A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pembongkaran dan pemasangan kembali komponen-komponen
sistem pengapian tanpa distributor (DLI).
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dan pengukuran komponen-komponen sistem
pengapian tanpa distributor (DLI).
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen-komponen sistem
pengapian tanpa distributor (DLI).
4. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa kerusakan komponen-komponen sistem pengapian tanpa
distributor (DLI).
C. Keselamatan kerja
1. Melaksanakan praktikum sesuai panduan manual book/ jobsheet.
2. Menggunakan alat ukur dengan benar sesuai dengan Standart Operational Procedures (SOP).
3. Menggunakan body cover sebelum praktikum sesuai dengan prosedur yang benar.
4. Menggunakan semua peralatan pendukung lainnya sesuai dengan fungsinya.
5. Memastikan kendaraan dan engine stand dalam kondisi baik.
6. Memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada setiap praktikum.
D. Teori singkat
Pada sistem pengapian transistor yang lama tegangan tinggi dibangkitkan oleh satu ignition coil
yang didistribusikan ketiap busi oleh distributor. DLI adalah suatu sistem pengapian motor bensin yang
tidak menggunakan distributor. Pada Toyota, sistem ini mempergunakan sebuah ignition coil untuk setiap
dua buah busi. ECU (electric Controll Unit) mendistribusikan arus primer ketiap ignition coil secara
langsung dan menyebabkan busi melompatkan bunga api.
Pada sistem pengapian transistor, tegangan tingginya dibangkitkan oleh satu koil
pengapian dan disalurkan kesetiap busi oleh distributor. DLI adalah suatu sistem pengapian
motor bensin yang tidak menggunakan distributor. Sistem ini mengunakan sebuah koil
pengapian untuk setiap dua buah busi atau satu koil pengapian untuk satu busi. Pada sistem
pengapian ini, setiap busi memiliki koil pengapian tersendiri. ECU mengatur pemutusan arus
primer ketiap koil pengapian secara langsung dan menyebabkan busi memercikkan bunga api.
Urutan pengapian pada busi ditentukan oleh ECU. Saat arus negatif diberikan pada koil
pengapian akan menyebabkan terjadinya induksi magnet. Dengan pengaturan ECU saat
pengapian dalam ruang bakar akan terjadi secara teratur dengan waktu pembakaran yang sesuai.
Sistem ini mempunyai tiga keuntungan seperti berikut :
a) Koil penyala dapat ditempatkan didekat busi, kabel tegangan tinggi dapat diperpendek dan
dihilangkan, jadi dapat mengurangi suara berisik dan memperbesar tegangan tinggi.
b) Dengan ditiadakannya distributor, maka kerugian internal discharge dapat dihilangkan dan
kebisinganpun dapat ditiadakan. Dengan berkurangnya komponen yang bergerak, maka kemungkinan
gangguan pada komponen-komponen akan menjadi sedikit.
c) Karena tidak ada pengaturan secara fisik terhadap pengapian, seperti jarak kerangangan electroda
pada busi, saat pengapian dapat diatur pada skala yang lebih besar. Pada saat pengapian dengan
distributor dan pengapian dimajukan terlalu banyak, maka arus akan mengalir pada sebuah sisi
elektroda.
E. Langkah kerja:
1. Persiapan Praktikum:
a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Panaskan mesin kendaraan dan engine stand sampai temperatur kerja (± 80-100°C).
c. Buka tutup mesin kendaraan (engine hood).
d. Amati kondisi kerja engine dengan mendengarkan suara dan getaran yang terjadi saat engine
dihidupkan pada putaran idle, putaran rendah, putaran menengah, putaran tinggi dan saat
akselerasi.
h. Lepas 4 baut, kemudian lepas saringan udara dan selang saringan udara.
3. LEPAS KOIL PENGAPIAN ASSEMBLY
PERHATIAN:
Jika muncul DTC, lakukan troubleshooting sesuai dengan prosedur untuk DTC.
PERHATIAN:
c. Lakukan test loncatan bunga api sesuai dengan prosedur berikut ini.
1) Periksa apakah sisi konektor wire harness dari koil pengapian dengan igniter
telah terhubung dengan sempurna.
Hasil:
Hasil Lanjutkan ke
NG Hubungkan dengan sempurna
OK Ke tahap selanjutnya
2) Lakukan uji loncatan bunga api pada setiap koil pengapian dengan igniter.
a. Ganti koil pengapian beserta igniternya dengan yang berfungsi normal.
b. Lakukan test loncatan bunga api lagi.
Hasil:
Hasil Lanjutkan ke
Ganti koil pengapian dengan
OK
igniter.
NG Ke tahap selanjutnya
Voltage standar:
Hubungan Kondisi
Tester spesifikasi
1 (G) - 4 (+) 11 sampai 14 V
Hasil Lanjutkan ke
Periksa wiring antara switch
NG pengapian dan koil pengapian
beserta igniternya.
OK Ke tahap selanjutnya
Tahanan standar:
Hubungan
Kondisi spesifikasi
Tester
1.850 sampai 2.450
1 (+) - 2 (-)
Ω pada 20°C (68°F)
Hasil:
Hasil Lanjutkan ke
NG Ganti sensor posisi camshaft.
OK Ke tahap selanjutnya
5). Periksa tahanan sensor posisi crankshaft.
Tahanan standar:
Hubungan
Kondisi spesifikasi
Tester
1.850 sampai 2.450
1 (+) - 2 (-)
Ω pada 20°C (68°F)
Hasil:
Hasil Lanjutkan ke
Ganti sensor posisi
NG
crankshaft.
OK Ke tahap selanjutnya
Hasil:
Hasil Lanjutkan ke
NG Periksa ECM
Perbaiki wiring antara koil
OK
pengapian dan ECM.
Momen:
22 N*m{ 224 kgf*cm , 16 ft.*lbf }
Jarak electroda:
0,8 sampai 0,9 mm (0,032 sampai 0,035 in.)
Jarak electroda maksimum:
0,9 mm (0,035 in.)
Bila gap-nya lebih besar dari maksimum, setel gap busi menggunakan gap gauge
busi.
3. Pemeriksaan Lamda (λ) dan emisi gas buang dengan Four Gas Analyzer
No Obyek yang diukur Putaran idle Putaran 2500 rpm Spesifikasi
1 Kandungan HC Max 400 ppm
G. Pembahasan
1. Buatlah dokumentasi selama melakukan praktikum
2. Catat data hasil pemeriksaan dan pengukuran
3. Buatlah analisis grafik kandungan hidro karbon (HC) pada putaran idle dan putaran 2.500 rpm.
H. Kesimpulan dan Saran
Buatlah kesimpulan dan saran dari materi perkuliahan praktikum yang telah dilakukan
sesuai dengan kajian teori, analisis data dan pembahasan.