Anda di halaman 1dari 5

A.

Aliran Progressivisme

Aliran progressivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang


meliputi : ilmu hayat, bahwa manusia untuk mengetahui kehidupan semua masalah.
Antropolgi yaitu bahwa manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian
dapat mencari hal baru. Psikologi yaitu manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri,
lingkungan, dan pengalaman pengalaman sifat – sifat alam, dapat menguasai dan
mengaturnya.

a. Pandangan Ontologi

Pengalaman adalah suatu sumber evolusi, yang berarti perkembanga, maju


setapak demi setapak mulai dari yang mudah – mudahan menerobos kepada yang
sulit - sulit (proses perkembangan yang lama). Pengalaman adalah perjuangan,
sebab hidup adalah tindakan dan perubahan – perubahan. Manusia akan tetap
hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, oerubahan dan berani
bertindak.

b. Pandangan Epistimologi

Pengetahuan adalah informasi, fakta, dan hukum prinsip, proses dan kebiasaan
yang terakumulasi dalam peibadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.
Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru didalam
lingkungan. (Noor Syam, 1986:236)

c. Pandangan Aksiologi

Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya


pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai – nilai. Bahasa adalah
sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari
individu – individu (Barnadib, 1987:31-32).

d. Progressivisme Dan Pendidikan

Penamaan filsafat progressivisme atau pragmatisme ini merupakan perwujudan ide


asal wataknya. Artinya filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide – ide dasar filsafat
pragmatisme dimana telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia
dalam hidupnya untuk tetap survive (mempertahankan hidupnya) terhadap semua tantangan,
harus pragmatis memandang sesuatu memandang sesuatu dari segi manfaatnya.

Tampak filsafat progressivisme menuntut kepada penganutnya untuk selalu progress


(maju) bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Sebab sudah
menjadi naluri manusia selalu menginginkan perubahan – perubahan. Manusia tidak mau
hanya menerima satu macam keadaan saja, akan tetapi kemauan hidupnya tidak sama dengan
sebelumya. Untuk mendapatkan perubahan itu manusia harus memiliki pandangan hidup
dimana pandangan hidup yang bertumpu pada sifat – sifat : fleksibel (tidak kaku, tidak
menolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertentu), corious (ingin mengetahui dan
menyelidiki), toleran dan open minded (punya hati terbuka).

Aliran filsafat progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar didunia


pendidikan abad ke – 20 ini dimana telah meletakkan dasar – dasar kemerdekaan dan
kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara
berpikir guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa
terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990:146). Oleh karena itu filsafat
progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab pendidikan otoriter akan
mematikan tunas – tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi – pirbadi yang gembira
menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis
anak didik.

Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat pada pengalaman atau
kurikulum eksprerimental, yaitu kurikulum yang berpusat pada pengalaman, dimana apa yang
telah diperoleh anak didik selama disekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan
nyatanya. Dengan metode pendidikan “belajar sambil melakukan” (learning by doing) dan
pemecahan masalah (problem solving) dengan langkah – langkah menghadapi problem,
mengajukan hipotesa (Suwarno, 1992:123).

1. Asas belajar

Sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan
lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus
dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau
daerah dimana dimana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang
apa yang menjadi karakteristik atau kekhasan daerah itu. Untuk itulah filsafat progressivisme
menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by
doing (Zuhairini, 1991:24)

Tegasnya, akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu
diketahui bahwa sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan
pengetahuan) akan tetapi sekolah juga berfungsi sebagai transfer of value atau pemindahan
nilai – nilai, sehingga anak menjadi terampil dan berintelektual baik secara fisik maupun
psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.

John locke (1632 – 1704) mengemukakan, bahwa sekolahhendaknya ditujukan untuk


kepentingan pendidikan anak. Sekolah dan pengajaran hendaknya disesuaikan dengan
kepentingan anak (Suparlan, 1984:48). Kemudian Jean Jacques Rosseau (1712-1778),
menyatakan anak harus dididik sesuai dengan alamnya. Jangan dipandang dari sudut orang
dewasa. Anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya
sendiri, yaitu berlainan sekali dengan alam orang dewasa (ahmadi, 1992:34-35)

John dewey ingin mengubah hambatan dalam demokrasi pendidikan dengan jalan:

1. Memberi kesempatan murid untuk belajar perorangan

2. Memberi kesempatan murid untuk belajar melalui pengetahuan

3. Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti akan memberikan tujuan yang
dapat menjelaskan ke arah kegiatan belajar yang merupakan kebutuhan pokok anak
didik.

4. Mengikutsertakan murid di dalam setiap aspek kegiatan belajar yang merupakan


kebutuhan pokok

5. Menyadarkan murid bahwa hidup itu dinamis. Oleh karena itu murid harus
dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah dengan kemerdekaan beraktivitas,
dengan orientasi kehidupan masa kini (Soemanto, 1990:4)

Dari uraian diatas, dapatlah diambil suatu konklusi asa progressivisme dalam belajar
bertitik tolak dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya
yang mempunyai potensi untuk berkembang, setiap anak didik berbeda kemampuannya,
individu atau anak didik adalah insan yang aktif kreatif dan dinamis dan anak didik punya
motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Pandangan Kurikulum Progressivisme

Sikap progressivisme, memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika


dan sifat – sifat yang sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai
pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang
teratur.

Dapat kita analisis dari penjelasan diatas, bahwa filsafat progressivisme menghendaki
sekolah yang memiliki kurikulum dimana bersifat fleksibilitas (tidak kaku, tidak menoak
perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertentu), luas dan terbuka. Dengan berpijak dari prinsip
ini, maka kurikulum dapat direvisi dan dievaluasi setiap saar sesuai dengan kebutuhan
setempat.

Progressivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah,


melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri
– ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving (zuhairini,
1991:24)

Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit diharapkan anak dapat
berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dengan berlandaskan sekolah sambil berbuat inilah praktek kerja
dilaboratorium, di bengkel, dikebun (lapangan) merupakan kegiatan pembelajaran yang
dianjurkan dalam rangka terlaksananya leraning by doing. Dalam hal ini, filsafat
progressivisme ingin membentuk membentuk keluaran (output) yang dihasilkan dari
pendidikan di sekolah yag memiliki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapan
dimasyarakat luas.

Dari penjelasan yang dikemukan oleh W.H Kilpatrick tersebut ada beberapa hal yang
perlu diungkapkan yaitu : 1) kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas anak didik sesuai
dengan jenjang pendidikan, 2) kurikulum yang dapat membina dan mengembangkan potensi
anak didik, 3) kurikulum yang sanggup mengubah perilkau anak didik menjadi kreatif,
adaptif dan kemandirian dan , 4) kurikulum bersifat fleksibel atau luwes berisi tentang
berbagai macam bidang studi.
Melalui proses pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang bersifat integrated
kurikulum (masalah – masalah dalam masyarakat disusun terintegrasi) dengan metode
pendidikan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan metode problem solving
(pemecahan masalah) diharapkan anak didik menjadi maju (progress) mempunyai kecakapan
praktis dan dapat memecahkan problem sosial sehari – hari dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai