Anda di halaman 1dari 4

Tugas Sistem Transportasi

Semester 1 / 2018

PENINGKATAN LAYANAN KERETA KOMUTER JABODETABEK DENGAN POLA


OPERASI LINGKAR (LOOP LINE)

Novra T. Anumasta1*
1
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus UI Depok, Depok 16424, Indonesia

ABSTRAK
Kereta komuter Jabodetabek (KKJ) adalah sistem transportasi berbasis kereta api yang
menghubungkan pusat-pusat bisnis dengan kawasan-kawasan permukiman di sekitar wilayah
Jabodetabek. Terdapat lima jalur kaki-kaki penghubung utama KKJ saat ini, yaitu Tangerang,
Rangkasbitung, Bogor, Bekasi, dan Tanjung Priok. Layanan KKJ yang ada sekarang dirasa
dapat lebih ditingkatkan dari sisi pergerakan penumpang dengan dilakukannya modifikasi pada
pola operasi, yaitu berupa pola operasi lingkar penuh di dalam kota DKI Jakarta, sehingga
pergerakan para penumpang khususnya komuter (penglaju) akan lebih efektif. Selain itu juga
berpotensi untuk dapat menarik minat penumpang non-komuter untuk melakukan perjalanan
dengan KKJ untuk perjalanan dalam kota DKI Jakarta, khususnya sepanjang jalur lingkar KKJ,
sehingga dapat mengurangi kepadatan di jalan raya.

Kata kunci: Jabodetabek; Kereta komuter; Loop line; Peningkatan layanan; Pola operasi

1. PENDAHULUAN
Layanan kereta komuter Jabodetabek (KKJ) telah menjadi salah satu tulang punggung bagi
pengguna transportasi umum di Jabodetabek. Berdasarkan data Badan Pengelola Transportasi
Jabodetabek (BPTJ), setiap harinya terdapat sekitar 5-6 juta pengguna transportasi umum di
DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut, rata-rata jumlah penumpang harian KKJ pada hari kerja
mencapai 993.804 penumpang, atau sekitar 20% dari total pengguna transportasi umum di DKI
Jakarta, yang diangkut dengan 926 perjalanan KKJ setiap harinya (Laporan Tahunan PT KCI
2017).
Umumnya pengguna harian layanan KKJ adalah mereka yang bekerja di pusat kota dan
bertempat tinggal di kawasan permukiman sekitar kaki-kaki jalur KKJ. Sering ditemui
penumpang komuter harus melakukan perpindahan kereta, satu atau bahkan dua kali, dari satu
jalur ke jalur layanan KKJ lainnya di stasiun-stasiun transit, atau harus menempuh perjalanan
dengan rute KKJ yang lebih panjang untuk mencapai tujuan stasiun akhirnya.
Seorang penumpang komuter yang tinggal di Duren Kalibata dan bekerja di kawasan
Kemayoran misalnya, harus melakukan transit kereta di Stasiun Manggarai dan Stasiun
Jatinegara jika dia ingin mendapat waktu perjalanan yang lebih singkat, atau dia harus berputar
dengan KKJ yang melayani rute Bogor – Tn. Abang – Ps. Senen – Jatinegara, dengan
konsekuensi waktu tempuh dan rute lebih panjang. Hal ini disebabkan karena pola operasi KKJ
yang ada saat ini tidak melingkar secara penuh di dalam DKI Jakarta – terputus antara Stasiun
Manggarai dan Jatinegara.
Diperlukan adanya modifikasi pada pola operasi rute KKJ saat ini, dengan harapan waktu
tempuh dan pergerakan penumpang komuter dapat lebih efisien.

*
Email korespondensi penulis: novra.tilova@eng.ui.ac.id
2 Peningkatan Layanan Kereta Komuter Jabodetabek dengan Pola Operasi Lingkar (Loop Line)

2. METODA PEMBAHASAN
Pembahasan dalam tulisan ini dilakukan berdasarkan analisa terhadap temuan data sekunder
yang ada.

3. TEMUAN DAN PEMBAHASAN


3.1. Pola Operasi KKJ Saat Ini
Dengan keterbatasan sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada saat ini, PT KAI Commuter
Indonesia (PT KCI, dahulu dikenal dengan PT KCJ) selaku operator sarana melayani 79 stasiun
di seluruh Jabodetabek, dengan enam rute utama kereta komuter sebagai berikut:
- Bogor/Depok – Manggarai – Jakarta Kota (PP)
- Bogor/Depok – Tn. Abang – Ps. Senen – Jatinegara (PP)
- Bekasi – Jatinegara – Manggarai – Jakarta Kota (PP)
- Rangkasbitung/Maja/Parung Panjang/Serpong – Tn. Abang (PP)
- Tangerang – Duri (PP)
- Tj. Priok – Jakarta Kota (PP)

Gambar 1 Skematik rute kereta komuter Jabodetabek

Seperti yang terlihat pada Gambar 1 di atas, pola operasi rute KKJ dalam kota DKI Jakarta saat
ini belum membentuk lingkar penuh, dan perpindahan penumpang komuter yang akan menuju
barat atau pusat sangat bergantung pada layanan kereta jalur Bogor – Jakarta Kota, dan jalur
Bogor – Jatinegara untuk penumpang komuter yang perlu melakukan transit kereta, terutama
bagi penumpang dari jalur Tangerang dan Rangkasbitung.
Dengan pola operasi KKJ saat ini, penumpang dari arah jalur Tangerang, Rangkasbitung, atau
Bogor, jika ingin pergi ke Stasiun Kemayoran, atau stasiun-stasiun lain di sisi timur (sepanjang
Stasiun Rajawali dan Jatinegara), umumnya harus melakukan perjalanan melingkar dengan
KKJ melalui rute barat dan utara sebelum ia mencapai sisi timur. Hal ini tentunya sedikit
banyak akan berdampak pada hilangnya waktu penumpang tersebut. Waktu tempuh seharusnya
dapat lebih cepat, jika terdapat akses atau jalur penghubung ke sisi timur, yang saat ini hanya
bisa dilakukan dengan melakukan transit di Stasiun Jatinegara.
Proyeksi jumlah penumpang harian PT KCI pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2016-
2021, menargetkan hingga 1.471.000 penumpang per harinya, dari jumlah saat ini yang sudah
hampir mencapai 1.000.000 penumpang per hari. Untuk dapat mencapai jumlah tersebut, selain
penambahan sarana prasarana, tentunya harus diikuti dengan perbaikan pola operasi.
Anumasta et al. 3

Tabel 1 Proyeksi jumlah penumpang harian KKJ 2016-2021

Tahun Penumpang/hari Pertumbuhan


2016 780.330 -
2017 962.240 23%
2018 1.107.013 15%
2019 1.239.567 12%
2020 1.354.000 9%
2021 1.471.000 9%
Sumber: RJPP PT KCI, 2016

3.2. Modifikasi Pola Operasi KKJ dengan Jalur Lingkar (Loop Line)
Salah satu kendala bagi KKJ tidak bisa melakukan pola operasi lingkar penuh di dalam kota
saat ini, adalah dikarenakan terputusnya jalur melingkar kereta antara Stasiun Manggarai dan
Stasiun Jatinegara. Hal yang pertama kali perlu dilakukan adalah dengan membangun jalur
pintas (short cut) yang menghubungkan sisi timur dengan jalur Manggarai, sehingga tercipta
satu kesatuan jalur lingkar kereta.
Dengan adanya jalur lingkar tersebut (garis biru pada Gambar 2, panjang sekitar 27 km) jalur-
jalur radial kereta di kaki-kaki penghubung dan jalur pusat (Jakarta Kota) cukup berhenti di
stasiun-stasiun pertemuan jalur lingkar, yaitu Duri, Tn. Abang, dan Manggarai. Selanjutnya
penumpang komuter dapat melakukan transit ke layanan kereta lingkar. Dengan begitu,
frekuensi masing-masing jalur dapat diatur dengan lebih optimal, dan perpindahan penumpang
dari/ke pusat kota akan lebih mudah dan lebih singkat.

Gambar 2 Skematik konsep modifikasi pola operasi lingkar kereta komuter Jabodetabek

3.3. Kendala dan Tantangan


3.3.1 Jumlah penumpang
Jika dibandingkan dengan total jumlah penumpang harian KKJ saat ini, jumlah penumpang
yang melakukan pola perjalanan seperti yang dijelaskan di atas, termasuk sangat kecil. Hal ini
dikarenakan telah terbentuknya pola pergerakan penumpang komuter yang umumnya
menghubungkan lokasi tempat tinggal dan lokasi tempat kerja.
Tabel 2 berikut menunjukan cuplikan data asal-tujuan penumpang, yang berasal dari jalur
Bogor (naik dari sepanjang Stasiun Bogor sampai Tebet) yang menuju stasiun-stasiun di sisi
timur (Kemayoran, Pasar Senen, Gang Sentiong, Kramat, Pondok Kopi, dan Jatinegara).
4 Peningkatan Layanan Kereta Komuter Jabodetabek dengan Pola Operasi Lingkar (Loop Line)

Terlihat dari tabel di bawah, gambaran jumlah penumpang dengan pola perjalanan dengan
transit, jika dibandingkan dengan total penumpang harian sebesar 851.045 adalah cukup kecil.

Tabel 2 Cuplikan O-D jumlah penumpang harian dari jalur Bogor dengan tujuan ke stasiun sisi timur

Kemayo- Pasar Gg.


Kramat Pd. Kopi Jatinegara
ran Senen Sentiong
Bogor s.d.
1.310 1.239 516 278 186 1.722
Tebet
Sumber: PT KCI, 2018

Namun dengan adanya jalur lingkar KKJ, pola pergerakan penumpang tentunya akan berubah
di kemudian hari. Diharapkan dengan adanya jalur lingkar KKJ tersebut, dapat memperlancar
perpindahan orang dari satu titik ke titik lainnya di dalam kota DKI Jakarta, khususnya titik-
titik sepanjang stasiun-stasiun jalur lingkar, dan terjadi perpindahan moda ke KKJ sehingga
dapat mengurangi kepadatan di jalan raya. Selain itu, pola operasi KKJ lingkar dapat
menambah daya tarik kota
3.3.2 Sarana dan prasarana
Diperlukan adanya penambahan dan perbaikan infrastruktur penunjang, seperti pembangunan
jalur pintas (short cut) yang menghubungkan Pondok Kopi dan Manggarai. Selain itu juga
diperlukan peningkatan infrastruktur pada stasiun-stasiun transit sehingga memungkinkan
terjadinya perpindahan penumpang dan kereta yang terintegrasi.
Dengan semakin tingginya jumlah pergerakan penumpang KKJ di masa depan, peningkatan
headway harus diiringi dengan pembuatan perlintasan tak sebidang agar tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas.

4. KESIMPULAN
Modifikasi pola operasi KKJ menjadi lingkar penuh di dalam kota DKI Jakarta akan
mempermudah perpindahan penumpang. Selain itu juga berpotensi untuk dapat menarik minat
penumpang non-komuter untuk melakukan perjalanan dengan KKJ untuk perjalanan dalam kota
DKI Jakarta, khususnya sepanjang jalur lingkar KKJ, sehingga dapat mengurangi kepadatan di
jalan raya.

5. REFERENSI
Hata, Tomoyoshi, 2003. Improvement of Railway System in Jakarta Metropolitan Area, Japan
Railway & Transport Review, No.35, hal.36-44
Muro, Tetsuo, 2009. Compact City Development Using Public Transport, Japan Railway &
Transport Review, No. 52, hal.24-31
Thilda, M., Zhui, Z., Xiaojing, Z., Yudhistira, M.H.,Volinski, J., 2012. Yangon Circular
Railway Development Project, GraSPP Working Paper Series

Anda mungkin juga menyukai