Anda di halaman 1dari 7

TRANSKIPS KULIAH KE 2 FILSAFAT JAWA – SLU

SLIDE 1 PENGANTAR

Selamat berjumpa para mahasiswa filsafat dari Saint Louis University. Perkenalkan nama saya pastor Agustinus
Pratisto Trinarso dari universitas katolik widya mandala surabaya. Dalam pertemuan kedua ini , saya akan
membicarakan tema tentang kepercayaan dan tahapan kehidupan manusia jawa.

SLIDE 2

Manusia jawa memiliki kepercayaan yang disebut dengan Kejawen. Kejawen dikenal juga sebagai Kebatinan Jawa.
Kejawen merupakan kepercayaan yang dianut oleh sebagain besar masyarakat suku Jawa dan suku-suku lainnya
yang tinggal di Jawa, khususnya di wilayah jawa tengah dan jawa timur.

Masyarakat Jawa biasanya tidak menganggap kepercayaannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama
monoteistik seperti Islam atau Kristen. Masyarakat Jawa lebih memandang kejawen sebagai seperangkat cara
pandang dan nilai-nilai luhur yang disertai dengan sejumlah tindakan.

Kejawen juga tidak dianggap sebagai sebuah agama. Kitab-kitab dan naskah kuno Kejawen tidak menegaskan
ajarannya sebagai sebuah agama meskipun memiliki ritual atau ritus.

SLIDE 3

Masyarakat Jawa pada umumnya taat dengan agama yang dianutnya. Mereka menjauhi larangan agamanya dan
melaksanakan perintah agamanya namun mereka tetap menjaga jati dirinya sebagai manusia jawa.

Hal tersebut karena ajaran kejawen memang mendorong manusia untuk taat kepada Tuhan. Jadi tidak
mengherankan jika ada banyak aliran kejawen yang dikembangkan menurut agama yang dianut manusia jawa
seperti: Islam Kejawen, Hindu Kejawen, Kristen Kejawen, Buddha Kejawen dengan tetap melaksanakan adat dan
budaya jawa yang tidak bertentangan dengan agamanya (sinkretisme).

Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat. Ajarannya lebih menekankan pada penghayatan
keharmonisan dalam hidup. Keharmonisan hidup dalam kejawen diperoleh melalui laku spiritual kebatinan.

Penganut Kejawen hampir tidak pernah mengadakan kegiatan misi agama. Mereka melakukan pembinaan diri dan
ritual secara rutin dengan mengadakan pertemuan rutin dan dipimpin oleh seorang guru kejawen.

SLIDE 4

Kita menelaah mengenai aliran dalam kejawen. Ada terdapat ratusan aliran kejawen dengan penekanan ajaran yang
berbeda-beda. Beberapa aliran jelas-jelas sinkretis bercampur dengan ajaran agama-agama yang ada di jawa seperti
islam, Kristen, katolik, hindu dan buddha. Beberapa aliran kejawen lainnya bersifat reaktif terhadap ajaran agama
tertentu, misalnya aliran yang mengikuti ajaran Sabdo palon yang ingin mengembalikan kepercayaan orang Jawa
kembali kepada Budi pekerti. Budi pekerti dianggap sebagai keyakinan asli menurut ajaran Sabdapalon.

Pada umumnya aliran kejawen yang banyak anggotanya lebih menekankan pada cara mencapai keharmonisan hidup
dan tidak melarang anggotanya dalam menjalankan ajaran agamanya. Beberapa aliran kejawen dengan jumlah
anggota yang besar adalah Budi Dharma, kawruh Begja, Maneges, Cakrakembang, Pangestu, dan Sumarah.

Yang membedakan antar aliran pada umumnya adalah pada penekanan ajaran, sejarah, ritual dan istilah dalam
kebatinan. Sebenarnya hakikat ajarannya sama tetapi istilah dan ritual tindakannya dapat berbeda-beda dari aliran
yang satu dengan aliran lainnya.

SLIDE 5

Inti ajaran Kejawen adalah manusia Jawa mengakui Tuhan yang disebut sebagai Sang Gusti Pangeran.

Ajaran Kejawen mengarahkan setiap manusia untuk memiliki kesadaran yang disebut ”Sangkan Paraning Dumadi” 
yang artinya Dari mana datang dan pulangnya ciptaan Tuhan.
Ajaran “sangkan paraning dumadi” ini mendidik manusia Jawa di dalam hidupnya untuk selalu sejalan dengan
kehendak dan kemauan Tuhan, yang disebut kersaning Gusti Pangeran.

Dengan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan, maka manusia Jawa pasti akan mengalami kebahagiaan.

Jalan kebahagiaan itu dipercaya oleh manusia jawa apabila manusia jawa dalam hidupnya mengalami persatuan
dengan Tuhan, yang disebut “Manunggaling Kawula lan Gusti.

SLIDE 6

Persatuan manusia dengan Tuhan dalam kejawen dilalui dengan jalan mistik atau kebatinan. Ajaran Kejawen
memiliki misi atau tujuan yaitu: satu, Mamayu Hayuning Pribadhi yaitu menjadi rahmat bagi diri pribadi. Selanjutnya,
kedua adalah Mamayu Hayuning Kaluwarga  yaitu menjadi rahmat bagi keluarga. Ketiga adalah Mamayu Hayuning
Sasama yaitu menjadi rahmat bagi sesama manusia. Dan yang terakhir adalah Mamayu Hayuning Bhuwana  yaitu
menjadi rahmat bagi alam semesta.

SLIDE 7

Kitab sumber ajaran kejawen. Kepercayaan Kejawen tidak memiliki Kitab Suci, tetapi manusia Jawa memiliki apa
yang disebut dengan pakem yaitu aturan-aturan yang dijaga secara ketat dalam pelaksanaannya. Sumber-sumber
ajaran kejawen adalah pertama, Kakawin yaitu Kitab sastra kuno yang berisi wejangan (nasihat) berupa ajaran yang
tersirat dalam kisah perjalanan hidup. jumlahnya 5 kitab dan ditulis dengan menggunakan aksara Jawa Kuno dan
bahasa Jawa Kuno. Kedua adalah Macapat , dalam Sastra Carakan, merupakan Kitab sastra baru yang berisi
wejangan dan nasihat. Merupakan ajaran yang tersirat dalam kisah perjalanan yang terdiri lebih dari 82 kitab dan
ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa. Beberapa kitab ditulis menggunakan huruf Jawa Pegon. Ketiga
adalahBabad atau kitab Sejarah. Babad merupakan Kitab yang menceritakan sejarah nusantara. jumlahnya lebih dari
15 kitab dan ditulis menggunakan aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno serta aksara Jawa dan bahasa Jawa pada
umumnya.

SLIDE 8

Berikutnya adalah Suluk atau Jalan Spiritual. merupakan Kitab tata cara menempuh jalan supranatural untuk
membentuk pribadi yang luhur dan dipercaya. Siapa saja yang mengalami kesempurnaan akan memperoleh
kekuatan supranatural. Suluk berjumlah lebih dari 35 kitab. Suluk ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa
Jawa.Beberapa ditulis menggunakan huruf Pegon. Suluk juga merupakan jenis sastra yang ditembangkan atau
dinyanyikan.

Selanjutnya adalah Kidung atau Doa-doa. Kidung adalah sekumpulan doa-doa atau mantra-mantra yang dibaca
dengan nada khas, berjumlah 7 kitab, dan ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa.

Berikutnya adalah Piwulang, yang artinya adalah Pengajaran. Secara harafiah berarti "yang diulang-ulang".
Merupakan kitab yang mengajarkan tatanan terdiri dari Pituduh yaitu Perintah dan Wewaler atau Larangan dengan
tujuan untuk membentuk pribadi jawa. Kitab ini ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa.

Berikutnya adalah Primbon yang artinya Himpunan. Secara bahasa berarti "induk", "kumpulan", atau "rangkuman".
merupakan kitab praktek yang praktis dalam pelaksanaan tatanan adat sepanjang waktu, juga biasanya dilengkapi
cara untuk membaca gelagat alam semesta untuk memprediksi kejadian yang disebut ilmu titen. Kitab ini ditulis
menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa.

SLIDE 9

Selanjutnya saya akan menjelaskan tentang ritual kejawen.

Tindakan ritual kejawen yang utama adalah berpuasa atau disebut Pasa dan bertapa yang disebut Tapa.

Simbol-simbol ritual berupa perangkat adat asli Jawa, seperti keris, wayang, mantra-mantra, bahan-bahan sesaji
yang memiliki arti dan makna simbolik.

Simbol-simbol tersebut yaitu keris, akik, sesaji dan lainnya menampakkan wibawa magis, yang disebut kewingitan,
sehingga banyak orang memanfaatkan kejawen dengan praktik klenik dan perdukunan.
Hari-hari penting kejawen tidak lepas dari peristiwa hidupmanusia yakni Kelahiran, Pernikahan dan kematian“. Ketiga
peristiwa tersebut adalah peristiwa penting dalam kehidupan tradisi Jawa.

manusia Jawa akan mendapatkan nama pada ketiga peristiwa tersebut, yaitu nama saat kelahiran, nama saat
pernikahan, nama saat kematian.

Semua hari-hari penting itu ditetapkan sesuai dengan kalender Jawa yang memiliki Primbon sebagai aturan-aturan
menentukan hari penting dan tata caranya.

SLIDE 10

Selanjutnya, saya menjelaskan mengenai ajaran kejawen melawan hawa nafsu. Manusia jawa harus mampu
meredam hawa nafsu atau mampu menutupi sembilan hawa nafsu, yang disebut dengan “nutupi babahan hawa
sanga”.

Hawa nafsu itu menurut ajarn Kejawen berasal dari sembilan lubang dalam tubuh manusia yaitu mata, hidung,
telinga, mulut, kemaluan dan anus.

Nafsu-nafsu disebut sebagai perasaan kasar karena nafsu dapat menggagalkan kontrol diri dan kesadaran manusia
dalam membangun relasinya dengan Tuhan yaitu untuk selalu terhubung atau disebut tansah eling.

Hawa nafsu akan membelenggu dan membutakan kesadaran manusia pada dunia lahir dan pada kehidupan batin.

Menurut ajaran kejawen, perasaan halus dan kepekaan itu letaknya berada pada batin manusia.

Hawa nafsu dapat memperlemah manusia karena akan memboroskan kekuatan-kekuatan batin.

SLIDE 11

Bentuk hawa nafsu secara fisik diungkapkan dalam bentuk akronim, yakni apa yang disebut dengan 5 M (malima)
yaitu Madat, Madon, Maling, Mangan, Main. Artinya adalah Mabuk-mabukan, bermain seks, mencuri, berpesta pora,
berjudi.

Manusia yang menuruti hawa nafsunya tidak lagi mampu menguasai akal budinya (budi pekerti) dan kesadarannya.

Manusia yang melakukan Molimo tidak akan dapat mengembangkan segi-segi halus dalam dirinya, yaitu segi
batinnya.

Dengan hidup yang dikuasai oleh hawa nafsunya maka manusia dapat kehilangan kesadarannya (kewarasannya) dan
akan mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik & ketegangan serta merusak ketentraman yang mengganggu
stabilitas sosial dalam masyarakat.

SLIDE 12 ajaran melarang pamrih

Pamrih artinya tidak tulus dalam bertindak. Ada motivasi untuk kepentingan diri sendiri.

Ajaran kejawen juga melawan perbuatan pamrih yaitu:

Pertama, nafsu selalu ingin menjadi orang yang pertama, yakni nafsu golek menange dhewe; selalu ingin menangnya
sendiri.

Kedua, nafsu untuk selalu menganggap dirinya selalu benar; nafsu golek benere dhewe, selalu ingin dianggap paling
benar.

Ketiga, nafsu untuk selalu mementingkan kebutuhannya sendiri; nafsu golek butuhe dhewe. Selalu ingin
mengutamakan kepentingannya sendiri. Kelakuan buruk seperti ini disebut juga sebagai aji mumpung yaitu
memanfaatkan kesempatan yang ada, Misalnya mumpung berkuasa (saat memegang kekuasaan), lantas melakukan
korupsi, tanpa peduli dengan nasib orang lain yang tertindas.
SLIDE 13

Pamrih merupakan ancaman ke dua bagi manusia. Bertindak karena pamrih berarti hanya mengutamakan
kepentingan diri sendiri secara terselebung dalam perbuatan.

Pamrih berarti mengabaikan kepentingan orang lain dan masyarakat. Di dalam pamrih ada hawa nafsu
mementingkan dirinya sendiri daripada sesamanya.

Secara sosiologis,perbuatan pamrih itu mengacaukan, menimbulkan chaos karena tindakannya tidak menghiraukan
keselarasan sosial lingkungannya. 

Tindakan dengan pamrih itu akan menumpulkan kesadaran diri dan kepekaan. Pamrih juga akan menghancurkan
integritas pribadi dari dalam karena pamrih mengunggulkan secara mutlak keakuannya sendiri, mengutamakan
egoisme.

Oleh karena itu, perbuatan pamrih akan membatasi diri atau mengisolasi manusia dari sumber kekuatan batinnya.

SLIDE 14 tindakan melawan hawa nafsu dan pamrih

Untuk melawan hawa nafsu dan perbuatan pamrih maka manusia Jawa melakukan tindakan bertapa dan berpuasa
(laku tapa dan pasa).

Jenis tindakan bertapa atau laku tapa adalah:

Pertama, Tapa brata yaitu sikap perbuatan seseorang yang selalu menahan hawa nafsu yang berasal dari lima indra
manusia. Bertapa dilakukan ditempat-tempat yang sepi seperti gua, kamar, hutan, dll.

Kedua, Tapa ngrame yaitu watak untuk giat membantu, menolong sesama tetapi tidak ada keinginan demi
kepentingan diri sendiri yakni tidak golek butuhe dewe, tidak mencari kepentingan diri sendiri.

Ketiga, Tapa pendhem yaitu mengubur hawa nafsu, takabur, sombong, suka pamer dan pamrih. Semua sifat buruk
dikubur dalam-dalam, termasuk mengabaikan amal kebaikan yang pernah kita lakukan kepada orang lain dan dari
benak ingatan kita sendiri. Tapa ini dilakukan dengan dipendam di dalam tanah, dikubur seperti mayat.

Keempat,Tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri ke dalam arus “aliran air sungai”, yakni mengikuti kehendak Gusti
Maha Wisesa. Tapa ini dilakukan dengan berendam di sungai yang mengalir.

SLIDE 15 ritual puasa kejawen

Para penganut kejawen sangat menyukai berpuasa untuk mempertajam mata batin dan hidup spiritualnya.

Puasa yang umum sebagai tindak spiritual adalah:

Pertama, Pasa Weton. Yaitu Puasa pada hari kelahiranya sesuai penanggalan Jawa.

Kedua, Pasa Sekeman yaitu Puasa pada hari Senin dan Kamis.

Ketiga, Pasa Wulan yaitu Puasa pada setiap tanggal 13, 14, dan 15 pada setiap bulan kalender Jawa.

Keempat Pasa Dawud yaitu Puasa bergantian hari. sehari puasa sehari tidak berpuasa atau makan. .

Kelima, Pasa Ruwah yaitu Puasa pada hari-hari bulan Arwah. Bulan arwah adalah bulan yang dikhususkan oleh orang
jawa untuk mendoakan arwah.

Keenam Pasa Sawal, yaitu Puasa enam hari pada bulan Sawal kecuali pada tanggal 1 Sawal.

Ketujuh Pasa Apit Kayu, yaitu Puasa 10 hari pertama pada bulan ke-12 pada kalender Jawa.

Kedelapan adalah Pasa Sura, yaitu Puasa pada tanggal 9 dan 10 bulan Sura dalam kalender jawa.

SLIDE 16
Dalam kejawen, ada jenis-Jenis puasa untuk mencapai keinginan agar terkabul yaitu

Pertama, Pasa Mutih – jenis Puasa ini dilakukan dengan jalan hanya boleh makan nasi putih, tanpa garam dan lauk
pauk atau makanan kecil dan lain-lain, serta minumnya juga hanya air putih.

Kedua, Pasa Patigeni – jenis puasa ini tidak boleh makan, minum, dan tidur serta hanya boleh di kamar saja tanpa
disinari cahaya lampu.

Ketiga, Pasa Ngebleng – jenis Puasa ini tidak boleh makan dan minum, tidak boleh keluar kamar, boleh sekadar
keluar tetapi sekadar buang hajat dan boleh tidur tetapi hanya sebentar saja.

Keempat, Pasa Ngalong – jenis Puasa ini tidak makan dan minum tetapi hanya boleh tidur sebentar saja dan boleh
pergi keluar dari rumah.

Kelima, Pasa Ngrowot – jenis Puasa ini tidak boleh makan nasi dan hanya boleh makan buah-buahan atau sayur-
sayuran saja.

SLIDE 17

Makna puasa kejawen. Puasa merupakan usaha untuk mengurangi makan dan minum serta kesenangan yang pada
umumnya dilakukan oleh manusia. Hal ini bertujuan untuk menguatkan kebatinan dengan menolak keinginan dan
hawa nafsu jasmani. Dampaknya adalah akan diperoleh energi untuk fokus pada kehidupan rohani/spiritualnya.

Dengan kerohanian yang kuat, manusia jawa meyakini akan mampu menyatukan dirinya dengan Tuhan , yaitu
manunggaling kawula gusti. Batin yang kuat akan mampu memahami kehendak tuhan yang sesungguhnya, biasa
disebut kersane Gusti dan bukan menuruti kehendaknya sendiri, atau disebut sakkarepe dhewe.

Dalam melakukan puasa juga biasanya terjadi pergumulan dalam diri manusia antara penyampaian keinginan pribadi
dan kehendak Tuhan. Dengan demikian maka berpuasa juga menjadi cara untuk memperoleh petunjuk yang benar
dari tuhan.

Puasa juga menjadi ajang negosiasi bagi manusia dengan para mahluk alam ghaib seperti roh leluhur, jin, dan
sejenisnya untuk mendapatkan restu atas keinginan, ujub, intensi atau niat pribadi.

Setiap menjelang peristiwa penting misalnya kelahiran, ujian, perkawinan, dll. manusia jawa pasti melakukan ritual
puasa agar peristiwa penting tersebut dapat nantinya berjalan dengan baik karena telah direstui oleh Tuhan.

SLIDE 18

Sekarang kita masuk pada ajaran tentang proses kehidupan manusia. Pemahaman tentang proses kehidupan
manusia diungkapkan dalam Macapat.

Macapat berasal dari kata maca papat yang artinya membaca empat baris ajaran.

Macapat merupakan syair yang terdiri dari empat baris, berkaitan dengan ajaran kehidupan bagi manusia jawa.
macapat menggambarkan tentang perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga meninggalnya.

Ajaran dalam macapat bukan hanya sekedar memberikan gambaran fase kehidupan tetapi juga memberikan makna,
hikmat serta jalan keluar yang dikemas dengan gambaran simbolik atau metafor.

SLIDE 19

Dalam macapat, fase pertama adalah Mijil yang berarti keluar atau lahir. Bayi yang baru keluar dari rahim atau
disebut gua garba. Manusia yang baru lahir digambarkan sebagai mahluk yang suci dan bersih murni tanpa dosa.
Hitam putih manusia tergantung pengasuhnya atau orang tuanya.
Fase kedua adalah Sinom yang artinya muda. Suatu fase masa remaja merupakan fase meniti cita-cita dengan
melalui pendidikan dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Masa muda ini merupakan masa mencari identitas dan
jatidiri.

Fase ketiga adalah asmaradana, yaitu masa menjalin hubungan asmara dengan lawan jenis. Cinta selalu
menimbulkan semangat hidup. Apabila fase ini dijalani dengan baik sesuai moral akan menjaga keselamatan,
kehormatan, kemuliaan dan kebahagiaan. Begitu pula sebaliknya, bila tidak dijalani dengan baik, fase ini akan
menjadi buruk dan akan mendatangkan penderitaan dan kehilangan banyak hal yang utama.

SLIDE 20

Fase keempat adalah Kinanthi yaitu fase masa awal perkawinan. Fase manusia menjalani babak baru dalam hidup
yakni berumah tangga. Fase membina cinta dan kesetiaan serta tanggungjawab sampai akhir hayat.

Fase kelima adalah Dhandanggula, berasal dari kata dhandang yang artinya pahit dan gula yang artinya manis. Fase
ini hadirnya pahit manisnya kehidupan dalam berumah tangga. Fase ini, dalam berkeluarga sudah memiliki
momongan atau memiliki anak. Dalam fase ini hidupnya harus lara lapa yaitu prihatin. Untuk mencapai kehidupan
yang bahagia atau manis maka manusia harus berani menjalaninya dengan melalui penderitaan terlebih dahulu.

Fase keenam adalah Maskumambang yang artinya emas yang mengapung, dimana banyak kepalsuan. Seseorang
memasuki fase untuk membangun idealisme dan kemapanan hidup. Masa manusia harus berjuang keras dan
melihat realitas dirinya dan mengembangkannya dengan baik.

SLIDE 21

Fase ke tujuh adalah Durma, dari suku kata dur yang maksudnya mundur dan suku kata ma yang maksudnya maju.
Fase maju mundur, Masa gojag-gajeg, masa penuh dengan pergulatan. Fase hidup yang penuh beban tanggungjawab
menjadikan manusia dapat menjadi ragu dan frustasi. Godaan pada fase ini adalah membuat jalan pintas.

Fase kebosanan dengan keluarga, mencari hiburan, kesenangan semu dengan resiko selingkuh dan rumah tangga
rusak.

Fase ke delapan adalah Pangkur, dari kata mungkur, ngungkuri yang artinya membelakangi. Yaitu membelakangi dan
menolak kemewahan hidup duniawi. Fase ini manusia harus mewaspadai 3 TA yaitu harta, tahta, wanita. Fase
manusia mulai masuk hidup religius, terarah pada kehidupan batin.

Fase ke sembilan adalah Gambuh, dari kata jumbuh yang artinya bertemu. Fase ini merupakan waktu mulai
mendalami dunia spiritual dan kebatinan untuk berjumpa dengan Gusti Allah. Fase manusia memahami nilai-nilai
sakral dan abadi dibanding yang duniawi.

SLIDE 22

Fase kesepuluh adalah Megatruh. Berasal dari kata megat yang artinya memutuskan dan Ruh yaitu roh. Fase ini
adalah fase berakhirnya kehidupan manusia, fase manusia berani menghadapi kematian dan ajalnya. Fase manusia
mencapai hidup bijaksana, mampu mati dalam hidupnya yang disebut mati sajroning urip.

Fase kesebelas adalah Pucung, yang artinya pocongan atau mayat. Fase manusia yang sudah meninggal. Dalam
macapat pucung diajarkan bagaimana hidup manusia setelah kematian. Memahami jalan-jalan kebenaran abadi
lewat kebatinan yaitu manunggaling kawula gusti, bersatunya manusia dengan Tuhannya.

SLIDE 23

Tosan aji adalah istilah dalam bahasa Jawa untuk segala jenis senjata tradisional yang terbuat dari logam yang
dianggap sebagai pusaka oleh manusia jawa.

Tosan aji sering juga disebut besi/wesi aji atau pusaka yang berharga, senjata pusaka yang dihargai dan dihormati
keberadaannya oleh manusia jawa karena melambangkan kehidupan spiritual manusia jawa.

Jenis tosan aji sangat beragam, Antara lain : keris, tombak, pedang, wedung, badik, dan lain-lain.
Kedudukan Tosan Aji berbeda dengan alat alat kerja dari logam seperti parang, cangkul, pahat, pisau dapur, dan
sejenisnya.

Ada perlakuan khusus secara ritual dalam memperlakukan tosan aji karena dipercaya membawa manfaat bagi
pemiliknya seperti kesehatan, perlindungan, kekuatan batin, dll.

SLIDE 24

Sekarang saya mengajarkan tentang pengertian pusaka atau disebut Tosan aji. Cara pandang manusia jawa pada
tosan aji secara garis besar terbagi menjadi tiga:

Pertama, adalah cara pandang fisik yaitu tosan aji atau pusaka hanya dilihat dari unsur seni, budaya, dan
penampakan fisik luarnya saja.

Kedua, adalah cara pandang spiritual yaitu lebih dilihat pada unsur kepercayaan terhadap adanya tuah, yoni atau
sejenis energi yang memancar dari isi suatu tosan aji.

Ketiga adalah cara pandang dari fisik dan spiritual. Tosan aji dilihat baik secara eksoteri yaitu segi fisiknya, maupun
dilihat secara isoteri yaitu isi gaib yang terkandung dalam tosan aji. Manusia jawa percaya bahwa dalam tosan aji
terkandung kekuatan gaib, energi supranatural maupun roh yang tinggal didalamnya.

SLIDE 25

Salah satu tosan aji adalah keris. Saya jelaskan bagaimana keris terkait dengan kepercayaan manusia jawa. Bentuk
keris yang condong atau miring yang disebut dhapur condong leleh adalah penggambaran manusia yang
membungkukkan badannya, posisi tubuh manembah atau menyembah kepada Tuhan.

Keris dengan bentuk lurus menggambarkan sebuah tuntunan untuk selalu mengarah kepada Tuhan.

Keris dengan bentuk berlekuk dimana bentuk lekuknya seperti asap dupa yang berkelok kelok menuju ke langit
menggambarkan usaha dan jalan manusia yang berkelok-kelok menuju persatuan dengan Tuhan.

Pembuat keris, yang disebut sebagai Sang empu, yang mewasuh besi, artinya ditempa untuk membersihkan besi
dengan dipukul ribuan kali melambangkan ”tapisan gebagan” atau pembersihan diri. Manusia senantiasa harus
eling yaitu sadar diri dan selalu membersihkan diri untuk bertindak sesuai dengan batin yang baik.

SLIDE 26

Selanjutnya saya akan menjelaskan makna spiritual keris sebagai pusaka. Dalam proses pembakaran logam dengan
api untuk dapat dijadikan keris, Sang empu melakukan penyatuan diri dengan alam, atau dalam bahasa Jawa
disebut ’diwor’ – ’dimor’ yang kemudian disebut ’pamor’ yang artinya penyatuan. Pembakaran logam dengan api,
dilambangkan sebagai penyatuan kekuatan Sang Ilahi dengan manusia. Dalam fisik keris terdapat makna adanya
penyatuan manusia dengan Tuhan yang disebut manunggaling kawula Gusti.

Penyatuan logam besi dengan benda angkasa yaitu dari batu meteorite melambangkan penyatuan Ibu Bumi dan
Bapa Angkasa yaitu kekuatan bumi dan langit, manusia dengan tuhan.

Dari unsur langit yaitu batu meteor dan dari bumi yaitu logam disatukan dalam tungku api yang dikendalikan oleh
sang empu melambangkan adanya proses harmonisasi dalam pikiran, tubuh dan roh manusia untuk saling
berhubungan dalam Kesatuan dengan seluruh alam semesta, yang dimaknai sebagai manunggaling kawula Gusti.

Maka tosan aji yaitu keris diakui sebagai karya luhur, yang merupakan ciptaan Tuhan melalui tangan manusia.
Dengan demikian tosan aji yaitu keris akhirnya diagungkan dan disakralkan oleh manusia jawa.

Penutup

Demikian penjelasan saya tentang kepercayaan dan tahapan hidup manusia jawa yang terkait dengan budaya Jawa
dan filosofinya. Trimakasih banyak atas perhatiannya. Dapat kita lanjutkan dengan forum tanya jawab. Trima kasih.
Tuhan memberkati kita semua.

Anda mungkin juga menyukai