Anda di halaman 1dari 11

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.

25 MW )

RGANISI PENYEDIA JASA KONSULTANSI

PENDAHULUAN

ada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, masih banyak daerah-daerah


yang sampai saat ini belum tersentuh oleh fasilitas penerangan listrik terutama
daerah-daerah Garut Selatan. Hal ini disebabkan kondisi topografi yang kurang
memungkinkan dapat dijangkau oleh PLN.
Di sisi lain, Kabupaten Garut memiliki potensi sumber daya air. Berdasarkan arah alirannya,
sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS)
yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang
bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek,
sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara
merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS
Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 36 buah sungai dan 112
anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.403,35 Km; dimana sepanjang 92 Km
diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 60 buah anak sungai.

1-1

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

1.1

DESKRIPSI LOKASI

1.1.1 Letak Geografis


PLTM Cibatarua (2 x 2.25 MW) terletak di Desa Garumukti, Kecamatan Pamulihan,
Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis, Cibatarua terletak pada koordinat
7.2833333 Lintang Selatan dan 107.6666667 Bujur Timur.
Secara administrative, lokasi PLTM Garumukti berbatasan dengan :
- Sebelah Utara
: Kecamatan Cisurupan dan Kabupaten Bandung
- Sebelah Selatan
: Desa Wangunjaya Kecamatan Pakenjeng
- Sebelah Barat
: Desa Linggarjati Kecamatan Pamulihan
- Sebelah Timur
: Desa Pakenjeng Kecamatan Pamulihan
Lokasi PLTM ini berjarak 56,0 km dari kota Garut dengan waktu tempuh selama 2 jam.
Untuk mencapai lokasi pekerjaan di Desa Garumukti Kecamatan Pamulihan, Kabupaten
Garut, Propinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
- Dari ibu kota Propinsi Bandung menuju ibu kota Kabupaten Garut digunakan moda
transportasi darat dengan jarak 112 km, kondisi jalan baik dengan waktu tempuh
2 jam.
- Dari ibu kota Kabupaten Garut menuju Desa Garumukti, Kecamatan Pamulihan jarak
56 km, kondisi jalan aspal bisa dicapai baik dengan kendaraan roda dua maupun
roda empat dengan waktu tempuh 2 jam.
- Dari Desa Desa Garumukti menuju lokasi PLTM kondisi jalan berbatu 0,5 km berbatu
dapat menggunakan kendaraan roda 4 dengan waktu tempuh 10 menit.
Jarak dan waktu tempuh menuju lokasi PLTM pada Tabel berikut ini:
Rute Jalan

Jarak
(km)

Moda Transportasi dan Kondisi


Prasarana

Waktu
Tempuh

1.

Bandung - Garut

112

Angkutan darat, kendaraan roda empat


dan roda dua, kodisi jalan beraspal baik.

2 jam

2.

Garut Garumukti

56

Angkutan darat, kendaraan roda empat


dan roda dua, kodisi jalan beraspal.

3 jam

Garumukti Lokasi

Angkutan darat, kendaraan roda empat


dan roda dua, kondisi jalan berbatu.

10 menit

No

1-2

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

1.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Garumukti


Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini di gunakan untuk menilai
sampai seberapa jauh keberhasilan pembanguan suatu daerah dalam periode tertentu,
maka indikator ini digunakan untuk menentukan arah kebijakan pembangunan Kabupaten
Garut.
Jika diperhatikan berdasarkan skenario target yang telah ditetapkan dalam RPJM Tahun
2006-2009, menunjukkan bahwa realisasi belum mencapai target. LPE Kabupaten Garut
pada tahun 2006 mencapai sebesar 4,11% atau mengalami penurunan sebesar 0,05%
dibandingkan pada tahun 2005 sebesar 4,16% Pencapaian ini belum memenuhi sasaran
untuk LPE pada tahun 2006 sebesar 4,21%. Meskipun angka penurunan relatif kecil, namun
hal ini telah menunjukkan adanya penurunan kinerja pada beberapa sektor, meskipun di
sektor perekonomian yang sangat dominan yaitu sektor pertanian dan perdagangan mampu
tumbuh masing-masing sebesar 2,91% dan 5,73%.
Jumlah Investasi berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) selama tahun 2006
mengalami pertumbuhan, dari Rp. 3.126,18 milyar pada tahun 2005 menjadi Rp. 3.819,76
milyar. Apabila dibandingkan dengan sasaran pencapaian tahun 2006 sebesar Rp. 2.179,72
milyar, maka pencapaian Jumlah Investasi pada tahun 2006 telah melampaui jauh di atas
target
Hal ini juga terlihat dari besaran persentase laju investasi selama tahun 2006 yang
mengalami peningkatan sebesar 11,38%, meskipun sedikit lebih lambat 6,11% dibandingkan
laju investasi tahun 2005 yang mencapai 17,49%. Jumlah investasi yang terus berkembang
ini, mengindikasikan tingkat kepercayaan yang cukup tinggi dari masyarakat untuk
menanamkan modalnya di Kabupaten Garut, dan memiliki peran yang cukup besar dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2005 2008.

1.1.3 Kondisi Elektrifikasi Kabupaten Garut


Upaya pemenuhan kebutuhan energi listrik masyarakat terus dilakukan dengan peningkatan
cakupan pelayanan listrik. Sampai dengan akhir tahun 2006 desa yang sudah menikmati
aliran listrik mengalami peningkatan. Energi listrik PLN di Kabupaten Garut pada tahun 2008
tercatat dengan daya terpasang sebesar 210.989.975 KVA yang melayani 308.626
pelanggan.

1-3

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

Tabel 1-1

JUMLAH DESA
BERLISTRIK
5
5
7
11
4
5
12
8
7
9
11
5
9
4
11
11
18
17
5
16
6
12
12
12
13
11
20
8
8
7
15
11
4
12
8
11
5
5
14
14
7
23

JUMLAH
PELANGGAN
1.692
1.614
717
7.164
1.150
913
4.380
3.559
7.707
4.228
6.142
2.585
6.782
1.301
2.612
16.583
15.843
13.389
2.744
9.208
3.678
7.253
4.739
19.508
14.101
28.136
13.605
20.205
561
394
21.908
6.811
3.020
10.133
4.148
16.070
2.790
3.781
10.590
9.239
5.261
8.962

DAYA TERSAMBUNG
(KVA)
1 162 250
921 050
409 700
4 129 700
630650
653 150
2 550 250
2 370 350
5 466 350
2 623 400
2 623 400
1 448 150
4 299 100
892 900
1512.500
13.010.400
9.250.450
8.489.100
1.554.950
5.583.350
2.007.150
4.462.750
2.624.950
17.321.350
9.773.750
22.807.350
8.027.350
12.697.000
232.000
150.150
14.632.975
5.217.050
1.754.000
6.220.700
2.455.800
8.803.300
2.251.950
1.676.350
6.043.400
5.657.750
2.789.750
5.529.200

JUMLAH:

418

308.626

210.989.975

Tahun 2007
Tahun2006
Tahun 2005

418
399
401

296.751
274 486
266.302

210.989.975
197.539 275
218.286,95

NO KECAMATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Jumlah Desa Berlistrik, Langganan Dan Daya Tersambung


di Kabupaten Garut Tahun 2008

Cisewu
Caringin
Talegong
Bungbulang
Mekar Mukti
Pamulihan
Pakenjeng
Cikelet
Pamengpeuk
Cibalong
Cisompet
Pendeuy
Singa Jaya
Cihurip
Banjarwangi
Cikajang
Cilawu
Bayongbong
Cigedug
Cisurupan
Sukaresmi
Samarang
Pasir Wangi
Tarogong Kidul
Tarogong Kaler
Garut Kota
Karang Pawitan
Wanaraja
Sucinaraja
Pangatikan
Banyuresmi
Sukawening
Karang Tengah
Leles
Leuwigoong
Cibatu
Kersamanah
Cibiuk
Kadungora
Bl Limbangan
Selaawi
Malangboong

1-4

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

1.2

POTENSI LOKASI

Potensi pengembangan energi sumber daya air sungai antara lain terdapat di Cibatarua
kecamatan Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan
Cibalong dengan kapasitas antara 19,57 kW- 277,5 kW.
Tabel 1-2

Potensi Pengembangan Sumber Daya Air (Data: Dinas Pertambangan &


Energi Propinsi Jawa Barat)
Kecamata
Sungai
n

N
o

Lokasi

1 Bojong Boled,Desa
Garumukti
2 Curug Karihkil,
DusunHanjawarak,
Desa Mekar Bakti
3 Curug Lengkong,
DusunLengkong,
Desa Sagara
4 Ciangkrong, Desa
Garumukti
5 Leuwi Mobil, Desa
Mekar Bakti
6 Kombongan, Desa
Pakenjeng

Data Teknis
Kapasit Kebutu
Jatuhan Saluran
Debit Air
as
han
Air
pembawa
(Gross
(head
head)
race)
Pamulihan Cibatarua 277,5
65
2 m3 /detik 22,5 m
8m
BungbulangCirompan 19,57 kW 107 rmh 0,4
g
m3/detik

8,3 m

80 m

Cibalong

16,2 m

675 m

Cimerak 32,91 kW 216 rmh 0,35 m3


/detik

Pamulihan Cibatarua 232 kW

60 rmh 2 m3 /detik 19 m

BungbulangCirompan 25,65 kW 170 rmh 0,75 m3


g
/detik
Pamulihan Cibatarua 157,83 165 rmh 0,5 m3
kW
/detik

10 m

6m

162

51 m

16,7 m

1.2.1 Fisiografi
Secara Fisiografi daerah pemetaan Kabupaten Garut termasuk dalam Zona Pegunungan
Selatan Jawa Barat dan Zona Bandung.

Zona Pegunungan Selatan

Merupakan dataran tinggi (plateau) yang membentang dengan arah barat - timur mulai dari
Teluk Pelabuhanratu sampai Nusakambangan dengan lebar kurang lebih 50 kilometer dan
merupakan sayap geantiklin Jawa.

Zona Bandung

Merupakan suatu jalur pegunungan memanjang mulai dari Teluk Pelabuhanratu di sebelah
barat, terus ke Sukabumi melalui Cimandiri, kemudian melalui Cianjur, Bandung, Garut,
Tasikmalaya dan terakhir di Segara Anakan di pantai selatan Jawa yang telah hancur (rusak)
sesudah atau selama pelengkungan pada Zaman Tersier. Zona ini secara geologi tidak
mudah dibedakan terhadap Zona Bogor dan sebagian bear telah ditutupi oleh endapan
Gunung api Resen. Zona ini di bagian utara maupun selatannya dibatasi oleh deretan
gunung api.

1.2.2 Geologi
Berdasarkan peta geologi skala 1 : 100.000 lembar Arjawinangun, Bandung dan Garut yang
dikompilasi oleh Ratman & Gafor (1998) menjadi peta geologi skala 1 : 500.000, tataan dan
1-5

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh material
vulkanik yang berasosiasi dengan letusan (erupsi) gunung api, diantaranya erupsi G.
Cikuray, G. Papandayan dan G. Guntur. Erupsi tersebut berlangsung beberapa kali secara
sporadik selama periode Kuarter (2 juta tahun) lalu, sehingga menghasilkan material
volkanis berupa breksi, lava, lahar dan tufa yang mengandung kwarsa dan tumpuk
menumpuk pada dataran antar gunung di Kabupaten Garut.

Struktur Geologi

Dari peta geologi yang disusun oleh Alzwar dkk, (1989) struktur geologi yang dijumpai di
daerah pemataan adalah lipatan, sesar dan kekar.
Lipatan yang terbentuk berarah sumbu barat baratlaut-timur tenggara pada Formasi Bentang
dan utara baratlaut-selatan tenggara pada Formasi jampang. Perbedaan arah sumbu ini
disebabkan oleh perbedaan tahapan dan intensitas tektonika pada kedua satuan tersebut.
Sesar yang dijumpai adalah sesar normal dan sesar geser, berarah jurus umumnya
baratdaya-timurlaut. Sesar ini melibatkan batuan-batuan Tersier dan Kuarter, sehingga
disebutkan bahwa sesar tersebut sesar muda. Dari pola arahnya diperkirakan bahwa gaya
tektoniknya berasal dari sebaran selatan-utara dan diduga terjadi paling tidak Oligosen AkhirMiosen Awal (Sukendar, 1974 dikutip oleh Alzwar, 1989). Maka dapat diduga bahwa mungkin
sebagian sesar tersebut merupakan pengaktifan sesar lama terjadi sebelumnya.
Kekar, umumnya terjadi pada batuan yang berumur lebih tua, seperti contohnya pada batuan
Formasi Jampang dan diorit kuarsa.
Tektonik yang terjadi di daerah pemetaan pada Zaman Tersier sangat dipengaruhi oleh
penunjaman Lempeng Samudera Hindia ke bawah Lempeng Asia Tenggara. Penunjaman
yang terjadi pada Oligosen Akhir-Miosen Awal/Tengah menghasilkan kegiatan gunung api
bersusunan andesit, dibarengi dengan sedimentasi karbonat di laut dangkal. Sedimentasi
terjadi pada lereng di bawah laut, kegiatan magmatik diakhiri dengan penerobosan diorite
kuarsa pada akhir Miosen Tengah mengakibatkan pemropilitan pada Formasi Jampang.
Setelah terjadi perlipatan, pengangkatan dan erosi, maka terjadi kegiatan magmatik yang
menghasilkan kegunung apian.
Pada Plio Plistosen kegiatan gunung api kembali terjadi dan disusul oleh serangkaian
kegiatan gunung api Kuarter Awal sekarang yang tersebar luas di bagian tengah dan utara
daerah pemetaan.

1.2.3 Geomorfologi
Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen bentang alam,
yaitu :
Dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara
Rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar
gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G.
Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G.
Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan
hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km.

1-6

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2
(dua) pendekatan hipotesis, yaitu:
Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam, khususnya di
sekitar Garut, dikontrol oleh aktifitas volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter
(sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu
pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan
oleh beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan MalabarTilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu
penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar dan
pembebanan batuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan gunung api di
Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur magmatis Sunda yang
dikontrol oleh aktifitas penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Hindia yang menyusup
sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng
samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang
bersuhu lebih dari 3000, sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng
kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada saat
pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan
membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur
magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai
penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar
gunung.
Bentang alam daerah Kabupaten Garut dapat dibagi 4(empat) satuan morfologi yaitu :
satuan morfologi kerucut gunung api, satuan morfologi perbukitan berelief kasar, satuan
morfologi perbukitan berelief halus dan satuan morfologi pedataran
Satuan Morfologi Kerucut Gunung api
Satuan ini menempati bagian puncak dari Gunung api Kracak, Gunung Cikuray dan Gunung
Papandayan. Daerah ini mempunyai ketinggian diatas 2.000 meter dari > 40 %, berlembah
sempit. Pola aliran sungai memancar (radier) bersumber dari puncak gunung, dengan ordo
sungai 1, kerapatan sungai tinggi hingga sangat tinggi. Batuan penyusun satuan ini adalah
lahar, lava andesit dan breksi vulkanik.
Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Kasar
Daerah ini mempunyai ketinggian antara 500 hingga 1.865. Karakteristik yang umum
dijumpai pada satuan ini relief sangat kasar, berlembah sempit dan lereng terjal hingga
curam. Kemiringan lereng berkisar antara 15 % hingga > 40 %. Pola aliran sungai berbentuk
sub-dendritik dan sebagian sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini adalah endapan
vulkanik tua yang terdiri dari breksi vulkanik, lava andesit, tufa gelas, bongkah bongkah
andesit - basal.
Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Halus
Sebagian satuan ini menempati bagian utara, tengah dan selatan daerah pemetaan.
Dicirikan dengan kemiringan lereng berkisar antara 2 hingga 15 %, lembah - lembah agak
landai dan sungai-sungai mempunyai gradien rendah hingga sedang. Pola aliran sungai
1-7

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

mempunyai bentuk dendritik hingga sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini berupa
endapan volkanik muda dan endapan Tersier.

Satuan Morfologi Pedataran


Satuan ini menempati dataran Bandung, dataran Pangalengan dan dataran Garut.
Bentangalamnya menunjukkan relief datar dan setempat landai dengan kemiringan lereng <
2 %, setempat lebih dari 15 %. Morfologinya menunjukan kontur sangat jarang hingga
jarang, ketinggian dataran Pangalengan berkisar antara1.300 hingga 1400 meter, dataran
Bandung berkisar antara 800 hingga 900 meter dan dataran Garut berkisar antara 700
hingga 800 meter diatas muka laut. Aliran sungai umumnya dendritik dan sebagian
anastomatik. Batuan penyusun satuan ini berasal dari hasil rombakan batuan yang lebih tua
dan diendapkan sebagai endapan alluvial dan kipas alluvial.

1.2.4 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi yang disusun oleh M. Alzwar dkk (1989), dan Silitonga (1973)
yaitu masing-masing peta geologi lembar Garut dan Bandung (Gambar 3), daerah pemetaan
tersusun oleh batuan vulkanik, batuan sedimen dan setempat batuan terobosan. Batuan
yang tertua dan tersingkap di daerah pemetaan adalah lava dan breksi andesit, serta tufa
yang setempat terpropilitisasi. Sisipan batu gamping yang dijumpai berumur Oligosen Akhir
hingga bagian Awal Miosen Tengah. Batuan-batuan tersebut termasuk kedalam Formasi
Jampang (Tomj). Propilitisasi tersebut disebabkan oleh terobosan diorit kuarsa yang berumur
bagian akhir Mosen Tengah (Tmdi). Batuan yang muda adalah batuan-batuan vulkanik yang
berumur kuarter, urutan batuan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
Formasi Jampang (Tomj)
Diorit Kuarsa (Tmdi)
Formasi Bentang
Formasi Beser (Tmb)
Breksi tufaan (Tpv)
Batuan Gunung api Tua Takteruraikan (Qtv)
Andesit Waringin-Bedil-Malabar Tua (Qwb)
Batuan Gunung api Komplek Guntur-Pangkalan dan Kendang (Qgpk/Qko)
Endapan Rempah Lepas Gunung api Tua Takteruraikan (Qopu)
Tufa batu apung dan breksi (Qpb)
Batuan Gunung api Komplek Sunda Takteruraikan (Qsu)
Batuan Gunung api Mandalawangi-Mandalagiri (Qmm)
Batuan Gunung api Kracak-Puncak Gede (Qkp)

1-8

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

1.2.5 Kondisi Tanah


Jenis tanah komplek podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol
merupakan bagian yang paling luas terutama di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara
didominasi tanah andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha sayur-mayur.
Dilihat dari jenis tanahnya secara garis besar, jenis tanah di wilayah Kabupaten Garut
meliputi : jenis tanah aluvial, asosiasi andosol, asosiasi litosol, asosiasi mediteran, asosiasi
podsolik, dan asosiasi regosol. Dimana jenis tanah tersebut memiliki sifat-sifat tertentu yang
dapat menjadi suatu potensi maupun kendala dalam pemanfaatan lahan tertentu.
Berikut adalah sifat-sifat tanah berdasarkan jenis tanahnya di wilayah Kabupaten Garut:
Tanah Aluvial, jenis tanah ini secara umum tergolong ke dalam sub group entisols terbentuk
pada daerah dengan bentuk fisiografi dataran banjir. Bahan-bahan endapan yang
dibawa oleh sungai kemudian diendapkan dan terakumulasi pada daerah ini. Sifat-sifat
tanahnya kemudian banyak dipengaruhi oleh jenis bahan endapan tersebut. Proses
pengendapan yang berlangsung berulang-ulang menyebabkan tanah yang terbentuk
berlapis-lapis. Khususnya pada daerah yang relatif dekat dengan sungai, lapisan-lapisan
tersebut tidak mencirikan suatu horison tertentu. Lapisan-lapisan tanah tersebut
umumnya bervariasi baik warna maupun distribusi besar butir bahan penyusunnya.
Endapan yang pembentukannya dipengaruhi oleh aktivitas laut memiliki karakteristik
yang lebih spesifik dari pada bahan yang terbentuk semata-mata hanyaoleh endapan
sungai.
Tanah Andosol, jenis tanah ini umumnya berwarna hitam, memiliki penampang yang
berkembang, dengan horizon-A yang tebal, gembur dan kaya bahan organik. Sifat
fisiknya baik, dengan kelulusan sedang. Sifat kimia sedang, peka terhadap erosi. Batuan
asal adalah andesit, tufa andesit dan dasit. Di wilayah Indonesia pada umumnya, jenis
tanah ini banyak terpakai untuk tanaman perdagangan karena kaya akan bahan organik,
N dan K, tetapi miskin akan fosfor.
Tanah Litosol, jenis tanah ini biasa disebut laterit. Penampang umumnya tbal, tanah
atasnya mengandung beberapa persen bahan organik. Berwarna coklat, kuning, hingga
kemerahan. Bersifat berbutir, teguh, mantap, mengandung kaolinit, bersifat tidak lastis,
dan dapat diolah pertanian sepanjang tahun. Secara kimia tanah, jenis tanah ini miskin
hara, pH rendah (4,5 5,0), unsur N miskin sehingga perlu pemupukan sempurna untuk
pertanian. Jenis tanah ini bersifat meniris, tahan terhadap erosi.
Tanah Podsolik, jenis tanah ini bersifat gembur dan mempunyai perkembangan penampang.
Cenderung tidak seberapa mantap dan teguh, peka terhadap pengikisan. Dari segi
kimia, jenis tanah ini asam dan miskin, lebih asam dan lebih miskin dari tanah latosol.
Untuk keperluan pertanian, jenis tanah ini perlu pemupukan lengkap dan tindak
pengawetan. Untuk jenis tanah podsolik coklat biasanya dipakai untuk hutan lindung.
Tanah Regosol, jenis tanah ini terbentuk dari bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier.
Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung. Tanah Regosol belum jelas
menempatkan perbedaan horizon-horizon. Tekstur tanah ini biasanya kasar, tanpa ada
struktur tanah, konsistensi lepas sampai gembur dan easaman tanah dengan pH sekitar
6-7.

1-9

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

Tanah Mediteran, jenis tanah ini mempunyai lapisan solum yang cukup tebal, teksturnya
agak bervariasi lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang
konsisntensinya adalah gempur sampai teguh. Kandungan bahan organik umumnya
rendah sampai sangat rendah.
Reaksi tanah (pH) sekitar 6,0 7,5. Kadar unsur hara yang terkandung umumnya tinggi,
tetapi banyak tergantung kepada bahan induknya. Daya menahan air sederhana, begitu
pula permeabilitasnya adalah sedang. Air pada tanah ini kadang kadang merupkan
faktor pembatas.
Kepekaan terhadap bahaya erosi adalah sedang sampai besar. Tanah ini mempunyai
sifat sifat fisik yang sedang sampai baik, sedang sifat kimianya umumnya adalah baik,
sehingga nilai produktivitas tanah adalah sedang sampai tinggi.

1.2.6 Klimatologi
Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim
tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim
Koppen.
Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern),
topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan elevasi
topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589
mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah
pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24C 27C. Besaran angka penguap keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991)
adalah 1572 mm/tahun.
Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara
basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup
angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara.

1.2.7 Hidrologi
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua
daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan
Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada
umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran
utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran
selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat
33 dan 101 anak sungai buah sungai dengan anak sungainya dengan panjang seluruhnya
1.403,35 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai
Cimanuk dengan 58 buah anak sungainya. Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona
Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar
gunung Garut Utara menunjukkan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa
Sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak
sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual,
1 - 10

Data Teknis: PLTM CIBATARUA ( 2 x 2.25 MW )

cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola
pengaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.

1 - 11

Anda mungkin juga menyukai