Anda di halaman 1dari 1

Pada akhir tahun 2019 dunia di kejutkan dengan kejadian luar biasa dengan serangan virus Corona (Covid

-19) yang
bermula di kota wuhan sebuah kota di Republik Rakyat china. Virus yang tergolong sebagai virus yang mematikan, melihat
bagaimana orang-orang terpapar virus dan banyak juga meninggal secara massal. Tidak hanya di daratan tongkok saja, virus
ini dengan cepat menyebar ke lebihh 185 negara atau Kawasan di dunia hingga januari 2022. Karena sangat seriusnya
virus ini beberapa dinegara membuat kadaan darurat seperti membangun rumah sakir khusus untuk menangani pasien
covid-19. Seperti yang banyakn di beritakan saat itu China dan Dunia benar-benar kuwalahan dalam mengadapi virus ini,
tenaga medis berjuang mati-matian untuk menyembuhkan dan menyelamatkan pasien. kemudian Langkah kebijakan yang
di ambil untuk mengurangi penyebaran virus covid-19 yaitu lockdown, dimana para penduduk diwajibkan untuk selalu
berada dirumah , tidak melakukan kegiatan diluar rumah kecuali dengan sangat terpaksa. demi menekan angka
penyebaran covid 19.

Pemberlakuan lockdown lambat laun juga berdampak pada perekonomian, aktivitasnya menurun drastis karena
tidak ada kegiatan yang boleh dilakukan diluar rumah. Merosotnya perekonomian tiongkok yang disebabkan pandemic
covid-19 tentu juga berdampak pada perekonomian global. Setelah dua tahun dunia hidup Bersama pendemi berbagai
stimulus dilakukan oleh kepala negara, pemerintahan, dan Lembaga keuangan non pemerintah dari berbagai negara untuk
memulihkan keadaan perekonomian negaranya . menurut Lembaga International monetary Fund (IMF) memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi dunia melambat pada tahun 2022. meski pandemi virus corona Covid-19 masih berlangsung.
Ekonomi dunia diperkirakan tumbuh 5,9% pada 2021, naik dari tahun sebelumnya yang justru terkontraksi 3,1%.Walau
demikian, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia melambat menjadi 4,9% pada 2022. Hal yang sama terjadi
untuk negara maju dan berkembang.Ekonomi negara maju diproyeksi pulih dari -4,5% pada 2020 menjadi 5,2% pada 2021.
Pertumbuhannya kemudian melambat menjadi 4,5% pada tahun depan.Sementara, ekonomi negara berkembang
diproyeksikan tumbuh 6,4% pada 2021, lebih baik dari tahun lalu yang terkontraksi 2,1%. Pertumbuhan ekonomi negara
berkembang lalu melambat menjadi 5,1% pada 2022.Kondisi tersebut terjadi lantaran masih ada ketidakpastian seberapa
cepat pandemi virus corona Covid-19 dapat diatasi. Terlebih, muncul corona varian Delta dan sejumlah varian baru lainnya
yang menyebar dengan cepat. Selain itu, angka vaksinasi masih rendah dan belum merata di seluruh dunia. IMF pun
memperingatkan adanya gangguan rantai pasok yang mendorong kenaikan harga.(Source: international monetary Fund).

Penyebaran virus corona luar biasa dampak nya dalam kehidupan perekonomian, kalua tidak dapat diatasi akan
berdampak terhadap meningkatnya jumlah kemiskinan. Pertumbuham perekonomian yang lambat juga berpengaruh pada
tingkat kemiskinan di Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun yang di sebabkan oleh pandemi yang sedang
berlangsung. Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2021 Jumlah penduduk miskin pada September 2021
sebesar 26,50 juta orang, menurun 1,04 juta orang terhadap Maret 2021 dan menurun 1,05 juta orang terhadap
September 2020 jumlah ini akan terus meningkat jika angka kasus covid meningkat dan pembatasan pergerakan
(PPKM) terus di berlakukan, kegiatan perekonomian belum dilakukan secara maksimal (Data BPS tahun 2021,BPS.go.id,
Diakses 30 Januari 2022).

Ada beberapa factor penting yang membuat Indonesia bisa mengalami krisis ekonomi adalah bula mayoritas
pelaku ekonomi hamper semua sector tidak lagi dapat melakukan aktivitas perekonomian secara efektif. Kondisi ini

Anda mungkin juga menyukai