PENDAHULUAN
1. PETUNJUK PENGGUNAAN
a. Bacalah modul secara seksama pada setiap kegiatan belajar, bila ada uraian yang kurang
jelas silakan bertanya pada guru/ instruktur.
b. Kerjakan setiap test formatif pada setiap kegiatan belajar, untuk mengetahui seberapa
besar pemahaman saudara terhadap materi yang disampaikan, klarifikasi hasil jawaban
saudara pada kumpulan lembar jawaban yang ada.
c. Lakukan latihan dengan cermat, teliti dan hati-hati. Jangan melakukan pekerjaan yang
belum anda pahami dengan benar.
d. Bila saudara siap mintalah guru untuk menguji kompetensi saudara.
2. TUJUAN AKHIR
Tujuan akhir dari modul ini adalah siswa mempunyai kompetensi:
a. Mengidentifikasi konstruksi sensor
b. Melepas dan memasang sensor dengan prosedur yang benar..
c. Memeriksa dan kondisi sensor dengan metode yang benar.
d. Membaca dan mengukur sinyal sensor
e. Menguji sensor dan mengolah sensor dengan prosedur yang benar.
BAB II
ISI
I. Tujuan:
Setelah mempelajari modul pada materi pertama ini, siswa harus dapat:
1) Menjelaskan fungsi dan konstruksi sensor
2) Mengidentifikasi bagian dari sensor
3) Menjelaskan macam-macam sensor
4) Mengidentifikasi tipe dan tahanan sensor
5) Mengukur tahanan dan mengolah sinyal sensor
II. Uraian Materi
A. KONSTRUKSI SENSOR
AKTOR
AKTOR
( Unit Aktuator) )
( Unit Aktuator
Sensor mengkonversikan suatu kuantitas masukan berupa phisik atau bahan kimia (pada
umumnya non-elektrik) ke dalam suatu kuantitas keluaran elektrik.
Fisik/Kimia
Keluaran
Kwantitas Sensor Sinyal Elektrik
(non electric)
Gangguan-gangguan
(temperature, tegangan
tidak stabil,……)
Keterangan :
a.
U = Sinyal output
f = Frekuensi
t = waktu
b.
U = Sinyal output
TP = Pulsa duration
t = waktu
Keterangan :
SE : Sensor
SA : Sinyal conditioning (analog)
A/D : Analog to Digital Converter
SG : ECU
MC : Microcomputer
Pada 0ºC mempunyai tahanan 5 KΩ, dan pada temperatur 80ºC tahanan 250 Ω. Bila
kita grafikkan akan terlihat seperti grafik dibawah.
Circuit ECT
Cara kerja :
ECT dihubungkan seri dengan
tahanan dan diberi tegangan 5 V.
Bila tahanan pada ECT berubah
(karena temperatur) maka tegangan
yang ke ECU juga berubah.
Tegangan kerja 4,5 s/d 0,2 Volt. Dari
dingin ke panas.
Kesimpulan :
- Temperatur dingin = tahanan besar = tegangan besar
- Klasifikasi sensor = Sensor Conventional
Circuit IAT
Cara kerja :
IAT dihubungkan seri dengan
tahanan dan diberi tegangan 5 V.
Bila tahanan pada IAT berubah
(karena temperatur), tegangan sinyal
akan mengalami perubahan.
Perubahan tegangan identik dengan
perubahan temperatur.
Keterangan : Keterangan :
Cara Kerja :
Tegangan 5 volt dari ECU sebagai sumber, bila katup gas dibuka akan membuat
perbandingan tegangan yang berasal dari perbandingan tahanan, sehingga
mengeluarkan sinyal tegangan 0,5 s/d 4,7 Volt.
Kesimpulan :
-Sinyal berupa tegangan.
-Tegangan sinyal berbanding lurus dengan bukaan katup gas
-Klasifikasi sensor = conventional
Air Flow Sensor (Sensor Udara Masuk)
1. Sensor Flap (impact pressure) Air Flow Sensor LMM.
- Bahan : Tahanan Geser (Karbon Arang).
- Fungsi : Mengetahui Banyaknya (flow) udara masuk.
- Posisi pada kendaraan : Pada saluran udara masuk (setelah filter udara).
Keterangan :
1. Penyetel CO
2. Plat Sensor
3. Stoper
4. Plat Kompensasi
5. Ruang Kompensasi
6. IAT Sensor
Keterangan :
1. Bypass Udara masuk
2. IAT Sensor (Thermister)
3. Massa Udara
4. Kawat panas (Platinum)
5. Pengolah sinyal
Kawat panas dijaga pada temperatur tetap dirangkai dengan termistor seperti
gambar. Suatu aliran udara akan menyebabkan kawat panas menjadi dingin, rangkaian
elektronik akan mempertahankan temperatur pada kawat panas tetap. Pada waktu yang
bersamaan rangkaian elektronik mengukur arus yang mengalir ke kawat panas dan
mengeluarkan sinyal tegangan sebanding dengan aliran arus. Grafik tegangan dapat dilihat
pada gambar diatas.
Untuk menjaga performa dan kesetabilan sensor, maka sensor akan melakukan
pembersihan diri dari deposit akibat pembakaran dengan cara memanaskan sensor
(temperatur 1000 C) beberapa saat setiap posisi ”OFF”.
1. Pendingin
2. Pengatur Jarak
3. Driver stage
3. Karman Vortex.
- Bahan : Photo Coupler (LED dan Photo Transistor).
Pusaran udara
Ke komputer
Keterangan :
1,3 = Konektor 6 = Rumah Vacum
2 = Vacum referensi 7 = Input Vacum (Intake Manifold)
4 = Silicon Chip Ukur 8 = Silicon Chip
5 = Gelas Isolator 9 = Sirkuit rangkaian
Piezo Resistive adalah bahan yang nilai tahanannya tergantung dari perubahan bentuk.
Piezo resistive dibuat diafragma (Silicon chip) berfungsi sebagai membran antara ruangan
vacuum (0,2 bar) sebagai referensi dan ruangan yang berhubung dengan intake manifold.
Perbedaan tekanan antara ruang vacum dengan intake manifold berakibat perubahan
lengkungan pada membran silicon chip. Pengolah sinyal merubah menjadi tegangan sinyal. MAP
sensor mengeluarkan tegangan paling tinggi ketika tekanan intake manipold adalah paling tinggi
(kunci kontak ”ON” mesin ”MATI”, atau katup gas diinjak tiba-tiba/Accelerasi). Begitu pula
sebaliknya mengeluarkan tegangan paling rendah jika terjadi decelerasi (perlambatan).
Keterangan :
1
1 = Rotor
2 = Stator
2 3 = Kumparan Induktif
4 = Plat Dudukan
5 = Busing Rotor
6 = Badan Stator
3
7 = Celah Udara
8 = Magnet Permanan
9 = Celah Dalam
10 = Plat Dudukan Tetap
Untuk system yang pengajuan pengapiannya dengan mikrokontrol maka sinyal putaran
(CKP) harus dilengkapi dengan sensor posisi silinder (CMP). Sinyal ada yang di distributor dan di
poros engkol.
Keterangan :
1. Magnet Permanen
2. Rumah sensor
3. Inti Besi lunak
4. Kumparan
5. Roda gigi dengan refesensi
Kerugian :
o Pengolahan Sinyal lebih rumit
Effek Hall :
Bila lempeng hall (5) dialiri
elektron (terminal 1,2), dan
dijatuhkan medan magnet
(tanda panah), maka pada sisi
(3) dan (4) akan ada beda
potensial disebut dengan effek
Hall (Sinyal hall).
Gambar : Effek Hall
4. Sensor Photodioda
- Bahan : Photo Coupler (LED dan Photodiode)
1 = Piezoceramic element
2 = Seismic mass
3 = Rumah sensor
4 = Baut pengencang
5 = Permukaan kontak
6 = Konektor
7 = Blok Silinder
V = Getaran
Prinsip Kerja :
Bila terjadi knoking (pinking), akan
terjadi getaran pada sensor knoking
Keterangan :
1. Lambda Sensor
2. Ceramic monolic
3. Wire screen
4. Heat resistant double
shell
Keterangan :
Prinsip kerja :
Bila ada perbedaan jumlah O2 gas buang
dengan O2 udara luar, akan terjadi beda
potensial antara kedua elektroda. Tegangan
max 1 volt. Temperatur kerja min 400 C.
= 1 Berbandingan 14,7 : 1
( Tegangang sinyal = 0,45 V)
< 1 Campuran kaya
( Tegangang sinyal = 0,6 – 1,0 V)
> 1 Campuran miskin
( Tegangang sinyal = 0,4 – 0,1 V)
1. Konversi ke Tegangan
Metode pembagi tegangan.
Metode ini dapat langsung kita terapkan bila bentuk sinyal linier.
VCC
Contoh penerapan :
- Sensor temperature
- Sensor Katup Gas
R
Maka VOUT dapat kita hitung dengan rumus :
VOUT =
VOUT
RNTC V
+ Out
VOut
RS R2
E Out
R1 R3
F to V konversi
Mengkonversi suatu sinyal frekuensi menjadi sinyal tegangan, sudah banyak rangkaian jadi
di pasaran.
Salah satu contoh rangkaian F to V.
Komponen utamanya berupa IC yang didalamnya terdiri dari beberapa op-amp dan komponen
pendukung lainnya.
2. Op–Amp.
+ 12V
Masukan
M a s u k apembalik
n p e m ilik
( I n v e n t aInput)
(Inverting r is In p u t)
O P - AM P
K e lu a r a n
M a s u k a n b u k a n p e m b a lik
( n o n I n v e r tin g In p u t ) -1 2 V
O FFSET N 1 1 8 N c
IN - 2 7 + Vcc
IN + 3 O U T
6
V cc - 4 5 O FFSET N 2
U2 = V .U1
Karena menurut suatu ketentuan Op - Amp hanya mempunyai tegangan catu sebesar 15V, maka
untuk tegangan keluaran U2 sebesar 100V tersebut tidak dapat dicapai. Tegangan keluaran Op -
Amp sangat ditentukan oleh besarnya tegangan catu dari Op - Amp itu sendiri. (sehingga praktis
tegangan keluarannya 15V)
+ 12V
+ 12V
P1 = 10K
R =10K 2
- 7
U 1 6
U 2
3
+ 4
-1 2 V
-1 2 V
2
+ 7
6
U 1 U2
3 - 4
-1 2 V
R 1
R2
R2 R1 R1
U2 = U1 = ( 1 + ) U1
R2
R2
Prinsip komparator
Komparator dapat dibangun dengan menggunakan penguat operasi (Op-amp) tanpa umpan
balik.
+ 12V
U 1 _
U 3
+
U 2
-1 2 V
Gambar : Komperator
Sinyal keluaran U3 adalah merupakan sinyal digit dengan perkataan lain sinyal tersebut
adalah berlogika “1” atau “0” ( + 12 V atau GND )
39