Aliran Progressivisme
a. Pandangan Ontologi
b. Pandangan Epistimologi
Pengetahuan adalah informasi, fakta, dan hukum prinsip, proses dan kebiasaan
yang terakumulasi dalam peibadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.
Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru didalam
lingkungan. (Noor Syam, 1986:236)
c. Pandangan Aksiologi
Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat pada pengalaman atau
kurikulum eksprerimental, yaitu kurikulum yang berpusat pada pengalaman, dimana apa yang
telah diperoleh anak didik selama disekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan
nyatanya. Dengan metode pendidikan “belajar sambil melakukan” (learning by doing) dan
pemecahan masalah (problem solving) dengan langkah – langkah menghadapi problem,
mengajukan hipotesa (Suwarno, 1992:123).
1. Asas belajar
Sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan
lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus
dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau
daerah dimana dimana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang
apa yang menjadi karakteristik atau kekhasan daerah itu. Untuk itulah filsafat progressivisme
menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by
doing (Zuhairini, 1991:24)
Tegasnya, akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu
diketahui bahwa sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan
pengetahuan) akan tetapi sekolah juga berfungsi sebagai transfer of value atau pemindahan
nilai – nilai, sehingga anak menjadi terampil dan berintelektual baik secara fisik maupun
psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
John dewey ingin mengubah hambatan dalam demokrasi pendidikan dengan jalan:
3. Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti akan memberikan tujuan yang
dapat menjelaskan ke arah kegiatan belajar yang merupakan kebutuhan pokok anak
didik.
5. Menyadarkan murid bahwa hidup itu dinamis. Oleh karena itu murid harus
dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah dengan kemerdekaan beraktivitas,
dengan orientasi kehidupan masa kini (Soemanto, 1990:4)
Dari uraian diatas, dapatlah diambil suatu konklusi asa progressivisme dalam belajar
bertitik tolak dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya
yang mempunyai potensi untuk berkembang, setiap anak didik berbeda kemampuannya,
individu atau anak didik adalah insan yang aktif kreatif dan dinamis dan anak didik punya
motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Dapat kita analisis dari penjelasan diatas, bahwa filsafat progressivisme menghendaki
sekolah yang memiliki kurikulum dimana bersifat fleksibilitas (tidak kaku, tidak menoak
perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertentu), luas dan terbuka. Dengan berpijak dari prinsip
ini, maka kurikulum dapat direvisi dan dievaluasi setiap saar sesuai dengan kebutuhan
setempat.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit diharapkan anak dapat
berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dengan berlandaskan sekolah sambil berbuat inilah praktek kerja
dilaboratorium, di bengkel, dikebun (lapangan) merupakan kegiatan pembelajaran yang
dianjurkan dalam rangka terlaksananya leraning by doing. Dalam hal ini, filsafat
progressivisme ingin membentuk membentuk keluaran (output) yang dihasilkan dari
pendidikan di sekolah yag memiliki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapan
dimasyarakat luas.
Dari penjelasan yang dikemukan oleh W.H Kilpatrick tersebut ada beberapa hal yang
perlu diungkapkan yaitu : 1) kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas anak didik sesuai
dengan jenjang pendidikan, 2) kurikulum yang dapat membina dan mengembangkan potensi
anak didik, 3) kurikulum yang sanggup mengubah perilkau anak didik menjadi kreatif,
adaptif dan kemandirian dan , 4) kurikulum bersifat fleksibel atau luwes berisi tentang
berbagai macam bidang studi.
Melalui proses pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang bersifat integrated
kurikulum (masalah – masalah dalam masyarakat disusun terintegrasi) dengan metode
pendidikan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan metode problem solving
(pemecahan masalah) diharapkan anak didik menjadi maju (progress) mempunyai kecakapan
praktis dan dapat memecahkan problem sosial sehari – hari dengan baik.