Anda di halaman 1dari 31

PROFIL

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI


SEKTOR ENERGI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


PROVINSI JAWA TENGAH
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya


penyusunan buku Investment Project Ready To Offer (IPRO) dan Profil Potensi
dan Peluang Investasi sektor Energi (Distribusi Energi melalui pemanfaatan Jalur
Kereta Api). Penyusunan buku ini dilatarbelakangi perlunya kebutuhan energi
yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktvitas
ekonomi. Energi dalam kajian ini meliputi kebutuhan (demand) dan ketersediaan
(supply) yang akan digunakan utamanya untuk mendukung sektor industri di
wilayah Jawa Tengah.
Dengan kondisi seperti di atas, berkaitan dengan Peluang Distribusi
Energi melalui Pemanfaatan Jalur Kereta Api sangat penting untuk segera
dilaksanakan. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada narasumber dari
Pemerintah Kabupaten/Kota, pihak-pihak terkait, maupun pendamping kegiatan
dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang. Dengan harapan agar informasi ini dapat memicu
tumbuhnya industry di Provinsi Jawa Tengah.

Semarang, 2019

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN


PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
PROVINSI JAWA TENGAH

RATNA KAWURI, SH
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
PROVINSI JAWA TENGAH

INVESTMENT PROJECT READY TO OFFER ( IPRO)

POTENSI DAN PELUANG


DISTRIBUSI ENERGI
MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API
DI PROVINSI JAWA TENGAH
Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang berbatasan dengan
wilayah Provinsi Jawa Barat disisi barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) disisi selatan, Provinsi Jawa Timur disisi timur, dan dan Laut
Jawa disisi utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 28,94% total luas
pulau Jawa. Dan Jawa Tengah, memiliki peranan penting dalam pembangunan
skala nasional Indonesia. Letaknya yang berada di tengah Pulau
Jawa membuat Jawa Tengah menjadi titik penting yang menghubungkan
daerah-daerah di timur maupun barat Jawa melalui jalur udara, jalur laut dan jalur
daratan.

Pusat Kegiatan Nasional/ Global


Pintu Gerbang Nasional
Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Jalan Arteri Primer (Pulau Jawa)
Orientasi Eksternal

Gambar 1. Kedudukan Provinsi Jawa Tengah Pada Sistem Regional Pulau Jawa

A. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR JALUR KERETA API

Infrastruktur Kereta Api Jawa Tengah, memiliki 131 Stasiun yang tersebar di
wilayah bagian utara, tengah dan selatan. Terdapat 77 yang aktif saat ini. Stasiun
terbagi atas 10 St.Besar, 11 St.Sedang, 115 St. Kecil. Dari seluruh stasiun yang
ada, dibawahi oleh 4 Daerah Operasional (DAOP) Kereta Api. Total panjang Rel
Kereta yaitu 1.557 Km yang terdiri dari 894 Km beroperasi dan 663 Km tidak
beroperasi. Saat ini, 42,58% dari total jalur kereta api dalam kondisi tidak
beroperasi. Rel Kereta Api khususnya di wilayah Jawa Tengah, jaringan yang
ada berbentuk melingkar (loop) dan telah mampu menghubungkan Kabupaten/
Kota strategis di Jawa Tengah. Pada sisi utara, jaringan rel KA menghubungkan
Kabupaten/ Kota seperti Tegal, Pekalongan, Semarang, Purwodadi, hingga
Blora. Jaringan utara ini juga menghubungkan wilayah di atas dengan Provinsi
Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk jaringan yang menghubungkan Utara ke
Selatan atau sebaliknya, terdapat 2 jaringan yaitu Tegal/ Cirebon – Bumiayu –
Purwokerto – Cilacap dan Semarang – Purwodadi – Solo – Yogyakarta.
Kemudian pada jaringan di selatan, terdapat lintasan dari Banjar – Kebumen –
Purworejo – Yogyakarta. Jaringan lintas selatan ini juga menghubungkan wilayah
di atas dengan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur.

Tabel 1. Tahapan Pengembangan Jalur Kereta Api (Reaktivasi) di Jawa Tengah

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia


Nomor KP. 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
ST. TEGAL
ST. PEKALONGAN
ST. SEMARANG

ST. PURWODADI

ST. PURWOKERTO

ST. SOLO

ST. CILACAP
ST. KEBUMEN

Jalur KA Eksisting :

Jalur KA Reaktivitas :

Gambar 2. Infrastruktur Jalur Kereta Api Eksisting dan Rencana (Reaktivasi) di Jawa Tengah
B. SEBARAN INDUSTRI
Total Luas Kawasan Industri baik eksisting maupun rencana adalah sebesar ±
24.457,78 Ha dengan potensi logistic sebesar 2.514.807 TEUs/tahun. Untuk saat
ini (2018), luas lahan eksisting untuk kawasan Industri di wilayah Kendal –
Semarang sebesar ± 3.570 Ha dengan potensi logistik 885.560 TEUs/tahun.
Sementara itu, kapasitas Pelabuhan Tanjung Mas saat ini, sebesar 608.201
TEUs/tahun.

Gambar 3. Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Semarang) dan Rencana


Pengembangan KITW Technopark

C. KEBUTUHAN GAS WILAYAH JAWA TENGAH


Jawa Tengah, tahun 2012 – 2025 mengalami defisit pasokan gas bumi. Tahun
2019, nilai defisit mencapai -256 mmscfd. Hal ini mencerminkan bahwa
kebutuhan energi gas di Jawa Tengah sangat tinggi. Dari sudut pandang supply
energi gas bumi, defisit ini dipandang sebagai peluang untuk memenuhi
kebutuhan (Demand) energi gas.
D. SEBARAN INDUSTRI PADA JARINGAN KERETA API JAWA TENGAH
Industri di Provinsi Jawa Tengah, sebagian besar berada di wilayah bagian utara
yang terbentang dari Tegal hingga Rembang. Konsentrasi titik lokasi industri
tertinggi berada di wilayah Kedungsepur dengan pusatnya berada di Kota
Semarang. Untuk sebaran industri di wilayah bagian tengah berada pada koridor
Banyumas, Purbalingga, Temanggung hingga Surakarta. Sedangkan disisi
selatan berada pada koridor Cilacap hingga Kebumen dengan konsentrasi
tertinggi berada di Cilacap. Berdasarkan sebaran Industri di Jawa Tengah, hanya
± 50 % dari total jumlah Industri yang berada di dekat jaringan Rel Kereta Api,
dengan radius 0 – 10 Kilometer. Sisanya berada diluar jangkauan tersebut,
namun terhubung dengan baik oleh jaringan jalan eksisting ke jaringan kereta api
terdekat.

KORIDOR UTARA

KORIDOR TENGAH

KORIDOR SELATAN

Gambar 1 Sebaran Industri di Wilayah Jawa Tengah

E. KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH

Rencana
Ruas
Transmisi
Rencana Ruas Ruas Transmisi
Transmisi Kepodang –
Demak-
Cirebo Rembang
n Kendal Semarang-
23.9 Ungaran
- MMSCFD 7.7

Salatiga-
SEMARANG Boyolali
1.7 Solo-
Sukoharjo-
Magelang- Sragen
DIY-Klaten
1.6
MMSCFD

Gambar 4. Sebaran Kebutuhan Energi Sektor Industri di Wilayah Jawa Tengah


Total kebutuhan energi untuk Sektor Industri Jawa Tengah Sebesar 63
MMSCFD. Saat Ini terdapat + 115 Pelanggan Industri dengan kebutuhan volume
mencapai 23 MMSCFD yang berpotensi untuk beralih menggunakan Gas Bumi.

F. BESARAN PELUANG BERDASARKAN PENGEMBANGAN KONSEP


DISTRIBUSI ENERGI HUB AND SPOKE
Berdasarkan potensi, peluang, demand and supply gas bumi saat ini, sebaran
lokasi industri, serta ketersediaan infrastruktur dan layanan kereta api di Jawa
Tengah, maka sistem distribusi energi gas bumi melalui pemanfaatan jalur kereta
api, dapat dibangun dengan sistem HUB and SPOKE. Konsep ini memanfaatkan
jaringan rel kereta berbentuk loop, tank storage (gas) yang bersumber dari blok
cepu, pipa transmisi gresik dan supply dari luar Jawa Tengah yang diterima di
Kota Semarang.

Gambar 5 Lokasi Hub and Spoke Pada Sistem Distribusi Energi melalui
Pemanfaatan Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah
PROFIL POTENSI DAN PELUANG
INVESTASI SEKTOR ENERGI

DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN

JALUR KERETA API

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


PROVINSI JAWA TENGAH
2019
POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI
MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan aktvitas ekonomi. Pada satu sisi, ketersediaan energi semakin
terbatas, sehingga ada upaya untuk tidak hanya tergantung pada supply energi
yang ada selama ini, namun mulai diupayakan mencari energi alternatif baik yang
terbarukan maupun tidak terbarukan. Salah satu energi yang potensial dalam
pemanfaatannya di masa depan adalah berbasis gas. Energi dalam kajian ini
meliputi kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply) yang akan digunakan
utamanya untuk mendukung sektor industri di wilayah Jawa Tengah. Jalur Kereta
Api sebagai Moda Utama digunakan untuk pendistribusian yang akan
diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya baik darat maupun laut.
Jalur kereta api yang dimiliki oleh Jawa Tengah hampir menjangkau kota-
kota utama yang ada, berbentuk pola loop (melingkar). Jalur Pantura dan Jalur
Pansela dihubungkan oleh koridor utara-selatan di bagian barat dan bagian
timur. Di bagian tengah pantura sebagai pintu gerbang ke arah luar, baik skala
regional maupun global, proses arus melingkar ini akan berperan penting untuk
menciptakan pertumbuhan dan perkembangan wilayah yang merata di Provinsi
Jawa Tengah.
Konsumsi Produksi

Kebutuhan Energi Ketersediaan

DISTRIBUSI
ENERGI

Angk. Jalan KERETA API Angk. Laut Angk. Udara

Pemetaan Aset

Jaringan Infrastruktur Jaringan


Pendukung Infrastruktur Utama

Multiplier Effect
Gambar 1 Grafik Simulasi Biaya
Pertumbuhan Ekonomi & Transportasi Logistik
Wilayah
JAWA TENGAH
POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI
MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

II. POTENSI
JAWA TENGAH
II.1. POSITIONING JAWA TENGAH
Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 50 4’ dan 80 3’ Lintang
Selatan dan antara 1080 30’ dan 1110 30’ Bujur Timur, dengan luas wilayah
32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa (1,70 persen dari luas
Indonesia). Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29
kabupaten dan 6 kota dengan Kota Semarang sebagai ibukota provinsi.

II.2. KONDISI EKONOMI JAWA TENGAH

Gambar 2 Grafik Kontribusi PDRB Jawa Tengah terhadap PDB Nasional

II.3. LOGISTIK JAWA TENGAH

Gambar 3 Kontribusi Sektor Industri

Kontribusi sektor industri terhadap PDB Nasional, masih dominan


dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu antara 24-26%. Dari prosentasi
tersebut, kontribusi Jabodetabek sebesar 65%, Jawa Tengah 4%, Jawa Timur
15%, dan sisanya diluar Pulau Jawa.

Gambar 4 Kinerja Logistik Jawa Tengah


Kinerja Logistik di Jawa Tengah, memberi kontribusi 3,6 – 4,5% (500.000
– 700.000 TEUs/tahun) terhadap Sistem Logistik Nasional. Besaran tersebut,
kurang efisien dalam sistem logistik nasional (produksi dan distribusi). Namun
begitu, dengan potensi-potensi yang ada di Jawa Tengah (sektor Industri), maka
tidak menutup kemungkinan, prosentase tersebut dapat terus meningkat.
II.4. TRANSPORTASI
Perekonomian nasional dapat diwujudkan melalui pemerataan
penyediaan sarana infrastruktur perhubungan yang memadai dan dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Penyediaan infrastruktur di Jawa
Tengah, terus dilakukan upaya peningkatan, baik infrastuktur darat, laut dan
udara.
• Kondisi Jaringan Jalan Penghubung Wilayah di Jawa Tengah
Pembangunan Tol Trans Jawa, dibutuhkan guna meningkatkan
konektivitas di Pulau Jawa yang memiliki kontribusi lebih dari 50 persen
bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, ketersediaan jalan tol
juga diarahkan untuk lebih mendorong perkembangan potensi ekonomi
lokal di sepanjang koridor tol.
II.5. INFRASTRUKTUR KERETA API
A. Kondisi Eksisting Infrastruktur Kereta Api
Infrastruktur Kereta Api Jawa Tengah, memiliki 131 Stasiun yang
tersebar di wilayah bagian utara, tengah dan selatan. Terdapat 77 yang
aktif saat ini. Stasiun terbagi atas 10 St.Besar, 11 St.Sedang, 115 St.
Kecil. Dari seluruh stasiun yang ada, dibawahi oleh 4 Daerah
Operasional (DAOP) Kereta Api.
Total panjang Rel Kereta yaitu 1.557 Km yang terdiri dari 894 Km
beroperasi dan 663 Km tidak beroperasi. Saat ini, 42,58% dari total jalur
kereta api dalam kondisi tidak beroperasi. Rel Kereta Api khususnya di
wilayah Jawa Tengah, jaringan yang ada berbentuk melingkar (loop) dan
telah mampu menghubungkan Kabupaten/ Kota strategis di Jawa
Tengah. Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor KP. 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional, adapun jalur KA yang akan direaktivasi adalah
sebagai berikut:
1. Lintas Purwokerto – Wonosobo;
2. Lintas Semarang - Demak - Kudus - Pati - Juwana - Rembang -
Lasem - Jatirogo – Bojonegoro;
3. Lintas Kudus – Bakalan;
4. Lintas Kedungjati – Ambarawa; dan
5. Lintas Yogyakarta – Ambarawa.
Tabel 1 Tahapan Pengembangan Jalur Kereta Api (Reaktivasi) di Jawa Tengah

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia


Nomor KP. 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

II.6. SEBARAN INDUSTRI


Total Luas Kawasan Industri baik eksisting maupun rencana adalah
sebesar ± 24.457,78 Ha dengan potensi logistic sebesar 2.514.807 TEUs/tahun.
Untuk saat ini (2018), luas lahan eksisting untuk kawasan Industri di wilayah
Kendal – Semarang sebesar ± 3.570 Ha dengan potensi logistik 885.560
TEUs/tahun. Sementara itu, kepasitas Pelabuhan Tanjung Mas saat ini, sebesar
608.201 TEUs/tahun.

Gambar 5 Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Semarang) dan Rencana


Pengembangan KITW Technopark

Gambar 2 Sebaran In

Gambar 63 Sebaran Industri di wilayah Jawa Tengah


POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI
MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

III. DEMAND AND


SUPPLY GAS
III.1. KEBIJAKAN GAS PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI JAWA TENGAH
A. Pasokan (Supply) Gas Bumi
Dalam pembagian region Neraca Gas Bumi Indonesia 2018 – 2027
(Kementerian ESDM), Provinsi Jawa Tengah masuk dalam wilayah Region III.
Hingga saat ini pasokan gas bumi Region III (Jawa Tengah) hanya berasal dari
beberapa lapangan yang telah berproduksi, yaitu Lapangan Gundih, Mangkang
(North Central Java A), dan Semanggi milik PT Pertamina EP serta Lapangan
Kepodang milik Petronas Carigali Muriah Ltd. Per Januari 2017, cadangan gas
bumi untuk Region III sebesar 0.67 TSCF yang didominasi oleh PT Pertamina
EP (Pertamina EP Asset III) sebesar 0.38 dan dari PT Petronas Carigali sebesar
0.29 TSCF .
Tabel 2 Perkiraan Pasokan Gas Bumi Region III per 1 Januari 2018 (MMSCFD)

No Uraian 2018 2022


I Supply
1. PT Pertamina EP 50,00 50,00
2. Petronas Carigali Muriah 27,48
TOTAL EXISTING SUPPLY 77,48 50,00
II PROJECT SUPPLY
1. PT Pertamina EP 2,50 2,50
TOTAL PROJECT SUPPLY 2,50 2,50
TOTAL SUPPLY REGION III 79,98 52,50
Sumber: Analisis Data, 2019

Gambar 7 Supply Gas Bumi Region III


B. Kebutuhan (Demand) Gas Bumi Sektor Industri
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan gas industri di Provinsi Jawa
Tengah, dalam Neraca Gas Bumi Indonesia 2018 – 2027, dilakukan
dengan menggunakan 3 asumsi atau skenario. Berdasarkan data
eksisting kemudian mengunakan pendekatan-pendekatan yang
disimulasikan, maka kebutuhan gas industri di Provinsi Jawa Tengah
dapat diperkirakan. Ketiga skenario kebutuhan gas untuk sektor industri
adalah sebagai berikut:
1. Simulasi skenario I dengan realisasi tahun 2017 0.45 MMSCFD dan
pertumbuhan 1.1% per tahun maka besar kebutuhan gas bumi untuk
sektor industri sebesar 0.50 MMSCFD di tahun 2027.
2. Untuk skenario II, kebutuhan gas untuk sektor industri meningkat
berdasarkan kontrak.
3. Untuk skenario III, apabila rencana penggunaan gas di pabrik
semen, non-retail dan dengan pertumbuhan industri non-retail 5.5%
per tahun, maka kebutuhan industri sebesar 3.15 MMSCFD di tahun
2018 dan 210.89 MMSCFD di tahun 2027 dengan onstream-nya
Kilang Cilacap di tahun 2024 dengan kebutuhan 206 MMSCFD.
Tabel 3 Asumsi Skenario Perhitungan Demand Gas

Skenario
Sektor
I I III
Industri Retail Realisasi (n-1) + 1,1% Realisasi (n-1) + 5,5% Kontrak + 5,5%
Kontrak + Potensial
Industri Non-Retail Realisasi (n-1) + 1,1% Kontrak
Demand
Sumber: Analisis Data, 2019

Berdasarkan metodologi skenario I, II dan III, didapatkan skema sebagai


berikut:
1. Untuk Existing Supply Region III akan mengalami defisit supply untuk
keseluruhan skenario dari tahun 2018–2027.
2. Masuknya Project Supply di Region III tidak menambah pasokan
secara signifkan sehingga perkiraan defisit supply tidak jauh dari
exsisting supply yang ada.
Dari kondisi-kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kebutuhan
gas Skenario I, II dan III, pada tahun 2018–2027 belum dapat terpenuhi oleh
pasokan yang berasal dari Region III. Diharapkan dengan tersambungnya pipa
ruas Gresik – Semarang, maka kebutuhan gas pada Region III dapat juga
dipenuhi dari supply Region IV (Jawa Bagian Timur).
Berikut perkiraan kebutuhan gas untuk Region III (Provinsi Jawa Tengah)
berdasarkan 3 skenario dari tahun 2018 – 2027.
Tabel 4 Perkiraan Kebutuhan Gas Bumi Region III per 1 Januari 2018 (MMSCFD)

2018 2022 2027


Uraian Skenario Skenario Skenario Skenario Skenario Skenario Skenario Skenario Skenario
I II III I II III I II III
Industri 0,45 0,47 3,15 0,48 0,57 3,83 0,50 0,73 4,89
Retail
Industri 206,00
Non-
Retail
TOTAL 0,45 0,47 3,15 0,48 0,57 3,83 0,50 0,73 210,89
Sumber: Analisis Data, 2019

Gambar 8 Supply – Demand Gas Bumi Region III


III.2. RENCANA PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS BUMI DI PROVINSI
JAWA TENGAH DAN SEKITARNYA
Potensi di beberapa wilayah di Jawa Tengah seperti Ungaran, Kendal,
Pati, Kudus, Demak, Yogya dan Solo dengan total kebutuhan energi setara ± 63
MMSCFD, akan dipenuhi melalui pengembangan infrastruktur pipa gas bumi
ataupun CNG. Refinery Cilacap yang saat ini menggunakan minyak bumi
sebagai bahan bakar untuk mengolah BBM, direncanakan untuk konversi ke gas
bumi, melalui LNG. Melalui konversi BBM ke gas bumi, setiap pemanfaatan 1
BBTUD gas bumi setara dengan penghematan biaya bahan bakar Industri
sebesar Rp 74 Milyar/Tahun dan Penghematan devisa sebesar Rp 121
Milyar/Tahun.
III.3. PERAN SUB HOLDING GAS PENGEMBANGAN TRANSJAWA PIPA
CIREBON - SEMARANG – GRESIK
Proyek pembangunan pipa Cirebon – Semarang – Gresik merupakan
bagian dari Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional
(RIJTDGBN) Tahun 2016 – 2030. Dengan adanya ruas pipa Cirebon – Semarang
- Gresik, maka akan dapat menghubungkan Trans Java, sehingga berdampak:
1. Pengelolaan terintegrasi Pipa Sumatera Jawa yang akan dikelola oleh
Sub Holding Gas (Integrasi pipa PGN, pipa PTG, dan Cirebon
Semarang) yang selanjutnya dapat menghubungkan wilayah di Pulau
Jawa meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Tengah.
2. Solusi integrasi Supply-Demand Sumatera – Jawa.

Gambar 9 Rencana Pipanisasi Gas Industri di Provinsi Jawa Tengah


POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI
MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

IV. PELUANG
DISTRIBUSI ENERGI
IV.1. PELUANG DI WILAYAH JAWA TENGAH
Jawa Tengah dengan potensi jaringan Infrastruktur dan sumber gas bumi
dari dalam dan luar wilayahnya, berpeluang besar menempatkan posisinya
sebagai central pasokan gas bumi untuk kebutuhan energi terutama sektor
industri baik di Jawa Tengah sendiri maupun Kabupaten/Kota provinsi tetangga
yang berbatasan langsung.
Dengan kondisi seperti di atas, berkaitan dengan Peluang Distribusi
Energi melalui Pemanfaatan Jalur Kereta Api sangat mungkin terjadi. Adapun
peluang yang ada di wilayah Jawa Tengah diantaranya sebagai berikut:
A. Infrastruktur Jaringan Kereta Api Eksisting di Jawa Tengah
Jalur Kereta Api di Jawa Tengah berbentuk melingkar (loop), dimana
hampir semua Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah bagian utara, selatan,
dan tengah telah terhubung dengan jaringan Kereta Api.

Gambar 10 Infrastruktur Jalur Kereta Api Eksisting dan Rencana Jawa Tengah

B. Sumber Pasokan Gas Bumi (Supply)


Kota Semarang, sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah akan
mendapatkan sumber pasokan (Supply) dari setidaknya 3 sumber, yaitu
meliputi Sumber Gas dari Gresik melalui Pipanisasi, Sumber Gas dari
Blok Cepu (Lokal), dan Sumber Gas dari Takisung Kalimantan melalui
Angkutan Laut.
Gambar 11 Rencana Supply Energi Gas Bumi ke Wilayah Jawa Tengah

C. Kebutuhan Gas Wilayah Jawa Tengah


Jawa Tengah, tahun 2012 – 2025 mengalami defisit pasokan gas bumi.
Tahun 2019, nilai defisit mencapai -256 mmscfd. Hal ini mencerminkan
bahwa kebutuhan energi gas di Jawa Tengah sangat tinggi. Dari sudut
pandang supply energi gas bumi, defisit ini dipandang sebagai peluang
untuk memenuhi kebutuhan (Demand) energi gas.

Gambar 124 Kebutuhan Gas Bumi (Demand) Wilayah Jawa Tengah


D. Sebaran Industri Pada Jaringan Kereta Api Jawa Tengah
Berdasarkan sebaran Industri di Jawa Tengah, hanya ± 50 % dari total
jumlah Industri yang berada di dekat jaringan Rel Kereta Api, dengan
radius 0 – 10 Kilometer. Sisanya berada diluar jangkauan tersebut,
namun terhubung dengan baik oleh jaringan jalan eksisting ke jaringan
kereta api terdekat.
E. Kebutuhan Energi Sektor Industri di Jawa Tengah
Total kebutuhan energi untuk Sektor Industri Jawa Tengah Sebesar 63
MMSCFD. Saat Ini terdapat + 115 Pelanggan Industri dengan kebutuhan
volume mencapai 23 MMSCFD yang berpotensi untuk beralih
menggunakan Gas Bumi.

Rencana Ruas
Transmisi
Gresik-
Rencana Ruas Ruas Transmisi
Transmisi Cirebon- Kepodang – Tambak
Demak-
Cirebon Rembang
Kendal Semarang- 17.2 MMSCFD
23.9 Ungaran
MMSCFD 7.7
-
Salatiga-
SEMARANG Boyolali
1.7 MMSCFD
Solo-
Sukoharjo-
Magelang- Sragen
DIY-Klaten 10.9 MMSCFD
1.6 MMSCFD

Gambar 135 Sebaran Kebutuhan Energi Sektor Industri di Wilayah Jawa Tengah

IV.2. BESARAN PELUANG BERDASARKAN PENGEMBANGAN KONSEP


DISTRIBUSI ENERGI HUB AND SPOKE
Berdasarkan potensi, peluang, demand and supply gas bumi saat ini,
sebaran lokasi industri, serta ketersediaan infrastruktur dan layanan kereta api di
Jawa Tengah, maka sistem distribusi energi gas bumi melalui pemanfaatan jalur
kereta api, dapat dibangun dengan sistem HUB and SPOKE.
Konsep ini memanfaatkan jaringan rel kereta berbentuk loop, tank
storage (gas) yang bersumber dari blok cepu, pipa transmisi gresik dan supply
dari luar Jawa Tengah yang diterima di Kota Semarang.
Adapun untuk karakteristik antara Hub and Spoke yaitu:
1. Karakteristik HUB, meliputi:
a. Pusat Penyimpanan Utama dan Distribusi;
b. Terdapat tank storage big capacity dan dilengkapi dengan fasilitas
dry port skala besar (utama);
c. Hub berfungsi untuk menerima supply gas bumi dari sumber utama
dan selanjutnya bertindak mendistribusikan melalui kereta api dan
trucking secara langsung menuju konsumen maupun ke titik
penerimaan kedua (spoke);
2. Karakteristik SPOKE, meliputi:
a. Sub pusat distribusi, mendekati konsumen yang jauh dari lokasi hub.
b. Terdapat tank storage medium capacity dan dengan dry port
berskala sedang – kecil.
c. Spoke menerima supply gas bumi dari hub (penyimpanan utama)
melalui kereta api dan selanjutnya didistribusikan ke konsumen
melalui trucking dan kereta api bila memungkinkan.

Gambar 14 Lokasi Hub and Spoke Pada Sistem Distribusi Energi melalui
Pemanfaatan Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah
Lokasi Hub and Spoke ditentukan sesuai dengan karakteristik dan
kedekatan dengan calon konsumen. Dengan menggunakan sistem Hub and
Spoke tersebut diatas, didapati Peluang Distribusi Energi melalui Pemanfaatan
Jalur Kereta Api dengan Sistem Layanan HUB and SPOKE yaitu:
1. 33 % lokasi Industri berada pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi HUB;
2. 27 % lokasi Industri berada pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi
SPOKE;
3. 40 % lokasi Industri berada pada radius di atas 15 Kilometer dari lokasi
HUB and SPOKE;

Penggunaan Sistem HUB and SPOKE yang dilayani Kereta Api dan
Trucking sebagai moda distribusi ke konsumen (user), mempunyai Peluang
sebesar 60% dari Total Industri di Jawa Tengah (asumsi seluruh industri
menggunakan Gas Bumi).

SUMBER • Pipa Transmisi


PASOKAN HUB • Kapal Tanker
GAS

HUB
HUB • Kereta Api

• Trucking
HUB SPOKE
HUB
& • Trucking
SPOKE KONSUMEN

Gambar 15 Pola Pengangkutan Gas Bumi melalui Sistem Hub and Spoke
POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI
MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

V. KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
V.1. KESIMPULAN
Kesimpulan Pelaksanaan Kajian Potensi dan Peluang Distribusi Energi
melalui Pemanfaatan Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah, diantaranya:
1. Ketersediaan infrastruktur Jalur Kereta Api yang melingkar (loop)
menghubungkan sebagian besar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah;
2. Total kebutuhan energi untuk Sektor Industri Jawa Tengah sebesar 63
MMSCFD. Saat Ini terdapat + 115 Pelanggan Industri dengan kebutuhan
volume mencapai 23 MMSCFD yang berpotensi untuk beralih
menggunakan Gas Bumi.
3. Penerapan sistem Hub and Spoke dalam distribusi energi melalui
pemanfaatan jalur kerta api, dapat menjangkau industri sebagai berikut:
a. 33 % lokasi Industri pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi HUB;
b. 27 % lokasi Industri pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi SPOKE;
c. 40 % lokasi Industri pada radius di atas 15 Kilometer dari lokasi HUB
and SPOKE;
4. Penggunaan Sistem HUB and SPOKE yang dilayani Kereta Api dan
didukung oleh Trucking sebagai moda distribusi ke sektor industri (user),
menjadikan peluang untuk pendistribusian energi melalui pemanfaatan
jalur kereta api di Jawa Tengah sebesar 60% (asumsi seluruh industri
menggunakan Gas Bumi).
V.2. REKOMENDASI
Mendasari hasil kajian terkait potensi, peluang, demand and supply gas
bumi saat ini, sebaran lokasi industri, serta ketersediaan infrastruktur dan
layanan kereta api di jawa tengah, maka merekomendasikan sebagai berikut:
1. Pada Tahun 2020
a. Menyusun Feasibility Study Penerapan Konsep Hub and Spoke
Distribusi Energi melalui Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah;
b. Menetapkan titik Hub and Spoke Distribusi Energi melalui Jalur
Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah;
c. Melakukan Kordinasi dengan Pihak Penyedia Gas, Investor, PT, KAI,
dan Sinergi antar Dinas/ Instansi Pemerintah Provinsi & Daerah.
2. Pada Tahun 2021
a. Memulai Pembangunan lokasi Hub and Spoke sesuai hasil Studi
Kelayakan lokasi;
b. Optimasi Penerapan Distribusi Energi di wilayah Kedungsepur,
Petanglong, Wanarakuti & Banglor.
3. Pada Tahun 2022
a. Melaksanakan Pembangunan Hub di Brebes/ Kota Tegal;
b. Melaksanakan Pembangunan Spoke yang tersebar di wilayah Jawa
Tengah bagian selatan;
c. Optimasi Distribusi Energi di wilayah Kedungsepur, Petanglong,
Wanarakuti & Banglor.
4. Pada Tahun 2023
a. Optimasi Distribusi Energi di seluruh wilayah Jawa Tengah
b. Pemanfaatan Sistem Hub & Spoke untuk dapat diterapkan pada
Sistem Distribusi Logistik di Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai