ICRA Monitoring Evaluasi PPI Dan Surveilans ADINKES MAR 2023
ICRA Monitoring Evaluasi PPI Dan Surveilans ADINKES MAR 2023
Monitoring dan
Evaluasi
pelaksanaan PPI
di
FKTP
Monitoring dan evaluasi PPI
1.Infection Control
Risk Assessment
2.Audit PPI
3.Cara monitoring &
evaluasi yang lain
Infection Control Risk Assessment
• Risiko : potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian di masa mendatang
• Manajemen risiko: pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai, dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya
• Pencatatan (registrasi) risiko : pencatatan semua risiko yang sudah
diidentifikasi, untuk kemudian dilakukan pemeringkatan untuk menentukan
matriks risiko dengan kategori merah, kuning, dan hijau --> hasilnya adalah
register risiko
• ICRA:
• proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian dengan
mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas, dan program
• Pengkajian yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif terhadap risiko infeksi terkait
aktifitas pendendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan serta mengenali
ancaman/bahaya dari aktifitas tersebut
Tujuan ICRA
• Mencegah dan mengurangi risiko
terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan
pengunjung di faskes dengan cara:
• Mencegah dan mengendalikan frekuensi dan
dampak risiko terhadap:
• Paparan kuman pathogen melalui petugas, pasien,
dan pengunjung
• Penuiaran melalui tindakan/prosedur invasive
yang dilakukan baik melaui peralatan, tehnik
pemasangan, ataupun perawatan thd HAIs
• Melakukan penilaian thd masalah yang ada
agar dapat ditindak lanjuti berdasar hasil
penilaian skala prioritas
ICRA terdiri dari
• External:
• Terkait dengan komunitas: kejadian KLB
• Penyakit infeksi yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air
• Terkait bencana alam
• Kecelakaan masal
• Internal:
• Risiko terkait pasien
• Risiko terkait petugas kesehatan
• Risiko terkait pelaksanaan prosedur
• Risiko terkait peralatan
• Risiko terkait lingkungan
Langkah ICRA
•Identifikasi risiko
•Analisis risiko
•Kontrol risiko
•Monitoring risiko
CONTOH REGISTER RISIKO
No Pelayanan/Unit Risiko yang Kegaw Probab Tingkat Penyebab Akibat Pencega Upaya Penangg Pelaporan
Kerja mungkin terjadi atan ilitas risiko terjadinya han penanganan ung jika
(Severi (sangat risiko jika terkena jawab terjadi
ty) tinggi, risiko (PIC) paparan
tinggi,
sedang,
rendah)
1 Pelayanan Bagi pasien:
laboratorium
1.
2.
Bagi
petugas:
Bagi
lingkungan:
2.
TK Risk Deskripsi kejadian
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3
4
5
B. Rencana kendali risiko
15
1. Pre Renovasi/konstruksi
1. Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara koordinator
Tehnik, sanitasi, Koordinator PPI, vendor/pelalksana
bangunan
2. Koordinator PPI melakukan pengkajian resiko dan membuat
izin renovasi
3. Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi
bangunan Koordinator PPI, K3, Sanitasi memberikan edukasi
kepada pihak perencana dan pelaksana proyek.
16
Pengkajian risiko dan izin Renovasi
•Pengkajian risiko (pembuatan ICRA)
•Pembuatan izin renovasi berdasarkan hasil
pengkajian risiko
Kajian terhadap aktivitas Konstruksi berdasarkan
tipe aktivitas
Tipe aktivitas ditentukan dengan :
Banyaknya debu yang ditimbulkan
Potensial terjadinya pencemaran udara
Lama pekerjaan konstruksi
Jumlah sistem pendingin ruangan dan ventilasi yang
terpadu
Ada 4 tipe : tipe A, B, C dan D
20
Tipe Proyek Bangunan
22
TIPE B
SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG
MENGHASILKAN DEBU SEDIKIT
23
TIPE C:
KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU
SEDANG ATAU TINGKAT TINGGI
25
Kajian berdasarkan Kelompok Risiko
Berdasarkan kelompok risiko yang telah
ditetapkan oleh tim pengendalian infeksi, maka renovasi
bangunan dibagi menjadi :
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi
Risiko sangat tinggi
26
DEFINISI AREA PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI / LOKASI
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
27
Menentukan LEVEL ICRA
Ditentukan berdasarkan tabel antara Tipe Pekerjaan
Konstrusi dan Kelompok Risiko Bangunan
28
PEDOMAN KONTROL INFEKSI KONSTRUKSI BERDASAR LEVEL/KELAS ICRA
29
• Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat
berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah
kontaminasi sistem saluran.
• Lengkapi semua barier konstruksi sebelum
KELAS III konstruksi dimulai.
• Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi
kerja menggunakan unit ventilasi dengan
filter HEPA atau metode lain untuk
mempertahankan tekanan negatif. Keamanan
publik akan memonitor tekanan udara.
30
• Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai
proyek selesai dibersihkan secara menyeluruh.
• Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada
kegiatan konstruksi, atau sebagaimana diharuskan
KELAS III untuk meminimalkan pelacakan.
• Buang material barier dengan hati-hati untuk
meminimalkanpenyebaran kotoran & debris yg
terkait
dengan konstruksi. Material barier harus diseka
basah, divacum dengan HEPA atau disemprot air
sebelum dibuang.
31
• Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah
yang tertutup rapat sebelum dipindahkan
• Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar
dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan
KELAS III ketika sudah tidak efektif.
• Bersihkan area kerja dan permukaan
horizontal pada penyelesaian proyek.
32
• Isolasi sistem HVAC pd lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan
untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
•Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
•Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan
unit ventilasi dengan filter HEPA / metode lain u/
mempertahankan tek neg. Keselamatan publik a/ memonitor tek
KELAS IV
udara.
•Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah
migrasi debu
•Buat ruang serambi/anteroom & pastikan semua personil u/
melewati ruangan ini. Pel basah /vacuum dg HEPA setiap hari.
33
•Selama pembongkaran, u/ kerja yg menghasilkan debu
/ pekerjaan di langit-langit, sepatu sekali pakai & baju
harus dipakai dan dibuang di Serambi/anteroom ketika
meninggalkan area kerja.
•Jangan menghilangkan barier dr area kerja sampai
proyek selesai dibersihkan scr menyeluruh.
KELAS IV
•Buang material barier dg hati2 u/ meminimalkan
penyebaran kotoran & debris yg terkait dg konstruksi
•Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA
atau disemprot air sebelum dibuang.
•Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang
tertutup rapat sebelum dipindahkan
34
•Tempatkan keset di pintu masuk & keluar dr area kerja
& diganti /dibersihkan ketika sdh tdk efektif.
•Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu
dan membersihkan debris setiap hari.
•Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan
setelah proyek selesai.
•Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah
KELAS IV
proyek
•Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada
penyelesaian proyek.
35
Pembuatan izin konstruksi
2. Selama Renovasi
Selama dalam proses pembangunan, Tim pengawas proyek
(koordinator tehnik, Koordinator PPI, K3, Sanitasi ) melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai surat
kesepakatan bersama antara lain :
- Pengumuman adanya proses renovasi
- Pemantauan aliran udara
- Pemantauan area sekitar renovasi ( bebas debu, puing, dll )
- Pembersihan rutin
- Pembersihan akhir secara keseluruhan
38
Contoh menutup rapat area renovasi
41
3. Sesudah selesai renovasi dan pembangunan
1. Lakukan general cleaning sebelum ruangan diijinkan untuk
digunakan oleh pasien (sanitasi dan coordinator PPI)
2. Lakukan pemeriksaan kultur ruangan berdasar kelompok risiko
(sanitasi dan coordinator PPI)
3. Cek dan pemeliharaan fungsi alat-alat yang ada (coordinator tehnik)
4. Lakukan evaluasi dengan menggunakan formulir ceklis post
konstruksi (coordinator PPI dan K3)
Audit PPI
Audit PPI
• Audit : melakukan pengecekan terhadap praktik actual terhadap standar yang ada, termasuk membuat
laporan ketidak patuhan atau isu-isu yang dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan atau tim PPI.
• Metoda audit:
• Prioritas pada area yang sangat penting di faskes: area risiko tinggi, hasil surveilans, KLB
• Perhatikan layout fisik, kajian ulang, alur traffic, protocol, kebijakan, makanan dan peralatan
• Tetapkan waktu
• Metoda : observasi, wawancara, observasi keliling
• Persiapan tim audit
• Objek audit: missal: kebersihan tangan, pemakaian APD, pelaksanaan kewaspadaan standar, audit
proses sterilisasi, dsb
• Susun instrumentaudit
• Pelaksanaan audit
• Pelaporan audit
Monitoring dan evaluasi berkala
• Monitoring kejadian infeksi dan kepatuhan terhadap pelaksanaan
PPI dilakukan oleh IPCN dan IPCLN.
• Monitoring/surveilans menggunakan formulir terdiri dari : formulir
pasien pasien baru, formulir harian, dan formulir bulanan.
• Kegiatan monitoring dilakukan dengan melaksanakan surveilans dan
kunjungan lapangan setiap hari oleh IPCN dan ketua komite jika
diperlukan.
• Monitoring dilakukan oleh Tim PPI dengan frekuensi minimal setiap
bulan.
• Evaluasi oleh Tim PPI minimal setiap 3 bulan
Laporan PPI
• IPCN membuat laporan rutin: 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun atau jika
diperlukan.
• Komite/Tim PPI membuat laporan tertulis kepada pimpinan
fasyankes setiap bulan dan jika diperlukan.
Surveilans PPI
di FKTP
LATAR BELAKANG
SURVEI PPI-HAIs Surveilans Pasif
Orang ruangan
Tidak kompeten
Sambilan
Fenomena gunung es
Tidak ada
IPCN Purnawaktu
NO CARE
Pengertian surveilans
• Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis
dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien
Surveilans ITPK
• Surveilans infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care
Associated Infections/HAIs) adalah suatu proses yang dinamis,
sistematis, terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis
dan interpretasi data kesehatan (ITPK) yang penting di fasilitas
pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik dan
didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan
untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, serta evaluasi suatu
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Tujuan surveilans PPI
• 1. Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenderungan kejadian
HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor risiko yang
mempengaruhinya.
• 2. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan
terjadinya fenomena abnormal (penyimpangan) pada hasil
pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan.
• 3. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian
penyimpangan pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Metoda surveilans
• Surveilans Komprehensif: Hospital wide, Traditional Surveillance
• Periodic Surveillance – sebulan sekali, dsb
• Prevalence Surveillance – juml infeksi aktif dlm suatu periode
• Target Surveillance - fokus pd pasien dg inf spesifik di ruang rawat
Metoda surveilans (Australian guideline)
• It is not feasible to conduct facility-wide surveillance for all events;
therefore surveillance is often targeted, with a focus on specific
events, processes, organisms, medical devices or high-risk patient
populations. Healthcare-associated infections surveillance programs
may focus on:
• specific sites of infection (e.g. bloodstream, surgical sites)
• specific populations (e.g. neonates, healthcare worker occupational exposure
to blood and body substances)
• specific organisms or types of organisms (e.g. MRO, C.difficile, RSV, rotavirus)
• specific locations in the healthcare facility or community (e.g. intensive care
unit, neonatalintensive care unit, long-term care facility).
Metoda surveilans (Australian Guideline)
•Process Surveillance
•Outcome Surveillance
Metoda surveilans (Australian guideline)
• Process surveillance:
• Process measurements are usually easier to measure, less ambiguous and
more widely applicable than outcome indicators.
• Process surveillance may be an adjunct to outcome surveillance; alternatively,
it can entirely replace outcome surveillance for practices or
locations that have too few adverse outcomes for statistical
analysis
• Process surveillance involves auditing practice against a certain standard,
guideline or policy. As no single intervention will prevent any healthcare-
associated infection, packages of evidencebased interventions have been
developed and are increasingly being used in process surveillance (e.g. care
bundles)
• Process measures that are linked by evidence to important outcomes
(McKibben et al 2005):
• do not require risk adjustment
• can predict outcomes
• can easily be acted on because potential improvements are usually the
responsibility of the clinical service
• can be captured quickly
• are sensitive because many episodes of inappropriate care do not cause
harm.
• Examples of process surveillance (published process
indicators of high value) include:
• aseptic insertion and management of peripheral or central
intravascular devices (audit)
• healthcare workers’ compliance with hand hygiene and the
techniques they used (audit)
• perioperative and intraoperative practice such as antibiotic
prophylaxis, normothermia, normoglycaemia and appropriate hair
removal (audit)
• healthcare workers’ uptake of immunisation (audit)
Metoda surveilans (Australian guideline)
• Outcome surveillance:
• Outcome surveillance involves measuring adverse events, a
proportion of which are preventable.
• The sensitivity and specificity of event definitions and the reliability of data
collection need to be considered when developing methods to detect adverse
events.
• It is important to create a balance between avoiding false positives
(specificity) and picking up true positives (sensitivity), given thattrue positives
are rare events in the overall patient population.
• Examples: surveillance of the Surgical Site Infection (SSI), Central Line
Associated Blood Stream Infections (CLABSI), Catheter Associated
Urinary Tract Infection (CAUTI), Ventilator Associated Pneumonia
(VAP)
TAHAPAN SURVEILANS HAIs
Perencanaan
Cara perhitungan :
Insiden Rate IDO = Jumlah kasus IDO
------------------------- X 100
Jumlah kasus operasi
-Denominator IADP = 5 + 6 + 4 + 5 + 3 = 23
-Denominator ISK = 4 + 5 + 5 + 3 + 3 + 4 = 24