Anda di halaman 1dari 2

RESUME

Hubungan Sila-sila Pancasila Menurut Sukarno, Hatta, dan Notonagoro

1. Menurut Soekarno
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah
kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide Philosophische
Grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis
yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-
diskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah
satu momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis


yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang
berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Contoh: Undang-Undang No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a)
berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika,
berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut memuat
sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan untuk menolak
segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama dan martabat
kemanusiaan.

2. Menurut Notonagoro
di tanggal 17 Februari 1959, Kagama menyelenggarakan Seminar Pancasila I di
Yogyakarta. Dalam seminar itu, Prof. Notonagoro menyumbangkan pemikirannya secara
ilmiah mengenai Pancasila. Menurut beliau, pengertian Pancasila secara ilmiah ialah
dasar negara yang mutlak dan objektif melekat pada kelangsungan negara, tidak bisa
diubah dengan jalan hukum. Beliau mengungkapkan hal tersebut karena keinginannya
untuk mencari jalan keluar dari ketidakpastian mengenai dasar negara RI dalam
pembicaraan Konstituante. Menurut Prof. Notonagoro, Konstituante bisa berjalan
dengan baik bila menerima Pembukaan UUD 1945 sebagai Pembukaan UUD yang baru.
Hal tersebut dikarenakan dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat pengertian ilmiah
bahwa undang-undang itu merupakan pokok kaidah negara yang fundamental dan
secara hukum tidak dapat diubah.

Pancasila juga tercantum dalam kaidah negara yang fundamental, maka Pancasila
sebagai dasar negara juga tidak dapat diubah dengan jalan hukum. Dengan demikian,
gagasan tersebut menjadi penunjang adanya Pancasila yang berfungsi untuk menunjang
satu hal yang ideal. Prof. Notonagoro mengembangkan Pancasila dari sudut ‘filsafati’
sehingga melahirkan filsafat Pancasila yang sampai sekarang wajib dipelajari oleh setiap
perguruan tinggi. Filsafat Pancasila gagasan Prof. Notonagoro menguraikan dan
menjelaskan peranan Pancasila dalam kehidupan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai