Penuntun Lab Anatomi
Penuntun Lab Anatomi
System
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Pars optical inilah yang mengandung alat-alat penerima rangsangan (reseptor), yaitu
struktur-struktur yang disebut sebagai koniolus dan radiolus (cone and rod).
Lebih mendekati fovea centralis lebih banyak conioli dan lebih ke perifer lebih banyak
rodioli. Koniolus untuk melihat tajam dalam keadaan terang dan rodiolus untuk
orientasi dalam keadaan gelap. Pads rodioli inilah terikat suatu bahan derivat vitamin
A yang disebut rhodopsin yang penting artinya untuk melihat pada malam hari yang
disebut xerophthalmi yang menahun lama-lama dapat menyebabkan kerusakan
cornea yang lebih memberatkan keadaan penderita.
Retina terdiri dari 10 lapisan yang disinggung disini sepintas lalu sebagai berikut :
• Stratum pigmentosum yang banyak mengandung pigmen dan
merupakan lapisan terluar.
• Lapisan konioli dan rodioli yang merupakan fotoreseptor-fotoreseptor
yang ujung luarnya tertanam dalam lapisan pigmen dan sebelah dalam
difiksir pada membrana limitans externa.
Sel-sel konioli dan rodioli ini membentuk lain.
• Membrana limitans externa merupakan bagian dari jaringan penyangga dalam
retina.
• Stratum moleculare externum dibentuk oleh deretan sel-sel konioli dan rodioli.
- Startum plexiforme externum adalah tempat hubungan synaps neurit
fotoreseptor dengan dendrit sel-sel sebelah dalam.
• Startum moleculare internum yang terutama terdiri dari sel-sel bipolar ditambah
oleh sel-sel horizontal dan sel-sel amacrin.
• Stratum plexiforme internum tempat hubungan synaps neurit-neurit dalam
stratum moleculare internum dengan dendrite-dendrit sel-sel ganglion dalam
retina.
• Stratum ganglion dibentuk oleh neurot-neurot yang besar dan merupakan
lapisan sel-sel paling dalam. Neurit-neurit sel-sel ganglion ini membentuk
• Stratum optikum yang berjalan konvergen ke arah discus opticus yang
kemudian akan membentuk n. opticus.
• Membrana limitans interns bagian dari jaringan penyangga dalam retina,
dan membentuk lapisan paling dalam.
B. Pars perifer/cacca :
Bagian ini lebih tipis dari pars centralis dan hanya terdiri dari 2 lapisan set, yang luar
merupakan terusan stratum pigmentosum berupa lapisan sel-sel kubis dan yang
terdalam terdiri dari sel-sel silindris (columnar).
Cornea sangat peka terhadap rangsangan oleh karena banyak mengandung serat-
serat saraf cabang n. opthalmicus nn. Ciliares. Serat-serat saraf dalam cornea sifatnya
somatosensorik umum dan tersusun dalam beberapa plexus-plexus sebagai berikut :
− plexus annularis yang terdapat pada limbus cornea yang cabang-cabangnya
masuk ke dalam stratum proprium dan disebelah dalam lapisan epithelmembentuk
− plexus subepithelial yang cabang-cabangnya masuk ke dalam lapisan
epithel membentuk
− plexus intraepithelial.
Persarafan ini penting sekali artinya untuk refleks cornea (cornea reflex) suatu refleks
pelindung bagi bulbus oculi.
Sifat transparan cornea perlu dijaga baik-baik, karena cornea yang sifat transparannya
berkurang akan mengganggu masuknya cahaya kedalam bola mata yang akan
mengganggu menbentukan bayang pada retina. Juga permukaan cornea yang
kurang cocok dpat mengganggu penbentukan bayangan pada retina, sehungga
bayang yang timbul kurang sempurna. Keadaa ini disebut astigmat.
Meskipun sudah ada refleks pelindung perlu kiranya kita jaga jangan sampai cornea
mengalami kerusakan, karena penyembuhan cornea sangat sukar.
B. Humor aqueous :
Ini adalah suatu larutan garam yang encer yang mengisi camera oculi anterior dan
posterior, dibentuk oleh corpus ciliare. Tentang cara pembentukannya masih ada
beberapa yang diajukan oleh para ahli, yaitu sekresi, dialysis dan osmosis, atau
gabungan. Dikatakan bahwa cairan ini reaksinya alkalis.
Sebagaimana terjadi pada liquor cerebrospinalis humor aqueous ini selalu dibentuk.
Jadi supaya tidak terjadi penimbunan harus juga selalu diserap.
Mula-mula humor aqueous dibentuk oleh corpus ciliare, lalu mengisi camera oculi
posterior dan dari sini ada 2 jalan. Sebagian besar humor aqueous mengalir ke camera
oculi anterior melalui suatu celah di tengah-tengan iris, yaitu pupil.
Setelah mengisi camera oculi anterior Sebagian humor aqueous ini diserap melalui
sinus venosus sclerae (canalis Schlemm) masuk ke aliran venous. Sebagian kecil
mengalir ke belakang melalui celah-celah antara zonula Zinnii (ligamentum
suspensorium lentis) menuju ke fossa postlentis Berger yang terdapat antara
permukaan depan vitreum dan permukaan belakang lensa cristallina. Dari sini mengalir
terus ke belakang melalui canalis hyaloideus yang terdapat di tengah-tengah corpus
vitreum dan setelah sampai daerah discus opticus diserap melalui celah-celah lympha
perineural sekitar n. opticus. Jadi humor aqueous ini analog dengan liquor
cerebrospinalis.
Penimbunan humor aqueous menyebabkan peningkatan tekanan intraocular yang
disebut sebagai glaucoma. Glaucoma yang tidak ditangani akan merusak retina dengan
segala akibatnya.
7| Pag e DEPARTEMEN ANATOMI FK UPN VETERAN JAWA TIMUR
Penuntun Praktikum Anatomi Special Sensory
System
C. Lensa crystalline :
Ini adalah media optic yang ke- III dari depan dan terdapat dalam camera oculi
posterior. Lensa ini berbentuk seperti cakram tang biconvex dan pada orang
dewasa permukaan posterior lebih cembung dari yang anterior. Dikatakan
kekuatannya 10 dioptri. Disebelah belakang lensa ini terletak dalam suatu cekungan
pada permukaan depan corpus vitreum, yaitu fossa hyaloidea (fossa postlentis berger)
dan di sebelah depan menempel pada tepi iris. Pads bagian perifer (daerah equator
lentis) difiksasi pada processes ciliaris melalui ligamentum suspensorium lentis (zonula
zinni).
Bagian tengah lensa disebut sebagai nucleus dan bagian luarnya agak lunak dan
di sebut sebagai cortex, yang disebelah luarnya diliputi oleh capsula lentis yang di
daerah equator melekat pada lig. Suspensorium.
Lensa ini mempunyai elastisitas tersendiri yang makin tua makin berkurang. Jadi
semakin tua orang makin sulit untuk mengadakan adaptasi visual.
Keadaan refraksi yang normal, artinya lensa dapat mengadakan adaptasi yang baik
sehingga tidak ada keluhan, disebut sebagai emetropia. Keadaan refraksi yang
kurang normal yang harus dikoreksi dengan lensa positif disebut sebagai
hypermetropia, dan yang harus dikoreksi dengan lensa negatif disebut sebagai
myopia. Pada orang tua yang melihat pada jarak jauh baik dan pada jarak dekat
kurang baik disebut presbiopia.
Pada orang tua dan orang yang mengalami gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak atau protein sering mengalami kekeruhan lensa yang disebut sebagai
katarak dengan segala akibatnya.
D. Corpus vitreum :
Ini adalah larutan garam dan protein yang mempunyai konsistensi jelly (kental-
lunak) dan mengisi 80% ruang dalam bulbus oculi. Larutan ini dari luar diliputi oleh
membrane hyaloidea, dan di tengah-tengah ada suatu saluran kecil, yaitu canalis
hyaloideus, yang pada waktu embryo dilalui oleh a. hyaloidea yang berjalan dari
daerah discus opticus menuju ke lensa untuk memeliharanya dalam keadaan
dewasa arteri ini tidak ada lagi.
Sebagian permukaaan corpus vitreum menempel pada retina seakan-akan
menyangga retina dari dalam. Memang salah satu fungsi corpus vitreum adalah
menyangga bola mata dari dalam supaya tidak mudah mengerut (shrinkage).
Disamping itu menurut penelitian para ahli juga membantu metabolisme retina.
Sebagaimana lensa corpus vitreum ini tidak mengandung pembuluh-pembuluh
darah. Dikatakan nutrisi kemungkinan besar diperoleh melalui pembuluh-
pembuluh darah retina dan corpus ciliare.
Diaphragms bulbus oculi dibentuk oleh iris, yang membatasi camera oculi posterior
tehadap camera oculi anterior, dan di tengah-tengahnya ada suatu lubang kecil yang
disebut sebagai pupil. Pada tepi luarnya iris melekat pada suatu peralihan sclera-
cornea (sclero-cornea junction) dan pada daerah ini iris membuat suatu sudut dengan
cornea yang disebut angulus irido-cornealis. Pada sudut ini terletak canalis Schlemm
tempat muara humor aqueous.
Stroma iris merupakan lanjutan dari lapisan choroidea, yaitu lapisan yang banyak
mengandung pembuluh-pembuluh darah, dan epithelnya lanjutan dari lapisan retina.
Oleh karena itu stroma iris juga banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah,
dan pembuluh-pembuluh darah dalam iris adalah cabang-cabang a. ciliaris posterior
longus dan a. ciliaris anterior.
Pembuluh-pembuluh darah dalam iris mempunyai susunan tertentu sebagai berikut :
− Di daerah tepi iris pembuluh darah tersusun melingkar dan disebut sebagai circulus
anteriosus iridis major.
− Di daerah tengah iris pembuluh darah tersusun sebagai circulus anteriosus iridis minor.
− Antara kedua circulus tadi banyak didapat hubungan-hubungan.
Dalam iris didapat 2 macam otot yang termasuk otot intrinsik bola mata, yaitu :
M. sphincter pupillae yang berjalan circular dekat tepi bebas iris dan permukaan
belakangnya.
Alat-alat penggerak bola mata terdiri dari otot-otot ekstrinsik bola mata
A. M. Rectus Superior :
Origo : pada tulang orbita di depan canalis opticus yang membentuk annulus zinnia.
Insertio : pada lapisan terluar bola mata, sclera, di permukaan atas bola mata.
Persarafan : cabang n. oculomotorius
Fungsi : elevasi, adduksi dan endorotasi bola mata.
B. M. Rectus Mediales :
Origo : sama dengan a.
Insertio : pada permukaan medial sclera. Persarafan : cabang n. oculo motorius.
Fungsi : adduksi
C. M. Rectus Inferior :
Origo : sama dengan a dan b
Insertio : pada permukaan sclera di bawah bola mata Persarafan : cabang n.
oculomotorius.
Fungsi : depresi, adduksi dan eksorotasi bola mata.
D. M. Rectus lateralis :
Origo : sama dengan a, b dan c
Insertio : pada permukaan lateral sclera Persarafan : cabang n. abducens.
Fungsi : abduksi bola mata.
E. Obliquus Superior :
Origo : sama dengan a, b, c dan d
Insertio : permukaan atas sclera di belakang equator bulbi Persarafan : cabang n.
trocchlearis.
Fungsi : depresi, abduksi dan endorotasi bola mata.
11 | P a g e DEPARTEMEN ANATOMI FK UPN VETERAN JAWA TIMUR
Penuntun Praktikum Anatomi Special Sensory
System
F. Obliquus Inferior :
Origo : pada bagian depan dasar cavum orbitae.
Insertio : permukaan bawah lateral sclera di belakang equator bulbi.
Persarafan : cabang n. oculomotorius.
Fungsi : elevasi, abduksi dan eksorotasi bola mata.
Otot-otot ekstrinsik bola mata semua berkwalitas somato motorik dan otot-otot intrinsic
berkwalitas discern motorik umum.
A. A. Centralis Retinae beberapa mm. di belakang bulbus oculi menembusa n. opticus dan
mencapai retina setelah muncul dari tengah-tengah discus opticus. Dari sini arteri
ini langsung bercabang-cabang untuk memberi makanan pada retina.
B. Aa. ciliare posteriores, baik yang brevis maupun yang longus menembus permukan
permukaan belakang sclera beberapa cm di luar tempat masuk n. opticus.
Setelah menembus sclera berjalan dalam lapisan choroidea.
C. A Ciliaris Anterior :
Tidak memenbus sclera di belakang, tapi di daerah sclero-corneal junction, dan
memberikan cabang-cabangnya untuk corpus ciliare, iris conjunctiva.
Lapisan bola mata yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah ialah uvea,
yang terletak tepat di luar retina dan secara topografis dapat dibagi menjadi :
− Yang menempati bagian belakang bola mata disebut choroidea yang batas-
batasnya sesuai dengan retina pars centralis.
- Di depan lapisan choroidea ini melanjutjan diri sebagai stroma corpus ciliare - Dan
di depan lagi stroma corpus ciliare meneruskan diri pada stroma iris.
Lapisan Choroidea :
Telah disebutkan bahwa aa. Ciliares posteriors berjalan dalam lapisan ini dan yang
benar-benar pecah menjadi cabang-cabang akhimya a.ciliaris posterior breves.
Lapisan stroma corpus ciliare :
Stroma corpus ciliare merupakanterusan choroidea dan mengandung cabang-cabang a.
ciliare posterior longus dan a. ciliare anterior. Stroma ini di sebelah dalam dilapisi oleh
lapisan epitil lanjutan retina.
Corpus ciliare membentuk humor aqueous terus-menerus, tapi cars pembentukannya
masih terns menjadi obyek penelitian para ahli, Mungkin sekresi, dialysis, difusi- osmasis
atau gabungan.
Dalam corpus ciliare terdapat 2 otot
− M. Ciliaris Longutidinalis : berorigo pada lig. Pectinatum yang terletak di daerah
sclerocorneal junction dan melekat pada dasar processes ciliaris. Otot ini menarik
corpus ciliare ke posisi dengan diameter yang lebih kecil dengan akibat ligamentum
suspensorium lentis yang melekat pada proccussus ciliaris menjadi kendor. Dengan
demikian akan mengendorkan copsula lentis dan memberi kesempatan pada lensa
untuk mencembung.
− M. Ciliaris Circularis : berjalan melingkar dekat dengan tepi luar iris. Otot ini
mengecilkan/menyempitkan diameter corpus ciliare dengan akibat akan
mengendorkan zonula zinnii yang berarti memberi kesempatan pada lensa untuk
mencembung.
− Teori lain tentang pencembungan lensa sebagai berikut : pada waktu mm. ciliares
kontraksi zonula zinnii mendorong lensa untuk mencembung.
13 | P a g e DEPARTEMEN ANATOMI FK UPN VETERAN JAWA TIMUR
Penuntun Praktikum Anatomi Special Sensory
System
− mm. ciliares ini mendapat persarafan serat-serat postganglionar dari ganglion
ciliare. Lapisan Stroma iris : (lihat tentang diaphragma).
ALAI-ALAT PELINDUNG :
B. Palpebra :
Palpebra ini merupakan nenutup, aditus orbitae dan sekaligus merupakan salah
satu alat pelindung bola mata.
Palpebra terdiri dari beberapa lapisan :
Lapisan Curtis (kulit)
kulit di sine sangattipis dan menunjukan lipatan-lipatan transversal.
Lapisan Subcutan / Subcutis.
Dibentuk oleh jaringan ikatr areolar dan sedikit atau lebih boleh dikata tidak
mengandung lemak.
Dalam keadaan sakit mudah timbul pembengkakkan (edema).
Lapisan Otot Bergaris :
Dibentuk oleh m. orbicularis oculi yang dapat dibagi menjadi pars orbitalis dan
pars palpebralis. Pars orbitalis pada tulang dan palpebra yang lain hanya
terdapat pada palpebra dan di sebelah medial melekat pada tulang/ligamentum
palpebrale mediale. Di bagian medial pars palpebrale pecah menjadi 2 yang
superficial melekat pada leg. Palpebrale mediale dan yang profundus pada
crista lacrimalis posterior/ Aa yang menyebut pars lacrimalis.
Fungsi m. orbicularis oculi ini untuk menutup fissura palpebralis dan yang
membuka adalah m. levator palpebrale dan m. tarsalis.
Fungsi m. orbicularisoculi
• menutup mata
• memeras saccus lacrimalis yang terletak antara ke dua bagian
medial musculus orbicularis oculi, dan apabila mengadakan
relaksasi saccus lacrimalis mengembang lagi.
Oleh karena otot ini termasuk otot mimic, maka memdapat persarafan dari
n. facial.
Lapisan submuscular yang terdiri dari jaringan ikat yang titpis dan
berhubungan dengan lapisan subgaleal pada calvaria.
Lapisan fibrues.
Lapisan ini merupakan lanjutan septum orbitrale atas bawah kea rah palpebra.
Makin kea rah tepi palpebra makin tebal dan disebut sebagai tarsus. Tarsus
ini merupakan kerangka palpebra yang memberi kekuatan dan bentuk pada
palpebra. Tarsus superior dibagian tengah ditembus oleh serat-serat m.
levator palpebrale superior.
Bagian superficial melekat pada permukaan luar tarsus superior dan
menembus lapisan m. orbicularis oculi melekat pada kulit. Bagian
profundus melekat pada permukaan dalam tarsus.
Jadi m. levator palpebrae superior ini terdapat dalam berbagai-bagi lapisan
palpebra, dan mendapat persarafan dari cabang n. oculomotorius.
C. Glandula Lacrimalis :
Ini juga termasuk salah satu alat pelindung karena lacrima yang dibentuk
melindungi cormea dari kekeringan, lagi pula dapat membersihkan cornea.
Glandula laccrimalis terletak dalam fossa lecrimalia yang ada di sudut atas
lateral depan cavum orbita. Glandula ini mempunyai tonjolan kearah infera
lateral mengelilingi tepi lateral m. levator palpebra superior. Sehubungan
dengan hal tersebut maka kelenjar ini dibagi menjadi 2 oleh
m. levator palpebra menjadi pars orbitalis yang terletak di atas dan pars
palpebralis yang terletak dibawah m. levator palpebrae superior :
- Preganglionar yang berasal dari nucl. Salivatorius yang mengikuti jalannya
n. intermedius, n facialis major dan n. vidianus sampai pada ganglion
sphenopalatium.
- Postganglionar dan ganglion sphenopalatium mengikuti n.
zygomaticus, n lacrimalis sampai pada glandula lacrimalis.
Lacrima yang sudah dibentuk mula-mula ada fornix conjunctivalis sebelah lateral
dan pada waktu mata dipejamkamkan mengalir kea rah medio
D. Orbita :
Bulbus oculi letaknya dalam cavum orbitae yang cukup terlindung,
tanpa mengurangi arti dari kedudukannya untuk dapat mencapai dunia
luar yang diperlukan.
Dibawah orbita terdapat suatu ruang, yaitu sinus maxillaries yang melindungi
orbita terhadap kekuatan yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mengunyah.
Apabila tidak ada ruangan kekuatan-kekuatan mengunyah akan dengan
mudah diteruskan ke orbita melalui tulang-tulang disekitarnya.
ORGANON AUDITIVUS
A. Aurius externus :
Aurius externus terdiridari auricular dan meatus externus.
1. Auricula :
Auricula adalah suatu struktur yang menahan, mengumpulkan dan
mengarahkan gelombang getaran suara ke meatus acusticus externus.
Auricula dibentuk oleh kerangka tulang rawan yang diliputi kulit dengan jaringan
subcutan yang tipis dan melekat pada os temporale melalui ligament- ligament.
Di dalamnya didapatkan otot-otot intrinsik dan ekstrinsik.
Otot-otot intrinsick menghubungkan bagian-bagian dari auricular sendiri dan
19 | P a g e DEPARTEMEN ANATOMI FK UPN VETERAN JAWA TIMUR
Penuntun Praktikum Anatomi Special Sensory
System
otototot ekstrinsik menghubungkan auricular dengan sekitarnya.
a. Otot-otot ekstrinsik :
• m. auricularis anterior : berorigo pada galea aponeurotica dan berinsertio
pada bagian atas tulang rawan auricular.
• m. auricularis posterior : berorigo pada galea aponeurotica dan berinsertio
pada permukaan belakang kerangka tulang rawan.
• m. auricularis superior : berorigo pada galea aponeurotica dan berinsertio
pada permukaan atas kerangka tulang rawan.
Otot-oto tersebut mendapat persarafan dari n. facialis, dan fungsinya ads
menggerakan auricular terhadap sekitarnya.
b. Aterialisasi :
Auricula mendapat darah dari
❖ a. auricularis posterior cabang a. carotis externs
❖ r. auricularis a. tempolaris superfacialis
❖ r. auricularis a. accipetalis.
c. Persarafan auricular :
Auricula mendapat persarafan somato senserik
▪ n. accipetalis minor
▪ n. auricularis magnus
▪ n. auriculotemporalis
▪ r. auricularis n. vagus
B. Aurius medius :
1. Pembagian :
a. Epitympanicum
Bagian ini terletak di atas batas membrane tympani dan ke atas belakang melalui
aditus anthrum berhubungan dengan anthrum tympanicum dan yang akhir ini
berhubungan kearah belakang dengan cellulae mastoidea. Dalam
epitympanicum ini terlatak sebagian besar assiculi auditivae (tulang-- tulang
pendengaran).
b. Mesotympanicum :
Bagian ini terletak antara batas atas dan batas bawah membrane tympani, jadi
tepat medial dari membrana tympani. Di sini terdapat sebagian kecil asiculi
auditivae dan berjalan chords tympani serta tendon m. tensor tympani.
c. Hipotympanicum
Bagian ini terletak di bawah batas bawah membrana tympani dan berhubungan
dengan nasopharynx melalui tuba pharyngo-tympanica.
Hubungan ini penting, karena dengan in tekanan sebelah luar dan dalam membrana
typani sama, sehingga perubahan-perubahan pada membrana tympani benar- benar
disebabkan karena gelombang suara/getaran suara bukan karena perbedaan
tekanan di luar dan di dalam.
2. Membrana tympani :
Membrana ini merupakan batas antara meatus acusticus externus sebelah
luar dari cavum tympani sebelah dalam.
Membrana tympani ini terdiri dar 3 lapisan
a. Lapisan-lapisan :
− Lapisan cuticular : terletak paling luar dan merupakan lanjutan kulit
meatus acusticus externus. Kalau diperiksa dari luar dengan
speculum dan lampu kepala tampak mengkilap dan pada permukaan
depan bawah memantulkan cahaya yang tampak seperti kerucut dan
disebut sebagai "cone of light". Permukaan lateral membrane
tympani ini dapat dibagi menjadi 4 kwadran yang salah satu garis
pembaginya sesuai dengan panjang/arahnya manubrium malalui
menjadi superior, antero-inferior, posterior-superior dan posterior-
inferior. Pada kwadrant antero-inferior itulah tampak cone of light
pada pemeriksaan dengan speculum. Pada otitis media
(keradangan cavum tympani) untuk mengeluarkan pus (nanah)
perlu diadakan irisan pada membrane tympani, dan ini dilakukan
pada kwadrant posteroinferior yang berdekatan dengan
b. Arterialisasi :
a. maxillaries
• r. auricularis profundus yang memberikan darahnya pada lapisan
luar.
• r. tympanicus yang memberikan darahnya pada lapisan dalam
(mucosa)
− a. auricularis posterior
• r.stylomastoideus yang memberikan darahnya pada lapisan
dalam (mucosa)
c. Persarafan :
o n. auriculotemporalis memelihara bgian/ lapisan luar.
• r. auricularis n. vagus memelihara permukaan luar.
• n. tympanicus cabang-cabang plexus tympanicus yang
berasal dari nervus glossopharyngeus.
3. Anterialisasi :
Mucossa cavum tympani mendapat darah dari
a. a. maxillaries : r. tympanicus anterior.
b. a. auricularis posterior : r. stylomastoideus yang juga memberikan
darahnya kepada mucosa cellulae mastoidea
c. a. meningica media :
− r. petrosus superfisialis
−r. tympanicus superior
d. a. pharyngica ascenders : cabang ini mengikuti tuba Eustachii
23 | P a g e DEPARTEMEN ANATOMI FK UPN VETERAN JAWA TIMUR
Penuntun Praktikum Anatomi Special Sensory
System
e. a. pterygoidea : cabang ini mengikuti tuba Eustachii
f. a. carotis interna :
- rr. Carotid tympanici yang menebus Binding canalis caroticus.
4. Persarafan :
Mucosa cavum tympani terdpatpersarafan dari a; cabang – plexus
tympanicus memberikan persarafan viserosensorik umu pada mucosa.
5. Ossiculi auditivae :
Tulang-tulang pendengaran ini sebagian besar terletak dalam
epitympanicum.
a. Malleus :
Terletak paling lateral dan melalui manubriumnya menempel pada
permukaan dalam membrana tympani. Ujungnya yang paling menonjol ke
lateral di sebut umbo.
Pada akar manubrium mallei melekat suatu otot, yaitu m. tensor tympani
yang mendapat persarafan dari cabang n. mandibularis.
b. Incus :
Ini terletak sebelah medial malleus. Antara crus longum incudis dan
manubrium mallei berjalan chorda tympani yang kemudian ke luar cavum
tympani melalui fissure petrotympanica.
Incus ini melalui crus longumnya berarticulasi dengan capitulum
stapedeus.
c. Stapes :
Ini terletak paling medial dan melalui basisnya menutup fenestra vestibule
(foramen ovate). Basis stapedeus ini difiksir pada tepi fenestra vestibule
oleh serat-serat ligamenteus.
Pada permukaan posrterior collum stapedeus melekat suatu otot, yaitu
m. stapedeus yang mendapat persarafan dari cabangn. Facialis.
C. Auris Internus
c. cochlea adalah bagian labyrinth yang terletak paling depan dengan basisnya
menghadp ke meatus internus dan apexnya (cupola) kearah dinding
radial cavum tympani.
2. Labirinithus membranaceus :
Ini berisi endoymph dan terdiri dari ductus semicircularis (3 buah), utriculus,
sacculus dan ductus cochearis.
a. Ductus endolymph terletak dalam canaliculus semicircularis
berhubungan dengan utriculus melalui ampilla-ampulla yang di dalamnya
terdapat bentukan yang disebur crita ampullaris tempat penerimaan
(resepsi) rangsangan keseimbangan dinamis.
Ductus semicircularis difiksir pada dinding canaliculus semicircularis melalui
septa-septa jaringan ikat.
b. Utriculus dan sacculus terdapat dalam vestibulum dan satu dengan yang
lain dihubungkan melalui ductus utriculosaccularis.
Dalam utriculus dan sacculus didapatkan alas panerima rangsangan
keseimbangan states, yaitu macula utriculi dan macula sacculi.
Ductus utriculosaccularis berhubungan dengan ductus endolymphaticus
yang berakhir sebagai saccus endolymphaticus yang terletak dalam
aquaeductus vestibuli.
Sacculus berhubungan dengan ductus cochlearis melalui canalis reunions.
Utriculus dan sacculus difikris pada dinding vestibulum melalui septa-septa
jaringan ikat.
c. Ductus cochlearis terdapat dalam cochlea dan dibatasi terhadap Scala
vestibule oleh membrane basilaris.
Dalam ductus cochlearis ini terdapat organ dari Corti, reseptor rangsangan
pendengaran, yang terletak pada membrane basilaris.
A. R a n g s a n g a n
k e s e i m b a n g a n : Rangsangan
keseimbangan ada 2 macam
1. Rangsangan keseimbangan dinamis
Rangsangan keseimbangan dinamis disebabkan karena perubahan
gerakan kepala. Kalau kepala bergerak canalis semicircularis ikut
bergerak. Apabila pada waktu bergerak kecepatan gerakannya
berubah reseptor dalam crista ampullaris t erangsang. Lebih besar
perbahan gerakan lebih besar rangsangannya. Oleh karena
pendengaran.
29 | P a g e DEPARTEMEN ANATOMI FK UPN VETERAN JAWA TIMUR
Penuntun Praktikum Anatomi Special Sensory
System
ORGANON HIDUNG
Hidung merupakan organ yang berongga terdiri atas tulang, tulang rawan hialin, otot
bercorak dan jaringan ikat. Pada permukaan luar, hidung dilapisi oleh kulit yang berupa
epitel berlapis gepeng bertanduk dengan rambut-rambut halus dan di bawahnya terdapat
banyak kelenjar sebasea. Udara masuk ke dalam tubuh melalui lubang hidung yang
disebut nares anterior (nostril) ke suatu ruangan yang disebut kavum nasi. Kavum
nasi ke belakang berhubungan dengan bagian atas nasofarings melalui koana (nares
posterior).
Setiap cavum nasi terdiri atas vestibulum nasi dibagian anterior dan fossa nasalis di
bagian sebelah dalam. Vestibulum nasi terletak tepat di belakang nares anterior adalah
bagian yang paling lebar dari cavum nasi. Pada permukaan dalam nares ada sejumlah
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, juga herdapat folikel-folikel rambut dimana
rambut-rambutnya kasar dan pendek disebut vibrissae, yang berperan untuk menyaring
partikel-partikel debu yang kasar dari udara inspirasi. Epitel vestibulum nasi yaitu epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan berubah menjadi epitel bertingkat tanpa
lapisan tanduk dan berubah menjadi epitel bertingkat torak bersilia ber sel goblet
sebelum masuk ke fossa nasalis. Pada dinding lateral ada 3 tonjolan tulang disebut konka
yaitu konka nasalis superior, konka nasalis media den konka nasalis inferior.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari
1. Tulang hidung (os.nasal)
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontal
Sedangkan kerangka tulang rawan yang terletak dibagian bawah hidung
I . Sepasang kartilago nassalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nassalis lateralis inferior
3. Tepi anterior kartilago septum
Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang
dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan kiri.
Pintu atau lubang masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang
belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan cavum nasi dengan
nasofaring.
Bagian dari cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat dibelakang
nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise. Tiap, cavum
nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu : Dinding medial hidung (septum nasi). Septum
dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina
PERDARAHAN HIDUNG
Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang a. maksilaris
interna, di antaranya ialah ujung a. palatine mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari
foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media.
Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a. fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
PERSARAFAN HIDUNG
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari n.
oftalmikus (N. V-1).
Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.
maksila melalui ganglion sfenopalatinum.
Ganglion sfenopalatinum, selain memberikan persarafan sensoris, jugs
memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini
menerima serabutserabut sensoris dari n. maksila (N. V-2), serabut parasimpatis dari n.
petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n. petrosus profundus.
Ganglion sfenopalatinum, terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka
media.
Nervus olfaktorius, saraf ini turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah
bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung
1. Drake, Vogl & Mitchell. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Elsevier, Churchill Livingstone
: 2012.
2. Keith Moore, Clinical Anatomy. Jilid 1. EGC, Jawa Timur : 2012.
3. Drake, Vogl & Mitchell. Gray’s Anatomi For Student. 2nd ed. Elsevier, Churchill
Livingstone : 2010.
4. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. Saunders, US : 2006.
5. Van de Graaf KM. Human Anatomy. 6th ed. The McGraw-Hill Companies, US :
2006.
6. Bernard, SM. Buku Penunutun Anatomi Sistem Saraf Pusat. Departemen Anatomi
FK UKI, Jawa Timur : 2005.
7. Putz. R & R Pabst, Sobota Atlas Anatomi Manusia. Jilid 1. EGC, Jawa Timur 2005.
8. Putz. R & R Pabst, Sobota Atlas Anatomi Manusia. Jilid 2. EGC, Jawa Timur 2005.
9. Dorland. Newman. W.A, Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC, Jawa Timur
: 2002.
10. Snell, Richard S. Anatomi Klinik. Bagian 2. Edisi 3. EGC, Jawa Timur : 1997.
11. Kahle, Werner. Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia. Jilid 2. Edisi 6.
Hipocrates, Jawa Timur : 1995.
12. Marieb, N. Elaine. Human Anatomy. Edisi 6. Media Update, 2012
13. Saladin, S. Kenneth. Human Anatomy. Edisi 5.Mc Graw-Hill, 2016