Anda di halaman 1dari 27

PEMIKIRAN SOEKARNO DALAM PERUMUSAN PANCASILA

Paisol Burlian
Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Raden FatahPalembang
Email : burlianpaisol@yahoo.co.id

Abstrak
Dalam proses perumusan Pancasila dilakukan melalui beberapa tahapan persidangan, banyak tokoh yang
dimasukkan di dalamnya seperti Muh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Namun dari ketiga tokoh tersebut, hanya
pemikiran Soekarno yang mendapat apresiasi dari peserta secara aklamasi dan pancasila yang dianggap sebagai
keunggulan pemikiran Soekarno menjadi sesuatu yang berbeda dalam tatanan dan terminologi. Padahal sebelum
Soekarno berpidato pada tanggal 1 Juni 1945, Muh. Yamin dan Soepomo sebelumnya pernah berpidato dan
memiliki kemiripan satu sama lain. Penelitian ini menggunakan jenis fenomenologi kualitatif dengan studi pustaka,
dengan menganalisis secara detail pada beberapa literatur yang relevan. Dengan menggunakan teori dekonstruksi
milik Jacques Derrida dengan konsep trace, difference, recontruction, dan iterability. Sedangkan sumber data
diambil dari sumber data primer dan sekunder. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik,
verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Rumusan Pancasila Soekarno terdiri dari lima prinsip sebagai berikut; 1)
Pemikiran nasionalisme, Soekarno bermaksud untuk membangkitkan jiwa nasionalisme di kalangan masyarakat
Indonesia agar dapat berdiri tegak. 2) Pemikiran internasionalisme, Soekarno bermaksud mengaitkan erat antara
pemikiran internasionalisme dengan nasionalisme. 3) Pemikiran demokrasi, dengan demikian Soekarno yakin bahwa
alasan mutlak untuk memperkuat negara Indonesia adalah pemikiran konsultatif dan representatif. Jadi dengan
musyawarah kita bisa memperbaiki semuanya, termasuk keselamatan beragama. 4) Pemikiran kesejahteraan, dengan
demikian Soekarno bermaksud untuk mengentaskan kemiskinan dari Indonesia, dengan mensinergikan demokrasi
negara Indonesia dapat membawa rakyat untuk hidup sejahtera. 5) Pemikiran ketuhanan, Soekarno bermaksud agar
ketuhanan bukan berarti memiliki Tuhan. Namun setiap masyarakat Indonesia bisa beribadah kepada tuhannya dan
bebas memeluk agama sesuai dengan keyakinan agamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemikiran
Soekarno berakar dari rasa nasionalisme yang ingin agar bangsa Indonesia hidup berdampingan dalam damai dan
sejahtera, serta mengintegrasikan semua unsur. Hasil Analisa; Pancasila merupakan hasil akhir pemikiran yang
diperoleh dari sumbangan Muh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Ketiga tokoh tersebut memiliki kesamaan
pandangan tentang ideologi kebangsaan, ketuhanan, hubungan kebangsaan dan demokrasi. Dengan demikian kita
tidak dapat menyimpulkan bahwa Pancasila adalah satu-satunya pemikiran Soekarno.

Kata kunci: Pemikiran, Soekarno, Rumusan, Pancasila

Abstract
In the proccess of Pancasila formulation through a few steps of investigation court,many of prominents included in it
like Muh. Yamin,Soepomo,and Soekarno. But from the three prominents,only Soekarno'thought obtained
appreciation from the audience acclamatically and pancasila was regarded as the prefference of Soekarno's thought
became something different in the order and terminology. Yet in the fact before Soekarno made a speech on Juni
1st,1945,Muh. Yamin and Soepomo had formerly made speeches and if they had the similarities with one another.
This research used a type of phenomenology qualitative with library research,by analyzing in detail to some relevant
literatures. By using deconstruction theory belonging to Jacques Derrida with trace,difference,recontruction,and
iterability concepts. While the data sources were taken from primary and secondary ones. And the technics in this
research are heuristic,verification,interpretation,and historiography. Soekarno's pancasila formulation achieved five
principles as follows; 1) nationalism thought,Soekarno intended to awaken nationalism spirit among the Indonesian
people in order to stand for freedoom. 2) Internationalism thought,Soekarno intended to relate tightly between
internationalism to nationalism thoughts. Both were mutually qualifying and to preserve plurality among the
Indonesian people,as well as to establish nepotism among us. 3) Democracy thought,with this Soekarno was

143
confident that the absolute reason to strengthen Indonesian state was thought consultative and representative. Thus
with consultation we could repair everything,including religion salvation. 4) Welfare thought, with this Soekarno
intended to eliminate poverty from Indonesia,by synergizing democracy the Indonesian state could bring the people
to live in welfare. 5) Divinity thought, Soekarno intended that divinity was not meant by having God. But each of
the Indonesian people could worship to their god and free to embrace a religion according to their religious beliefs.
Thus we can conclude that the Soekarno's thought was rooted from nationalism wanting the Indonesian people to
live side by side in peace and welfare,and to integrate all elements. Analysis result;Pancasila was the final result of
investigation court achieved from the contribution by Muh. Yamin,Soepomo,and Soekarno. The three prominents
had similar points of views about nationalism ideology,divinity,national relationship and democracy. Thus we
cannot conclude that Pancasila was the only thought of Soekarno.

Key words : Thought, Soekarno, formulation, Pancasila.

A. Latar Belakang Masalah kelas sosial tertentu dalam bidang politik


Pancasila yang mengatur atau sosial ekonomi.2
pemerintahan negara. Pancasila sebagai Pancasila sebagai dasar filsafat
dasar negara digunakan untuk mengatur secara ideologi bangsa dan negara
seluruh tatanan kehidupan bangsa dan juga Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak
negara Indonesia. Serta segala sesuatu yang serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
berhubungan dengan pelaksanaan sistem sebagaimana yang terjadi pada ideologi-
ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik ideologi lain di dunia, namun terbentuknya
Indonesia (NKRI) yang wajib berdasarkan Pancasila melalui proses yang cukup
Pancasila. Hal ini artinya semua peraturan panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.3
yang berlaku di Negara Republik Indonesia Secara kausalitas Pancasila sebelum
1
harus bersumberkan kepada Pancasila. disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
Sebagai ideologi negara maka Pancasila nilainya telah ada dan berasal dari bangsa
haruslah menjadi sumber tatanan hidup Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai
dalam berbangsa. Yang dalam hal ini makna adat istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai
ideologi sendiri adalah ilmu pengetahuan religius. Kemudian para pendiri negara
tentang ide-ide (the science of ideas). Karl Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut
Marx mengartikan ideologi sebagai dirumuskan secara musyawarah mufakat
pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan moral yang luhur, antara lain
berdasarkan kepentingan golongan atau dalam sidang-sidang BPUPKI pertama,

2
Ibid, hlm. 61
1 3
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila; Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila;
Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasi,
Aktualisasinya, Yogyakarta, 2013, hlm. 70 hlm. 61

144
sidang panitia sembilan yang kemudian Mr. Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno. Pada
menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat sidang BPUPKI pertama aspirasi mereka
Pancasila yang pertama kali, kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila.
dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Dalam proses pembentukan seputar ideologi
Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum negara terjadi perdebatan sengit antar
sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon golongan. Yakni Nasionalis, Islam, dan
dasar filsafat negara dibahas serta Komunis. Soekarno merupakan salah satu
disempurnakan kembali dan akhirnya pada pendiri (founding fathers) yang dalam
tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh kaitannya dengan ini Soekarno dan NU dan
PPKI sebagai dasar filsafat negara Republik para pendiri negara sadar betul bahwa
Indonesia.4 pendirian Negara Kesatuan Republik
Dalam proses perumusan pancasila Indonesia yang direbut melalui berbagai
sebagai dasar negara Indonesia dilaksanakan perjuangan, pemberontakan, peperangan
melalui hasil kerja keras yang melibatkan griliya, peperangan terbuka dan diplomasi,
banyak tokoh. Yakni dengan dibentuknya tidak dimaksudkan untuk mendirikan
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Khilafah Islamiyah atau Negara Islam,
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang melainkan mereka berjuang hanya untuk
dalam hal ini diketuai oleh Dr. K.R.T. satu tujuan, yaitu kemerdekaan Indonesia.6
Radjiman Wediodiningrat. Badan ini terdiri untuk itu Soekarno meminta kaum
dari 68 anggota, dengan komposisi; 8 orang nasionalis Islam dan nasionalis sekuler
Jepang, 15 orang dari golongan Islam, dan supaya mengajukan formula yang dapat
selebihnya dari golongan nasionalis mengimbangi kepentingan mereka masing-
ditambah golongan priyayi atau aristorat masing. Diantara tokoh-tokoh Islam banyak
Jawa.5 yang menghendaki negara sepenuhnya
Tokoh penggagas lahirnya Pancasila bercorak Islam. Sedangkan umat Kristiani
adalah Prof. Mohammad Yamin S.H, Prof. dan Hindu serta kaum Nasionalis sekuler
menginginkan bahwa usaha mengislamkan
4
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila;
negara akan mencetuskan keresahan
Kultural, Historis,Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya, yogyakarta: Paradigma, 2013, hlm
61
5
Ahmad Syafii Maarif, Islam Dan Masalah
6
Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan Dalam Zainal Abidin Amir, Soekarno dan NU
Konstituante, cet. II, Jakarta: Penerbit LP3ES, 1985, Titik Temu Nasionalisme, Yogyakarta: LkiS, 2013,
hlm. 102 hlm. 120

145
dibagian timur Indonesia dan daerah lain yang telah menyampaikan pidatonya pada
7
non-Muslim lainnya. rapat BPUPKI telah mendapatkan respon
Soekarno sebagai salah salah satu yang berbeda, diantara tiga tokoh tersebut
founding father juga dikenal sebagai pemikiran Soekarnolah yang dianggap hasil
penggali Pancasila, tak dapat disangkal pemikiran sintesis yang dianggap paling
bahwa Soekarno sumber pertama yang penting. Sehingga lahirlah Pancasila sebagai
memperkenalkan Pancasila pada bangsa ini. preferensi dari pemikiran Sokarno yang
Pidato Ir. Soekarno 1 Juni 1945 di depan terdiri dari lima prinsip yakni Kebangsaan,
sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai itulah Internasionalisme, Demokrasi,
yang menjadi rujukan awal yang jadi dasar Kesejahteraan dan Ketuhanan. Maka dari
formulasi tata urutan sila-sila (prinsip) dari sini apakah Soekarno dapat dikatakan benar-
Pancasila yang dikenal saat ini.8 Memang benar perumus pertama dari sila itu? Karena
urutan uraian tentang sila-sila (prinsip) dari tiga hari sebelum Soekarno menyampaikan
Pancasila dalam pidato 1 Juni 1945 berbeda pidatonya yang terkenal itu, Muhammad
dengan tata urutan sila-sila sebagaimana Yamin telah menyampaikan pada tanggal 29
tercantum dalam dokumen berikutnya, Mei 1945, di depan sidang Badan Penyelidik
seperti pada piagam Jakarta yang itu lima asas sebagai dasar bagi Indonesia
dirumuskan oleh Panitia Sembilan, di dalam Merdeka sebagai berikut: peri kebangsaan,
pembukaan UUD 1945, mau pun dalam peri kemanusiaan, peri keTuhanan, peri
pidato-pidato Soekarno sebagai “Key kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.10
person” dalam rumusan Pancasila perlu Tidak terdapat perbedaan
memahami logika pemikiran Soekarno yang fundamental antara lima asas Yamin dan
sebagian besar dibangun secara empiris lima sila Soekarno tersebut. perbedaan
melalui pengalaman sejarah kehidupan hanya dalam istilah yang digunakan untuk
bangsa ini.9 “demokrasi” dan dalam susunan atau urutan
Dari beberapa tokoh founding fatrher asas-asas tersebut.11 mohammad Roem,
seperti M. Yamin, Sopemo dan Sokerno seorang pemimpin terkenal Masyumi
7
Ibid, hal 121
memandang “Tema dari kedua pidato itu
8
Berhard Dham, Soekarno dan Perjuangan.
10
Terj. Hasan Basari, Jakarta:LP3ES, 1987, hlm xii Endang Saifuddin Anshari, Piagam
9
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila; Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah Konsensus Nasional
Kultural, Historis,Filosofis, Yuridis, dan Tentang dasar Negara Republik Indonesia (1945-
Aktualisasinya, yogyakarta: Paradigma, 2013, 1949), Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hlm. 18
11
hlm.72 Ibid

146
sama, jumlah prinsip atau dasar sama-sama dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi
lima, malah sama juga panjangnya pidato, Jilid 1, terlihat jelas upaya Soekarno
yaitu dua puluh halaman dalam ‘naskah’ mempertemukan aliran pemikiran yang oleh
12
tersebut. banyak kalangan mustahil dapat
15
Pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni dipertemukan.
1945 yang kini dikenal sebagai lahirnya Lalu mengapa Pidato 1 Juni 1945,
Pancasila tersebut terdapat titik tolak pada prinsip Ketuhanan diuraikan paling terahir
urutan Pancasila. terutama mengenai sila dan prinsip Kebangsaan pada urutan
“Ketuhanan” sebagai sila-V dan kemudian pertama. Dengan melihat hal tesebut apakah
menjadi sila pertama dalam tata urutan Soekarno mengabaikan dimensi keimanan
Pancasila diberbagai dokumen berikutnya. dalam menyampaikan prinsip-prinsip yang
Namun untuk memahaminya dengan menjadi sila-sila dari Pancasila. Dari
mendalam jelas perlu memahami alur beberapa permasalahan di atas maka penulis
13
pemikiran Soekarno tentang Ketuhanan. tertarik untuk menganalisa lebih dalam lagi
Masalah penempatan “prinsip Ketuhanan” mengenai “Pemikiran Soekarno Dalam
pada urutan terahir ini kerap menjadi Perumusan Pancasila” yang berdasarkan
pertanyaan oleh berbagai pihak, sementara pada sumber-sumber, informasi, maupun
prinsip 6 Kebangsaan pada urutan pertama. data-data yang relevan.
Oleh karena itu Soekarno dinilai seorang B. Kerangka Teori
nasionalis sekuleris. Tetapi, penilaian seperti Untuk menjawab permasalahan di
ini kerap terbantahkan jika melihat alur atas, digunakan teori yang dianggap
pemikiran Soekarno di berbagai tulisan dan relevan.Adapun teori yang digunakan teori
pidatonya, yang sesungguhnya sarat dengan dekontruksi. Dekontruksi adalah sebuah
nilai-nilai keimanan (Tauhid).14 metode pembacaan teks. Dengan
Pada tulisannya berjudul dekontruksi ditunjukkan bahwa dalam setiap
“Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme,” teks selalu hadir anggapan-anggapan yang
dianggap absolut. Padahal, setiap anggapan
12
Muhammad Roem, “Lahirnya Pancasila
1945”, Tiga Peristiwa Bersejarah, Jakarta: Sinar
Hudaya, 1972, hlm. 24
13
Ibid
14
Re-So-Pim (Revolusi-Sosialisme
15
Indonesia-Pimpinan Nasional), Amanat Presiden RI Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi,
pada hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi,
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1961 1946

147
selalu kontekstual, anggapan selalu hadir sebagai konsep dalam menelusuri makna.
16
sebagai kontruksi sosial dalam sejarah. Menurut Derrida yang bisa dan ketahui
Jacques Derrida menunjukkan bahwa adalah jejak-jejak dari kebenaran itu sendiri,
seseorang selalu cenderung untuk dan bukan kebenaran pada dirinya sendiri.
melepaskan teks dari konteksnya. Satu term Trace (jejak) bersifat misterius dan tidak
tertentu kita lepaskan dari konteks dan hadir terungkap, muncul sebagai kekuatan dan
sebagai makna final. Inilah Derrida sebut pembentuk tulisan, menembus dan memberi
sebagai logosentrisme,yaitu, kecenderungan energi pada aktivitasnya yang menyeluruh.
untuk mengacu kepada suatu metafisika Hal ini berarti bahwa makna akan bergerak,
tertentu, suatu kehadiran objek absolut harus dilacak terus menerus. Yang kedua
tertentu. Dengan metode dekontruksi, menggunakan istilah “Differance” yakni
Derrida ingin membuat kita kritis terhadap adalah kata yang aneh. Kata ini tidak
teks.17 terdapat dalam kamus bahasa manapun, kata
Tugas dekontruksi adalah itu terdiri dari dua kata yakni untuk
mengungkap problematika wacana-wacana membedakan (to differ), dan untuk menunda
yang dipusatkan, dipihak lain membongkar kepastian (to defer). Kebenaran dan makna
metafisika dengan mengubah batas-batasnya di dalam teks harus terus dibedakan dan
secara konseptual. Sedangkan tujuan metode ditangguhkan kepastiannya (menangguhkan
dekontruksi adalah menunjukkan kebenaran dalam teks), Ketiga
ketidakberhasilan upaya penghadiran “Rekontruksi” yakni membangun atau
kebenaran absolut, dan ingin menelanjangi pengembalian kembali sesuatu berdasarkan
agenda tersembunyi yang mengandung kejadian semula, dimana dalam rekontruksi
banyak kelemahan dan ketimpangan dibalik tersebut terkandung nilai-nilai primer yang
teks-teks.18 harus tetap ada dalam aktifitas membangun
Melalui dekontruksi Derridayang kembali sesuatu sesuai dengan kondisi
pertamamenggunakan istilah “Trace” semula. Dan Yang keempat “Iterabilitas”
yakni kemampuan suatu teks untuk selalu
16
Chistopher Norris, Membongkar Teori
Dekontruksi Jacques Derrida, (Jakarta: Ar-Ruzz,
dimaknai terus menerus di dalam konteks
2003), hlm. 19 yang berbeda-beda. Teks adalah suau yang
17
Ibid
18
Nyoman Ratna Kutha, Teori, Metode, Dan lentur dan lincah, teks adalah tanda yang
Teknik Penelitian Sastra Dari Struktualisme Hingga
Postruktualisme Perspektif Wacana Naratif, bisa terus diulang dan dibedakan sesuai
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 39

148
dengan horison pembaca dan penafsirannya. ditinjau dari aspek yang melingkupinya,
19
“ mulai dari etnis, bahasa, budaya, agama
Selanjutnya penulis mengikuti dan kelas sosial. Ini artinya, pluralitas
konsep Iterabilitas yakni melihat pemikiran atau keberagaman merupakan realitas
Soekarno yang pada masa perumusan bagi masyarakat Indonesia.
Pancasila dianggap paling penting diantara Dalam perumusan Pancasila, pada
pemikir lainnya seperti M. Yamin dan tanggal 1 Juni 1945 Soekarno
Soepomo, dengan membuat perbandingan menyampaikan pemikirannya mengenai
tiga tokoh tersebut untuk melihat titik lima prinsip dasar yang menjadi point
singgung pada tiga tokoh Soekarno, Muh. penting mengenai Pancasila. Point tersebut
Yamin dan Soepomo pada pemikirannya ialah sebagai berikut;
dalam merumuskan Pancasila, sehingga 1. Prinsip pertama yang menjadi
hasil akhir disebut dengan Dekontruksi perhatian Soekarno
dengan mengatahui apakah Pancasila adalahNasionalisme (Kebangsaan
merupakan hasil mutlak dari pemikiran Indonesia).
Soekarnosendiri. 2. Prinsip kedua yang diuraikan
C. Prinsip Dasar Pemikiran Soekarno Soekarno adalah Internasionalisme.
Dalam Perumusan Pancasila Internasionalisme yang dimaksud
Prinsip dasar pemikiran Soekarno bukanlah kosmopolitanisme yang
dalam perumusan Pancasila ialah sebuah tidak menginginkan adanya
pernyataan atau pedoman untuk berpikir kebangsaan. Internasionalisme sangat
atau bertindak dalam menuangkan ide-ide berhubungan dengan prinsip
Soekarno dengan benar dan tepat dalam Kebangsaan yang diuraikan Soekarno
merumuskan Pancasila guna mencapai pada sila pertama.
suatu keputusan yang disepakati bersama 3. Prinsip yang ketiga Soekarno
dan sesuai dengan tujuan bersama. menguraikan dasar Mufakat, dasar
Selanjutnya masyarakat Indonesia perwakilan, dasar permusyawaratan.
adalah masyarakat yang plural. 4. Prinsip yang keempat yaitu
Keniscayaan itu diperoleh manakala Kesejahteraan. Dengan prinsip ”tidak

19
Chistopher Norris, Membongkar Teori
Dekontruksi Jacques Derrida, (Jakarta: Ar-Ruzz,
2003), hlm. 23

149
akan ada kemiskinan di dalam Dalam merumuskan Pancasila,
20
Indonesia Merdeka”. Soekarno berusaha menyatukan semua
5. Prinsip kelima yang diuraikan pemikiran dari berbagai tokoh dan
Soekarno adalah ke-Tuhanan Yang golongan serta membuang jauh-jauh
Maha Esa. Prinsip sila keTuhanan kepentingan perorangan, etnik maupun
YME (Ketuhanan Yang kelompok. Soekarno menyadari
21
Berkebudayaan). sepenuhnya bahwa kemerdekaan
Lima prinsip sebagai dasar Indonesia adalah kemerdekaan untuk
negara tersebut kemudian oleh semua golongan. Menyadari akan
Soekarno diusulkan agar diberi nama kebhinekaan bangsa Indonesia
“Pancasila” atas saran salah seorang tersebut, Soekarno mengemukakan
teman beliau yang ahli bahasa. konsep dasar Pancasila yang
Berikutnya menurut Soekarno kelima didalamnya terkandung semangat
sila tersebut dapat diperas menjadi “semua buat semua”. Pancasila tidak
“Tri Sila” yang meliputi: Sosio- hanya digunakan sebagai ideologi
nasionalisme yang merupakan sintesis pemersatu dan sebagai perekat
dari Kebangsaan (nasionalisme) kehidupan dan kepentingan bangsa,
dengan Peri kemanusiaan tetapi juga sebagai dasar dan filsafat
(internasionalisme), Sosio-demokrasi serta pandangan hidup bangsa. Sesuai
yang merupakan sintesis dari Mufakat dengan Tuntutan Budi Nurani
(demokrasi), dengan Kesejahteraan Manusia, Pancasila mengandung nilai-
sosial, serta Ketuhanan. Berikutnya nilai ke-Tuhanan, Kemanusiaan
Soekarno juga mengusulkan “Tri Sila” (humanisme), Kebangsaan
tersebut juga dapat diperas menjadi (persatuan), demokrasi dan keadilan.
“Eka Sila” yang intinya adalah Ini merupakan dasar untuk
22
gotong-royong. membangun masyarakat baru
Indonesia, yaitu masyarakat sosialis
20
Bambang Rahardjo, Syamsuhadi, Garuda
Emas Pancasila Sakti, hlm. 62
Indonesia.23
21
Bambang Rahardjo, Syamsuhadi, Garuda
Emas Pancasila Sakti, Jakarta : Yapeta Pusat, 1995,
23
hlm. 63-64 Re-So-Pim (Revolusi – Sosialisme
22
Soekarno, Lahirnya Pancasila, Dalam Indonesia – Pimpinan Nasional), amanat Presiden RI
Tujuh Bahan Indoktrinasi, (Jakarta: Dewan pada hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan
Pertimbangan Agung, 1991), hlm. 21 Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1961.

150
Selanjutnya uraian tentang sila- (5). Ketuhanan.25 Sedangkan urutan
sila (prinsip) dari Pancasila dalam sila-sila Panitia Sembilan yang
pidato 1 Juni 1945, berbeda dengan kemudian dikenal dengan Piagam
tata urutan sila-sila sebagaimana Jakarta adalah:
tercantum dalam dokumen berikutnya, 1. Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
seperti Piagam Jakarta yang kewajiban menjalankan syariat
dirumuskan oleh panitia sembilan, di Islam bagi pemeluknya.
dalam Pembukaan UUD 1945, 2. Kemanusiaan yang adil dan
maupun dalam pidato-pidato Soekarno beradab
di berbagai kesempatan. Namun 3. Persatuan Indonesia
semua itu, tidak mengurangi 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
peranSoekarno sebagai “key person” hikmah kebijaksanaan dalam
dalam perumusan Pancasila baik permusyawaratan perwakilan
sebagai dasar negara maupun sebagai 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
pandanglan hidup bangsa. Dengan Indonesia
demikian, untuk dapat dipahami Selanjutnya, tata urutan
pancasila perlu memahami logika sila-sila Pancasila di dalam
pemikiran Soekarno yang sebagian pembukaan Undang-Undang dasar
besar dibangun secara empiris melalui 1945 adalah sebagai berikut:
pengalaman sejarah kehidupan bangsa 1. Ketuhanan Yang Maha Esa
ini.24 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Urutan sila-sila Pancasila yang 3. Persatuan Indonesia
diucapkan oleh Ir. Soekarno pada 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
tanggal 1 Juni 1945 seperti yang telah hikmah kebijaksaan dalam
penulis sebutkan yakni: (1). permusyawaratan perwakilan
Kebangsaan Indonesia, (2). 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Internasionalisme atau Indonesia
Perikemanusiaan, (3). Mufakat atau Patut dipahami, formula
Demokrasi, (4). Kesejahteraan Sosial, dua tata urutan sila-sila dalam

25
Soekarno, “Lahirnya Pancasila” Dalam
Tujuh Bahan Indoktrinasi, (Jakarta: Dewan
24
Ibid Pertimbangan Agung, 1961), hlm. 5

151
Pancasila yang terahir disusun dengan menarik untuk dikaji bahwa Soekarno
mengacu kepada pidato Soekarno 1 dalam mengusulkan dasar negara tersebut
Juni 1945, dan proses formulasi selain secara lisan juga dalam uraiannya
penyusunan juga melibatkan bahkan juga membandingkan dasar filsafat
dipimpin oleh Soekarno. Bahwa ada negara ‘Pancasila’ dengan ideologi-
perbedaan dalam tata urutan antara ideologi besar dunia seperti liberalisme,
susunan pertama dengan yang kedua komunisme, chauvinisme,
dan ketiga, itu terjadi karena pidato 1 kosmopolitisme, San min Chu dan
Juni 1945 adalah pidato tanpa teks, ideologi besar dunia lainnya.27
merupakan curahan hati Soekarno Menurut Kahin yang dikutip oleh
yang disampaikan secara spontan, Suwarno, dalam pidato Soekarno 1 Juni
sesuai dengan situasi dan kondisi pada 1945 itu sangat penting, sebab sila-sila
saat itu. Dalam mengucapkan 1 Juni yang diusulkan itu merupakan suatu
1945, Soekarno tidak mementingkan filsafat sosial-politik yang matang yang
sistematika, melainkan ia lebih sebenarnya juga diyakini oleh pemimpin-
mengutamakan pengungkapan setiap pemimpin nasionalis yang berpengaruh
hari yang sesungguhnya gambaran dan oleh pemimpin-pemimpin Indonesia
dari Pancasila itu sendiri.26 yang berpengaruh. Menurut Kahin tidak
D. Analisis lima prinsip Pemikiran ada rumusan prinsip dasar negara yang
Soekarno Dalam Perumusan Pancasila lebih jelas dari pada perumusan Soekarno
Dalam hal perumusan Pancasila, yang dapat dijadikan contoh sebagai
Soekarno mengusulkan bahwa Pancasila suatu sintesis dari demokrasi Barat, Islam
adalah sebagai dasar filsafat negara dan modern, Marxis, dan gagasan-gagasan
pandangan hidup bangsa Indonesia atau demokrasi dan komunalistik pedesaan
‘philosofhische grondslag’ juga yang asli, yang merupakan dasar umum
pandangan dunia yang setingkat dengan pemikiran sosial dari sebagian besar elit
aliran-aliran besar dunia atau sebagai politik Indonesia setelah penjajahan.28
‘weltanschauung’ dan di atas dasar itulah
kita dirikan negara Indonesia. sangat 27
Kaelan, Negara Kebangsaan
Pancasila,Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
26
Kaelan, Negara Kebangsaan Aktualisasinya, Yogyakarta:Paradigma,hlm.78
28
Pancasila,Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan P.J. sowarno, Pancasila Budaya bangsa
Aktualisasinya, Yogyakarta:Paradigma,hlm.78 Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hlm. 96

152
Senada dengan Kahin, Bernhard pemikiran Timur yaitu India dan Cina,
Dham juga menilai bahwa sintesis yang dengan menawarkan filsafat humanisme
dilakukan Soekarno sebagai suatu Gandhi dan San Min Chui Sun Yat Sen.
pemikiran besar, namun dahm Pemikiran dan usulan Soekarno ini
menekankanbahwa sintesis yang memang sangat strategis, sehingga tidak
dilakukan oleh Soekarno itu berdasar mengherankan mendapat sambutan dan
filsafat Jawa yang diolah menjadi suatu dukungan secara aklamis.31
rumusan besar tentang prinsip negara Dengan demikian melalui metode
induktif dalam merumuskan Pancasila
yaitu persatuan. Dia menekankan bahwa
Soekarno telah mengamati sejarah
“semua hal adalah satu” yang merupakan perkembangan Indonesia, pengalaman
politiknya sebagai tokoh pergerakan
suatu local wisdom serta kearifan orang
nasional, serta kemajemukan bangsa
Jawa.29 Hal ini senada dengan prinsip Indonesia sehingga menghasilkan suatu
pemikiran yang memiliki ciri eklektis
integralistik yang dikembangkan dan
inkorporasi, artinya menurut Notonagoro
diusulkan oleh Soepomo, atas dasar suatu sintesis
dari berbagai pandanganyang berbeda
asumsi inilah maka Dahm menjelaskan
namun disatupadukan untuk suatu tujuan
mengapa Soekarno mengemukakan tiga yang mulia. Demikian pula dalam
hubungannya dengan nasionalisme E.
alternatif, Pancasila, Trisila dan Ekasila.
Renan yang sangat menonjolkan faktor
Dasar filsafat Jawa yang menginginkan kehendak untuk bersatu, dengan
mengesampingkan faktor perbedaan ras,
persatuan itu menurut Dahm merupakan
etnisitas, maupun sosio-ekonomi yang hal
dasar pemikiran Soekarno untuk ini sangat disadari benar oleh Soekarno
bahwa pemimpin-pemimpin Indonesia
mengembangkan gagasan sintesis
sebagai founding fathers, adalah lebih
nasionalisme, Islamisme dan Marxisme banyak perbedaannya (Notonagoro,
1980:102).
yang dahulu populer disebut Nasakom.30
Untuk memantapkan semangat
Tidak terbatas pada pemikiran
persatuan dalam melawan penjajah, maka
tersebut ide kreatif Soekarno yang
dikembangkan pemikiran yang diangkat
bercorak ‘elektis inkorporasi’ itu nampak
dari Otto Bauer, yang menekankan
juga dalam upayanya untuk mendapatkan
kesamaan perangai, watak serta rasa
rumusan humanisme dasar filsafat
senasib yang merupakan faktor penting
negara. Soekarno mensintetiskan

29 31
Bernard Dham, Sukarno dan Perjuangan Kaelan, Negara Kebangsaan
Kemerdekaan, Jakarta: LP3ES, 1987, hlm. 424 Pancasila,Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
30
Ibid, hlm. 425 Aktualisasinya, Yogyakarta:Paradigma,hlm. 27

153
dalam kehidupan berbangsa yang 1. Kebangsaan
merupakan faktor penting dalam Dalam pidato 1 Juni 1945 sila ketiga
(persatuan Indonesia) dari Pancasila ini
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal
berada di urutan pertama dan pilihan kata
ini disadari oleh Soekarno bahwa rakyat yang dipakai Soekarno adalah kebangsaan.
Kata ini diusulkan oleh Soekarno dalam
Indonesia pada waktu itu mempunyai
sidang BPUPKI dan dimintakan persetujuan
nasib yang sama yaitu sebagai bangsa kepada para anggota sidang lain yang hadir.
Kata kebangsaan ini harus dimengerti bahwa
yang terjajah. Dasar pemikiran yang
negara yang akan didirikan itu bukan untuk
sintetis inilah yang dikembangkan kepentingan seorang, bukan untuk
kepentingan satu golongan (entah golongan
Soekarno dengan mengangkat
bangsawan, golongan orang kaya, dan
nasionalisme San Min Chu Sun Yat Sen, golongan satu agama) (Ign. Gatut, 2007: 75).
Pemikiran kebangsaan yang merupakan sila
serta konsep teori geopolitik Bauer,
Persatuan Indonesia, urutan ketiga dari
mengingat konstelasi wilayah geografis Pancasila ini merupakan kekuatan yang
dapat membakar dan menimbulkan hasrat
negara, susunan elemen rakyat yang
untuk kemerdekaan. Dengan nasionalisme
multi etnis sehingga sangat memerlukan ini bangsa Indonesia dapat mempertahankan
hidupnya, memberi kekuatan sepanjang
suatu ikatan dalam kehidupan berbangsa
kegelapan penjajahan yang lama, dan selama
dan bernegara (P. J. Suwarno, 1993: 98). berkobarnya perjuangankemerdekaan.
Dewasa ini kekuatan yang membakar itu
Suatu pemikiran heuristik yang
masih tetap menyala-nyala di dada bangsa
brilian dimana prinsip-prinsip dasar
Indonesia dan tetap memberi kekuatan hidup
nasionalisme, geopolitik tersebut juga
bangsa (Ign. Gatut, 2007: 78).
didasarkan pada nilai moralitas Ketuhanan
Persatuan Indonesia adalah
Yang Maha Esa serta humanisme Gandhi
yang sering diucapkannya “My nationalisme suatu cita-cita politik yang tidak
is humanity” selain itu sila-sila kerakyatan
mudah untuk direalisasikan pada
serta kesejahteraan rakyat (keadilan sosial)
yang dilandasi oleh nilai Ketuhanan Yang kondisi masyarakat yang majemuk.
Maha Esa serta kemanusiaan yang adil dan
Tantangan terbesarnya adalah proses
beradab adalah merupakan suatu upaya
Soekarno untuk mempersatukan pendapat membangun kesadaran berbangsa
yang saat itu berkembang (Kaelan, 2003:
yang seiring dengan kesadaran
28).
Mengenai pemikiran yang berbudaya. Seperti yang kita pahami
diajukan Soekarno pada masa perumusan bersama bahwa hakikat bangsa
Pancasila, penulis akan mengkaji atau Indonesia terdiri atas bagian-bagian
menganalisa pemikiran Soekarno dari yaitu: orang-orang Indonesia,
segi tekstual. Untuk lebih jelasnya akan keluarga-keluarga, kelompok-
penulis uraikan sebagai berikut: kelompok, golongan-golongan, suku

154
bangsa, adapun wilayah terdiri atas Renan, maupun berdasarkan paham
pulau-pulau, kesemuanya itu dalam persatuan watak yang timbul karena
kesatuannya membentuk hal-hal yang persamaan nasib (Soekarno, 1946: 24).
baru yaitu negara baru dan bangsa Dalam konteks itu, Soekarno
Indonesia (Kaelan, 2002: 271), menyadari bahwa persatuan nasional
bilamana bagian-bagian tersebut memerlukan “Identitas Nasional”.
berdiri sendiri-sendiri maka akan “Kepribadian Nasional” dan
bersifat lemah dan tidak memiliki arti “Berkepribadian dalam Kebudayaan”(
dalam pengertian negara (Kaelan, Kaelan, 2002: 271). Ia sangat
2002: 271). Prinsip kebangsaan memahami hakikat manusia
merupakan pertama yang diajukan ‘monopluralis’ atau majemuk tunggal,
oleh Soekarno. yang pada hakikatnya harus senantiasa
ada dan terjelma dalam suatu
Selain itu, Soekarno juga
perbuatan lahir dan batin sebagai
terilhami oleh tulisan Dr. Sun Yat Sen
yang berjudul “San Min Chi I” atau penjelmaan kehendak yang selaras
“The Three Poeple’s”(Panitia Nasional
Peringatan Lahrnja Pantja Sila, 1964: 23). dengan akal dan rasa. Hasrat-hasrat
Kebangsaan Soekarno semakin perbuatan ini (hasrat kehendak)
matang dengan pengaruh dari
Mahatma Ghandi yang menyatakan meliputi hal-hal yang berkaitan
bahwa “My nationalisme is dengan dirinya sendiri (makhluk
humanity”. Kebangsaan yang diyakini
Soekarno adalah kebangsaan yang individu), juga dalam kaitannya
berkeprimanusiaan, kebangsaan yang sebagai warga masyarakat (makhluk
tidak meremehkan bangsa lain,
kebangsaan yang bukan sosial), maupun dalam kaitannya
chauvinisme.Faham bangsa yang dengan pribadi berdiri sendiri maupun
dimaksud adalah tidak dibangun atas
dasar ras, suku bangsa kebudayaan makhluk Tuhan yang keseluruhannya
ataupun agama tertentu (Soekarno, itu sebagai satu kesatuan (tunggalan)
1946: 24).
Nation yang dimaksud juga ‘monopluralis’(Yudi, 2010: 369). Hal

tidak hanya mendasarkan kepada ini membuat Indonesia bisa bertahan

paham satu kelompok manusia yang sampai saat ini dan bisa semakin kuat

bersatu menjadi bangsa karena jika kita mengimplementasikan

kehendak untuk bersatu (le desir semangat kebangsaan menurut

d’etre ensemble) menurut Ernest Soekarno tersebut.

155
Kemudian menyangkut rasa Rasa kebangsaan itu
kebangsaan, Soekarno mengacu digali melalui penderitaan
kepada realitas historis bangsa rakyat Indonesia, sebab dari
Indonesia yang telah terjajah sekitar penderitaan itu lahir keinginan
300 tahun. Sebagai bangsa yang melepaskan diri dari
pernah memiliki kejayaan masa lalu, penjajahan dan kelak akan
di zaman Sriwijaya, Majapahit dan membangun kembali masa
Mataram, tentulah tertanam dalam kejayaan seperti sedia kala.
dirinya rasa keinginan kembali ke jati Maka rasa kebangsaan itu
diri sebagai bangsa yang besar dan adalah juga berarti mengakui
merdeka seperti sedia kala. Atau jati diri bangsa Indonesia
tegasnya kata Soekarno “Bangsa- sebagai bangsa yang besar.
bangsa yang demikian itu tidak boleh Untuk membangun kejayaan di
tidak tentu kalbunyaitu hidup dengan masa depan, tidak hanya sekedar
keinginan kembali kepada pribadi mengingat kejayaan masa lalu, tetapi
sendiri, yaitu yang dinamakn harus dengan perjuangan untuk
kebangsaan”( Hamka, 2011: 44). merdeka. Namun masa lalu itulah
Sebenarnya rasa kebangsaan pembangkit semangat baru untuk
yang dimaksud Soekarno itu telah berjuang bersama. Begitulah rakyat
lama diungkapkannya, yakni sejak Indinesia, menurut Soekarno “dengan
tahun 1930 ketika ia menghadapi mengetahui kebesaran hari dulu itu,
pengadilan Kolonial Belanda di lantas hiduplah rasa nasionalnya,
Bandung. Di hadapan para hakim yang lantas menyala lagilah api harapan di
mengadilinya Soekarno menyatakan dalam hatinya.” Dengan
bahwa” “semangat tiap-tiap rakyat nasionalismenya yang menyala-nyala
yang disengsarakan oleh suatu itu, maka rakyat Indonesia bisa
keadaan, baik rakyat ploretar di mewujudkan kemerdekaannya.
negeri-negeri industri, maupun rakyat Dengan nasionalisme yang posiif itu,
di tanah-tanah jajahan, adalah maka rakyat Indonesia merasakan
semangat ingin merdeka.” (Hamka, kebenaran pandangan yang
2011: 44). mengatakan bahwa nasionalisme yang

156
demikian itu adalah sebenarnya Asi (Dia adalah aku, aku adalah dia)
diridhai Allah sendiri. dikalangan masyarakat Indonesia,
2. Internasionalisme yang tidak lain adalah rasa
Pemikiran Internasionalisme kemanusiaan itu sendiri. Kemudian
ini pada pidato Soekarno 1 Juni 1945 datang pula agama Islam
juga menempati urutan kedua dengan mengajarkan pelayanan sosial yang
redaksi yang berbeda dengan disebut fardhu kifayah (kewajiban
rumusan resmi Pancasila 18 Agustus yang dilakukan untuk kepentingan
1945. Pada waktu itu bunyi sila umum) yang biasanya dilakukan
kedua yang yang di usulkan secara kolektif atau gotong royong
Soekarno adalah Internasionalisme oleh masyarakat. Ajaran ini lebih
atau Perikemanusiaan, yang dalam memperkokoh rasa kemanusiaan
Pancasila adalah Kemanusiaan Yang dalam sanubari bangsa Indonesia.
Adil dan Beradab. Pada pemikiran sementara itu, datang pula Kristen
ini Soekarno memiliki tujuan bukan mengajarkan cinta kasih untuk
hanya membangun nasionalisme sesama manusia dikalangan bangsa
dalam negeri yang dimerdekakan, Indonesia. bahwa sesama manusia
melainkan lebih dari itu yaitu untuk harus saling mencintai seperti
membangun kekeluargaan bangsa- mencintai diri sendiri. Dalam Islam
bangsa. Yang dalam era sekarang sebenarnya ajaran inipun ada,
mungkin lebih tepat dikatakan sebagaimana sabda Nabi Muhammas
usahamembangun kerjasama antar SAW, “Tidak beriman seorang dari
bangsa-bangsa dan membangun kamu sampai ia mencintai untuk
perdamaian dunia (Ign. Gatut, 2007: saudaranya seperti ia mencintai
68-69). untuk dirinya sendiri”(Hamka, 2011:
Pemikiran Internasionalisme 43).
atau perikemanusiaan digali oleh Oleh karena itu, rasa
Soekarno dari budaya bangsa kemanusiaan bukan ciptaan
Indonesia sendiri. Sejak beratus Soekarno melainkan suatu persaan
bahkan beribu tahun lalu agama yang telah tumbuh ditengah
Hindu telah mengajarkan Tat Twam masyarakat bangsa Indonesia, baik

157
sebelum datangnya agama-agama seimbang dalam kehidupan sosial
besar monoteisme maupun sesudah (Hamka, 2011: 43).
kedatangan mereka. Soekarno Pada pasal kedua ini,
mengaku hanya sebagai penggali dari kematangan pemikiran Soekarno
perasaan bangsa Indonesia itu. Sebab sangat terlihat dengan tidak terjebak
katanya “.....jikalau aku menggali pada pemahaman kebangsaan yang
rasa perikemanusiaan di dalam bumi sempit yang ia kemukakan diawal
Indonesia itu adalah hal yang tidak yang menurutnya Indonesia juga
mengherankan. Sebagaimanajuga bagian dari dunia Internasional,
tidak mengeherankan jikalau aku sehingga ia menyampaikan kepada
menggali rasa Ketuhanan di dalam peserta sidang BPUPK bahwa
bumi Indonesia.” (Hamka, 2011: Indonesia harus mengakui
43). keberadaan bangsa lain dan harus
menciptakan persatuan dan
Asas perikemanusiaan persaudaraan dunia.
universal. Asas ini mengakui dan Menurut Soekarno
memperlakukan manusia sesuai Internasionalisme yang dimaksud
dengan harkat dan martabatnya sangat berhubungan dengan prinsip
sebagai makhluk Tuhan, juga Kebangsaan yang diuraikan sila
mengakui persamaan derajat, pertama. Tujuannya dengan
persamaan hak dan kewajiban asasi melontarkan prinsip ini adalah bukan
manusia tanpa membeda-bedakan sekedar membangun nasionalisme
suku, keturunan, agama, ras, warna dalam negeri yang dimerdekakan,
kulit, kedudukan sosial, dan lainnya. melainkan lebih dari itu yaitu untuk
Dalam pembukaan UUD 1945 membangun kekeluargaan bangsa-
merupakan perwujudan dari asas bangsa (Syamsuhadi, 1995: 58-59).
perikemanusiaan dalam hukum Dalam era sekarang lebih tepat
positif Indonesia dalam kehidupan dikatakan sebagai usaha membangun
sehari-hari hal ini terlihat pada kerjasama antar bangsa-bangsa dan
lembaga-lembaga yang didirikan membangun perdamaian dunia.
untuk menampung segala yang tidak Munurut Soekarno,

158
Internasionalisme tidak akan tumbuh Kerakyatan yang dipimpin oleh
subur kalau tidak berakar di dalam hikmat kebijaksanaan dalam
buminya nasionalisme dan begitupun permusyawaratan/perwakilan.
sebaliknya nasionalisme tidak dapat Dijelaskan oleh Soekarno bahwa
hidup subur kalau tidak hidup dalam negara Indonesia bukan satu negara
taman sarinya internasionalisme. untuk satu orang, bukan satu negara
Pada intinya Soekarno untuk satu golongan, melainkan
menegaskan bahwa kita sebagai negara “satu buat semua, semua buat
bangsa Indonesia tidak mungkin satu”. Soekarno yakin bahwa syarat
untuk hidup sendiri dan terasing dari yang mutlak untuk kuatnya negara
bangsa-bangsa lain di dunia. Yang Indonesia ialah permusyawaratan,
menurut Soekarno pada hakikatnya perwakilan.
umat manusia sekarang ini terdiri Dengan cara mufakat kita
dari berbagai bangsa-bangsa, perbaiki segala hal, juga keselamatan
terutama pada abad kedua puluh ini agama, yaitu dengan jalan
tidak dapat kita bayangkan adanya membicarakan atau
suatu bangsa yang dapat hidup permusyawaratan di dalam Badan
dengan tiada hubungan dengan Perwakilan Rakyat.Bangsa Indonesia
bangsa-bangsa lain. Manusia telah sejak dahulu kala menerapkan
merupakan suatu homo socius. cara-cara bermusyawarah dalam
Demikian pula bangsa tak dapat membahas persoalan masyarakat.
hidup sendiri, bangsa hanyalah dapat Musyawarah sebenarnya merupakan
hidup di dalam masyarakatnya cara bernegara dan bermasyarakat
bangsa-bangsa (Soekarno, 1946, hlm secara demokrasi dikalangan
51). masyarakat kita di zaman dahulu,
3. Demokrasi walaupun mereka hidup dalam
Pemikiran Demokrasi kerajaan atau kesultanan. Praktik
Soekrano pada pidato 1 Juni 1945 demokrasi semacam itu
dinamai sila mufakat atau demokrasi mendahulukan segala teori
yang dalam Pancasila terdapat pada demokrasi Barat, seperti kata
urutan ke empat dengan sila Soekarno;

159
“Sebelum ada teori-teori rakyat berlandaskan semangat
Montesqieu, Voltaire, Rousseau,
kekeluargaan. Masalah
sebelum teori Trias Politica, sebelum
ada parlemen-parlemen di dunia multikulturalisme bisa dijelaskan
Barat, kita sudah menjalankan
dengan fakta bahwa setiap
demokrasi di dalam bentuk secara
kuno. Tetapi demokrasi telah ada. warganegara, bahkan jika dipandang
Oleh karena itu rasa demokrasi ini
sebagai subjek hukum, bukanlah
tidak asing lagi bagi kita.”(
Soekarno, 1946: 52). individu-individu abstrak yang

Negara persatuan dari tercabut dari akar-akar sosialnya.

kebangsaan multikultur bisa bertahan Pengakuan terhadap hak-hak budaya

lebih kokoh jika berdiri atas landasan kelompok etnis, terutama golongan

pengelolaan pemerintahan yang minoritas perlu diberikan sebagai

sanggup menjamin keseimbangan prakondisi menuju pembentukan

antara pemenuhan prinsip kebebasan, individu warga negara yang bisa

kesetaraan, dan persaudaraan, yang melampaui identitas etniknya (post

berlaku bagi segenap warga dan etnic condition).

elemen kebangsaan. Yang dituntut Cita-cita kedaulatan rakyat

bukan hanya pemenuhan hak-hak dalam semangat kekeluargaan yang

individu (individual rights) dan memberi ruang bagi

kelompok masyarakat (collective multikulturalisme ini bergema dalam

right), melainkan juga kewajiban sanubari bangsa Indonesia sebagai

untuk mengembangkan solidaritas pantulan dari pengalaman pahit

sosial (gotong royong) dalam rangka penindasan kolonial dan tradisi

kemaslahatan dan kebahagiaan hidup gotong royong dalam masyarakat

bangsa secara keseluruhan (Yudi, Indonesia (Yudi, 2010: 383).

2010: 383).
Prinsip pemerintahan
mayoritas berdasar kesetaraan hak- Pernyataan tersebut
hak warga negara dengan merupakan sikap tegas Soekarno
menghormati hak-hak minoritas sebagai seorang muslim yang tegas
(majority rule, minority rights) menjunjung tingga pluralitas
mengandaikan adanya kedaulatan masyarakat Indonesia. karena

160
demokrasi dalam pemikiran Dalam pidato 1 Juni 1945
Indonesia bukan sekedar alat prinsip “Kesejahteraan” yang
teknis, melainkan juga mengandung disampaikan Soekarno tersebut
jiwa pemikiran dan perasaan, maka teletak pada Pancasila terletak pada
perwujudan demokrasi itu urutan kelima, yakni sila “Keadilan
hendaknya diletakkan berdasarkan sosial bagi seluruh rakyat
keperibadian bangsa Indonesia Indonesia”. secara ringkas prinsip
sendiri dan cita-cita nasional untuk kesejahteraan ini diartikan oleh
mewujudkan masyarakat yang adil Soekarno sebagai prinsip “tidak ada
dan makmur (Yudi, 2010: 476). Ia kemiskinan di dalam
juga menyerukan kepada kelompok Indonesia”(Ing. Gatut, 2007: 81).
Islam dan Kristen untuk bekerja Sila keadilan sosial,
sehebat-hebatnya, agar kursi-kursi Soekarno menggalinya dari budaya
badan perwakilan rakyat diduduki bangsa yang telah ada sejak zaman
oleh beberapa perwakilan, baik keemasan masa lalu, dibawah
perwakilan Islam maupun kerajaan-kerajaan besar Sriwijaya,
perwakilan Kristen. Majapahit, Mataram dan sejumlah
Maka dalam hal ini rakyat kesultanan, baik di Jawa maupun
akan memberikan penilaian sendiri diluar Jawa bahwa kitab-kitab
kepada wakil-wakilnya yang benar- zaman kuno mengingatkan kita
benar mempresentasikan akan zaman yang makmur itu:
kedaulatan rakyat bukan gemah ripah loh jinawi, tata
memperalat rakyat untuk mencapai tentrem karta raharja, sebuah
tujuannya. Selain itu rakyat juga ungkapan Jawa yang melukiskan
dituntut untuk menjadi warga suasana masyarakat Indonesia yang
negara yang bijaksana, yang dahulu kala negerinya subur,
memahami hak dan kewajibannya, makmur, teratur, tentram dan aman
serta bertanggung jawab dalam sejahtera, jauh sebelum penjajah
menjalankan partisipasi politiknya. menguasai negeri ini, dan itu pula
4. Kesejahteraan yang akan diwujudkan kembali di

161
masa depan Indonesia merdeka yang memberi hidup, yakni politik-
(Hamka, 2011: 46). ekonomi demokrasi yang mampu
Suasana kemakmuran di mendatangkan kesejahteraan sosial.
atas telah sangat jauh berubah Pernyataan Soekarno
setelah bangsa Indonesia hidup tersebut seyogyanya tidak
sengsara dalam penjajahan di dipandang dari kecenderungan
bawah kekuasaan imperialisme dan utopismenya, melainkan dari segi
kolonialisme. Bangsa Indonesia tekadnya yang kuat untuk
hidup dalam kemiskinan berharap mengupayakan keadilan dan
kembali pada kejayaan seperti kesejahteraan sosial diseberang
sediakala dan lepas dari alam jembatan emas kemerdekaan.
kesengsaraan dibawah penjajahan, Pencapaian tugas luhur itu tidak
maka bersemilah rasa keadilan dipercayakan pada laissez fair yang
sosial dikalangan bangsa Indonesia, berbasis individualisme-
yaitu hasrat ingin untuk merdeka kapitalisme, karena Indonesia
guna mewujudkan kemakmuran mengalami pengalaman buruk
dan kesejahteraan yang adil. penindasan politik dan kemiskinan
Perasaan seperti inilah yang digali ekonomi yang ditimbulkan oleh
Soekarno untuk kemudian kolonialisme. Sementara,
dijadikan salah satu sila dari kolonialisme itu sendiri merupakan
Pancasila. kandungan sila tersebut perpanjangan dari individualism-
tidak lain dari suatu idealisme yang kapitalisme, menurutya bahwa
tumbuh di masyarakat. keadilan sosial adalah “proses kita
Soekarno menginginkan yang maha hebat kepada
agar konsep demokrasi bisa individualisme”(Yudi, 2010: 583).
bersinergis-mampu memberikan Hasil refleksi tersebut
kesejahteraan terhadap rakyat membuatSoekarno menginginkan
Indonesia. ia menawarkan kalau seluruh rakyat Indonesia sejahtera
nanti mencari demokrasi tanpa memandang kelas sosial yang
hendaknya bukan demokrasi barat, ada di masyarakat.
melainkan sistem permusyawaratan

162
Dengan demikian, negara religius kehidupan bangsa
Indonesia tidak dikehendaki Indonesia yang agraris. Bahwa
sebagai “negara liberal” melainkan bangsa agraris, di manapun mereka
sebagai “negara kesejahteraan” berada akan pasti menggantungkan
(negara sosial). Dalam pemikiran kehidupannya pada pertanian dan
para pendiri bangsa, negara peternakan. Kehidupan agraris
kesejahteraan tersebut yang sangat ditentukan oleh kondisi alam
dimaksud adalah suatu bentuk di luar jangkauan daya manusia.
pemerintahan demokratis yang Maka sebagai manusia yang
menegaskan bahwa negara mengakui kelemahannya, bangsa
bertanggung jawab terhadap Indonesia sejak dahulu kala
kesejahteraan rakyat (setidaknya meyakini adanya Tuhan Yang
secara minimal), bahwa pemerintah Maha Kuasa, yang kepadaNya
harus mengatur pembagian mereka menggantungkan nasib dan
kekayaan negara agar tidak ada berdoa akan kemaslahatan hidup.
rakyat yang kelaparan, tidak ada Prinsip ketuhanan dalam
rakyat yang menemui ajalnya pidato 1 Juni 1945 terletak pada
karena tidakmemperoleh jaminan urutan ke-5. Dimana dalam
sosial. Dalam negara kesejahteraan Pancasila pemikiran ketuhanan ini
Indonesia, yang dituntut oleh etika terletak pada urutan
politiknya bukanlah penghapusam pertama.Namun Soekarno
hak milik pribadi, melainkan bahwa bermaksud dengan prinsip kelima
hak milik pribadi itu memiliki ini hendaknya menyusunIndonesia
fungsi sosial, dan negara merdeka dengan bertakwa kepada
bertanggung jawab atas Tuhan Yang Maha Esa (Ing. Gatut,
kesejahteraan umum dalam 2007: 65). Soekarno dalam
masyarakat (Yudi, 2010: 585). pidatonya ia menyampaikan bahwa:
5. Ketuhanan “Prinsip Ketuhanan! Bukan
saja bangsa Indonesia bertuhan,
Dalam sila Ketuhanan
tetapi masing-masing orang
Soekarno mengaitkannya dengan Indonesia hendaknya bertuhan
Tuhannya sendiri. Yang Kristen
kenyataan geografis dan tradisi
menyembah Tuhan menurut

163
petunjuk Isa al Masih, yang Islam Dalam konteks pemikiran
bertuhan menurut petunjuk Nabi
Soekarno, bahwa substansi
Muhammad SAW, orang Buddha
menjalankan ibadatnya menurut nasionalisme; seperti cinta tanah
kitab-kitab yang ada padanya.
air, patriotisme, perikemanusiaan
Tetapi marilah kita semuanya ber-
Tuhan. Hendaknya negara dan pembebasan merupakan
Indonesia ialah negara yang tiap-
persoalan mu’amalah yang
tiap orangnya dapat menyembah
Tuhannya dengan cara yang termasuk dalam kategori ajaran
leluasa. Segenap rakyat hendaknya
Islam dimensi sosial dan
ber-Tuhan secara kebudayaan,
yakni dengan tiada “egoisme- kemanusiaan. Hal ini dikarenakan
agama”. Dan hendaknya Negara
Islam tidak hanya menyediakan
Indonesia satu Negara yang
bertuhan!” (Panitia Nasional ajaran-ajaran komprehensif dalam
Peringatan Lahirnja Pantja Sila, 2010:
29-30).
masalah-masalah yang berkaitan
dengan hukum agama (fiqh),
Prinsip yang diuraikan
dogma (tauhid), dan etika (akhlak),
Soekarno tentang ke-Tuhanan Yang
akan tetapi juga dalam masalah-
Berkebudayaan adalah agar bukan
masalah yang berkaitan dengan
saja bangsa Indonesia ber-Tuhan,
hubungan manusia dan masalah-
tetapi masing-masing orang
masalah keduniawiaan (Muhammad
Indonesia ber-Tuhan Tuhannya
A.S, 2000: 23).
sendiri-sendiri. Negara memberi
Islam merupakan suatu
kebebasan kepada setiap orang
pergaulan hidup yang memberi hak
untuk menyembah Tuhannya
seimbang serta kewajiban yang
dengan cara yang leluasa sesuai
sama. Peraturan yang terkandung
dengan agama dan keyakinan
dalam Islam sangat hiterogen, dari
Soekarno telah berpikir ke depan
masalah ke-Tuhanan sampai pada
bahwa negara harus memberi
persoalan tatanan rumah tangga
kebebasan kepada setiap warganya
hingga mengurus hubungan dengan
untuk memeluk agama dan
mereka yang berlainan agama dan
keyakinannya, sebagaimana
berlainan negeri serta mendorong
tuntutan hak-hak asasi manusia
semangat untuk mencapai derajat
(Syamsuhadi, 1995: 63-64).
kemanusiaan. Dalam hal ini

164
Mohammad Natsir sebagaimana adalah masyarakat yang majemuk
dikutip Dwi Purwoko dalam atau plural. Pada urutan kedua
“Negara Islam”, mengatakan tentang Internasionalisme Soekarno
bahwa tidak perlu seorang muslim ini sangat berkaitan dengan prinsip
menghilangkan rasa kebangsaan Kebangsaan. Yangbermaksud
dan kebudayaan. Karena Ajaran menjaga pluralitas negara
Islam juga mengakui bahwa Indonesia. dan menjaga hubungan
manusia dijadikandalam bergolong- bangsa dalam negri dengan bangsa-
golongan, bangsa-bangsa dan bangsa luar negri hingga bangsa
bersuku bangsa. Hal tersebut Indonesia mampu tumbuh dengan
merupakan fitrah (Dwi, 2001: 78). subur.
Cinta tanah air adalah fitrah Kemudian Pada urutan
manusia, cinta tanah air merupakan ketiga adalah demokrasi yang
cinta kepada seluruh rakyat yang merupakan pemikiran tegas
tinggal di atas air itu (Nur, 2001: Soekarno sebagai seorang muslim,
128). Implikasi dari cinta itu, maka dengan meletakkan demokrasi di
setiap orang berkewajiban menjaga atas kepribadian bangsa Indonesia
dan memelihara semua yang ada di untuk mengatasi masalah
atas tanah airnya. keberagaman yang nantinya
Perumusan Pancasila sendiri mampu menciptakan masyarakat
yang beliau usulkan mampu yang adil dan makmur. Selanjutnya
diterima sebagai ideologi negara mengenai pemikiran kesejahteraan
walaupun terdapat pembenahan hal ini mengingat Indonesia
dalam pengurutan dan peristilahan. mengalami penindasan dan
Dengan melihat akar pemikiran kemiskinan ekonomi yang
Soekarno adalah nasionalisme, ditimbulkan oleh kolonialisme
maka soekarno meletakkan maka dengan prinsip ini Soekarno
nasionalisme (Kebangsaan berharap bangsaIndonesia dapat
Indonesia) dalam urutan pertama hidup sejahtera tanpa memandang
dengan maksud untuk menyatukan adanya kelas sosial.
kondisi masyarakat Indonesia

165
Yang terahir adalah prinsip E. Kesimpulan
Ketuhanan, Soekarno bermaksud
Pemikiran Soekarno dalam
meletakkan prinsip Ketuhanan pada
perumusan Pancasila berdasarkan teori
urutan terahir ialah sebagai
dekontruksi maka dapat disimpulkan bahwa
pengokoh atau penguat dari prinsip-
Pancasila bukanlah sekerdar preferensi
prinsip sebelumnya. Pada prinsip
Soekarno semata, namun terdapat
Ketuhanan ini penulis melihat
sumbangan pemikiran tokoh lainnya yakni
bahwa Soekarno berharap
Soepomo dan Yamin. Hal ini dilihat dari
masyarakat Indonesia semuanya
adanya kesamaan dalam pidato tiga tokoh
bertuhan dan negara Indonesia
tersebut. serta rentang waktu pidato
memberi kebebasan pada rakyatnya
Soekarno paling akhir menunjukkan bahwa
untuk bertuhan sesuai dengan
pidato Soekarno merupakan cakupan atau
agama yang diyakini tanpa ada
pelengkap dari pidato sebelumnya.
unsur paksaan.
Pemikiran soekarno tentang asas Ketuhanan
Setelah dilakukan
yang terletak diakhir bukan berarti Soekarno
rekontruksi, diketahui bahwa saat
mengabaikan dimensi keimanannya namun
proses perumusan Pancasila tahun
melihat kondisi bangsa Indonesia pasca
1945 terdapat beberapa tokoh yang
merdeka dari jajahan Jepang kembali
menonjol dalammenyampaikan
mendapat ancaman jajahan dari bangsa
pidato-pidtaonya. Yakni pidato Mu.
Belanda maka Soekarno berupaya
Yamin tanggal 29 Mei 1945,
membangun semangat bangsa Indonesia
Soepomo tanggal 31 Mei 1945 dan
dengan meletakkan asas nasionalisme pada
pidato Soekarno tanggal 1 Juni
urutan pertama, prinsip Ketuhanan
1945. Terlihat pidato Soekanolah
diletakkan pada urutan terahir justru sebagai
yang tampak paling akhir, namun
pengunci dan penguat asas-asas sebelumnya
pidato Soekarno juga yang di
untuk dijalankan berdasarkan Ketuhanan.
sambut secara aklamis pada sidang-
sidang perumusan dasar negara
tersebut. jika dilihat terdapat titi
singgung atau keterkaitan pidato
antar tokoh tersebut.

166
Hikam, Muhammad A.S, Islam,
Demokratisasi, dan Pemberdayaan
Daftar Pustaka Civil Society, 2000, Jakarta:
Erlangga
Amir, Zainal Abidin dkk, Soekarno, dan NU Hatta, Mohammad, Dalam Panitia Lima,
Titik Temu Nasionalisme, 2013, 1984 Uraian Pancasila, Jakarta: Mutiara
Yogyakarta: LkiS
Abdullah, Amin, Studi Agama: Normativitas Hatta, Mohammad dkk,1977, Uraian
atau Historisitas, 1999, Pancasila, Jakarta: Mutiara
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamka Haq, Pancasila 1 Juni dan Syariat
Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Islam, 2011, Jakarta: RMBOOKS
Indonesia : Kumpulan Karangan,
1978, Jakarta : P.T Gramedia Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila;
Ahmad, Nur, (ed), Pluralitas Agama, Kultural, Historis,Filosofis,
Kerukunan dalam Keberagamaan, Yuridis, dan Aktualisasinya, 2013,
2001, Jakarta:Buku Kompas yogyakarta: PARADIGMA

Dham,Bernhard,Soekarno dan Perjuangan. , Filsafat Bahasa, Semiotika dan


Terj. Hasan Basari, Jakarta:LP3ES.
1987 Hermeneuika, Yogyakarta: Paradigma

Daman, Rozikin, 1995, Pancasila Dasar


Kusuma, RM, A.B, Lahirnya Undang-
Falsafah Negara, Jakarta: PT. Raja
Undang Dasar 1945, 2009, Jakarta:
Grafindo Persada
Badan Penerbit Fakultas Hukum UI
Yamin, Mohammad, 1995, Pembahasan Kasenda, Peter, Soekarno Muda; Biografi
UUD Indonesia, Jakarta: Prapanca Pemikiran 1926-1933, cet. 2, 2014,
Depok: Komunitas Bambu
D. Legge,John, Soekarno: Sebuah Biografi
Latif,Yudi, Negara Paripurna, 2011,
Politik, 2001, Jakarta: Sinar Harapan
Jakarta: Gramedia
Dham,Berhan,Soekarno dan Perjuangan
Kemerdekaan, 1987, Jakarta: , Negara Parpurna Historitas,
Penerbit LP3S
Rasionalitas, dan Aktualitas
Elibrahim, Soekarno-Hatta Sang
Pancasila
Proklamator, 2011, Jakarta: CV Arya Duta

Gatut Saksono,Ign,Pancasila Soekarno, Maarif, Ahmad Syafii, Islam Dan Masalah


2007, Yogyakarta: CV. URNA Kenegaraan: Studi Tentang
CIPTA MEDIA JAYA Percaturan Dalam Konstituante,
cet. II,1985, Jakarta: Penerbit
LP3ES

167
tanggal 17 Agustus 1961 Risalah
Notonagoro, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Sidang Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan
Yogyakarta: Fakultas Filsafa Indonesia (BPUPKI)-Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
---------------, Beberapa Hal Mengenai (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus
1945, 1995, Jakarta: Sekretariat
Falsafah Pancasila, Cet. 9, 1980 Jakarta: Negara Republik Indonesia, 1972,
Tiga Peristiwa Bersejarah, Jakarta:
Pantjuran Tujuh Sinar Hudaya.
-------------,“Lahirnya Pancasila 1945”, Tiga
Peristiwa Bersejarah, Jakarta:
Norris, Chistopher, 2003, Membongkar Sinar Hudaya
Teori Dekontruksi Jacques
Derrida, Jakarta: Ar-Ruzz Soekarno, 1964, Di Bawah Bendera
Revolusi Jilid 1, Djakarta: Panitia
Negara Republik Indonesia (1945-1949), Penerbit Dibawah Bendera
Jakarta: Gema Insani Press Revolusi
-----------, Kewajiban Wanita Dalam
Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Perdjoeangan Republik Indonesia, 1963,
Jakarta: Panitia Penerbit Karangan Presiden
Populer, 1975, Jakarta: Pantjuran Tujuh Soekarno

Panitia Nasional Peringatan Lahirnja Pantja , Filsafat Pancasila Menurut Bung


Sila, Tjamkan Pnatja Sila, Pantja Karno, Yogyakarta: Penerbit Media
Sila Dasar Falsafah Negara,1964, Presindo
Djakarta: Panitia Nasional Lahirnja , Pancasila sebagai Dasar Negara,
Pantja Sila II, Jakarta: Kementrian Penerangan, tt
Rahardjo, Dawam, Bung Karno sebagai , Pancasila dan Perdamaian Dunia
Pemikir Islam, Opini, 19 November ; Sebuah Kumpulan Pidato, 1988,
2010, Sumber Paramadina.com Jakarta: Inti Idayus Press-Yayasan
Pendidikan Soekarno
-----------, Bambang, Syamsuhadi, Garuda , 1951, Indonesia Menggugat:
Emas Pancasila Sakti, 1995, Jakarta : Pidato Pembelaan Bung Karno di
Yapeta Pusat Muka Hakim Kolonial, Jakarta: S. K
Seno
, M. Dawam , Esei-esei Ekonomi
Saifuddin Anshari, Endang, Piagam Jakarta
Politik, 1985, Jakarta: LP3ES 22 Juni 1945; Sebuah Konsensus
Nasional Tentang Dasar Negara
Republik Indonesia (1945-1949),
Re-So-Pim (Revolusi – Sosialisme 1997, Jakarta: Gema Insani Press
Indonesia – Pimpinan Nasional),
amanat Presiden RI pada hari Soemhadiwidjojo, Rhien, Bung Karno Sang
ulang tahun Proklamasi Singa Podium “Revolusimu Belum
Kemerdekaan Republik Indonesia

168
Selesai” 2013, Yogyakarta: Second Suhelmi,Ahmad,Soekarno Versus Natsir,
Hope
1999, Jakarta: Darul Falah
Soemoha diwidjojo,Rhien, Bung Karno
Sang Singa Podium;Revolusimu The History and the role of Departement of
Belum Selesai, 2013, Yogyakarta: Religious Affairs of the Republik of
Secondihope Indonesia, , 1975, Jakarta: Bureau of
Public Relation, Departement of
Sjamsuddin, Nazaruddin,Soekarno; Religious Affairs
Pemikiran Politik dan Kenyataan
Praktek, 1993, Jakarta: Rajawali Yamin, Muhammad (ed.), Naskah
Pers Persiapan Undang-Undang Dasar 1945,
Saifuddin Anshari, Endang , 1997, Piagam Jilid I
Jakarta 22 Juni 1945; Sebuah
Konsensus Nasional Tentang Dasar ,Pembahasan UUD
Saksono,Gatut, Pancasila Soekarno, 2007,
Yogyakarta: CV. URNA CIPTA Indonesia, 1959, Jakarta:
MEDIA JAYA
Prapanca
Sowarno, P.J, Pancasila Budaya bangsa

Indonesia, 1993, Yogyakarta: Kanisius

169

Anda mungkin juga menyukai