TUGAS I
Disusun oleh:
TEKNIK PERTAMBANGAN
POLITEKNIK BATULICIN
KABUPATEN TANAH BUMBU
2023
PEMIKIRAN PANCASILA
A. Notonagoro, Sukarno Dan Perbedaan Pandangan Era Orde lama dan Orde Baru
Notonagoro di awal orde baru memiliki otoritas tertinggi tentang pancasila terutama
otoritas kajian ilmiah tentang pancasila, Notonagoro mengklaim dirinya tokoh yang
mengawali tradisi ilmiah terhadap pancasila yang merupakan alternatif dari peran tafsir
terhadap pancasila yang telah terjadi selama orde baru. Konteks kelahiran pendekatan ilmiah
terhadap pancasila yang dikembangkan Notonagoro adalah peran penafsiran terhadap
pancasila yang membuat tafsir dari pancasila menjadi relatif. Notonagoro memiliki banyak
karya buku kajian tentang pancasila dan beliau juga memiliki peran masing-masing era orde
lama dan orde baru.
“Pancasila bukannya suatu konsepsi politis, akan tetapi buah hasil perenungan jiwa yang
dalam, buah hasil penyelidikan cipta yang teratur dan seksama di atas basis pengetahuan dan
pengalaman yang luas, yang tidak begitu saja dapat dicapai oleh saban orang.” (Pidato Prof.
Notonagoro promosi gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum kepasa Presiden
Soekarno di UGM, pada 19 September 1951)
Menurut penelitian dari senat UGM yang di pimpin oleh Notonagoro adalah pencipta
pancasila merupakan Soekarno. Tetapi maksud Notonagoro bukan pancasila yang tertera di
dalam aliena ke-4 undang-undang dasar, bukan pancasila di dalam dimensi formalnya tetapi
pancasila di dalam dimensi materialnya. Notonagoro menjelaskan dimensi material sebagai
asas dan pengertian nya yang tetap sebagai dasar filsafat negara.
1
materialnya maka pancasila bukan sekedar dasar negara, bukan sekedar konsepsi politik tetapi
pancasila adalah ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh Soekarno.
“Pancasila yang Tuanku promotor sebutkan sebagai jasa saya itu, sebagai ciptaan saya itu,
bukanlah jasa saya. Oleh karena saya, dalam pancasila itu, sekedar menjadi ‘perumus’
daripada perasaan-perasaan yang telah lama terkandung bisu dalam kalbu rakyat Indonesia,
sekedar menjadi ‘pengutara’ daripada keinginan-keinginan dan isi jiwa bangsa Indonesia
turun-temurun”
“Adalah jasa PYM (paduka yang mulia) Dr. ir. Soekarno yang amat besar terhadap
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia untuk pertama kalinya melahirkan dan mengusulkan
pancasila sebagai dasar filsafat negara, sebagai buah hasil perenungan jiwa yang dalam, buah
hasil penyelidikan cipta yang teratur dan sesksama dan pengalaman yang luas..” (Notonagoro,
Berita Pikiran Ilmiah Tentang Kemungkinan Djalan Keluar dari Kesulitan Mengenai
Pantjasila sebagai Dasar Negara RI, Yogyakarta, UGM, 1959)
Notonagoro dengan jujur menyatakan peran besar Soekarno sebagai perumus pancasila
“Menjadinya pancasila sebagai dasar filsafat negara tentu saja pada waktu ditetapkan
pembukaan UUD 1945 itu, pada 18 Agustus 1945, akan tetapi asal mulanya lebih tua. Kedua-
duanya mempunyai sejarah. Untuk pertama kalinya pembukaan direncanakan pada 22 Juni
1945 yang terkenal sebagai Piagam Jakarta, akan tetapi pancasila telah lebih dahulu
2
disusulkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan didirikan yaitu pada
tanggal 1 Juni 1945, dalam rapat BPUPKI.” (Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer,
Jakarta: Bumi Aksara, 1987)
Di salah satu pernyataan Notonagoro, ketika menyebut di 1 Juli nama Sokearno tidak
sampai disebutkan. Hal sama juga dikembangkan oleh beliau melalui penempatan pancasila
sebagai cerminan dari bangsa Indonesia tanpa menyebutkan siapa tokoh yang menggali nilai-
nilai itu. Beliau menyebutkan adapun sila-sila yang merupakan pancasila itu bukannya hasil
ciptaan belaka akan tetapi ditemukan pada bangsa Indonesia. Jadi pancasila bukan diciptakan
oleh seseorang tetapi ditemukan di dalam bangsa Indonesia.
Notonagoro tetap menyatakan bahwa pancasila itu digali melalui penelitian yang
seksama tetapi tidak menyebutkan siapa orang yang menggali itu. Unsur-unsur pancasila telah
ada dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan agama bangsa Indonesia, segala sesuatu itu
menyita perhatian dalam hal asal usul pancasila sebagai dasar filsafat negara. Notonagoro
kemudian menggeser subjek dari pancasila ke sumber nilai-nilai pancasila yakni adat, budaya
kemudian agama. Adat, budaya dan agama yang merupakan sumber dari pancasila tidak
terlalu ditegaskan oleh Notonagoro di era orde lama karena fokusnya pada tokoh Soekarno
sebagai penggali filsafat pancasila.
Dalam era ini, ketika kita berbicara asal pancasila kita tidak bicara soal tokoh yang
merumuskan gagasan pancasila tetapi sebagai wacana di orde baru pancasila itu langsung
dilekatkan kepada bangsa Indonesia.
• Causa materialis (asal mula bahan), yakni bangsa Indonesia dalam adat kebiasaan,
kebudayaan dan agama-agama.
• Causa formalis (asal mula bentuk) dan Causa finalis (asal mula tujuan), yakni
Soekarno-Hatta sebagai pembentuk negara, serta panitia sembilan dan anggota BPUPKI
dalam sidang kedua perumus piagam Jakarta.
3
• Causa effisien (asal mula karya) yang menjadikan pancasila sebagai dasar filsafat negara
yakni PPKI.
Eka-Pancasila
Salah satu ide dari pancasila yang ilmiah itu adalah apa yang Notonagoro sebut
sebagai Eka-Pancasila. Ini adalah beberapa item di dalam gagasan pancasila secara ilmiah dari
Notonagoro yang termasuk di dalamnya Eka-Pancasila. Eka-Pancasila yang dimaksud
Notonagoro adalah kita tidak memiliki lima dasar negara dengan nama pancasila tetapi kita
hanya memiliki satu dasar negara (eka) yang terdiri dari lima prinsip yeng telah menjadi satu.
Susunan pancasila adalah hirarkis dan mempunyai bentuk piramidal. Kalau dilihat
inti-intinya, urut-urutan lima sila menunjukan suatu rangkaian tingkatan dalam luasnya isi,
tiap-tiap sila yang dibelakang sila lainnya merupakan pengkhususan daripada sila-sila
dimukanya. Diantara lima sila ada hubungan yang mengikat satu kepada yang lain, sehingga
pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat. Andai kata urut-urutan itu dipandang sebagai
tidak mutlak, di antara satu sila dengan lainnya tidak ada sangkut pautnya, maka pancasila
menjadi terpecah belah, oleh karena itu tidak dapat dipergunakan sebagai suatu asas
kerohanian bagi negara. Tiap-tiap sila dapat diartikan dalam bermacam-macam maksud.
Jika pancasila tidak dipahami sebagai satu-kesatuan yang hirarkis piramidal dimana
sila dibawahnya merupakan pengkhususan sila diatasnya maka kita akan hanya memahami
lima sila itu sebagai nilai-nilai yang terpisah. Jika memahami setiap sila terpisah, setiap orang
dapat menafsiri nilai-nilai pancasila secara berbeda-beda. Hal ini berbeda jika setiap sila
4
disatukan sehingga setiap konsep pancasila itu sudah terbentuk melalui konektifitas dari sila-
sila lainnya seperti pada poin-poin Eka-Pancasila berikut
Eka-Pancasila
5
LAMPIRAN