25 MW )
PENDAHULUAN
1-1
1.1
DESKRIPSI LOKASI
Jarak
(km)
Waktu
Tempuh
1.
Bandung - Garut
112
2 jam
2.
Garut Garumukti
56
3 jam
Garumukti Lokasi
10 menit
No
1-2
1-3
Tabel 1-1
JUMLAH DESA
BERLISTRIK
5
5
7
11
4
5
12
8
7
9
11
5
9
4
11
11
18
17
5
16
6
12
12
12
13
11
20
8
8
7
15
11
4
12
8
11
5
5
14
14
7
23
JUMLAH
PELANGGAN
1.692
1.614
717
7.164
1.150
913
4.380
3.559
7.707
4.228
6.142
2.585
6.782
1.301
2.612
16.583
15.843
13.389
2.744
9.208
3.678
7.253
4.739
19.508
14.101
28.136
13.605
20.205
561
394
21.908
6.811
3.020
10.133
4.148
16.070
2.790
3.781
10.590
9.239
5.261
8.962
DAYA TERSAMBUNG
(KVA)
1 162 250
921 050
409 700
4 129 700
630650
653 150
2 550 250
2 370 350
5 466 350
2 623 400
2 623 400
1 448 150
4 299 100
892 900
1512.500
13.010.400
9.250.450
8.489.100
1.554.950
5.583.350
2.007.150
4.462.750
2.624.950
17.321.350
9.773.750
22.807.350
8.027.350
12.697.000
232.000
150.150
14.632.975
5.217.050
1.754.000
6.220.700
2.455.800
8.803.300
2.251.950
1.676.350
6.043.400
5.657.750
2.789.750
5.529.200
JUMLAH:
418
308.626
210.989.975
Tahun 2007
Tahun2006
Tahun 2005
418
399
401
296.751
274 486
266.302
210.989.975
197.539 275
218.286,95
NO KECAMATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Cisewu
Caringin
Talegong
Bungbulang
Mekar Mukti
Pamulihan
Pakenjeng
Cikelet
Pamengpeuk
Cibalong
Cisompet
Pendeuy
Singa Jaya
Cihurip
Banjarwangi
Cikajang
Cilawu
Bayongbong
Cigedug
Cisurupan
Sukaresmi
Samarang
Pasir Wangi
Tarogong Kidul
Tarogong Kaler
Garut Kota
Karang Pawitan
Wanaraja
Sucinaraja
Pangatikan
Banyuresmi
Sukawening
Karang Tengah
Leles
Leuwigoong
Cibatu
Kersamanah
Cibiuk
Kadungora
Bl Limbangan
Selaawi
Malangboong
1-4
1.2
POTENSI LOKASI
Potensi pengembangan energi sumber daya air sungai antara lain terdapat di Cibatarua
kecamatan Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan
Cibalong dengan kapasitas antara 19,57 kW- 277,5 kW.
Tabel 1-2
N
o
Lokasi
1 Bojong Boled,Desa
Garumukti
2 Curug Karihkil,
DusunHanjawarak,
Desa Mekar Bakti
3 Curug Lengkong,
DusunLengkong,
Desa Sagara
4 Ciangkrong, Desa
Garumukti
5 Leuwi Mobil, Desa
Mekar Bakti
6 Kombongan, Desa
Pakenjeng
Data Teknis
Kapasit Kebutu
Jatuhan Saluran
Debit Air
as
han
Air
pembawa
(Gross
(head
head)
race)
Pamulihan Cibatarua 277,5
65
2 m3 /detik 22,5 m
8m
BungbulangCirompan 19,57 kW 107 rmh 0,4
g
m3/detik
8,3 m
80 m
Cibalong
16,2 m
675 m
60 rmh 2 m3 /detik 19 m
10 m
6m
162
51 m
16,7 m
1.2.1 Fisiografi
Secara Fisiografi daerah pemetaan Kabupaten Garut termasuk dalam Zona Pegunungan
Selatan Jawa Barat dan Zona Bandung.
Merupakan dataran tinggi (plateau) yang membentang dengan arah barat - timur mulai dari
Teluk Pelabuhanratu sampai Nusakambangan dengan lebar kurang lebih 50 kilometer dan
merupakan sayap geantiklin Jawa.
Zona Bandung
Merupakan suatu jalur pegunungan memanjang mulai dari Teluk Pelabuhanratu di sebelah
barat, terus ke Sukabumi melalui Cimandiri, kemudian melalui Cianjur, Bandung, Garut,
Tasikmalaya dan terakhir di Segara Anakan di pantai selatan Jawa yang telah hancur (rusak)
sesudah atau selama pelengkungan pada Zaman Tersier. Zona ini secara geologi tidak
mudah dibedakan terhadap Zona Bogor dan sebagian bear telah ditutupi oleh endapan
Gunung api Resen. Zona ini di bagian utara maupun selatannya dibatasi oleh deretan
gunung api.
1.2.2 Geologi
Berdasarkan peta geologi skala 1 : 100.000 lembar Arjawinangun, Bandung dan Garut yang
dikompilasi oleh Ratman & Gafor (1998) menjadi peta geologi skala 1 : 500.000, tataan dan
1-5
urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh material
vulkanik yang berasosiasi dengan letusan (erupsi) gunung api, diantaranya erupsi G.
Cikuray, G. Papandayan dan G. Guntur. Erupsi tersebut berlangsung beberapa kali secara
sporadik selama periode Kuarter (2 juta tahun) lalu, sehingga menghasilkan material
volkanis berupa breksi, lava, lahar dan tufa yang mengandung kwarsa dan tumpuk
menumpuk pada dataran antar gunung di Kabupaten Garut.
Struktur Geologi
Dari peta geologi yang disusun oleh Alzwar dkk, (1989) struktur geologi yang dijumpai di
daerah pemataan adalah lipatan, sesar dan kekar.
Lipatan yang terbentuk berarah sumbu barat baratlaut-timur tenggara pada Formasi Bentang
dan utara baratlaut-selatan tenggara pada Formasi jampang. Perbedaan arah sumbu ini
disebabkan oleh perbedaan tahapan dan intensitas tektonika pada kedua satuan tersebut.
Sesar yang dijumpai adalah sesar normal dan sesar geser, berarah jurus umumnya
baratdaya-timurlaut. Sesar ini melibatkan batuan-batuan Tersier dan Kuarter, sehingga
disebutkan bahwa sesar tersebut sesar muda. Dari pola arahnya diperkirakan bahwa gaya
tektoniknya berasal dari sebaran selatan-utara dan diduga terjadi paling tidak Oligosen AkhirMiosen Awal (Sukendar, 1974 dikutip oleh Alzwar, 1989). Maka dapat diduga bahwa mungkin
sebagian sesar tersebut merupakan pengaktifan sesar lama terjadi sebelumnya.
Kekar, umumnya terjadi pada batuan yang berumur lebih tua, seperti contohnya pada batuan
Formasi Jampang dan diorit kuarsa.
Tektonik yang terjadi di daerah pemetaan pada Zaman Tersier sangat dipengaruhi oleh
penunjaman Lempeng Samudera Hindia ke bawah Lempeng Asia Tenggara. Penunjaman
yang terjadi pada Oligosen Akhir-Miosen Awal/Tengah menghasilkan kegiatan gunung api
bersusunan andesit, dibarengi dengan sedimentasi karbonat di laut dangkal. Sedimentasi
terjadi pada lereng di bawah laut, kegiatan magmatik diakhiri dengan penerobosan diorite
kuarsa pada akhir Miosen Tengah mengakibatkan pemropilitan pada Formasi Jampang.
Setelah terjadi perlipatan, pengangkatan dan erosi, maka terjadi kegiatan magmatik yang
menghasilkan kegunung apian.
Pada Plio Plistosen kegiatan gunung api kembali terjadi dan disusul oleh serangkaian
kegiatan gunung api Kuarter Awal sekarang yang tersebar luas di bagian tengah dan utara
daerah pemetaan.
1.2.3 Geomorfologi
Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen bentang alam,
yaitu :
Dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara
Rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar
gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G.
Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G.
Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan
hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km.
1-6
Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2
(dua) pendekatan hipotesis, yaitu:
Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam, khususnya di
sekitar Garut, dikontrol oleh aktifitas volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter
(sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu
pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan
oleh beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan MalabarTilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu
penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar dan
pembebanan batuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan gunung api di
Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur magmatis Sunda yang
dikontrol oleh aktifitas penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Hindia yang menyusup
sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng
samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang
bersuhu lebih dari 3000, sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng
kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada saat
pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan
membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur
magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai
penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar
gunung.
Bentang alam daerah Kabupaten Garut dapat dibagi 4(empat) satuan morfologi yaitu :
satuan morfologi kerucut gunung api, satuan morfologi perbukitan berelief kasar, satuan
morfologi perbukitan berelief halus dan satuan morfologi pedataran
Satuan Morfologi Kerucut Gunung api
Satuan ini menempati bagian puncak dari Gunung api Kracak, Gunung Cikuray dan Gunung
Papandayan. Daerah ini mempunyai ketinggian diatas 2.000 meter dari > 40 %, berlembah
sempit. Pola aliran sungai memancar (radier) bersumber dari puncak gunung, dengan ordo
sungai 1, kerapatan sungai tinggi hingga sangat tinggi. Batuan penyusun satuan ini adalah
lahar, lava andesit dan breksi vulkanik.
Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Kasar
Daerah ini mempunyai ketinggian antara 500 hingga 1.865. Karakteristik yang umum
dijumpai pada satuan ini relief sangat kasar, berlembah sempit dan lereng terjal hingga
curam. Kemiringan lereng berkisar antara 15 % hingga > 40 %. Pola aliran sungai berbentuk
sub-dendritik dan sebagian sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini adalah endapan
vulkanik tua yang terdiri dari breksi vulkanik, lava andesit, tufa gelas, bongkah bongkah
andesit - basal.
Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Halus
Sebagian satuan ini menempati bagian utara, tengah dan selatan daerah pemetaan.
Dicirikan dengan kemiringan lereng berkisar antara 2 hingga 15 %, lembah - lembah agak
landai dan sungai-sungai mempunyai gradien rendah hingga sedang. Pola aliran sungai
1-7
mempunyai bentuk dendritik hingga sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini berupa
endapan volkanik muda dan endapan Tersier.
1.2.4 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi yang disusun oleh M. Alzwar dkk (1989), dan Silitonga (1973)
yaitu masing-masing peta geologi lembar Garut dan Bandung (Gambar 3), daerah pemetaan
tersusun oleh batuan vulkanik, batuan sedimen dan setempat batuan terobosan. Batuan
yang tertua dan tersingkap di daerah pemetaan adalah lava dan breksi andesit, serta tufa
yang setempat terpropilitisasi. Sisipan batu gamping yang dijumpai berumur Oligosen Akhir
hingga bagian Awal Miosen Tengah. Batuan-batuan tersebut termasuk kedalam Formasi
Jampang (Tomj). Propilitisasi tersebut disebabkan oleh terobosan diorit kuarsa yang berumur
bagian akhir Mosen Tengah (Tmdi). Batuan yang muda adalah batuan-batuan vulkanik yang
berumur kuarter, urutan batuan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
Formasi Jampang (Tomj)
Diorit Kuarsa (Tmdi)
Formasi Bentang
Formasi Beser (Tmb)
Breksi tufaan (Tpv)
Batuan Gunung api Tua Takteruraikan (Qtv)
Andesit Waringin-Bedil-Malabar Tua (Qwb)
Batuan Gunung api Komplek Guntur-Pangkalan dan Kendang (Qgpk/Qko)
Endapan Rempah Lepas Gunung api Tua Takteruraikan (Qopu)
Tufa batu apung dan breksi (Qpb)
Batuan Gunung api Komplek Sunda Takteruraikan (Qsu)
Batuan Gunung api Mandalawangi-Mandalagiri (Qmm)
Batuan Gunung api Kracak-Puncak Gede (Qkp)
1-8
1-9
Tanah Mediteran, jenis tanah ini mempunyai lapisan solum yang cukup tebal, teksturnya
agak bervariasi lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang
konsisntensinya adalah gempur sampai teguh. Kandungan bahan organik umumnya
rendah sampai sangat rendah.
Reaksi tanah (pH) sekitar 6,0 7,5. Kadar unsur hara yang terkandung umumnya tinggi,
tetapi banyak tergantung kepada bahan induknya. Daya menahan air sederhana, begitu
pula permeabilitasnya adalah sedang. Air pada tanah ini kadang kadang merupkan
faktor pembatas.
Kepekaan terhadap bahaya erosi adalah sedang sampai besar. Tanah ini mempunyai
sifat sifat fisik yang sedang sampai baik, sedang sifat kimianya umumnya adalah baik,
sehingga nilai produktivitas tanah adalah sedang sampai tinggi.
1.2.6 Klimatologi
Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim
tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim
Koppen.
Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern),
topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan elevasi
topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589
mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah
pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24C 27C. Besaran angka penguap keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991)
adalah 1572 mm/tahun.
Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara
basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup
angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara.
1.2.7 Hidrologi
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua
daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan
Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada
umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran
utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran
selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat
33 dan 101 anak sungai buah sungai dengan anak sungainya dengan panjang seluruhnya
1.403,35 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai
Cimanuk dengan 58 buah anak sungainya. Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona
Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar
gunung Garut Utara menunjukkan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa
Sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak
sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual,
1 - 10
cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola
pengaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.
1 - 11