1. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan formal yang telah berjalan hingga saat
ini, banyak mengalami perubahan dalam segi sistem maupun kebijakan
terkait pelaksanaannya. Sistem dan kebijakan yang telah ditetapkan
dalam undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) tentunya
2. Metode
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Dalam hal ini peneliti mencoba menggali
beberapa data terkait obyek yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan
memotret kondisi atau situasi secara wajar dan natural sesuai dengan
kodisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi selama penelitian
berlangsung.
Subyek penelitian yaitu informan penelitian yang memahami
informasi tentang objek penelitian. Adapun yang menjadi subyek
penelitian adalah dari unsur Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka
Kesiswaan SMP Negeri 2 Diwek Jombang. Maka dalam mendapatkan
data yang relevan dengan permasalahan yang telah ditetapkan di atas,
peneliti memperoleh data yang di ambil menggunakan metode observasi
dan wawancara.
Penelitian dilakukan dengan mengamati pelaksanaan kegiatan
pembiasaan baik yang dilakukan di SMP Negeri 2 Diwek. Adapun
pengamatan yang dilakukan ialah sebanyak 3 kali dalam satu minggu.
Pemilihan kelas untuk obyek pengamatan dipilih secara acak ditujukan
agar mengetahui kondisi wajar/asli obyek serta terhindar dari adanya
rekayasa kegiatan pembiasaan.
Penelitian dilakukan dalam bentuk memberikan pertanyaan
kepada narasumber/informan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Sehingga didapat beberapa jawaban berupa informasi yang dapat
digunakan sebagai data penelitian. Beberapa pertanyaan yang diajukan
terkait seputar maksud dan tujuan, mekanisme kegiatan serta substansi
terkait kegiatan pembiasaan yang dilakukan.
Selain menggunakan metode dalam pengumpulan data, penelitan
juga dianalisis dengan tahap pengolahan data terhadap data-data yang
telah diperoleh dalam pengumpulan data. Dalam mengolah data ini,
3. Hasil
SMP Negeri 2 Diwek adalah lembaga pendidikan formal yang
berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional yang
berlokasi di Watugaluh Kec. Diwek Kab. Jombang. Sejarah singkat
berdirinya SMP Negeri 2 Diwek Jombang mulai beroperasi pada tahun
ajaran 1986. Layaknya lembaga pendidikan formal lainnya, tujuan
didirikannya lembaga ini adalah menjadi sarana belajar guna mencetak
generasi penerus bangsa yang memiliki wawasan luas, berpengetahuan,
dan berkarakter.
Adapun visi dari SMP Negeri 2 Diwek adalah “Terwujudnya
siswa berprestasi, peduli lingkungan berdasarkan Iman dan Taqwa”.
Sedangkan beberapa misi dari SMP Negeri 2 Diwek adalah:
a. Melaksanakan proses pembelajaran dan layanan bimbingan
konseling secara efektif.
b. Mendorong siswa berprestasi di bidang olahraga voli, sepak bola,
dan atletik.
c. Melaksanakan muatan local di bidang pertukangan dan teknik.
d. Meningkatkan pengayaan dan pengalaman terhadap ajaran
agama yang dianut melalui: baca tulis Al Quran, dzikir, dan
pelaksanaan sholat berjamaah, sehingga menjadi sumber kearifan.
4. Pembahasan
A. Implementasi Budaya Religius
Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Arinda Firdianti diartikan sebagai “penerapan”. Sedangkan menurut
Browne dan Wildavsky dalam Arinda Firdianti implementasi adalah
“perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan” [5, p. 19]. Pengertian
tersebut menjelaskan bahwa implementasi lebih mengarah pada
aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Mekanisme disini mengandung arti bahwa implementasi bukan
sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilaksanakan
Dari apa yang telah dikemukakan oleh Asmaun Sahlan dapat kita
ketahui bahwa mewujudkan atau mengimplementasikan budaya religius
adalah sebuah hal yang penting untuk dilakukan, khususnya dalam
lingkup lembaga pendidikan. Beberapa contoh yang dapat kita lihat dari
wujud budaya religius di sekolah antara lain:
1. Senyum, Salam, Sapa (3S)
Senyum, salam dan sapa dalam perspektif budaya menunjukkan
bahwa komunitas masyarakat memiliki kedamaian, santun, saling
tenggang rasa, toleran dan rasa hormat.
2. Saling Hormat dan Toleran
Dalam perspektif apapun toleransi dan rasa hormat sangat
dianjurkan. Melalui pendidikan dan dimulai sejak dini, sikap
toleran dan rasa hormat harus dibiasakan dan dibudayakan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Puasa Senin Kamis
Puasa merupakan bentuk peribadatan yang memiliki nilai yang
tinggi terutama dalam pemupukan spiritualitas dan jiwa sosial.
Nilai- nilai yang ditumbuhkan melalui proses permbiasaan
3. Keteladanan
Upaya mewujudkan budaya religius sekolah dapat dilakukan
melalui pendekatan keteladanan dan pendekatan persuasif atau
mengajak kepada warga sekolah dengan cara yang halus, dengan
memberikan alasan dan prospek baik yang bisa meyakinkan warga
sekolah. Memberikan contoh teladan atau perilaku yang baik dalam
kehidupan sehari hari, sehingga dapat ditiru oleh warga sekolah.
4. Pembiasaan
Pembiasaan adalah sebuah metode yang digunakan pendidik
5. Pembudayaan
Koentjoroningrat dalam Asmaun Sahlan menyatakan proses
pembudayaan dilakukan melalui tiga tataran, yaitu:
a. Tataran nilai yang dianut, yakni merumuskan secara bersama
nilai- nilai agama yang disepakati dan perlu dikembangkan di
sekolah, untuk selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas
bersama di antara semua warga sekolah terhadap nilai-nilai yang
disepakati.
b. Tataran praktik keseharian, nilai-nilai keagamaan yang telah
disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku
keseharian oleh semua warga sekolah. Proses pengembangannya
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan
perilaku ideal yang ingin dicapai pada masa mendatang di
sekolah
2) Penetapan action plan mingguan atau bulanan sebagai tahapan
dan langkah sistematis yang akan dilakukan oleh semua pihak
sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah
disepakati
3) Pemberian penghargaan terhadap yang berprestasi [18, p. 117].
c. Tataran simbol-simbol budaya, yaitu mengganti simbol-simbol
budaya yang kurang sejalan dengan ajaran dan nilai-nilai agama
dengan simbol budaya yang agamis.
selalu menjadi contoh yang baik bagi bawahannya akan menjadi salah
satu modal utama bagi terlaksananya manajemen sekolah yang efektif.
Pemberian contoh di sini dapat melibatkan dirinya sendiri sebagai kepala
sekolah, dan seluruh staf di bawahnya seperti staf pengajar, manajerial,
dan lain sebagainya. Pemberian contoh pada peserta didik terhadap
perilaku dan ibadah tidak hanya terimplementasikan pada lingkup
sekolah namun harus terealisasikan pada lingkup masyarakat juga.
2. Strategi pembiasaan
Pembiasaan diartikan dengan sebagai proses pembuatan sesuatu
atau seseorang menjadi biasa. Menurut Muhaimin dalam pembelajaran
agama perlu adanya beberapa pendekatan diantaranya:
a. Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan pengalaman
keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai
keagamaan.
b. Pendekatan kebiasaan, yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran
agamanya dan akhlak mulia. Melalui pembiasaan kepala sekolah
dapat membangun budaya religius sesuai tujuan yang diinginkan.
Pembiasaan ini dipercayai dapat mempengaruhi adanya kemauan
peserta didik tanpa perintah dalam menjalani budaya religius.
3. Strategi disiplin
yaitu suatu kegiatan di mana sikap, penampilan, dan tingkah laku
peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku di sekolah dan kelas di mana mereka berada.
Disiplin juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib dimana orang-
orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-
peraturan yang telah ada. Dapat ditarik bahwa disiplin dapat menjadi
strategi berikutnya kepala sekolah membangun budaya. Seperti halnya
disiplin datang tepat waktu dan adanya sanksi bagi yang melanggar.
Berikut ini adalah hasil wawancara penulis dengan kepala SMP Negeri 2
Diwek tentang beberapa contoh yang diterapkan dalam implementasi
strategi budaya religius yang diterapkan di SMP Negeri 2 Diwek ialah:
1. Implementasi strategi budaya shalat berjamaah
Shalat berjamaah dilakukan pada waktu dhuhur di jam 12.00-12.30
dan terbagi dalam 2 shift. Para siswa mengikuti sholat berjamaah yang
diimami oleh guru yang menjadi tugas piket imam. Dalam hasil
wawancara yang penulis lakukan kepada Waka Kurikulum, beliau
mengatakan bahwa adanya pembiasaan sholat berjamaah pada saat
istirahat jam ke 2 bertujuan agar siswa terbiasa sholat secara berjamaah
dari pada munfarid. Selain itu kondisi yang demikian mampu membawa
kerukunan antar warga sekolah SMP Negeri 2 Diwek
5. Kesimpulan
Secara umum implementasi merupakan serangkaian aktivitas
atau kegiatan yang terencana dan dilaksanakan berdasarkan acuan
norma yang berlaku melalui lima langkah yaitu menganalisis dan
merencanakan perubahan, mengkomunikasikan perubahan, mendorong
perubahan, mengembangkan inisiasi masa transisi, mengkonsolidasikan
kondisi baru dan tindak lanjut. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
implementasi lebih mengarah pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Mekanisme disini mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilaksanakan berdasarkan acuan norma yang berlaku.
6. Daftar Referensi
[1] M. Wahono and A. S. Priyanto, “IMPLEMENTASI BUDAYA
SEKOLAH SEBAGAI WAHANA PENGEMBANGAN KARAKTER
PADA DIRI SISWA,” Integralistik, vol. 28, no. 2, Art. no. 2, 2017, doi:
10.15294/integralistik.v28i2.13723.
[2] H. Siswanto, “Pentingnya Pengembangan Budaya Religious Di
sekolah,” Madinah: Jurnal Studi Islam, vol. 6, no. 1, Art. no. 1, Jun. 2019.
[3] W. Wasito and M. Turmudi, “Penerapan Budaya Religius di SD al
Mahrusiyah,” Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, vol. 29, no. 1, Art.
no. 1, Sep. 2018, doi: 10.33367/tribakti.v29i1.560.
[4] S. Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2019.