Anda di halaman 1dari 18

Terdapat 4 probabilitas dalam peristiwa

impregnasi logam pada permukaan zeolit

1. Semakin meningkat konsentrasi logam aktif yang


diimpregnasikan ke permukaan pengemban akan menyebabkan
luas permukaan spesifik katalis meningkat. Fenomena ini dapat
terjadi bila distribusi logam aktif yang diimpregnasikan pada
zeolit relatif merata ke semua permukaan dan interaksi adesi
antara logam aktif dengan permukaan zeolit relatif lebih kuat
sehingga tidak terjadi akumulasi pada mulut dan saluran pori.

Distribusi yang merata dari logam aktif


terimpregnasi dan meningkatkan luas 1
permukaan katalis
2. Semakin meningkat konsentrasi logam aktif yang diimpregnasikan
ke permukaan pengemban akan mengakibatkan penurunan luas
permukaan spesifik katalis. Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa
logam aktif yang diimpregnasikan terdistribusi tidak merata atau
terakumulasi pada mulut pori (sintering) dan menutup mulut pori.
Pada keadaan ini terjadi interaksi kohesif antara logam aktif
dengan logam aktif yang lebih kuat dibanding interaksi adesif
logam dengan pengemban zeolit. Pada keadaan ini analisis dengan
menggunakan metode BET dapat memberikan informasi terjadinya
penurunan luas permukaan spesifik zeolit (katalis) meskipun logam
yang terimpregnasikan menunjukkan peningkatan.

Akumulasi logam aktif terimpregnasi pada mulut pori dan


menyebabkan penurunan luas permukaan zeolit tetapi logam aktif
2
terimpregnasi relatif banyak
3. Semakin banyak logam aktif yang diimpregnasikan ke permukaan
zeolit menyebabkan jumlah logam Ni yang terimpregnasi justru
semakin sedikit tetapi relatif mengakibatkan peningkatan luas
permukaan spesifik padatan zeolit meskipun peningkatan luas
permukaan tidak terlalu besar.

Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi jumlah logam aktif
yang diimpregnasikan maka terjadi kompetisi antara logam aktif dengan
logam aktif tersebut sehingga logam aktif yang satu dengan yang lain
saling menghalangi. Selanjutnya terjadi akumulasi di satu tempat
meskipun tidak pada mulut pori, sehingga tidak terdispersi dengan
merata ke permukaan zeolit.
Pada keadaan ini kemungkinan terjadi lapisan multilayer dari logam aktif
yang diimprgnasikan, sehingga keberadaan logam aktif pada lapisan
kedua dan seterusnya akan mudah lepas kembali pada saat perlakuan
dengan termal. Keadaan tersebut menyebabkan luas permukaan spesifik
3
zeolit sebagai katalis meningkat meskipun tidak terlalu spektakuler,
4. Semakin banyak logam aktif yang diimpregnasikan menyebabkan
logam aktif yang terimpregnasi relatif sedikit dan luas permukaan
spesifik zeolit sebagai katalis menjadi menurun.

Kompetisi dan akumulasi logam aktif


terimpregnasi pada mulut pori dengan LPS
yang menurun
Kejadian tersebut dapat disebabkan karena terjadinya kompetisi
logam-logam aktif yang diimpregnasikan pada daerah mulut pori dan
terjadi lapisan multilayer sehingga pada lapisan atau tumpukkan
logam aktif yang berada diatas logam aktif yang lain kemungkinan
mengalami interaksi yang lemah (adhesi logam aktif dengan
permukaan pada mulut pori lebih kuat dibandingkan kohesi antar
logam aktif), sehingga akan mengalami peristiwa desorpsi
(pelepasan) dari logam aktif, dengan demikian jumlah logam aktif
yang berada pada daerah mulut relatif sedikit dan menutupi mulut 4
pori. Penutupan pori tersebut akan menyebabkan luas permukaan
Reaksi reversible dari alkohol pada
beberapa temperatur

5
Reaksi Hidrogenasi Alkena
Reaksi adisi dengan
hidrogen (Campbell,
1988)

Mekanisme Horiuti-
Polanyi pada
hidrogenasi alkena
Augustine (1996)
6
Reaksi katalitik etena dengan hidrogen pada
permukaan katalis platina (Wu, 2005)

7
Pada tahun 1835, Berzelius menjelaskan suatu konsep katalis
sebagai metode pengontrol terhadap laju suatu reaksi. Katalis
didefinisikan sebagai suatu zat yang bila ditambahkan ke dalam
sistem reaksi dapat meningkatkan laju reaksi atau mempercepat
tercapainya keadaan setimbang dari sistem reaksi tersebut. Peran
katalis tidak berpengaruh pada stoikiometri reaksi atau konstanta
kesetimbangan reaksi. Katalis terlibat dalam suatu reaksi akan
tetapi tidak bereaksi untuk menghasilkan produk dan pada akhir
reaksi akan diperoleh kembali (Satterfield, 1980)

Pengertian katalis adalah suatu substansi yang dapat


mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan dari suatu
reaksi tanpa katalis tersebut terlibat secara permanen dalam
reaksi (Augustine, 1996). Oleh karena itu jika secara
termodinamika suatu reaksi tidak dapat terjadi maka dengan
adanya katalis dalam reaksi tersebut juga tidak akan
menyebabkan terjadinya reaksi, sehingga dapat dikatakan
bahwa katalis bukan suatu substansi yang memulai terjadinya
reaksi. Katalis turut berperan aktif dalam proses reaksi tetapi
tidak berubah menjadi senyawa produk. Peran aktif katalis 8
tersebut terlihat dari interaksi antara katalis dengan reaktan
Adsorpsi
1. Fisisorpsi
2. Kemisorpsi
3. Desorpsi

Interaksi katalis dengan reaktan selalu mengacu pada


kesetimbangan, yang artinya tidak seluruh reaktan dapat
berubah menjadi produk reaksi (Satterfield, 1980). Interaksi
katalis dengan reaktan secara garis besar meliputi proses
fisisorpsi, kemisorpsi dan desorpsi. Interaksi antara katalis
dengan reaktan dapat menghasilkan senyawa yang lebih
aktif sebagai intermediet serta dapat meningkatkan laju,
ketepatan dan konsentrasi tumbukan (encounter) akibat dari
lokalisasi reaktan. Sebagai konsekuensi dari keadaan
tersebut maka energi pengaktifan dari reaksi menjadi lebih
rendah. 9
ads : Panas adsorpsi reaktan (bersifat eksotermis)
Eads : Energi aktivasi dalam proses fisisorpsi reaktan pada permukaan katalis
ACH : Keadaan komplek teraktivasi tanpa katalis (activated complex homogenous)
ACA : Keadaan komplek teraktivasi adsorbat dengan katalis (activated complex
adsorbed)
Ecat : Energi aktivasi dalam proses kemisorpsi reaktan dengan katalis untuk
membentuk keadaan ACA (bersifat eksotermis)
Edes : Energi aktivasi untuk proses desorpsi
Ehom : Energi aktivasi reaksi tanpa katalis
HR : Entalpi reaksi tanpa katalis (proses eksotermis)
des : Entalpi proses desorpsi (bersifat endotermis)
10
Energi pengaktifan adalah energi minimum yang
diperlukan suatu reaktan untuk membentuk senyawa antara
(keadaan kompleks teraktivasi), sebelum reaktan berubah
menjadi produk. Secara kinetika energi pengaktifan
dipengaruhi oleh adanya katalis. Reaksi dengan
menggunakan katalis heterogen meliputi beberapa tahap
utama, yaitu fisisorpsi, kemisorpsi dan desorpsi. Perbedaan
jalan reaksi dengan menggunakan katalis dan tanpa katalis.

Reaktan yang bereaksi tanpa menggunakan katalis memiliki


energi aktivasi reaksi (Ehom) yang relatif besar untuk
mencapai keadaan transisi (transition state complex, TSC)
atau keadaan komplek teraktivasi tanpa katalis (activated
complex homogenous, ACH), sehingga dengan
ditambahkannya katalis ke dalam sistem reaksi akan
menurunkan energi aktivasi reaksi yang diperlukan untuk
reaksi tersebut. Besarnya energi aktivasi reaksi dengan
menggunakan katalis (Ecat) nilainya lebih kecil dibandingkan11
Menurut Gasser (1987), reaksi dengan menggunakan katalis
melibatkan peristiwa fisisorpsi, kemisorpsi dan desorpsi.
Peristiwa fisisorpsi merupakan keadaan molekul reaktan
dalam fasa gas teradsorpsi pada permukaan katalis dan
melibatkan gaya van der Waals. Peristiwa fisisorpsi bersifat
eksotermis dan besarnya energi yang dilepaskan 40 kJ/mol.
Kemisorpsi merupakan peristiwa terjadinya pertukaran
elektron serta pembentukan ikatan kimia antara molekul gas
reaktan dengan permukaan katalis dan bersifat eksotermis.
Besarnya energi yang dilepaskan pada peristiwa kemisorpsi
adalah 400 kJ/mol.
Reaktan yang teradsorpsi pada permukaan katalis dapat
bermigrasi sehingga memungkinkan terjadinya tumbukan
antara reaktan yang satu dengan yang lain hingga terjadi
reaksi dan menghasilkan produk antara pada permukaan
katalis (activated complex adsorbed, ACA). Selanjutnya
produk akan mengalami peristiwa desorpsi secara spontan,
dimana energi yang diperlukan untuk peristiwa desorpsi ( des)
terpenuhi dari nilai energi yang dilepaskan dari peristiwa
kemisorpsi. Peristiwa desorpsi pada reaksi katalitik bersifat 12
Jenis, fungsi dan contoh katalis (Satterfield, 1980)

No. Jenis Katalis Fungsi Contoh


Hidrogenasi,
1 Logam Fe, Ni, Pt, Ag
Dehidrogenasi
Oksida dan NiO, ZnO, MgO
2 Sulfida Oksidasi, Desulfurisasi
Semikonduktif Bi2O3, MoO3
3 Oksida isolator Dehidrasi Al2O3, SiO2, MgO
Polimerisasi, Isomerisasi, H3PO4, H2SO4,
4 Asam
Alkilasi SiO2/Al2O3

Tahapan dalam reaksi katalitik dengan katalis heterogen menurut Wu (2005) dan
Augustine (1996), adalah sebagai berikut :
1.Difusi (transfer massa) reaktan dari fasa fluida menuju permukaan luar katalis.
2. Difusi reaktan dari mulut pori melalui pori-pori katalis menuju daerah sekitar permukaan
bagian dalam katalis.
3.Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis.
4.Reaksi pada permukaan katalis.
5.Desorpsi produk reaksi dari permukaan katalis.
6. Difusi produk dari permukaan bagian dalam melalui pori-pori katalis menuju mulut pori
pada permukaan luar.
7.Difusi (transfer massa) produk dari permukaan katalis ke fasa fluida.

13
Proses adsorpsi reaktan pada permukaan katalis heterogen
didasarkan pada tumbukan (collision) atau pertemuan (encounter)
antara molekul reaktan dalam fasa fluida dengan permukaan katalis.

Menurut Gasser (1987), terdapat beberapa tipe tumbukan


yang mungkin terjadi pada permukaan padatan (katalis)
yaitu :
1. Molekul reaktan yang menumbuk katalis dipantulkan dari
permukaan padatan yang bersifat elastis sempurna atau
sebagian. Pada proses ini tidak terjadi pertukaran energi (dE =
0) atau terjadi pertukaran energi sebagian. Tumbukan molekul
reaktan pada permukaan padatan akan dipantulkan kembali
dengan energi yang sama saat molekul tersebut menumbuk
atau dipantulkan dengan energi yang hampir sama.
2. Molekul reaktan diadsorpsi pada permukaan dan terjadi
perpindahan atau pertukaran energi (dE 0). Pada fenomena
ini tumbukkan antara molekul reaktan dengan permukaan
katalis akan dipantulkan sebagian dan berdasarkan besarnya
energi yang dilepaskan maka fenomena adsorpsi ini dibedakan
menjadi dua macam, yaitu : 14
Fisisorpsi
Fisisorpsi merupakan proses penyerapan molekul gas pada
permukaan padatan secara fisik yang diasosiasikan sebagai
gaya tarik yang lemah (Van der Waals) dari molekul reaktan dan
permukaan katalis. Dasar pemikiran dari proses fisisorpsi adalah
gaya tarik-menarik elektrostatis antar molekul dan bila gaya ini
terjadi antara atom atau molekul dengan permukaan maka yang
terjadi adalah hanya gaya tarik-menarik secara fisik tanpa
disertai perubahan kimia. Fisisorpsi mempunyai panas adsorpsi
yang relatif kecil yaitu sekitar 40 kJ/mol (eksotermis). Pada
fisisorpsi molekul gas yang teradsorpsi akan mudah dilepas
kembali dengan cara menaikkan temperatur sistem.

Kemisorpsi
Kemisorpsi merupakan adsorpsi secara kimia yang diasosiasikan
atau digambarkan dengan pertukaran elektron dan
pembentukan ikatan kimia antara molekul reaktan yang
teradsorp dengan permukaan padatan (interaksi antar orbital
elektron). Kemisorpsi pada umumnya didahului dengan proses
fisisorpsi, dan pada kemisorpsi energi yang dilepaskan cukup
besar yaitu sekitar 400 kJ/mol (eksotermis).
15
Gambar V.22c. Diagram potensial energi
(Campbell, 1988)
Reaktan yang telah teradsorpsi
katalis
C C
C C
pada permukaan padatan
dapat mengalami peristiwa
migrasi yaitu perpindahan
molekul dalam satu bidang
dimensi. Molekul yang
bermigrasi (dalam posisi tetap
teradsorpsi) sangat
memungkinkan dapat
bertumbukan dengan molekul16
kemisorps fisisorpsi
i
Panas adsorpsinya = - 400 Panas adsorpsinya = - 40
kJ/mol kJ/mol

17
Terima kasih atas perhatian
anda

18

Anda mungkin juga menyukai