Anda di halaman 1dari 5

Nama : Reni Agustin

Nim : 11190331000060
Kelas : AFI 3 A
Kelompok :7
Pertemuan ke-4

AGAMA JAIN (JAINISME)


A. Sejarah Lahirnya Agama Jain
Jainisme muncul sebagai reaksi atas ketidaksetujuan terhadap ajaran-ajaran agama
Hindu. mucul pada zaman wiracarita, pada masa akhir Brahmana, yaitu ketika ada perdebatan
antara aliran teistis dan non teistis. Agama ini muncul karena dua alasan, pertama, pada saat
manusia tidak mengakui adanya otoritas sakral yang dinyatakan dalam kitab Weda. Kedua,
karena pada waktu itu banyak masyarakat menolak ortodoksi Hindu tentang pengelompokan
masyarakat yang berdasarkan pada kasta. Penolakan ini menyebabkan pemberontakan, dan
ini dipimpin oleh Mahavira dan lahirlah sebuah kepercayaan baru yang berkembang menjadi
agama Jain. Ajaran agama ini sebenarnya telah ada sebelum kelahiran Mahavira, agama ini
mwengakui ada 24 thirtangkara atau jiwa sempurna yang semuanya dipercayai telah
menyebarkan ajaran agama jain keseluruh dunia. Pendiri agama Jain sebenarnya adalah
Rsbha, ia adalah orang yang memperkenalkan Jainisme , nama Rsbha dapat dijumpai di kitab
Weda dan Purana, meskipun tidak banyak.
B. Kitab Suci Agama Jain
Kitab suci agama Jain adalah Siddanta yang bermakna “perintah, ajaran, atau
bimbingan. Kitab ini bersumber dari pidato-pidato yang pernah diajarkan oleh Mahavira.
Awalnya, sumber kitab suci ini hanya diturunkan dari generasi ke generasi, karena takut
hilang dan tercampur dengan agama lain, pustaka ini dikumpulkan pada abad ke-4 SM,
sempat berselisih, akhirnya pengumpulan ajaran tertunda hingga 57M, setelah proses yang
panjang akhirnya kitab berhasil dibukukan. Kitab suci pertama ditulis dalam bahasa Ardaha
Majdi yang kemudian ditulis dengan bahasa sansekertapada abad-abad masehi. Menurut
penganut Jainisme, konon yang orisinal pada aman thirtankara, yang pertama terdiri dari 2
buku suci, yaitu 14 purwa dan 11 Angga, tetapi ke-14 purwa ini diperdebatkan antara sekte
Digambara dan Svetambara, terutama hanya diberlakukan oleh sthulabada. Kemudian yang
ke -11 angga terdiri dari 45 teks dan masih ada pula 12 upanga, 10 paina, 6 chhedasutra,
nandi dan anoyogdavara dan 4 mulasutra. Adapula permata Yakut, terkadang disebut juga
ratna jiwa.
C. Sistem Kepercayaan Dalam Agama Jain
Agama Jain memiliki pandangan sendiri terkait masalah ketuhanan, karma ataupun tentang
kehidupan setelah mati. Berikut rangkumannya :
1. Konsep Ketuhanan
Agama Jain menolak adanya Tuhan sebagai penguasa di Dunia, sebenarnya agama Jain
tidak menafikan adanya Tuhan, mereka mengetahui keberadaan zat yang disebut maha kuat,
namun menurut mereka “maha kuat” itu termasuk juga manusia. Kehadiran Tuhan dalam
Jainisme tidak begitu diperlukan karena manusia mampu mencapai kelepasan melalui
kekuatannya sendiri tanpa harus bergantung terhadap kekuatan lain diluar dirinya, selain itu,
keberadaan Tuhan seolah dianggap sebagai sesuatu yang dijelaskan berdasar prinsip-prinsip
irasional.
2. Konsep tentang Alam
Agama Jain membagi alam semesta menjadi dua yaitu zat yang hidup (jiva) dan zat yang
tidak hidup (ajiva). Menurut pemahaman agama ini, substansi dari jiva dan ajiva adalah kekal
dan tidak diciptakan, tidak berawal dan berakhir. Selain itu agama Jain meyakini bahwa alam
ini abadi.
3. Konsep tentang Karma
Dalam keyakinan Jainisme, karma adalah bahan yang menghasilkan kondisi tertentu,
konsep karma agama Jain berpangkal pada prinsip dualisme yaitu jiwa dan dan benda, karena
itulah agama ini meyakini bahwa tubuh manusia memenjarakan jiwanya. Meskipun begitu,
karma bisa dibersihkan dengan cara melakukan nirjana, jika proses ini berjalan tanpa
rintangan maka akhirnya semua karma dapat tercabut dari jiwa. Ada dua metode untuk
melakukan nirjana, yaitu metode pasif dengan membiarkan karma masa lalu
mematangkannya. Maka dari itu agama in i harus belajar keseimbangan batin dalam semua
keadaan. Kedua adalah metode aktif, yaitu berlatih pertapaan eksternal dan internal
(penetensi atau tapas) sehingga dapat mempercepat proses pematangan dan mengurangi efek
yang dihasilkan.
4. Konsep tentang pencerahan
Ketika seseorang berhasil mencapai kesempurnaan dan pencerahan maka ia telah
mencapai puncak kesalihan, saat seorang telah berhasil mencapai kesempurnaan seperti yang
telah diajarkan thirtangkara maka ia bisa menikmati empat macam atribut yaitu persepsi yang
tidak terbatas, pengetahuan yang tidak terbatas, kekuatan yang tidak terbatas, dan
kebahagiaan yang tidak terbatas. Kesempurnaan jiwa i i bisa dinikmati pada saat masih
didunia ataupun setelah mati.
5. Konsep tentang epistemologi
Agama Jain menolak dengan tegas pandangan Carvaka, yang mengatakan bahwa persepsi
hanyalah satu-satunya sumber valid munculnya pengetahuan. Dalam agama Jain,
pengetahuan diklasifikasikan menjadi pengetahuan langsung dan pengetahuan antara.
Pengetahuan langsung dibagi lagi menjadi avadhi, manahparyaya, dan kepala yaitu
pengetahuan antara menjadi mati dan sruta. . selain itu agama Jain membagi pengetahuan
menjadi dua jenis yaitu pengetahuan tentang benda apa adanya, dan pengetahuan tentang
benda yang berhubungan dengan lainnya.
6. Konsep tentang pluralisme roh
Dalam agama Jain, terdapat roh sebanyak tubuh hidup yang ada, baik itu roh binatang,
tumbuhan, atau debu, dan semua roh ini memiliki kesadaran yang tidak terbatasnamun
terbelenggu dalam pengetahuan yang terbatas dan tenaga yang terbatas. Setiap roh dihalangi
oleh karma, karma dapat menyebabkan belenggu roh, karena itu karma harus disingkirkan.
Cara untuk menyingkirkan belenggu ini adalah dengan memiliki keyakinan yang sempurna
terhadap ajaran guru-guru Jaina, pengetahuan yang benar dalam ajaran ini dan perilku yang
benar *(tiga ratna jiwa)
7. Konsep tentang metafisika
Dalam metafisika, agama Jain menganut doktrin pluralistik realitas. Jainisme memandang
material dan spirit sebagai realitas yang independen dan terpisah. Menurut agama Jain,
sebuah benda mempunyai karakteristik dan tidak terhingga, setiap objek mempunyai karakter
positif dan negatif yang tidak terhitung jumlahnya.
D. Sekte-Sekte Dalam Agama Jain
Agama Jain terbagi menjadi dua sekte, akibat perpecahan yang disebabkan oleh cara
berpakaian. Penganut dikawasan pegunungan Vindaya selalu memakai pakaian putih, dan
disebut sekte Svetambara (jemaat berpakaian putih). Sedangkan penganut agama Jian
disebelah selatan pegunungan Vindaya tidak menggunakan pakaian sehelaipun karena
beriklim panas, jemaat ini disebut Digambara (jemaat telanjang), namun pecahnya agama
Jain menjadi dua ini tidak berpengaruh pada ajaran Jain. Sekte Dirgambara sangat fanatik
dalam menjalankan ajaran agama, sementara sekte Svetambara, lebih akomodatif dan lunak.
E. Praktik Agama dan Ritual Agama Jaun
1. Perilaku dan Sikap Asketisme
Asketisme diartikan sebagai prinsip tingkah laku yang “mematikan” raga demi
memperoleh kebahagiaan. Keluhuran moral dan idealisme kehidupan agama. Dalam agama
ini ada dua motif untuk melakukan kehidupan asketik ini. Pertama, kehidupan ini dianggap
sebagai salah satu atletikisme spiritual yaitu latihan spiritual para atlet menjelang
pertandingan. Kedua, kehidupan asketik menempatkan prinsip serba dua antara materi dan
spirit jiwa. Perilaku asketisme oleh agama ini dijalankan secara ekstrim, karena itu banyak
penganut Jain lebih mengesampingkan kehidupan duniawi yang hanya menurutkan hawa
nafsu saja.
2. Etika Penganut Agama Jain
Dalam ajaran agama ini ada lima disiplin spiritual yang dijalankan dengan ketat dan
fanatik, sementara untuk penganut umumnya, prinsip ini terlalu ketat dan bisa di modifikasi.
Ada lima sumpah untuk pendeta yaitu sumpah besar “Maha-vrata). Yaitu : ahimsa(non
kekerasan), satya(kebenaran dalam pikiran), asteya (tidak mencuri), brahmacharya (pantang
menuruti kehendak hawa nafsu), aparigraha (ketakmeletakan dengan pikiran, perkataan dan
perbuatan). Untuk masyarakat umum yaitu sumpah kecil “anu-vrta) berikut keduabelas
aturan yang awalnya berawal dari pendeta : tidak pernah melenyapkan nyawa makluk hidup
dengan sengaja, tidak pernah berbohong, tidak mencuri, tidak berzina, tidak tamak,
menghindari banyak godaan, membatasi jumlah barang yang dipakai dalam keseharian,
menjaga hal yang berlawanan dan menghindari kesalahan, menjaga meditasi, mengamati
periode penolakan diri, memanfaatkan kesempatan menjadi pendeta dan sedekah. Selain
keduabelas aturan ini ada juga yang harus dijalankan prinsip ahimsa, yaitu diet vegetarian
dan tidak memakan telur.
F. Enam Ritual Penting
Ada enam ritual penting yang harus dilakukan bagi penganut Jainisme, berikut penjelasan
singkatnya :
a. Samayik (keadaan keseimbangan) yaitu ritual yang bertujuan agar yang
menjalankannya semakin mendekati jiwanya
b. Chaturvimsati (memuja 24 thirtankara), ketika seseorang mencapai sambhav dalam
ritual samayik, maka ia harus mengingat tentang kepribadian besar yang menunjukan
jalan samta dan harus berpikir tentang gunas (karakteristik) inilah konsepdibalik ritual
Chaturvimsati.
c. Vandan (mengucapkan salam kepada Saddhus/Bikkhu atau Sadvhis/Bikkhuni) :
selama melakukan ritual ini, orang yang menjalaninya harus tunduk pada biarawan dan
biarawati dan mengungkapkan rasa hormat kepada mereka.
d. Pratikraman : secara harfiah Pratikaman berarti kembali dari pelanggaran, atau
menyadari kesalahan yang telah dilakukan lalu perbaikan diri.
e. Kayotsargga (meditasi jiwa): ritual ini dilakukan bertujuan agar orang dapat
berkonsentrasi pada hakikat jiwa sehingga terpisah dari tubuh atau membacakan
mantra navakar atau chauvisantho.
f. Pratyakhyan (penolakan) : ritual ini bertujuan melakukan penolakan terhadap kegiatan
tertentu yang dapat menghentikan aliran dari karma.

Referensi
Ali Imron, Muhamad, 2015. Sejarah terlengkap Agama-agama Dunia. Yogyakarta :
IRCiSoD.
Sumber internet : http://abid3011.blogspot.com/2011/04/agama-jaina.html
Sumber internet : http://agama2minorshiro.blogspot.com/2013/05/agama-jain-
jaina.html

Anda mungkin juga menyukai