Anda di halaman 1dari 21

‫‪KHUTBAH IDUL ADHA 1444H‬‬

‫‪DMDI‬‬
‫‪DEWAN MASJID DIGITAL INDONESIA‬‬
‫‪https://seruanmasjid.com‬‬

‫‪IBRAHIM DAN ISMAIL AS.:‬‬


‫‪TELADAN DALAM KETAATAN‬‬
‫‪TANPA KERAGUAN‬‬

‫‪KHUTBAH PERTAMA‬‬

‫ال َّسالَ ُم َع َل ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة ِ‬


‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬

‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬


‫ان‬ ‫يرا‪َ ،‬و ُسب َْح َ‬ ‫يرا َو ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َك ِث ً‬ ‫هَّللا ُ َأ ْك َب ُر َك ِب ً‬
‫صيالً‪،‬‬ ‫هَّللا ِ ُب ْك َر ًة َوَأ ِ‬
‫ين‬ ‫ص)) َ‬ ‫الَ ِإ َل َه ِإالًّ هَّللا ُ َوالَ َنعْ ُب ُد ِإالَّ ِإيَّاهُ‪ ،‬م ُْخلِ ِ‬
‫ُون‪ ،‬الَ ِإ َل ) َه ِإالَّ‬ ‫)ر َه ْال َك))ا ِفر َ‬ ‫ِ‬ ‫)‬‫َ‬
‫ك‬ ‫و‬‫ْ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ين‬
‫َ‬ ‫د‬‫ِّ‬ ‫ال‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫ل‬
‫ص)) َر َعبْ)) َدهُ‬ ‫دَق َوعْ)) َدهُ َو َن َ‬ ‫ُ‪،‬ص)) َ‬ ‫هَّللا ُ َوحْ)) دَ ه َ‬
‫هَّللا‬ ‫ّ‬ ‫ً‬ ‫َو َه َز َم اَألحْ َز َ‬
‫اب َوحْ ) دَ هُ‪ ،‬الَ ِإ َل ) َه ِإال ُ ُ‬
‫هللا‬
‫هلل ْال َحمْ ُد‪.‬‬
‫أ ْك َبرُ‪ ،‬هللا أكبر َو ِ‬

‫))))و َم ِعيْ))))داً‬‫هلل الَّ ِذيْ َج َع)))) َل ْال َي ْ‬ ‫اَ ْل َحمْ)))) ُد ِ ِ‬


‫لِ ْلم ُْس))لِ ِمي َْن‪َ ،‬و َوحَّ َد َنا ِب ِعيْ)) ِد ِه َكُأ َّم ٍة َوا ِح))دَ ةٍ‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُأل‬
‫))))ال‬
‫ِ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ك‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫ك‬ ‫ش))))‬ ‫ن‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫م‪،‬‬ ‫م‬‫َ‬ ‫ِمنْ َغي ِ‬
‫ْ))))ر ا‬
‫ِإحْ َسا ِن ِه‪َ ،‬وه َُو ُذو ْال َجالَ ِل َو ْاِإل ْكراَ ِم‪.‬‬

‫ك‬ ‫ك الَ َش ) ِر ْي َ‬ ‫ت َوحْ ) دَ َ‬ ‫َأ ْش َه ُد اَنْ الَ ِا َل ) َه ِاالَّ َأ ْن َ‬


‫)ك َمن‬ ‫)ك ُت))ْؤ ِتي ْالم ُْل) َ‬ ‫)ك ْالم ُْل) ِ‬ ‫ك‪ ،‬اللَّ ُه َّم َمالِ) َ‬ ‫َل ) َ‬
‫ك ِممَّن َت َشاء‪َ ،‬و ُت ِع ُّز َمن‬ ‫نز ُع ْالم ُْل َ‬ ‫َت َشاء‪َ ،‬و َت ِ‬
‫ك‬‫ك ْال َخ ْي ُر ‪ِ ،‬إ َّن َ‬ ‫َت َشاء‪َ ،‬و ُت ِذ ُّل َمن َت َشاء‪ِ ،‬ب َي ِد َ‬
‫َع َل َى ُك ِّل َش)يْ ٍء َق) ِدي ٌر ‪َ ،‬وَأ ْش) َه ُد اَنَّ م َُحمَّداً‬
َ ُ‫ك َو َرس ُْول‬
.‫ك‬ َ ‫َع ْب ُد‬

،‫ُص) َط َفى‬ ْ ‫ص ِّل َوا ُ َسلِّ ُم َع َلى َح ِبي ِْبنا َ الم‬


َ ‫ا َللَّ ُه َّم‬
‫ص)) َح‬َ ‫ َو َن‬،‫ َوَأ َّدى اَأل َما َن ْة‬،‫الَّ ِّذي َبلَّ َغ الرِّ َسا َل ْة‬
َ ‫ َو َمنْ دَع))ا‬،‫ص)) َح ِاب ِه‬ ْ ‫ َو َع َلى آلِ)) ِه َوَأ‬،‫اُألم َّْة‬
‫هللا َح)))) َّق‬
ِ ْ‫ َوجا َ َه))))دَ ِفي‬،‫هللا ِب َدعْ َو ِت)))) ِه‬ ِ ‫ِا َلى‬
.‫ِجها َ ِد ِه‬

‫َّاي ِب َت ْق) َ)وى‬


‫ي‬ ‫و‬ ‫م‬
َ ‫ْ َ ِإ‬ ُ
‫ك‬ ْ
‫ي‬ ‫ص‬
ِ ‫و‬ْ ‫ُأ‬ ِ َ‫ ِع َباد‬:‫اَمَّا َبعْ ُد‬
،‫هللا‬
!‫از ال ُم َّتقُ ْو َن‬
َ ‫هللا َف َق ْد َف‬
ِ

‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬


Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Hari ini adalah momen yang penuh dengan kebahagiaan dan
keberkahan. Hari ketika jutaan Muslim berkumpul di tempat yang
dimuliakan dan diberkahi oleh Pencipta dan Pemilik alam semesta.
Tidak lain untuk mewujudkan ketaatan dalam ibadah mulia, ibadah
haji. Sepanjang pelaksanaan ibadah haji itu jutaan Muslim terus
mengagungkan Zat Yang Mahaagung. Mereka pun berdoa tiada henti,
seraya melantunkan kalimat talbiyah, “Labayk AlLaahumma labayk.”
Mereka menjawab panggilan Allah dengan penuh kekhusyukan untuk
hadir mewujudkan ketaatan kepada-Nya.

Merekalah dhuyuufulLaah. Tamu-tamu Allah. Mereka berhak


mendapatkan kedudukan mulia di sisi-Nya, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫َعا ُه ْم‬ ِ ‫الحُجَّ ا ُج َو ْال ُعمَّا ُر َو ْف ُد‬


َ ‫ د‬،‫هللا‬
‫ َسَألُ ْوهُ َفَأعْ َطا ُه ْم‬،ُ‫َفَأ َجاب ُْوه‬
Para jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Allah telah
memanggil mereka. Mereka pun memenuhi panggilan-Nya. Mereka
memohon kepada Allah. Allah pun mengabulkan permohonan mereka
(HR Ibnu Majah).

Sementara itu, di luar Tanah Suci, ratusan juta bahkan miliaran kaum
Muslim menggemakan takbîr, tahmîd, tashbîh, dan tahlîl. Mereka
berbondong-bondong menunaikan shalat Id dan mendengarkan
khutbah. Lalu mereka menyembelih dan membagikan hewan-hewan
kurban. Gema kalimat thayyibah dan penyembelihan kurban terus
berlangsung hingga Hari Tasyriq usai. Sungguh, hari-hari yang amat
sakral dan memberikan nuansa ketundukkan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala.

Inilah Idul Adha 10 Dzulhijjah tahun 1444 H. Sebagaimana perintah


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, penentuan awal bulan
Dzulhijjah bukanlah ditetapkan berdasarkan otoritas penguasa negara
nasional masing-masing, tetapi wajib berdasarkan pengumuman Amir
Makkah. Husayn bin Harits al-Jadali telah menyatakan: Amir
Makkah, al-Harits bin Hatib, telah menyampaikan khutbah kepada
kami, seraya berkata:
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه و َسلَّ َم‬ َ ِ ‫َع ِهدَ ِإ َل ْي َنا َرسُو ُل هَّللا‬
‫ َو َش ِه َد‬،ُ‫ َفِإنْ َل ْم َن َره‬،‫ُك‌لِرُْؤ َي ِت ِه‬ َ ‫َأنْ ‌ َن ْنس‬
‫َشا ِه َدا َع ْد ٍل َن َس ْك َنا ِب َش َهادَ ِت ِه َما‬
Kami telah diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk mengerjakan manasik (ibadah haji) karena melihat
hilal. Jika kami tidak melihat hilal, lalu ada dua orang saksi yang
adil melihatnya, maka kami pun akan mengerjakan manasik
berdasarkan kesaksian mereka berdua (HR Abu Dawud dan ad-
Daraquthni).

‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬


Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Inilah satu dari dua hari yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebagai hari yang terbaik dibandingkan dengan semua hari
raya umat lain di penjuru dunia. Setelah hijrah ke Madinah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan orang-orang Yahudi
merayakan hari raya mereka, Nairuz dan Mihrajan. Hari raya itu
diikuti oleh orang-orang Madinah, termasuk kalangan Anshar.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫يه َما‬
ِ ‫ف‬
ِ ‫ُون‬َ ‫ب‬ ‫ع‬
َ ْ
‫ل‬ ِ ‫ت َع َل ْي ُك ْم َو َل ُك ْم َي ْو َم‬
‫ان َت‬ ُ ْ‫َق ِدم‬
‫ْن َخيْراً ِم ْن ُه َما َي ْو َم‬ ِ ‫ي‬ ‫م‬
َ ‫و‬ ْ ‫ي‬
َ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ َ
‫ل‬ ‫ب‬
َ‫ْد‬ ‫َأ‬ ْ
‫د‬ ‫ق‬َ َ ‫هَّللا‬ َّ‫َفِإن‬
‫ْال ِف ْط ِر َو َي ْو َم ال َّنحْ ِر‬
Aku datang kepada kalian, sementara kalian mempunyai dua hari
raya pada masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main.
Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian,
yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha (Hari Raya Kurban) (HR
an-Nasa’i dan Ahmad).

Sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menjadi pertanda bagi


orang-orang beriman bahwa umat Muslim adalah umat dengan agama
dan syariah yang berbeda dengan umat lain. Beda dalam peribadatan,
hari raya, juga dalam tatanan aturan kehidupan. Kaum Muslim telah
diberi agama yang luhur yang berada di atas agama-agama lain. Tidak
ada satu pun agama, ajaran atau ideologi yang dapat menandingi
kemuliaan Islam. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ْاِإلسْ الَ ُم َيعْ لُ ْو َوالَ يُعْ َلى‬


Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya (HR
ad-Daruquthni).

Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja sudah menyatakan


Islam itu tinggi dan terbaik, tak ada yang setinggi dan semulia agama
ini, maka terasa sangat menyesakkan dada jika justru umat Muslim
sendiri tidak memiliki perasaan bangga terhadap agamanya; malah
memilih ajaran atau ideologi lain; menceraikan diri dari shiraatal-
mustaqiim dan berjalan di atas bukan jalan Islam. Begitu pula terasa
menyedihkan jika umat Muslim rela dipimpin oleh umat lain yang
justru menjerumuskan mereka ke dalam jurang keterpurukan.

Karena itulah menjadi kemestian bagi setiap Muslim yang


menginginkan kemuliaan hidup dunia dan akhirat untuk selalu
berpegang teguh pada agama Allah; beriman dan menjalankan syariah
Islam, mewujudkan ketaatan total dalam kehidupan. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:

َ ‫َو َمنْ ي ُِّط ِع هّٰللا َ َو َرس ُْو َل ٗه َف َق ْد َف‬


ً‫از َف ْوزا‬
‫َع ِظ ْي ًما‬
Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh ia
mendapatkan kemenangan yang besar (TQS al-Ahzab [33]: 71).
‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Ketika membicarakan ketaatan, ada kisah teladan dalam ketaatan
yang patut untuk terus diulang sepanjang Hari Raya Idul Adha, yakni
kisah keteladanan ayah dan anak; Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
alayhimaa as-salaam. Kedua utusan Allah ini mengajari kita ketaatan
tanpa ragu, ketaatan tanpa kata nanti dulu.

Ibrahim as. diuji oleh Allah untuk mengorbankan buah hati sekaligus
buah cintanya yang telah lama dinanti, putranya sendiri. Adapun Nabi
Ismail as. diuji oleh Allah untuk mengorbankan hidupnya agar
ayahnya bisa melaksanakan perintah-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

‫الس )عْ َي َق))ا َل ٰي ُب َنيَّ ِا ِّن ْٓي اَ ٰرى‬


َّ ‫َف َلمَّا َب َل َغ َم َع) ُه‬
‫ظرْ َما َذا َت ٰرى‬ َ ‫ِفى ْال َم َن ِام اَ ِّن ْٓي اَ ْذ َبح‬
ُ ‫ُك َفا ْن‬
Tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Anakku, sungguh aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih kamu. Karena itu
pikirkanlah apa pendapatmu.” (TQS ash-Shaffat [37]: 102).

Nabi Ibrahim as. memberikan teladan bahwa tidak ada kecintaan yang
paling tinggi melebihi kecintaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Kecintaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala melebihi kecintaan
kepada pasangan, anak, harta dan tahta. Kecintaan kepada Allah ‘Azza
wa Jalla ini tentu harus diwujudkan dalam ketaatan menjalankan
semua perintah-Nya.

Di sisi lain, Ismail as. juga meyakini sepenuh hati bahwa ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala di atas segalanya sekalipun harus
mengorbankan jiwa dan raganya. Karena itu Ismail as. pun
mengukuhkan keteguhan jiwa ayahandanya dengan mengatakan:
‫ٰ ٓياَبت ا ْفع ْل ما ُتْؤ م ُر س َتج ُدن ْٓي انْ َش)) ۤاء هّٰللا‬
ُ َ ِ ِ ِ َ َ َ َ ِ َ
ّ ٰ ‫ِم َن ال‬
‫ص ِب ِري َْن‬
“Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah
engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar.”
(TQS ash-Shaffat [37]: 102).
Para hadirin, yakinlah bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan
ketaatan dan pengorbanan hamba-hamba-Nya. Allah akan senantiasa
memberikan pertolongan dan kemenangan kepada hamba-hamba-Nya
yang taat, sebagaimana kepada Ibrahim as. dan Ismail as., saat Dia
menjadikan seekor qibas sebagai pengganti pengorbanan Ismail as.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

)١٠٤( ‫ه ْي ُم‬ ٰ ٓ
ِ ‫َو َنادَ ي ْٰن ُه اَنْ ٰ ّي ِابْر‬
َِ ‫ت الرُّ ءْ َيا ۚ ِا َّنا َك ٰذل‬
‫ك َنجْ ِزى‬ َ ‫ص َّد ْق‬ َ ‫َق ْد‬
)١٠٥( ‫ْن‬ َ ‫ْالمُحْ ِس ِني‬
ۤ
ْ ‫ِانَّ ٰه َذا َله َُو ْال َب ٰلُؤ ا‬
)١٠٦( ُ‫الم ُِبيْن‬
ٰ
)١٠٧( ‫ظي ٍْم‬ ِ ‫ْح َع‬
Kami memanggil dia, "Hai Ibrahim, sungguh kamu telah
ٍ ِ ‫َو َفدَ ي‬
‫ب‬ ‫ذ‬ِ ‫ب‬ ‫ه‬ُ ‫ْن‬
membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberikan
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Kami menebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.” (TQS ash-Shaffat [37]: 104-107).
Inilah keteladanan dalam ketaatan yang agung dari keluarga Ibrahim
as. Sang ayah rela mengorbankan putranya, sedangkan putranya siap
mengorbankan nyawanya. Keduanya melaksanakan perintah Allah
tanpa setitik pun rasa ragu. Ketika ketaatan mereka telah terbukti
nyata, maka Allah subhanahu wa ta’ala pun memberikan balasan
kebaikan kepada mereka di dunia dan akhirat.

‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬


Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Hari ini kita menyaksikan kaum Muslim tanpa ragu melaksanakan
perintah berhaji, mengorbankan harta yang terbilang besar,
meninggalkan sanak famili berhari-hari, tinggal di tenda-tenda,
berdesakan bersama tiga juta Muslim demi menunaikan perintah
Allah. Hari ini pun kita menyaksikan kaum Muslim tanpa ragu
mempersembahkan kurban terbaik di jalan Allah. Di antara mereka
bahkan ada yang mengeluarkan harta hingga ratusan juta rupiah setiap
tahun untuk membeli hewan kurban.
Namun demikian, jangan lupa, ketaatan yang diminta oleh Allah
adalah ketaatan total pada semua perintah-Nya dan semua larangan-
Nya. Bukan ketaatan parsial. Bukan pula ketaatan yang dipilih-pilih
menurut kehendak dan kemauan hamba-Nya.
Ketika kaum Muslim mencurahkan ketaatan kepada Allah dalam
menunaikan ibadah haji dan dalam berkurban, kemanakah ketaatan itu
pergi ketika mereka diseru untuk melaksanakan syariah-Nya dalam
perkara muamalah, pidana, jihad, politik dan pemerintahan? Mengapa
hukum-hukum Allah itu kita abaikan? Bukankah semua itu juga
perintah dari Tuhan yang sama? Tuhan yang menyerukan perintah
shalat, berkurban dan berhaji? Lalu mengapa sikap kita berbeda?
Lebih memilukan lagi, semangat dan upaya untuk melaksanakan
ketaatan kepada Allah secara kaaffah dengan melaksanakan syariah
Islam justru dihadang dan dihinakan dengan sebutan utopia, kearab-
araban sampai tudingan radikalisme. Padahal Allah subhanahu wa
ta’ala telah berfirman:
‫وما َكان لمُْؤ من َّواَل مُْؤ م َن ٍة ا َذا َقضى هّٰللا‬
ُ َ ِ ِ ٍ ِ ِ َ َ َ
ْ‫َو َرس ُْولُ ٗ ٓه اَمْ ًرا اَنْ َّي ُك ْو َن َل ُه ُم ْال ِخ َي َرةُ ِمن‬
َ َ َ ‫هّٰللا‬
‫ض َّل‬َ ‫ص َ َو َرس ُْول ٗه فق ْد‬ ِ ْ‫اَ ْم ِر ِه ْم ۗ َو َمنْ َّيع‬
‫ض ٰلاًل م ُِّب ْي ًن ۗا‬َ
Tidaklah patut bagi seorang laki-laki Mukmin dan perempuan
Mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.
Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia
telah sesat dengan kesesatan yang nyata (TQS al-Ahzab [33]: 36).
Demikianlah harusnya sikap seorang Mukmin. Jika Allah dan Rasul-
Nya telah menetapkan suatu hukum, dia tidak boleh menyelisihinya
dan malah mengambil hukum yang lain. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

‫ك ِف ْي َما‬ ِّ ّ ٰ
َ ‫ِّك اَل يُْؤ ِم ُن ْو َن َحتى ي َُحكم ُْو‬ َ ‫َفاَل َو َرب‬
‫َش َج َر َب ْي َن ُه ْم ُث َّم اَل َي ِج ُد ْوا ِف ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َر ًجا‬
‫ْت َو ُي َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْي ًما‬
َ ‫ضي‬ َ ‫ِّممَّا َق‬
Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasakan suatu keberatan pun dalam hati mereka atas keputusan
yang engkau berikan, dan mereka menerima (keputusan itu) dengan
sepenuhnya (TQS an-Nisa’ [4]: 65).
‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬
Ma’âsyiral Muslimîn rahi makumulLâh.
Dengan demikian tidak sepatutnya orang yang mengaku beriman
kepada Allah mencari-cari alasan untuk menolak perintah dan
larangan-Nya. Apalagi memutarbalikkan ayat demi keuntungan
duniawi. Mengharamkan yang halal. Menghalalkan yang haram.
Padahal perintah untuk menerapkan syariah Islam sudah jelas dalam
Kitabullah. Banyak ayat yang memerintahkan kaum Muslim untuk
berhukum dengan hukum-hukum Allah. Allah subhanahu wa ta’ala,
misalnya, berfirman:
ٰۤ ُ ‫ْ هّٰللا‬
َ ‫َو َمنْ لَّ ْم َيحْ ُك ْم ِب َمٓا اَن َز َل ُ َفاول ِٕى‬
‫ك ُه ُم‬
‫ْال ٰك ِفر ُْو َن‬
Siapa saja yang tidak berhukum dengan apa yang telah Allah
turunkan, mereka itulah orang-orang kafir (TQS al-Maidah [5]: 44).

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

َّ ‫اَل‬ ‫هّٰللا‬
ْ‫َفاحْ ُك ْم َب ْي َن ُه ْم ِب َمٓا اَ ْن َز َل ُ َو َتت ِبع‬
ِّ‫ك ِم َن ْال َح ۗق‬ َ ‫اَهْ َو ۤا َء ُه ْم َعمَّا َج ۤا َء‬
Putuskanlah hukum di antara mereka menurut apa yang telah Allah
turunkan dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (TQS al-
Maidah [5]: 48).

Allah subhanahu wa ta’ala pun berfirman:


َّ َ ‫اَل‬ ‫هّٰللا‬
ْ‫َواَ ِن احْ ُك ْم َب ْي َن ُه ْم ِب َمٓا اَ ْن َز َل ُ َو تت ِبع‬
ِ ْ‫ك َع ۢنْ َبع‬
‫ض‬ َ ‫اَهْ َو ۤا َء ُه ْم َواحْ َذرْ ُه ْم اَنْ َّي ْف ِت ُن ْو‬
ۗ‫ْك‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َمٓا اَ ْن َز َل ُ ِالي‬
َ
Hendaklah engkau memutuskan hukum di antara mereka menurut apa
yang telah Allah turunkan dan janganlah engkau mengikuti keinginan
mereka (TQS al-Maidah [5]: 49).

Demikianlah yang Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan kepada


kaum Muslim. Lalu mengapa hari ini kaum Muslim yang mengaku
taat kepada Allah malah menundukkan diri pada hukum buatan
Montesquieu, Piagama PBB, IMF, World Bank, dan berbagai
lembaga internasional. Mengapa mereka malah berani mengabaikan
hukum-hukum Allah dan menolak perintah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk berhukum dengan syariah Islam?

Janganlah sampai kita mengikuti sikap orang-orang munafik yang


selalu mencari-cari alasan untuk menolak perintah Allah subhanahu
wa ta’ala. Sebagaimana mereka menolak berangkat ke medang Perang
Tabuk dengan alasan cuaca panas. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
‫َفرح ْالم َُخلَّفُ ْون بم ْقعدهم خ ٰلف رس ُْول هّٰللا‬
ِ ِ َ َ ِ ِْ َِ َِ َ َ ِ
‫َو َك ِره ُْٓوا اَنْ ي َُّجا ِه ُد ْوا ِباَم َْوالِ ِه ْم َواَ ْنفُ ِس ِه ْم‬
ِّۗ‫ِفيْ َسبيْل هّٰللا ِ َو َقالُ ْوا اَل َت ْن ِفر ُْوا ِفى ْال َحر‬
ِ ِ
‫قُ ْل َنا ُر َج َه َّن َم اَ َش ُّد َح ًّر ۗا َل ْو َكا ُن ْوا َي ْف َقه ُْو َن‬ 
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu merasa
gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah. Mereka
tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.
Mereka berkata, "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang)
dalam keadaan panas terik ini." Katakanlah, "Api Neraka Jahanam
itu jauh lebih panas lagi jika saja mereka tahu.” (TQS at-Taubah
[9]: 81)

‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬


Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Ketaatan kepada Allah akan mengantarkan pada kemenangan dan
keberkahan hidup sebagaimana janji-Nya:

ْ َّ ‫هّٰللا‬
ً ‫َو َمنْ َّي َّت ِق َ َيجْ َع ْل ل ٗه َمخ َر‬
)٢( ‫جا‬
ُ‫ْث اَل َيحْ َت ِس ۗب‬
ُ ‫َّو َيرْ ُز ْق ُه ِمنْ َحي‬
Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi
dia jalan keluar dan rezeki dari jalan yang tidak dia sangka-sangka
(TQS ath-Thalaq [65]: 2-3).

Allah subhanahu wa ta’ala mengangkat derajat bangsa Arab setelah


mereka beriman dan taat pada agama ini. Semula mereka hanya kaum
penggembala kambing atau pedagang, suka berperang dan membunuh
bayi perempuan. Lalu Allah menjadikan mereka sebagai kaum
Muslim yang menguasai hampir 2/3 dunia selama lebih dari 700
tahun. Mereka melahirkan peradaban luhur, unggul dalam ilmu
pengetahuan, menjadi mercusuar peradaban dan melindungi umat
manusia.

Hal sebaliknya terjadi hari ini. Belum pernah umat Muslim


mengalami kondisi seterpuruk sekarang. Ketika kaum Muslim
melepaskan ketaatan dari agama ini, satu-persatu bencana datang
menimpa. Terutama setelah runtuhnya Khilafah Islamiyah pada 3
Maret tahun 1924, kaum Muslim seperti anak ayam yang kehilangan
induknya. Bahkan seperti hewan yang tengah disembelih. Dimana-
mana menderita.

Hari ini tidak ada yang bisa menolong kaum Muslim yang tertindas di
Suriah, Palestina, Uyghur, Myanmar, India, dan belahan bumi lain.
Tentara Zionis Israel leluasa menembaki Muslim Palestina tidak
pandang pria atau wanita, orang tua atau anak-anak. Sebagian
pemimpin di Dunia Islam di atas panggung politik berkoar-koar
mengecam Israel. Namun, secara terang-terangan mereka tetap
menjalin hubungan persahabatan dengan kaum Zionis yang tangannya
masih berlumur darah Muslim Palestina.

Pembangkangan pada hukum Allah juga membawa bencana dalam


kehidupan umat. Tekanan hidup yang berat di Tanah Air sudah
menyebabkan penderitaan. Di Indonesia terdapat 26,36 juta orang
berada di bawah garis kemiskinan. Sekitar 10,86 juta jiwa adalah
miskin ekstrem. Ada 81 juta warga milenial yang tidak punya hunian.
Ada hampir 30 juta warga yang tinggal dalam hunian yang tidak layak
huni. Mereka tinggal di bantaran kali, di kolong jembatan layang, di
pemukiman padat dan kumuh, dengan kondisi bangunan yang tidak
layak.

Sistem ekonomi kapitalisme yang dipraktikkan dan diterapkan saat ini


telah menciptakan jurang sosial yang dalam. Ada 1 persen orang
Indonesia yang menguasai 50 persen ekonomi nasional. Ada 64
persen lahan di Indonesia dikuasai oleh 1 persen korporasi.

Tidak aneh jika tekanan sosial yang tinggi ini menyebabkan jutaan
warga Indonesia mengalami gangguan jiwa. Perceraian juga
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2022 terdapat 516.334 kasus
perceraian. Ironinya, jumlah perceraian akibat perselingkuhan
semakin bertambah setiap saat.

Karena itu tidak ada jalan keluar atau obat terbaik untuk umat ini
selain mewujudkan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
secara total, bukan parsial. Dengan ketaatan total kepada Allah, Allah
akan menolong dan memuliakan umat ini, sebagaimana Allah telah
menolong dan memuliakan Ibrahim dan Ismail as.

‫َو َل ْو اَنَّ اَهْ َل ْالقُ ٰ ٓرى ٰا َم ُن ْوا َوا َّت َق ْوا َل َف َتحْ َنا‬
ْ‫ض َو ٰل ِكن‬ ِ ْ‫ت م َِّن ال َّس َم ۤا ِء َوااْل َر‬ ٍ ‫َع َلي ِْه ْم َب َر ٰك‬
‫َك َّذب ُْوا َفا َ َخ ْذ ٰن ُه ْم ِب َما َكا ُن ْوا َي ْك ِسب ُْو َن‬
Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.
Namun, mereka malah mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itu
Kami menyiksa mereka disebabkan oleh perbuatan mereka (TQS al-
A’raf [7]: 96).

BarakalLaah lii wa lakum.

KHUTBAH KEDUA

‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َوهّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬

‫ان‬
َ ‫ َو ُسب َْح‬،‫يرا‬ ً ‫هَّللا ُ َأ ْك َب ُر َك ِب‬
ً ‫يرا َو ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َك ِث‬
،ً‫صيال‬ ِ ‫هَّللا ِ ُب ْك َر ًة َوَأ‬
‫ين‬ ‫َ‬ ‫ص))‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ل‬ ‫ُخ‬‫ْ‬ ‫م‬ ‫ُ‪،‬‬ ‫ه‬ ‫َّا‬
‫ي‬ ‫َّ‬ ‫ال‬ ‫د‬‫ُ‬ ‫ب‬‫ُ‬ ‫عْ‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫هَّللا‬ ‫ّ‬ ‫ً‬
‫الَ ِإ َل َه ِإال ُ َ‬
‫ِإ ِإ‬
‫ُون‪ ،‬الَ ِإ َل ) َه ِإالَّ‬ ‫)ر َه ْال َك))ا ِفر َ‬ ‫ِ‬ ‫)‬‫َ‬
‫ك‬ ‫و‬‫ْ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ين‬
‫َ‬ ‫ِّ‬
‫د‬ ‫ال‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫ل‬
‫ص)) َر َعبْ)) َدهُ‬ ‫دَق َوعْ)) َدهُ َو َن َ‬ ‫ُ‪،‬ص)) َ‬ ‫هَّللا ُ َوحْ)) دَ ه َ‬
‫هللا‬
‫ُ ُ‬ ‫هَّللا‬ ‫ّ‬ ‫ً‬ ‫ال‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫)‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫ُ‪،‬‬ ‫ه‬ ‫دَ‬ ‫)‬ ‫حْ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫اب‬‫َ‬ ‫َ‬
‫ز‬ ‫حْ‬‫َأل‬ ‫َو َه َز َم ا‬
‫ِإ ِإ‬
‫هلل ْال َحمْ ُد‪.‬‬ ‫أ ْك َبرُ‪ ،‬هللا أكبر َو ِ‬

‫))))و َم ِعيْ))))داً‬‫هلل الَّ ِذيْ َج َع)))) َل ْال َي ْ‬ ‫اَ ْل َحمْ)))) ُد ِ ِ‬


‫لِ ْلم ُْس))لِ ِمي َْن‪َ ،‬و َوحَّ َد َنا ِب ِعيْ)) ِد ِه َكُأ َّم ٍة َوا ِح))دَ ةٍ‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُأل‬
‫))))ال‬
‫َ ِ‬ ‫م‬‫ك‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫ك‬ ‫ش))))‬ ‫ن‬ ‫و‬
‫ْ))))ر ا َ َ‬
‫م‪،‬‬ ‫م‬ ‫ِمنْ َغي ِ‬
‫ِإحْ َسا ِن ِه‪َ ،‬وه َُو ُذو ْال َجالَ ِل َو ْاِإل ْكراَ ِم‪.‬‬

‫ك الَ َش ) ِر ْي َ‬
‫ك‬ ‫ت َوحْ ) دَ َ‬‫َأ ْش َه ُد اَنْ الَ ِا َل ) َه ِاالَّ َأ ْن َ‬
‫)ك َمن‬ ‫)ك ُت))ْؤ ِتي ْالم ُْل) َ‬
‫)ك ْالم ُْل) ِ‬ ‫ك‪ ،‬اللَّ ُه َّم َمالِ) َ‬ ‫َل ) َ‬
‫ك ِممَّن َت َشاء‪َ ،‬و ُت ِع ُّز َمن‬ ‫نز ُع ْالم ُْل َ‬
‫َت َشاء‪َ ،‬و َت ِ‬
‫ك‬‫ك ْال َخ ْي ُر ‪ِ ،‬إ َّن َ‬
‫َت َشاء‪َ ،‬و ُت ِذ ُّل َمن َت َشاء‪ِ ،‬ب َي ِد َ‬
‫َع َل َى ُك ِّل َش)يْ ٍء َق) ِدي ٌر ‪َ ،‬وَأ ْش) َه ُد اَنَّ م َُحمَّداً‬
‫ك َو َرس ُْولُ َ‬
‫ك‪.‬‬ ‫َع ْب ُد َ‬

‫ُص) َط َفى‪،‬‬ ‫ص ِّل َوا ُ َسلِّ ُم َع َلى َح ِبي ِْبنا َ الم ْ‬


‫ا َللَّ ُه َّم َ‬
‫ص)) َح‬‫الَّ ِّذي َبلَّ َغ الرِّ َسا َل ْة‪َ ،‬وَأ َّدى اَأل َما َن ْة‪َ ،‬و َن َ‬
‫ص)) َح ِاب ِه‪َ ،‬و َمنْ دَع))ا َ‬ ‫اُألم َّْة‪َ ،‬و َع َلى آلِ)) ِه َوَأ ْ‬
‫هللا َح)))) َّق‬
‫هللا ِب َدعْ َو ِت)))) ِه‪َ ،‬وجا َ َه))))دَ ِفيْ ِ‬ ‫ِا َلى ِ‬
‫ِجها َ ِد ِه‪.‬‬

‫َّاي ِب َت ْق) َ)وى‬ ‫هللا‪ُ ،‬أ ْو ِ‬


‫ص ْي ُك ْم َوِإي َ‬ ‫اَمَّا َبعْ ُد‪ِ :‬ع َبادَ ِ‬
‫از ال ُم َّتقُ ْو َن!‬
‫هللا َف َق ْد َف َ‬
‫ِ‬
‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر… هللَا ُ َأ ْك َب ُر… هللَا ُ َأ ْك َب ُر‬
‫َوهّلِل ِ ْال َحمْ ُد‬
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah. Semoga Allah
mengabulkan seluruh permohonan kita. Semoga Allah memberi kita
kesabaran dan keikhlasan. Semoga Allah pun menguatkan kita untuk
berperan penting dalam upaya menciptakan persatuan kaum Muslim
dan ketaatan secara kaaffah pada hukum-hukum-Nya.

‫ َيا‬، ِّ‫ُص))لُّ ْو َن َع َلى ال َّن ِبي‬ َ ‫هللا َو َمالَِئ َك َت)) ُه ي‬ َ َّ‫ِإن‬


‫ص))لُّ ْوا َع َليْ)) ِه َو َس))لِّم ُْوا‬ َ ،‫))وا‬ ْ ‫َأ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن‬
.‫َتسْ لِ ْي ًما‬
‫ َو َع َلى‬،ٍ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّمد‬ َ ‫اَللّ ُه َّم‬
ِ ‫ َو َمنْ َد َعا ِإ َلى‬،‫ص ) َح ِاب ِه‬
‫هللا ِب))دَعْ َو ِة‬ ْ ‫آلِ ِه َو َأ‬
ْ‫ َو َمن‬،‫ك ِب ُس َّن ِة َر ُس)) ْولِ ِه‬ َ ‫ َو َمنْ َت َم َّس‬،‫ْاِإلسْ الَ ِم‬
ِ ‫َت ِب َع ُه بِِإحسْ ا َ ٍن ِالى َي ْو ِم ال ِّدي‬
.‫ْن‬
‫اللّ ُه َّم ْ‬
‫اغ ِف)))رْ َل َنا َولِ َوالِ))) َد ْي َنا َوارْ َح ْم ُه َما َك َما‬
‫ارا‪َ ،‬أللّ ُه َّم ْ‬
‫اغ ِف)))رْ لِ ْلم ُْس)))لِ ِمي َْن‬ ‫ص))) َغ ً‬ ‫َر َّب َيا َنا ِ‬
‫ت‪،‬‬ ‫ت‪َ ،‬و ْالمُ)))ْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َن)))ا ِ‬ ‫َو ْالم ُْس)))لِ َما ِ‬
‫ت‪.‬‬ ‫اََأْلحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاَألمْ َوا ِ‬

‫َر َّب َنا َظ َل ْم َنا َأ ْنفُ َس))))))))))))) َنا‪َ ،‬و ِانْ َل ْم َت ْغ ِفرْ َل َنا‬
‫اس))))))) ِري َْن‪ .‬اَللَّ ُه َّم‬ ‫َو َترْ َحمْ َنا َل َن ُك ْو َن َّنا ِم َن ْال َخ ِ‬
‫الس)))) ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪،‬‬
‫ت َّ‬ ‫ك َأ ْن َ‬‫َت َق َّب ْل ِم َّنا ُد َعاَئ َنا ِإ َّن َ‬
‫ك اَ ْن َ‬
‫ت ال َّت َّوابُ الرَّ ِح ْي ُم‪.‬‬ ‫َو ُتبْ َع َل ْي َنا ِا َّن َ‬

‫َر َّب َنا الَ ُتَؤ ا ِخ ْذ َنا ِانْ َّن ِس ْي َنآ َأ ْو اَ ْخ َطْأ َنا‪َ ،‬ر َّب َنا‬
‫ص)) ًرا َك َما َح َم ْل َت)) ُه َع َلى‬ ‫َوالَ َتحْ ِم)) ْل َع َل ْي َنآ ِا ْ‬
‫الَّ ِذي َْن ِمنْ َق ْبلِ َن)))))ا‪َ ،‬ر َّب َنا َوالَ ُت َحم ِّْل َنا َم)))))االَ‬
‫َطا َق))))) َة َل َنا ِب))))) ِه‪َ ،‬واعْ))))) فُ َع َّنا َو ْ‬
‫اغ ِفرْ َل َنا‬
‫ص))))رْ َنا َع َلى‬ ‫ت َم ْوالَ َن))))ا‪َ ،‬فا ْن ُ‬‫َوارْ َح ْم َنا ‪،‬اَ ْن َ‬
‫ْال َق ْو ِم ْال َك ِا ِف ِري َْن‪.‬‬

‫ب‪،‬‬ ‫ب‪َ ،‬و ُمه ِْز َم ْاَألحْ َزا ِ‬ ‫ـز َل ْال ِك َتا ِ‬‫ِ‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫ُ‬ ‫ا‬‫ي‬‫َ‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫اَلل‬
‫ُ)))ودَ َواَعْ))) َوا َن ُه ْم‪َ ،‬و َ‬
‫ص)))لِي ِْب ِّيي َْن‬ ‫ِاهْ))) ِز ِم ْال َيه ْ‬
‫ار ُه ْم‪َ ،‬و َرْأ ُس))) َمالِ ِّيي َْن َو ِا ْخ))) َوا َن ُه ْم‪،‬‬ ‫ص))) َ‬ ‫َواَ ْن َ‬
‫شي ُْو ِع ِّيي َْن َواَ ْش َيا َع ُه ْم‪.‬‬
‫َو ِا ْش ِت َرا ِك ِّيي َْن َو ُ‬

‫))اج‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫ى‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ة‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫خ‬
‫ِ‬ ‫ك َد ْو َل َة ْ‬
‫ال‬ ‫َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ِإ َّنا َنسْ َألُ‬
‫ِ‬
‫ال ُّنب َُّو ِة‪ُ ،‬ت ِع ُّز ِب َها ْاِإلسْ الَ َم َواَهْ َلهُ‪َ ،‬و ُت)) ِذ ُّل ِب َها‬
‫)))ر َواَهْ َل)))هُ‪َ ،‬و اجْ َع ْلن)))ا َ ِم َن ْال َع))) ا ِملِي َْن‬ ‫ْال ُك ْف َ‬
‫ص))))))ي َْن بِِإ َقا َم ِت َها بِِإ ْذ ِن)))))) َ‬
‫ك َيا اَرْ َح َم‬ ‫ْالم ُْخلِ ِ‬
‫الرَّ ا ِح ِمي َْن‪.‬‬

‫َر َّب َنا آ ِت َنا ِفي ال)) ُّد ْن َيا َح َس)) َن ًة‪َ ،‬و ِفي ْاآل ِخ َ‬
‫))ر ِة‬
‫ك‬ ‫ان َر ِّب َ‬
‫ار‪َ .‬و ُس)ب َْح َ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫اب‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫)ذ‬ ‫)‬‫ع‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫ق‬
‫ِ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ً‬
‫ة‬ ‫َح َس) َن‬
‫ص)))فُ ْو َن‪َ ،‬و َس)))الَ ٌم َع َلى‬ ‫)))ز ِة َعمَّا َي ِ‬‫َربِّ ْال ِع َّ‬
‫هلل َربِّ ْال َعا َل ِمي َْن‪.‬‬‫ْالمُرْ َسلِي َْن‪َ ،‬و ْال َحمْ ُد ِ‬

‫هللاُ َأ ْك َبرْ ‪ ،‬هللاُ َأ ْك َبرْ ‪ ،‬هللاُ َأ ْك َبرْ ‪َ ،‬و ِ‬


‫هلل ْال َح ْم ُد‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai