasarkan ketentuan yang berlaku. Awal dari proses pengadaan adalah menentukan kebutuhan. Penentuan kebutuhan merupakan dasar atau landasan bagi kegiatan pengadaan. Dalam menentukan kebutuhan perlu diperhatikan bahwa barang yang dibutuhkan itu memerlukan waktu agar proses pengadaan tersebut dapat dilaksanakan. Penentuan kebutuhan sangat penting karena merupakan landasan kerja bagi pelaksanaan pengadaan. Apabila terjadi kesalahan dalam menentukan kebutuhan dapat menimbulkan pemborosan dan kerugian, baik itu pemborosan waktu kerja juga kerugian material berupa uang. Kerugian semacam ini sering terjadi dikarenakan kurangnya informasi mengenai persediaan barang dalam gudang yang diakibatkan kesalahan dalam perencanaannya. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran. Pentingnya peran pengadaan yang tidak terlepas dari perencanaan dalam pelayanan kefarmasian pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya membuat penulis tertarik untuk mengambil tema “Pengadaan Sediaan Farmasi” dalam makalah ini. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui macam−macam bentuk sediaan farmasi. 2. Memahami alur atau proses pengadaan sediaan farmasi, serta hal−hal yang terkait didalamnya. 1.3 Manfaat Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang manajemen pengelolaan sediaan farmasi dalam pelayanan kesehatan terutama dalam hal perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi.