31
32
desilikasi yaitu penghilangan silika bebas dari pori-pori zeolit. Perendaman zeolit
dalam larutan HF hanya dilakukan selama 30 menit serta digunakan larutan HF
dalam konsentrasi yang rendah. Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya
struktur kerangka zeolit akibat pengurangan Si yang terlalu banyak. Aktivasi
zeolit dengan larutan HF melarutkan silika dan menghasilkan gas SiF4. Reaksi
yang terjadi antara silika bebas dengan larutan HF adalah sebagai berikut.
+ 3+ +
+H +Al +M
33
+ + + M+
+
NH
4
Ion-ion NH4 dari larutan amonium klorida menggantikan posisi kation
+
logam pengotor pada zeolit alam. Setelah terjadi pertukaran dengan ion amonium,
maka akan terbentuk H-zeolit. Pada saat pemanasan, kation amonium mengalami
penguraian menjadi gas NH3.
Δ + NH3
+
+ Ag
Dikalsinasi
+
+H
C. Karakterisasi Katalis
1. Rasio Si/Al
Untuk mengetahui jenis unsur atau senyawa penyusun sampel beserta
persentase komposisinya, maka dilakukan analisis dengan XRF. Dilakukan
analisis zeolit alam Kabupaten Malang, zeolit alam teraktivasi, dan zeolit alam
terimpregnasi logam Ag menggunakan XRF. Berdasarkan hasil analisis yang
diperoleh, diketahui bahwa zeolit alam Kabupaten Malang mengandung pengotor
yaitu Mg, P, Ca, Ti, V, Cr, Mn, Zr, dan Ba. Pengotor-pengotor tersebut dapat
dihilangkan dengan cara aktivasi menggunakan asam.
rasio Si/Al tertinggi. Hal ini menyebabkan katalis Ag/ZAA memiliki stabilitas
termal paling tinggi apabila dibandingkan dengan katalis lain.
2. Keasaman Katalis
Keasaman katalis dianalisis dari kemampuannya dalam mengadsorpsi
basa. Keasaman katalis merupakan jumlah mmol basa yang diadsorpsi tiap gram
katalis. Jumlah mmol basa yang diadsorpsi adalah ekivalen dengan situs asam
yang dimiliki oleh katalis. Keasaman yang dianalisis merupakan keasaman total
yaitu jumlah dari asam Bronsted dan Lewis. Prinsipnya yaitu gas amonia akan
menempati situs asam Bronsted dan Lewis. Pada umumnya, untuk menguji
keasaman katalis digunakan basa amonia dan piridin. Pada penelitian ini,
digunakan basa amonia karena amonia memiliki ukuran molekul yang lebih kecil
sehingga mudah masuk ke dalam pori-pori katalis. Adapun perhitungan jumlah
keasaman katalis adalah sebagai berikut.
mg
( b−a ) × 1000
g
amonia yang diserap ( mmol ) =
Mm NH 3
4. Fase Kristalin
Zeolit alam dari Kabupaten Malang dianalisis menggunakan XRD untuk
mengetahui jenis zeolit serta mengetahui fase kristalinnya. Hasil analisis
menggunakan XRD berupa difraktogram. Difraktogram terdiri dari beberapa
puncak yang menunjukkan bidang kristal. Semakin tinggi puncak yang dihasilkan,
maka fase kristalinnya meningkat. Difraktogram yang dihasilkan kemudian
dibandingkan dengan difraktogram dengan difraktogram standar berbagai jenis
zeolit dalam Joint Committe for Powder Diffraction Standart (JCPDS).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan XRD, zeolit alam Kabupaten Malang
memiliki kemiripan dengan zeolit mordenit.
Selain membandingkan spektra hasil XRD-nya, dibandingkan juga posisi 2
theta dan d-spacing dari zeolit alam Kabupaten Malang dan zeolit mordenit. Dari
kecocokan difraktogram serta tabel pos 2 theta dan d-spacing zeolit alam dari
Kabupaten Malang dengan JCPDS no. 6-239, sehingga dapat diketahui bahwa
zeolit alam dari Kabupaten Malang merupakan zeolit jenis mordenit.
Analisis fase kristalin dari katalis dilakukan menggunakan XRD. Analisis
bertujuan untuk mengetahui fase kristalin masing-masing katalis yaitu zeolit alam,
zeolit alam teraktivasi, dan zeolit alam terimpregnasi logam Ag. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa puncak-puncak yang dihasilkan hanya sedikit mengalami
perubahan, sehingga dapat diketahui bahwa aktivasi dengan asam dan proses
kalsinasi tidak menyebabkan perubahan serta kerusakan struktur zeolit. Aktivasi
dengan larutan asam tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur secara
signifikan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Srihapsari (2006).
D. Degradasi Gliserol
Reaksi degradasi gliserol menurut Buhler, et al. (2002), terjadi melalui
mekanisme radikal bebas dan pada suhu tinggi. Degradasi gliserol disebabkan
karena adanya pemutusan ikatan molekul gliserol dan dekomposisi pelarut.
Dekomposisi pelarut akan membentuk radikal (Xia & Wang, 2002). Katalis
berfungsi menurunkan gaya ikatan antar atau dalam molekul gliserol sehingga
mudah bereaksi dengan H+ (Wardani, 2016). Dengan penggunaan katalis dan
gelombang ultrasonik, diharapkan proses degradasi gliserol dapat berlangsung
38
lebih cepat dengan energi yang lebih kecil sehingga lebih praktis serta ekonomis
untuk dilakukan. Mekanisme reaksi degradasi gliserol menjadi etanol adalah
sebagai berikut.