Anda di halaman 1dari 9

Nama: Asih Setiani

NIM : 160533611407

S1 Pendidikan Teknik Informatika off C 2016

1. Jawaban
a. Keterampilan how to think, how to learn, dan how to create
How to think
Menurut Mukhadis merupakan keterampilan individu untuk berpikir analitik, sintetik, dan
praktikal dengan mengikuti ritme fenomena dialektika bidang yang dipelajari. How to
think menekankan pada keterampilan berfikir kritis yang berorientasi pada kemampuan
menganalisa dan berfikir kritis terhadap suatu masalah. Kemampuan berfikir sintetik yaitu
kemampuan berfikir alternatif dalam memilih dan pada akhirnya menetapkan alternative
pemecahan masalah yang dihadapai. Keterampilan berpikir praktikal yaitu kemampuan
berfikir untuk melakukan intropeksi dan mawas diri terhadap keputusan yang telah
diambil, baik dari pihak internal maupun eksternal. Representasi ini dapat diamati dan
diukur kemandirian berfikir adalah dengan adanya kemampuan dalam menjawab
persoalan, mempertanyakan jawaban atas persoalan yang dihadapi, dan mempertanyakan
kebenaran atas pertanyaan yang dijawab.
How to learn
Menurut Mukhadis merupakan keterampilan individu dalam melakukan aktivitas
sustainable selfi-learnig dalam bidang teknologi. Sesuai dengan sifat fenomena dialektika
era global dan teknologi, agar laju dan irama perkembangan antara tuntunan kebutuhan dan
alternatif pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan yang dihadapi esensinya terletak
pada kemampuan melakukan learning,un-learning, dan re-learning (Harefa, 2010).
Representasi kemampuan learning adalah proses untuk mencari, mengumpulkan informasi,
pengetahuan dan keterampilan, serta nilai-nilai hidup melalui proses asimilasi dengan
skemata yang telah dimiliki pada stuktur kognitif individu sehingga menghasilkan
pengalaman baru dengan sebagai hasil dari proses penstrukturan kognitif dalam diri
individu sampai pada tahapan bermakna (meaningful) sehingga dapat mengkontruksi dan
menginternalisasi menjadi pola pikir. Kemampuan un-learning adalah proses kemauan
untuk meninggalkan atau melepas berbagai pola pikir yang sudah tidak sesuai, dan
ketinggalan era serta kebiasaan yang tidak mendukung kemajuan dalam pengembangan
pola pikir baru. Kemampuan re-learning adalah proses memperbaiki pola pikir yang sudah
tidak sesuai dengan tuntutan zaman dengan melakukan adopsi berbagai pola pikir yang
lebih berkualitas dan relevan.
How to create
Menurut Mukhadis merupakan keterampilan individu sebagai prasyarat melakukan
loncatan dalam pengembangan teknologi sebagai alat pemecah masalah dalam kehidupan.
b. Kemampuan individu sebagai job creator dan job seeker
Job creator (pencipta kerja)
Adalah seseorang yang menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan berguna bagi
manusia dengan ide dan tindakan kreatif dan inovatif.
Job seeker (pencari kerja)
Sesorang yang mencari pekerjaan dari bergantung pada orang lain yang memiliki lapangan
pekerjaan untuk mendapatkannya.

c. Hubungan poin (a) dengan (b)


Dari uraian jawaban diatas sebenarnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu penguasaan teori dan
praktik dalam pembelajaran bidang kejuruan. Penguasaan teori dibagi menjadi 3 yaitu
bagaiamana dia berfikir kritis, memecahkan masalah, dan alat pemecah masalah. Dan
penguasaan praktik meliputi keterampilan berkomunikasi sesuai dengan bidang
kejuruannya. Hubungan dari point diatas adalah memiliki keterampilan dan kemampuan
dan untuk harapan yang harus dimiliki oleh peserta didik tidak hanya sebagai pencari kerja
tetapi dapat menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Sehingga dengan demikian dapat
mengurangi pengangguran.

2. Jawaban
a. Makna essensialisme, eksistensialisme, pragmatism (dengan progresivisme dan
rekonstruksionisme) dan elektisisme.
Filosofi Essensialisme
Filosofi Essensialisme adalah memandang bahwa manusia selalu bergerak dan berkembang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan manusia selalu bergerak dan berkembang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan hokum natural yang bersifat universal. Hukum universal yang
mengatur keseluruhan yaitu benda-benda, energy, ruang, dan waktu bahkan pikirian
manusia. Esensialisme memandang bahwa manusia memperoleh ilmu pengetahuan karena
menggunakan pencaindranya dalam menanggapi realita yang ada. Jadi, sumber
pengetahuan terletak pada kesadaran jiwa terhadap alam semesta dan menggunakan
kemampuan indrawinya dalam memahami lingkungan serta mengolah informasi-informasi
yang didapat melalui kemampuan Indrawinya.
Filosofi Eksistensialisme
Filosofi Eksistensialisme adalah filsafat pendidikan yang memfokuskan pilihan kreatif,
subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas
setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.
Filosofi Pragmatism
Menurut penganut pragmatism hakikat realitas adalah pengalaman, pluralistic, dan terus
menerus berubah. Mereka beragumentasi bahwa realitas adalah sebagaimana dialami
melalui pengalaman setiap individu.
Progresivisme
Memandang realita suatu proses manusia hidup di dalamnya. Pengalaman sebagai ciri
dinamika hidup, dan hidup dengan perjuangan, tindakan dan perbuatan. Pengalaman
sebagai kunci terhadap segala yang ada, menjadi piranti untuk mengetahui realita.
Rekonstruksionisme
Memandang realita sebagai sesuatu yang bersifat universal, ada dimana-mana, alam ini
mengandung hakikat materi dan rohani, yang berdiri sendiri. Pengetahuan ini dihasilkan
melalui rasio dan pengalaman. Bukti kebenaran ada pada diri sendiri, realita, dan
keberadaannya. Untuk masalah nilai berdasar azas supernatural.
Filosofi Elektisisme
Pada hakikatnya filsafat ini ingin memilih yang terbaik dari banyak pendekatan. Eklektik
adalah menggabungkan hal-hal yang berbeda, yang sebenarnya tidak cocok satu sama lain,
kemudian disinergikan sehingga menjadi satu mosaic tersendiri.

b. Rasional dari setiap filososfi tersebut sebagai landasan pembelajaran


Essensialisme
Rasional essensialisme dalam pembelajaran adalah menekankan peran dan fungsi pendidik
dalam proses pembelajaran, ahli, dan menguasai subyek materi, mengembangkan skill
dengan berlatih, pengulangan, pengkondisian, dan pengembangan kebiasaan baik dalam
mempengaruhi perilaku peserta didik. Contoh pembelajarannya adalah materi membaca,
menulis, mengkaji literature, bahasa asing, sejarah, matametika, biologi, seni, dan musik.
Eksistensialisme
Rasional eksistensialisme dalam pembelajaran adalah membantu individu untuk mampu
mewujudkan dirinya sebagai manusia. Metode pembelajaran eksistensialisme adalah
metode penghayatan, dan metode dialog.
Pragmatism
Rasional pragmatism dalam pembelajran adalah menyediakan pengalaman untuk
menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.
Kurikulum pendidikan pragmatism masih menggunakan tradisi demokratis yaiut
memperbaiki diri sendiri. Impilikasinya warisan social budaya dari masa lalu tidak menjadi
focus perhatian pendidikan melainkan pendidikan terfokus kepada kehidupan yang baik
pada masa sekarang dan masa yang akan dating. Metode pembelajaran mengutamakan
penggunaan proble solving method serta inquiry and discovery method. Peranan guru dan
siswa yaitu guru bukan “menuangkan” pengetahuan kepada siswa melainkan menjadikan
siswa sebagai seorang individu.
Progresivisme
Callahan dan clark menyatakan bahwa pendidikan pragmatism menolak segala bentuk
formalism yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan sekolah yang terdisional.
Anti terhadap otoritarianisme dan absolutism dalam berbagai bidang kehidupan, terutama
dalam bidang kehidupan agama, moral, social, politik, dan ilmu pengetahuan. Sebaliknya
pendidikan pragmatism dipandang memiliki kekuatan demi terjadinya perubahan social
dan kebudayaan melalui penekanan perkembangan individual peserta didik.
Rekonstruksionisme
Callahan dan clartk memandang rekonstruksionisme adalah variasi dari progresivisme
adalah suatu orientasi pendidikan yang ingin merombak tata susunan kebudayaan lama,
dan membangun tata susunan kebudayaan baru melalui pendidikan atau sekolah.
Pembelajaran diartikan sebagai proses reorganisasi dan rekonstruksi pengalaman sehingga
dapat menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan lingkungan dan mempunyai
nilai social untuk memajukan kehidupan masyarakat.
Elektisisme
Rasional elektisisme dalam pembelajaran adalah mengembangkan kreativitas peserta didik
melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang memberdayakan, sehingga mereka mampu
berfungsi sebagai revolusi.

c. Relevansi filosofi sebagai dasar pembelajaran di bidang kejuruan.


Charles Prosser dalam Vocational Education in Democracy (1949) yang dikutip oleh
William G. Camp dan John H. Hilison (1984, 15-16) memberikan 16 butir dalil sebagai
falsafah pendidikan kejuruan yaitu :
1. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungn yang sesuai dengan
kondisi nyata dimana lulusan akan bekerja.
2. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan tugas atau program sesuao dengan apa
yang dikerjakan kelak. Demikian pula fasilitas atau peralatan beserta proses dan
operasionalnya dibuat sama dengan kondisi nyata nantinya.
3. Pendidikan kejuruan akan efektif bilaman latihan dan tugas yang diberikan secara
langsung dan spesifik (dalam arti mengerjakan benda kerja sesungguhnya, buka
sekedar tiruan)
4. Pendidikan kejuruan akan efektif bilaman dalam latihan kerja atau dalam pengerjaan
tugas sudah dibiasakan pada kondisi nyata nantinya.
5. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana program-program yang disediakan adalah
banyak dan bervariasi meliputi semua profesi serta mampu dimanfaatkan atau
ditempuh oleh peserta didik.
6. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan secara berulang kali sehingga diperoleh
penguasaaan yang memadai bagi peserta didik.
7. Pendidikan kejuruan kana efektif bila para guru dan instrukturnya berpengalaman dna
mampu mentransfer kepada peserta didik.
8. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana mampu memberikan bekal kemampuan
minimal yang dibutuhkan dunia kerja (sebagai standar minimal profesi), sehingga
mudah adaptif dan mudah pengembangannya.
9. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila memperhatikan kondisi pasar kerja.
10. Proses pemantapan belajar dan latihan peserta didik dalam pendidikan kejuruan akan
efektif apabila diberikan secara proporsional.
11. Sumber data yang dipergunakan untuk menentukan program pendidikan didasarkan
atas pengalaman nyata pekerjaan di lapangan.
12. Pendidikan kejuruan memberikan program tertentu yang mendasar sebagai dasar
kejuruannya serta program lain sebagai pengayaan atau pengembangannya.
13. Pendidian kejuruan akan efisien apabila sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan
SDM untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja tertentu dalam waktu tertentu.
14. Pendidikan kejuruan dapat dirasakan manfaatnya secara social kemasyarakatan
termasuk memperhatikan hubungan kemanusiaan dan hubungan dengan masyarakat
luar dunia pendidikan.
15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila bersifat fleksibel dan tidak
bersifat kaku.
16. Walaupun pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biaya investasi semaksimal
mungkin, namun apabila sampai dalam batas minimal tersebut tidak efektif, maka lebih
baik penyelenggaraan pendidikan kejuruan dibatalkan.
Secara ringkas dari 16 falsafah pendidikan kejuruan dapat diringkas ke dalam 16 butir
kriteria ideal pendidikan kejuruan yang harus dipenuhi yaitu (1) lingkungan belajar, (2)
program dan fasilitas atau peralatan, (3) praktek langsung, (4) budaya kerja, (5) kualitas
input, (6) praktek yang berulangkali, (7) tanpa pendidik yang berpengalaman, (8)
kemampuan minimal lulusan, (9) sesuai pasar kerja, (10) proposisi praktek, (11) sumber
data program dari pengalaman, (12) program dasar kejuruan dan lanjut, (13) kebutuhan
tertentu dan waktu tertentu, (14) hubungan dengan masyarakat, (15) administrasi fleksibel,
(16) biaya pendidikan.

3. Jawaban
a. 3 faktor utama
1. SDM ditujukan kepada penyelenggara pendidikan yag belum professional dengan
bidangnya.
Alasan
Karena peningkatan profesionalisme guru kurang memperoleh perhatian dari sekolah
dan pemerintah dan sekarang masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan
bidang dan kompetensinya.
2. Fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran dan praktikum yang kurang memandai.
Alasan
karena fasilitas sarana dan prasarana dalam pembelajaran dan praktikum sangat penting
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Dan sangat penting
dalam praktikum yang mendukung pengembangan siswa dalam kompotensinya.
Sehingga sekolah kejuruan dituntut untuk mengoptimalkan kegiatan prakteknya, yang
mana dalam perbandingan teori dan praktek adalah 30: 70.
3. Kurikulum.
Alasan
Karena dalam kurikulum di sekolah tersebut kurang terstuktur seperti rencana
pembelajaran dan model pembelajaran. Kalau rencana pembelajaran yang dibuat oleh
guru masih kurang inovatif dan kreatif dan kalau model pembelajaran yang dibuat oleh
guru masih terkesan monoton sehingga membuat siswa kurang kreatif dan hanya bisa
mendengarkan saja.

b. Alternatif pemecahannya
1. SDM ditujukan kepada penyelenggara pendidikan yang belum professional dengan
bidangnya.
Pemecahannya
Untuk peningkatan profesionalisme terhadap guru harus dilakukan secara
berkelanjutan. Contoh sertifikasi guru untuk penaikan pangkat yang digencarkan oleh
pemerintah akhir-akhir ini perlu dukungan masyarakat luas dan pelaksanaanya harus
tetap mengacu pada standar kompotensi yang ditetapkan secara utuh.
2. Fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran dan praktikum yang kurang memandai.
Pemecahannya
Karena minimnya anggaran pendidikan ini sangat mempengaruhi dengan kualitas
pendidikan. Sehingga perlunya dukungan dari pemerintah untuk masalah ini.
Penyediaan fasilitas praktik untuk siswa SMK sesuaikan dengan kebutuhan lapangan
kerja dan kompotensinya.
3. Kurikulum.
Pemecahannya
Dengan menyusun rencana pembelajaran yang tersturktur dengan sesuai kompotensi
dasarnya dan untuk model pembelajarannnya dibuat dengan menarik siswa untuk
bertanya sehingga dibuat pembelajaran dibuat berbasis project based learning sehingga
dapat memfasilitasi berkembanganya proses kreatif siswa.

c. Jaminan akan terlaksanaan dan keberhasilannya


1. SDM ditujukan kepada penyelenggara pendidikan yang belum professional dengan
bidangnya.
Yaitu dengan pelatihan guru sehingga membantu guru dalam peningkatan profesinya.
2. Fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran dan praktikum yang kurang memandai.
Yaitu dengan bantuan dana dari pemerintahan dan dari biaya dana urunan komite yang
digunakan untuk sarana prasarana.
3. Kurikulum
Yaitu dengan diadakan evaluasi setiap semester dan membuat PTK setiap guru yang
digunakan untuk melihat perkembangan dan mengukur hasilnya. Sehingga dengan
mengevaluasi manajemen kurikulum di sekolah sangat penting dan mempengaruhi bagi
siswa.

4. Jawaban
a. Tanggapan atas permasalahan
Sebenarnya sebelum membuat jurusan baru mempertimbangkan dulu dengan SDM-nya
disekitar sekolah tersebut dan pertimbangkan lagi dengan hubungan partner DU/DI
sehingga tidak menyusahkan guru untuk mencari partner DU/DI.

b. Penerapan MBS untuk mengatasi berbagai masalah di SMK


Langkah-langkah proses penerapan MBS dengan :
 Memberdayakan komite sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
 Unsur pemerintah kabupaten dalam hal ini instansi yang terkait antara lain Dinas
Pendidikan, Badan Perencanaan Kabupaten, Dewan Pendidikan Kabupaten terutama
membantu dalam mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam
siklus kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya dalam bidang
pendidikan.
 Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru), kepala sekolah,
petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) mapun staf kantor, pejabat-pejabat di tingkat
kecamatan, unsur komite sekolah tentang Manajemen Berbasis Sekolah, pembelajaran
yang bermutu dan peran serta masyarakat.
 Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala sekolah, guru,
unsut komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran.
 Melakukan supervise dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran disekolah agar diketahui berbagai kendala dan
masalah yang dihadapi, serta segera dapat diberikan solusi atau pemecahan masalah
yang diperlukan.
 Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk
peningkatan mutu pembelajaran, rehabilitasi atau pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan, dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani dan
sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap Tim bentukan sebagai
pelaksana kegiatan.

5. Jawaban
a. Analisis terkait latar belakang perubahan pengelolaan
Menurut analisis saya adalah dapat mengurangi beban pemerintah Kabupaten/Kota karena
Kabupaten/Kota sendiri sudah memegang pengelolaan SD/MI dan SMP/MTS. Untuk
pengelolaan SMA/SMK sekarang sudah dipegang oleh Pemerintah Provinsi dan untuk
proses alih kelola dibutuhkan berbagai pihak. Penyerahan pengelolaan meliputi tiga hal
yaitu asset, SDM, dan keuangan. Dari sisi SDM, seluruh guru dan tenaga pendidik jenjang
SMA/SMK akan di bawahi tanggung jawab Pemerintah Provinsi, termasuk status
kepegawaiannya, proses sertifikasi hingga pengelolaan Tunjangan Pokok Pendidik.
Berkenaan dengan alih kewenangan sekolah tidak perlu khawatir karena pengelolaan
keuangannya akan diatur kembali dan hak-hak sekolah akan tetap diberikan BOS
(Bantuan Operasional Sekolah). Sebenarnya fungsi utama dari perbuhan pengelolaan
adalah untuk pemerataan pendidikan.

b. Dampak kekurangan yang sekarang dihadapi oleh kabupaten/kota dengan ditariknya


pengelolaan pendidikan ke Provinsi adalah provinsi tidak bisa menjangkau langsung ke
kabupaten/kota. Maka provinsi harus membuat instansi cabang dinas lagi. Dengan
banyaknya dibangun instansi cabang dinas maka banyak dibutuhkan dana yang banyak
untuk biaya pegawai dan pekerja. Sedangkan pada saat masih di pegang oleh
kabupaten/kota masih ikut dengan dinas kabupaten. Sedangkan dampak kelebihan yang
sekarang dihadapi oleh kabupaten/kota dengan ditariknya pengelolaan pendidikan ke
Provinsi adalah dapat mengurangi beban kabupaten/kota karena kabupaten/ kota sendiri
memegang sekolah mulai tingkat sd/mi, smp/mts, sma/smk sekabupaten/kota dengan
demikian membuat sma/smk kurang terkontrol dan di UU No. 23 Tahun 2014sekarang
smk/sma di pegang oleh provinsi dan berdampak pada kualitas sma/smk menjadi lebih
baik.
Daftar Rujukan

Burhanuddin, Afid. 2014. Konsep dan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah.


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/18/konsep-dan-penerapan-manajemen-
berbasis-sekolah/. Diakses pada tanggal 15 September 2017.

Haluan, Harian. 2016. Alih Kewenangan SMA/SMK dan Kualitas Pendidikan.


http://harianhaluan.com/news/detail/50078/alih-kewenangan-smasmk-dan-kualitas-
pendidikan. Diakes pada tanggal 15 September 2017.

Majid, Ismail. 2012. Landasan Filosofi dan Yuridis Pendidikan Teknologi Kejuruan.
https://ismailmajid.wordpress.com/2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-pendidikan-
teknologi-kejuruan/. Diakes pada tanggal 15 September 2017.

Mukhadis. 2009. Pengembangan Kemampuan Emulasi Melalui Teaching Industries dalam


Bidang Teknologi. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. Vol 32. No 2.

Mukhadis. 2013. Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi
sebagai Tuntutan Hidup. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. No 2.

Praba, Linda. 2015. Perbedaan antara Job Creator dan Job Seeker.
http://lindapraba.blogspot.co.id/2015/01/tugas-4-perbedaan-antara-job-creator.html.
Diakses pada tanggal 14 September 2017.

Priyanto, Dwi. 2007. Implikasi Aliran Filsafat Pragmatisme Terhadap Praksis Pendidikan.
Jurnal Pendidikan. Vol 1. No 2.

Anda mungkin juga menyukai