Oleh :
Dr. D. Setyawan PH, S.Si., M.Si
Panggilan : Pak Iwan
1
Pembahasan sebelum Mid-Semester
Oleh : Novita Andarini, S.Si., M.Si
• Pemilihan Katalis
(Karakterisasi dari tipe adsorpsi,
Adsorpsi fisik Isothermis,
Panas adsorpsi,
model adsorpsi isotermis).
2
Pengertian katalis
• Suatu substansi, yang jika ditambahkan ke dalam sistem
reaksi, maka akan dapat mempercepat laju reaksi untuk
mencapai ke keadaan kesetimbangan.
• Jika suatu sistem reaksi tidak dapat berlansung, maka
dengan ditambahkan katalis pun juga tidak akan
berlangsung.
• Katalis dapat mengarahkan untuk terjadinya produk reaksi.
– Menurut Augustine (1986)
C2H5OH ---CuO----- CH3CHO + H2
3
Contoh beberapa katalis dan penggunaanya
4
Jenis katalis dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
• katalis homogen
katalis homogen adalah suatu jenis katalis dimana katalis dan reaktan
berada dalam satu fasa (wujud), keduanya (reaktan dan katalis) dalam fasa
gas atau liquid, seperti dalam reaksi hidrolisis sukrosa dengan
menggunakan katalis asam (asam klorida, asam asetat, dll).
• katalis heterogen
katalis heterogen adalah suatu jenis katalis dimana katalis dan reaktan
berada dalam fasa yang berbeda, misalnya padat dengan cair, gas dengan
padat.
• katalis heterohomogen
katalis heterohomogen adalah suatu jenis katalis dimana reaktan dan
katalis berada dalam fasa yang sama dan berbeda. Katalis heterohomogen
merupakan gabungan dari tipe katalis homogen gan heterogen.
5
Ilustrasi peristiwa interaksi pada permukaan katalis
6
Pembahasan Setelah Mid-Semester
Oleh :
Dr. Iwan D. Setyawan PH, S.Si., M.Si
• Zeolit
(Struktur zeolit, Sifat-sifat fisik dan kimia, Katalis Asam ( H-Zeolit),
Hubungan keasaman dan aktivitas katalis.
7
Teknik mempreparasi katalis heterogen
1. Langsung pakai
- Logam atau material dalam bentuk “powder” atau
batang langsung dicampurkan ke dalam sistem
reaksi.
2. Impregnasi kering
- Dengan menguapkan logam-logam sehingga logam-
logam tersebut menempel pada permukaan
padatan.
3. Impregnasi basah
- Dengan perendaman, kalsinasi, oksidasi dan reduksi .
8
Pengertian
9
Ad 1. Langsung pakai
• Logam dalam bentuk powder atau serbuk dalam jumlah tertentu dapat
digunakan secara langsung sebagai katalis. Katalis dapat digunakan secara
“batch” atau “continuous fixed bed”.
pengganjal
Cairan umpan
katalis
pemanas
umpan
Kelemahan :
- Molekulnya terlalu besar
Uap logam - Hanya menempel
dipermukaanya saja
- Surface areanya relatif kecil
Serbuk logam atau mengecil
pemanas
11
Ad 3. Impregnasi basah
1. Perendaman dg akuadest
- Lama perendaman selama 2 hingga 3 jam, bahkan 1 hari atau 2 hari.
- Menghilangkan atau melarutkan senyawa anorganik atau organik,
yang larut ke dalam senyaw polar (air) (sebagai pengotor)
catalyst
filtrasi +
12
2. Kalsinasi dg gas nitrogen
Kolom aktivasi/ Aktivator
Kolom oksidasi/ Oksidator
Kolom reduksi/ Reduktor
Furnace
Glass
Catalyst yg di
wool
aktivasi/kalsinasi
T = 773 K
Tujuan kalsinasi :
1. Untuk membersihkan permukaan katalis
dari senyawa organik maupun anorganik
yg tidak kita kehendaki
2. Membuka pori – pori katalis sehingga
N2 katalis dapat menjadi lebih aktif
Gas pembawa/
carrier gas
13
3. Oksidasi dg Oksigen
Kolom aktivator
Furnace
Glass
Catalyst yg
wool
dioksidasi
T = 773 K
t = 500 oC Dapat menghilangkan pengotor yg terdapat
dalam zeolit : Na, Ca, Mg, Ba, Fe.
O2 + Mg MgO
O2 O2 + Ca CaO
O2 + Ba BaO
14
4. Impregnasi basah dari logam yg dikehendaki
Serbuk zeolit
filtrasi
+
residu
Setelah oksidasi
Diamkan hingga 1 – 2 jam atau
dilanjutkan reduksi
1 – 2 hari (perkiraan)
15
5. Oksidasi dg Oksigen
Kolom aktivator
Furnace
Glass
wool Catalyst yg
dioksidasi
O2 + Ni { Ni(NO3).6(H2O) } NiO
16
6. Reduksi dg hidrogen
Kolom aktivator
Furnace
Glass
Catalyst yg
wool
reduksi
Reaksi yg terjadi
H2 + NiO Ni + H2O
H2 + CuO Cu + H2O
H2
H2 + Cr2O3 Cr + H2O
17
Terdapat 4 probabilitas dalam peristiwa impregnasi
logam pada permukaan zeolit
1. Semakin meningkat konsentrasi logam aktif yang diimpregnasikan ke permukaan
pengemban akan menyebabkan luas permukaan spesifik katalis meningkat.
Fenomena ini dapat terjadi bila distribusi logam aktif yang diimpregnasikan pada
zeolit relatif merata ke semua permukaan dan interaksi adesi antara logam aktif
dengan permukaan zeolit relatif lebih kuat sehingga tidak terjadi akumulasi pada
mulut dan saluran pori.
Akumulasi logam aktif terimpregnasi pada mulut pori dan menyebabkan penurunan
luas permukaan zeolit tetapi logam aktif terimpregnasi relatif banyak
19
3. Semakin banyak logam aktif yang diimpregnasikan ke permukaan zeolit menyebabkan
jumlah logam Ni yang terimpregnasi justru semakin sedikit tetapi relatif
mengakibatkan peningkatan luas permukaan spesifik padatan zeolit meskipun
peningkatan luas permukaan tidak terlalu besar.
Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi jumlah logam aktif yang
diimpregnasikan maka terjadi kompetisi antara logam aktif dengan logam aktif tersebut
sehingga logam aktif yang satu dengan yang lain saling menghalangi. Selanjutnya terjadi
akumulasi di satu tempat meskipun tidak pada mulut pori, sehingga tidak terdispersi
dengan merata ke permukaan zeolit.
Pada keadaan ini kemungkinan terjadi lapisan multilayer dari logam aktif yang
diimprgnasikan, sehingga keberadaan logam aktif pada lapisan kedua dan seterusnya akan
mudah lepas kembali pada saat perlakuan dengan termal. Keadaan tersebut menyebabkan
luas permukaan spesifik zeolit sebagai katalis meningkat meskipun tidak terlalu spektakuler,
karena jumlah logam aktif yang terimpregnasi relatif sedikit.
20
4. Semakin banyak logam aktif yang diimpregnasikan menyebabkan logam aktif yang
terimpregnasi relatif sedikit dan luas permukaan spesifik zeolit sebagai katalis menjadi
menurun.
22
Reaksi Hidrogenasi Alkena
Reaksi adisi dengan hidrogen
(Campbell, 1988)
Mekanisme ”Horiuti-Polanyi”
pada hidrogenasi alkena
Augustine (1996)
23
Reaksi katalitik etena dengan hidrogen pada
permukaan katalis platina (Wu, 2005)
24
Pada tahun 1835, Berzelius menjelaskan suatu konsep katalis sebagai metode
pengontrol terhadap laju suatu reaksi. Katalis didefinisikan sebagai suatu zat yang
bila ditambahkan ke dalam sistem reaksi dapat meningkatkan laju reaksi atau
mempercepat tercapainya keadaan setimbang dari sistem reaksi tersebut. Peran
katalis tidak berpengaruh pada stoikiometri reaksi atau konstanta kesetimbangan
reaksi. Katalis terlibat dalam suatu reaksi akan tetapi tidak bereaksi untuk
menghasilkan produk dan pada akhir reaksi akan diperoleh kembali (Satterfield,
1980)
26
ads : Panas adsorpsi reaktan (bersifat eksotermis)
Eads : Energi aktivasi dalam proses fisisorpsi reaktan pada permukaan katalis
ACH : Keadaan komplek teraktivasi tanpa katalis (activated complex homogenous)
ACA : Keadaan komplek teraktivasi adsorbat dengan katalis (activated complex
adsorbed)
Ecat : Energi aktivasi dalam proses kemisorpsi reaktan dengan katalis untuk membentuk
keadaan ACA (bersifat eksotermis)
Edes : Energi aktivasi untuk proses desorpsi
∆Ehom : Energi aktivasi reaksi tanpa katalis
∆HR : Entalpi reaksi tanpa katalis (proses eksotermis)
des : Entalpi proses desorpsi (bersifat endotermis)
27
Energi pengaktifan adalah energi minimum yang diperlukan suatu
reaktan untuk membentuk senyawa antara (keadaan kompleks teraktivasi),
sebelum reaktan berubah menjadi produk. Secara kinetika energi
pengaktifan dipengaruhi oleh adanya katalis. Reaksi dengan menggunakan
katalis heterogen meliputi beberapa tahap utama, yaitu fisisorpsi,
kemisorpsi dan desorpsi. Perbedaan jalan reaksi dengan menggunakan
katalis dan tanpa katalis.
Tahapan dalam reaksi katalitik dengan katalis heterogen menurut Wu (2005) dan
Augustine (1996), adalah sebagai berikut :
1. Difusi (transfer massa) reaktan dari fasa fluida menuju permukaan luar katalis.
2. Difusi reaktan dari mulut pori melalui pori-pori katalis menuju daerah sekitar permukaan
bagian dalam katalis.
3. Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis.
4. Reaksi pada permukaan katalis.
5. Desorpsi produk reaksi dari permukaan katalis.
6. Difusi produk dari permukaan bagian dalam melalui pori-pori katalis menuju mulut pori
pada permukaan luar.
7. Difusi (transfer massa) produk dari permukaan katalis ke fasa fluida.
30
Proses adsorpsi reaktan pada permukaan katalis heterogen didasarkan pada tumbukan
(collision) atau pertemuan (encounter) antara molekul reaktan dalam fasa fluida
dengan permukaan katalis.
Menurut Gasser (1987), terdapat beberapa tipe tumbukan yang mungkin terjadi
pada permukaan padatan (katalis) yaitu :
Kemisorpsi
Kemisorpsi merupakan adsorpsi secara kimia yang diasosiasikan atau
digambarkan dengan pertukaran elektron dan pembentukan ikatan kimia antara
molekul reaktan yang teradsorp dengan permukaan padatan (interaksi antar
orbital elektron). Kemisorpsi pada umumnya didahului dengan proses fisisorpsi,
dan pada kemisorpsi energi yang dilepaskan cukup besar yaitu sekitar 400
kJ/mol (eksotermis).
32
Gambar V.22c. Diagram potensial energi (Campbell, 1988)
34
Aspek Kuantitatif Adsorpsi Pada Permukaan Katalis
d ln P L
dT RT 2
P : tekanan uap
L : entalpi penguapan adsorbat. Untuk sistem kesetimbangan cair-
uap, L adalah panas penguapan dari proses penguapan (evaporasi)
35
ln P H ist
T RT
2
P H ist 1 1
ln 2
1
P R T1 T2
Pada adsorpsi isobar berlaku bahwa = f (T)P dan adsorpsi isotermis = f (P)T
37
Adsorpsi Isotermis Langmuir
x
x(maks)
38
kads
A + M A-M
kdes
dimana,
A : molekul adsorbat
M : situs aktif pada permukaan yang tersedia (1-)
A-M : adsorbat teradsorpsi ()
kads : tetapan laju adsorpsi
kdes : tetapan laju desorpsi
39
Konsentrasi adsorbat [A] pada fasa gas dinyatakan sebagai tekanan, [A] dapat
diganti dengan P dan konsentrasi situs aktif pada permukaan yang belum
mengadsorpsi atau masih kosong dapat diganti dengan (1-) dan dengan cara yang
sama [A-M] dapat diganti dengan (). Kesetimbangan adsorpsi berlaku sebagai
berikut,
vads = vdes
kads.P(1-) = kdes
k ads .P
k ads .P k des
k ads
jika b dimana b disebut sebagai faktor Langmuir
k des
maka bP
bP 1
40
Jika proses adsorpsi berlangsung pada tekanan yang sangat rendah atau adsorpsi
lemah, bP << 1 , maka berlaku 1 + b.P = 1. Pada berbanding lurus dengan P, =
b.P. Jika proses berlangsung pada tekanan yang cukup tinggi atau adsorpsi sangat
kuat, maka b.P>>1 sehingga 1 + b.P = b.P sehingga ~ 1.
Jika terdapat dua molekul gas A dan B yang berkompetisi pada permukaan
padatan katalis, maka bergantung dari tekanan masing-masing gas dan panas
adsorpsi dari masing-masing molekul gas. Bila faktor Langmuir ‘b’ dari gas-gas
tersebut adalah bA, dan bB maka;
bA PA bB PB
A B
1 bA PA bB PB 1 bA PA bB PB
Ketika molekul-molekul tersebut teradsorpsi pada situs aktif yang sama secara
acak, maka fungsi dimodifikasi sebagai berikut;
1
2
P
b 1
sehingga
b.P
1/ 2
1 b.P
1/ 2
42
Adsorpsi Isotermis dan Prosedur BET untuk Penentuan Luas Permukaan Padatan
43
Persamaan BET menurut Augustine (1996), adalah sebagai berikut:
P 1 C 1 P
.
Vads ( Po P) Vm .C Vm .C Po
P P
dengan membuat grafik hubungan antara Vads0 ( Po P)
Vs .
Po
C 1 1
Slope (S) = V .C . , dan Intersep (I) = Vm C
, maka Vm = ( S + I )-1
m
44
Luas permukaan yang diperoleh melalui metode BET dinyatakan dalam m2/g.
Diketahui bahwa N(bilangan Avogadro) = 6,02.1023 molekul dan Am adalah luas
penampang lintang molekul adsorbat nitrogen yaitu 16,2 Å persegi dan V
volume molar adsorbat. Maka Luas permukaan padatan ditentukan sebagai
berikut,
45
Zeolit
Pertukaran logam M(+) dengan H(+)
47
Pembentukan situs asam Bronsted
48
Peristiwa dealminasi
49
Parameter Zeolit Sebagai Katalis
1. Keasaman katalis
Keasaman (acidity) dan kekuatan asam (strength of acid) suatu katalis mempunyai
pengertian yang berbeda.
:NH3 +
NH4
50
Pengukuran keasaman katalis
kran
Kran
NH3
Ruang amoniak
Pompa
vakum Zeolit / katalis
Luas permukaan bagian dalam suatu katalis terjadi karena adanya pori-
pori, saluran dan rongga dari katalis
½a
a
a ½a
a ½a
L = 6 a2 sp2 L = 8 x { 6 x (1/2 a x ½ a)} = 12 a2 ap2 52
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan aktivitas suatu katalis
menurut Satterfield (1980), adalah sebagai berikut :
53
2. Reduksi dari situs aktif karena penggumpalan (sintering) pada permukaan
katalis atau migrasi, yaitu proses fisik bersifat irreversibel yang
menyebabkan penurunan luas permukaan katalis dan penurunan jumlah
situs aktif pada permukaan katalis.
54
4. Situs aktif yang hilang (loss of active spesies) karena pengaruh temperatur
reaksi yang relatif tinggi
56
4. Kristalinitas
57
Mengapa logam transisi sangat baik untuk katalis ???
Sebagai contoh Ni
58
Mekanisme reaksi katalitk
H H H H
H3CR' (g)
R C C R' (g) R C H C R'
H H H H H RCH2
59
H
H2 H2 H2
R" C C C C R'
R H
H
H2 H2 H2
CH2 RCH3 (g) + R" C C C C R'
zeolit zeolit
H H
H
"R C C C C R' β scission (g)
H2 H2 CH3 C + "R C CH2
H
R'
H
zeolit zeolit
60
H
H
H C C H+
R'
+ H2C C R' (g)
H
H
zeolit zeolit
H R'
H C C H R"
H+ H+
H2 H2
R" H CH2
H + R' C C C (g)
zeolit
zeolit zeolit
H C CH
H
zeolit
61
Frekuensi Distribusi Ukuran Pori Katalis
7 October 2019 62
Harapan impregnasi basah :
7 October 2019 63
Luas permukaan spesifik
katalis VTP (e-3cc/g) LPS (m2/g)
Z 10,35 9,21
ZSi 13,72 10,95
ZSiA 11,24 2,84
Ni/ZSiA 9,80 2,40
Lg L
g
LPS
L L
g g
LPS
L Lg
g
LPS
Lg
Lg
LPS
7 October 2019 66
Ilustrasi abrasi pada daerah mulut pori sehingga
menyebabkan penutupan mulut pori (a) dan saluran pori
bagian dalam (b)
7 October 2019 67
7 October 2019 68
Identifikasi posisi sudut difraksi pada difraktogram XRD katalis hasil dengan zeolit alam
standar
2θ
Jenis zeolit Zeolit alam menurut Treacy dan
Zeolit alam sampel
Higgins (2001)
Mordenite 6,54; 13,81; 18,03; 24,42; 25,64; 6,51; 13,83; 18,19; 24,43; 25,63;
25,99; 27,00; 35,58; 36,90; 39,83; 26,04; 27,09; 35,61; 36,87; 39,82;
45,33; 47,91; dan 48,70 45,28; 47,97; dan 48,70
Clinoptilolite 19,19; 20,40; 22,38; 25,32; 25,99; 19,10; 20,40; 22,36; 25,35; 26,04;
28,08; 29,81; 36,22; 45,34; dan 48,92 28,15; 29,79; 36,19; 45,38; dan 48,92
Quartz 20,86; dan 26,70 20,86; dan 26,65
7 October 2019 69
Mekanisme reaksi katalitik
H2
d
a
f
e c Keterangan :
g
a. Regulator aliran gas
b b. Evaporator
c. Furnace
d. Saluran penghubung
e. Furnace
h f. Reaktor
g. Katalis
i h. Pendingin
i. Penampung produk
70
V.2 Konversi Katalitik Metil 9-oktadekenoat menjadi 1-oktadekanol dengan
katalis ZSiA
7 October 2019 71
Gambar V.18 Kromatogram GC-MS hasil perengkahan secara
termal pada 400 oC
7 October 2019 72
Gambar V. 19 Kromatogram GC-MS produk hidrogenasi katalitik metil 9-oktadekenoat
(Lampiran 3d) pada temperatur 400 oC selama 30 menit dengan laju alir
hidrogen 40 mL/menit
7 October 2019 73
Brands (2002),
Hidrogenasi metil palmitat dihasilkan heksadekanol dan metanol.
Hidrogenasi lebih lanjut terhadap heksadekanol menghasilkan heksadekana.
Brands melakukan penelitian dengan mengunakan reaktor sistem fixed bed yang
dioperasikan pada temperatur 470 K dengan tekanan hidrogen 9 MPa menggunakan
pelarut butana dalam keadaan superkritis, dari reaksi tersebut dihasilkan
heksadekanol 98,6 %.
C15H31-CO-O-C16H33 + 2 H2 2 C16H33-OH
setil palmitat heksadekanol
7 October 2019 75
Perkiraan mekanisme reaksi konversi katalitik
metil 9-oktadekenoat menjadi 1-oktadekanol
O
C
OCH 3
H H metil 9-oktadekenoat
H O
C
OCH 3
H
H O
C
OCH 3
H metil oktadekanoat
7 October 2019 76
O
C
OCH3
H2 katalis ZSiA
C C C
O OCH3 O OCH3 O OCH3
H
H H H H H
CH3 CH3
(C16H32) (C16H32)
H O C H C HOCH3
O
H H
H H
7 October 2019 78
V.2.2 Pertumbuhan Produk 1-oktadekanol pada Variasi Berat Katalis dan Laju Alir
Hidrogen
7 October 2019 79
1. Semakin tinggi laju alir hidrogen kecenderungannya produk 1-oktadekanol
menurun
2. Semakin banyak katalis yang ditambahkan ke dalam system reaksi, maka produk 1-
oktadekanol menurun.
3. Pada laju alir 20 mL/menit ditingkatkan menjadi 40 mL/menit pada masing masing
berat katalis yang digunakan (5, 10 dan 15 gram) menunjukkan penurunan jumlah
produk yang relative sangat sedikit, dibandingkan perubahan jumlah produk dari
laju alir 40 mL/menit menjadi 60 mL/menit.
7 October 2019 80
Interaksi diawali dengan FISISORPSI molekul metil 9-oktadekenoat
Arah
aliran
Arah
aliran
7 October 2019 81
Interaksi KEMISORPSI (interaksi kimia)
O
C
OCH 3
H H metil 9-oktadekenoat
H O
C
OCH 3
H
H O
C
OCH 3
H
metil oktadekanoat
O
C + H2
OCH 3
metil oktadekanoat
OH
C
+ CH3OH
1-oktadekanol
metanol
7 October 2019 82
Sedangkan pada laju alir 60 mL/menit interaksi antara metil 9-oktadekenoat dengan
hydrogen pada permukaan katalis relative lebih lemah dibandingkan pada laju alir 20 dan
40 mL/menit. Karena pengaruh aliran yang relative lebih cepat, sehingga kemampuan
untuk melakukan fisisorpsi dan kemisorpsi juga akan menjadi lemah. Akibatnya produk
yang dihasilkan juga akan lebih sedikit.
7 October 2019 83
264 96
- 42 CH2 C O - 27 C2 H3
222 69
- 42 (CH2)3 - 14 CH2
180 55
- 14 CH2 - 14 CH2
166 41
- 29 C2 H5
137
- 14 CH2
123
- 27 C2 H3
7 October 2019 96 84
270 125
- 17 OH - 14 CH2
253 111
- 29 C2H5 - 14 CH2
224 97
- 56 C4H8 - 14 CH2
168 83
- 14 CH2 - 28 C2 H4
154 55
- 14 CH2
- 14 CH2
139 41
- 14 CH2
125
7 October 2019 85
Mekanisme reaksi 1-oktadekanol menjadi 1-oktadekena
melalui reaksi katalitik
86
(C8H17)
1-oktadekena
(C8H17)
5-oktadekena
(C8H17)
(C8H16)
C
H H H
1-oktadekena H
H
(C8H16)
CH4 +
H
H
(C8H16)
CH4 (g) +
Heptadekana H
7 October 2019 88
Mekanisme dari senyawa 1-oktadekanol menjadi 5-dodekena
diperkirakan mengikuti beberapa tahapan sebagai berikut,
1. Dehidrasi alkohol
2. Pergeseran ikatan rangkap
3. Pemutusan ikatan menjadi 5-dodekena dan heksana
4. Pemutusan (hidrogenasi) heksana menjadi senyawa yang lebih kecil (etana dan
butana) dalam fasa gas H
(C8H17) .. H
O
..
1-oktadekanol
+ H2O
1-oktadekena
H H
H H
heksana H 5-dodekena
7 October 2019 89
Kemudian heksana terurai mejadi senyawa-senyawa gas atau senyawa yang
mudah menguap sebagai berikut
H H
H H
+
H
etana (g) butana (g)
7 October 2019 90
Kemudian heksana terurai mejadi senyawa-senyawa gas atau senyawa yang
mudah menguap sebagai berikut
H H
H H
+
H
etana (g) butana (g)
7 October 2019 91
Faktor faktor yang mendukung kesuksesan dalam
reaksi katalitik :
93