Anda di halaman 1dari 5

RIDHIA HAFIYYANI 1111096000014 KIMIA KATALIS

Katalis homogen
Katalis homogen yaitu katalis yang digunakan berfasa sama dengan fasa zat pereaksi. katalis homogen berfungsi sebagai zat perantara. Serta dalam katalis homogen, reaktan dan katalis terdispersi dalam satu fasa, biasanya cair. Sehingga sulit memisahkan katalis dari sistem reaksinya karena katalis larut dalam campuran. Kelemahan katalis homogen yaitu sulit memisahkan katalis dari sistem reaksinya. Contoh reaksi katalis homogen : Reaksi tanpa katalis : 2SO + O 2SO
2 (g) 2 (g)

3 (g)

(lambat)

Reaksi dengan katalis NO : NO + O NO


2 2

(cepat) (cepat)

NO + 2SO 2SO + 2NO


2 2 3

---------------------------------- + 2SO + O 2SO


2 2 3

(cepat)

Gas NO mudah bereaksi dengan O menjadi NO yang merupakan sumber O bagi SO untuk
2 2 2 2

membentuk SO dan NO kembali, sehingga gas NO diperoleh kembali dalam jumlah yang
3

sama. Aplikasi dari katalis homogen : penggunaan H2SO4 untuk reaksi esterifikasi, penggunaan NaOH dan KOH sebagai pembuatan biodiesel.

Katalis heterogen
Katalis heterogen yaitu katalis yang fasanya berbeda dengan fasa reaktannya. Katalis heterogen relatif kurang reaktif dikarenakan heterogenitas permukaannya. Keunggulan : mudah dipisahkan dari sistem reaksinya dan relatif stabil terhadap perlakuan panas membuat katalis heterogen lebih disukai dalam berbagai proses industri.

Aplikasi dari katalis heterogen : penggunaan katalis Pt-Rh-Pd / Al2O3 sebagai katalis converter gas buang pada kendaraan bermotor, penggunaan komplek logam transisi sebagai katalis heterogen dalam berbagai reaksi kimia.
Contoh katalis heterogen dalam dunia industri : Reaksi C4H10 Butena dan C4H6 (butadiena) CH4 atau hidrokarbon lain + H2O CO + H2 C2H2 + 2H2 C2H6 Cr2O3 - Al2O3 Ni support Pd dalam Al2O3 atau padatan pendukung Ni-Sulfida. Logam (seperti Pd) pada zeolit Hidrocraking CO + 2H2 CH3OH Promotor ZnO dengan Cr2O3 atau promoter Cu1 ZnO dengan Cr2O3 atau Al2O3. Katalis

Mekanisme kerja katalis heterogen : 1. Gas-gas berikatan dengan atom-atom logam (adsorpsi) 2. Molekul-molekul gas memutuskan ikatan dan bergerak mencari pasangan untuk berikatan 3. Molekul-molekul gas bereaksi memebentuk ikatan 4. Molekul gas yang terbentuk melepaskan ikatan dengan atom-atom logam (desorpsi)

Biokatalis (enzim)
Biokatalis yaitu katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup. Biokatalis dikenal dengan nama enzim. Mekanisme kerja enzim dibagi menjadi dua, yaitu Lock and Key dan Induced Fit.

1. Lock and key Mekanismenya yaitu enzim bagaikan sebuah gembok, memiliki bagian yang berhubungan dengan kunci yang disebut lubang kunci. Bagian lubang kunci ini diibaratkan sebagai sisi aktif enzim, yaitu suatu tempat yang spesifik untuk mengikat substratnya. Substrat digambarkan sebagai sebuah kunci. Mata kunci memiliki struktur yang khas dan cocok dengan struktur lubang kunci pada gembok. Kunci tertentu hanya cocok dengan gembok tertentu, artinya enzim tertentu hanya bekerja pada substrat tertentu. Apabila sisi aktif bergabung dengan substrat maka enzim tidak aktif lagi. Bergabungnya enzim dengan substrat membentuk kompleks enzim substrat. Kompleks enzim substrat digambarkan sebagai gembok dimana pada lubang kuncinya terdapat kunci. Setelah reaksi berlangsung, kompleks enzim substrat lepas dan terbentuklah produk. 2. Induced fit Teori ini menyatakan bahwa enzim memiliki sisi aktif yang mudah menyesuaikan dengan bentuk substratnya. Dengan kata lain, bentuk sisi aktif enzim bersifat fleksibel. Pada saat substrat bertemu dengan enzim, maka sisi aktif enzim berubah sedemikian rupa sehingga cocok dengan substrat dan terbentuklah kompleks enzim substrat. Setelah terjadi reaksi dan produk telah terbentuk, enzim akan lepas. Pada saat ini tidak menutup kemungkinan, substrat lain bergabung dengan enzim. Pada saat ini pula enzim tidak aktif lagi. Aplikasi dari biokatalis : penggunaanya adalah Enzim lipase (Triacylglycerol Acllydrolases). Enzim lipase atau enzim pemecah lemak dipakai dalam reaksi pembuatan biodiesel. Enzim itu dapat mengatalisis, menghidrolisis, serta mensintesis bentuk ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang seperti halnya minyak goreng dan jelantah.

Teknik karakterisasi katalis, dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan sifat-sifat yang akan diteliti, antara lain: 1. Sifat sifat partikel, meliputi: luas permukaan (surface area), porositas atau distribusi ukuran pori (adsorpsi uap pada suhu rendah, Hg porosimetry, dan incipient wetness), densitas, ukuran partikel, sifat-sifat mekanis, dan difusifitas.

2. Sifat-sifat permukaan (surface), meliputi: struktur dan morfologi (SEM, TEM, XRD, EXAFS, XPS, IR, Raman, UV-Vis), dispersi (chemisorption), dan keasaman (TPD). 3. Sifat-sifat bulk, meliputi: komposisi elemental (XRF, AAS), sifat-sifat senyawa atau struktur fasa (XRD, Raman, IR, DTA, TPR, TPO, TEM), struktur molekul (IR, Raman, UVVis, XAFS, NMR, dan EPR), serta reaktifitas bulk (XRD, UV-Vis, TGA, DTA, TPR, dan TPO) Teknik pembuatan katalis Pembuatan dan karakterisasi katalis nikel pada padatan pendukung zeolit Pembuatan katalis Ni-Zeolit dilakukan dengan cara pertukaran ion larutan nikel nitrat pada padatan pendukung zeolit alam. Metoda yang sering digunakan untuk mendistribusikan logam Ni dalam zeolit dilakukan dengan cara impregnasi dan ion exchange. Pada metoda ion exchange, cara memasukkan kation ke dalam kerangka zeolit dilakukan melalui pertukaran antara kation alkali atau alkali tanah dengan larutan garam logam prekursor. Bila ion exchange berlangsung pada zeolit alam, maka dengan cara menukarkan logam alkali atau alkali tanah dengan ion Ni2+ akan berjalan pada temperatur 180oC. Pada penelitian ini ion exchange dilakukan tidak secara langsung tetapi melalui dua tahap. Tahap pertama dilakukan dengan pembentukan NH4-Zeolit, dilanjutkan tahap berikutnya adalah ion exchange logam Ni2+ ke dalam NH4-Zeolit yang berlangsung pada temperatur kamar. Salah satu parameter penting pada pembuatan Ni-Zeolit melalui proses ion exchange yaitu konsentrasi ion amonium akan dikaji disamping perlakuan reduksi (Imelik dkk, 1980; Tsitsishvili, G.V., 1992). Karakterisasi katalis dilakukan dengan AAS yang bertujuan untuk menentukan kandungan logam. Sifat keasaman permukaan padatan katalis dtentukan melalui adsorpsi gas ammonia secara grafimetri dan spektroskopi IR. Kajian dilakukan terhadap hubungan antara beberapa parameter diantaranya konsentrasi larutan ion ammonium, kondisi reduksi pada proses pembuatan katalis.

Katalis dapat diregenarisasi Aktivitas katalis yang telah terdeaktivasi dapat dipulihkan kembali, secara parsial maupun sempurna, melalui treatment kimia. Proses regenerasi yang berlangsung lambat dapat disebabkan oleh meningkatnya batasan termodinamika atau tahanan difusi akibat menutupnya pori-pori katalis. Peningkatan tahanan difusi ini akan menurunkan effectiveness factor katalis. Meskipun kecepatan desorpsi pada umumnya meningkat pada suhu tinggi, namun pengontakan katalis dengan aliran gas bersuhu tinggi untuk jangka waktu lama dapat memicu terjadinya sintering dan hilangnya aktivitas katalis secara ireversibel. Deaktivasi katalis karena peracunan dan pengerakan akan berlangsung ireversibel, jika zat-zat penyebab deaktivasi tersebut tidak dapat digasifikasi pada suhu di bawah suhu sintering-nya. Contoh-contoh kasus regenerasi katalis:
(1) Untuk katalis yang teracuni oleh sulfur, ikatan logam-sulfur biasanya diputuskan dengan menambahkan steam. Contohnya, pada katalis logam nikel: Ni-S + H2O NiO + H2S (i)

H2S + 2 H2O SO2 + 3 H2 (ii) Kesetimbangan reaksi (ii) yang menggeser H2S dicapai pada suhu yang sangat tinggi (>700oC). Artinya, sintering katalis menjadi persoalan (karena suhu sintering Ni 500oC). Selain itu, SO2 biasanya merupakan racun untuk beberapa katalis. Jika sintering atau peracunan oleh SO2 menghalangi treatment regenerasi dengan steam, maka sulfur yang terdeposit pada katalis Ni biasanya dipisahkan dengan cara melewatkan aliran gas yang bebas sulfur pada katalis, pada suhu-sedang, selama periode waktu tertentu. (2) Regenerasi katalis yang terdeaktivasi oleh coke biasanya dilakukan dengan proses gasifikasi menggunakan oksigen, steam, hidrogen, atau karbon dioksida: C + O2 CO2 (iii) C + H2O CO + H2 (iv) C + 2 H2 CH4 (v) C + CO2 2 CO (vi) Reaksi (iii) berlangsung sangat eksotermik sehingga dapat menghasilkan suhu lokal yang tinggi di dalam katalis. Oleh karena itu, suhu harus benar-benar dikontrol untuk mencegah terjadinya sintering.

Anda mungkin juga menyukai