Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN
1. Upaya rehabilitasi medik berawal pada saat perawatan korban Perang Dunia I pada
tahun 1920.

II. RUANG LINGKUP TERAPI FISIATRIK


1. Meliputi:
a. Fisioterapi.
b. Ortotik-prostetik.
c. Terapi okupasi.
d. Terapi wicara.
2. Modalitas adalah agen fisik yang digunakan untuk menghasilkan respon terapi pada
jaringan.
3. Merupakan terapi tambahan untuk membantu intervensi kuratif primer.
4. Modalitas:
a. Electrical energy.
b. Electromagnetic energy.
c. Mechanical energy.
d. Sound energy.
e. Thermal energy:
1) Panas (thermotherapy).
2) Dingin (cryotherapy).

III. TERAPI DINGIN


1. Efek fisiologis:
a. Refleks simpatetik  kontraksi otot polos  vasokonstriksi kutan 
1) Peningkatan afinitas reseptor alfa adrenergik otot polos pembuluh
darah terhadap norepinephrin.
b. Vasodilatasi reaktif karena pendinginan yang berlanjut.
c. Penghangatan jaringan kembali.
2. Efek fisiologis terapi pasca cedera akut (24-48 jam), sebagai bagian dari RICE (rest,
icing, compression dan elevation):
a. Mengurangi filtrasi cairan ke interstitium melalui vasokonstriksi.
b. Mengurangi inflamasi.
c. Mengurangi nyeri dan spasme otot.
d. Mengurangi kecepatan proses metabolik.
3. Indikasi:
4. Kontraindikasi:
5. Penghati-hatian:
6. Teknik pemberian:
IV. TERAPI PANAS
1. Efek fisiologis:
2. Efek sistemik:
3. Macam:
a. Superfisial heating : lapisan kutis dan subkutis.
b. Deep heating : lapisan di bawah subkutis.
 Lampu Infra Merah
1. Merupakan terapi superficial heating dengan panjang gelombang 750 -
400.000 A.
2. Jenis generator dapat berupa luminous dan non-luminous.
 Sifat sinar infra merah:
 Indikasi:
 Kontraindikasi:
 Penghati-hatian:
 Hidroterapi
1. Alat terapi panas superfisial yang menggabungkan air dan aliran udara
sehingga menimbulkan arus turbulensi air yang memberikan efek pijatan
pada pasien.
2. Suhu air ±360-410C.
 Indikasi:
 Paraffin Bath/ Paraffin Wax
1. Bentuk terapi superfisial, di mana lilin memindahkan energi panas ke jaringan,
menyebabkan lilin mengeras dan mengeluarkan energi.
2. Suhu paraffin wax dapat dipertahankan antara 420-520 C.
3. Membuat paraffin cair dengan paraffin banding mineral oil = 1:1.
 Indikasi:
 Kontraindikasi:
 Cara penggunaan:
 Short Wave Diathermy (SWD)
1. Terapi panas menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh
arus bolak-balik frekuensi tinggi.
2. Frekuensi pada 13,66 – 40,98 MHz.
 Indikasi:
 Kontraindikasi absolut:
 Kontraindikasi relatif:
 Micro Wave Diathermy (MWD)
1. Terapi panas yang menggunakan gelombang radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang 12 cm dan frekuensi 2450 MHz.
 Indikasi:
 Kontraindikasi absolut:
 Kontraindikasi relatif:
 Ultra Sound Diathermy (USD)
1. Terapi panas dalam bentuk vibrasi akustik pada frekuensi yang jauh di atas
batas yang dapat didengar manusia dan merubah energi listrik menjadi panas
melalui jaringan.
2. Frekuensi antara 0,75 MHz – 3 MHz.
3. Kecepatan dalam air dan jaringan ±1,5 x 10 cm/ detik.
4. Panjang gelombang 0,15 cm.
5. Perambatan ultrasound tergantung pada:
a. Penyerapan oleh media.
b. Pemantulan energi ultrasound pada jaringan dalam tubuh (tulang
menyerap ±10x lipat dibanding otot skeletal).
 Tujuan pemberian terapi:
 Efek terapi:
 Indikasi:
 Kontraindikasi:

V. TERAPI MEKANIS
 Traksi
1. Teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu bagian tubuh untuk
meregangkan jaringan lunak dan melebarkan sendi.
2. Kekuatan tarikan dapat ditimbulkan secara manual dengan beban dan sistem
katrol maupun secara elektromekanik.
3. Menurut lokasi dibagi menjadi traksi servikal dan lumbal/ pelvis.
4. Efek fisiologis:
 Traksi servikal:
 Traksi lumbal:
1. Indikasi:
2. Kontra indikasi:
 Terapi Latihan
1. Dibagi menjadi:
a. Latihan luas gerak sendi.
b. Latihan penguatan.
c. Latihan daya tahan.
d. Latihan koordinasi.
e. Latihan khusus :
1) ADL.
2) Breathing exercise.
3) Muscle re-education
f. Latihan pola khusus :
1) William Flexion Exercise.
2) Codman’s Pendulum Exercise.
3) Neck Calliet Exercise.
 Latihan Luas Gerak Sendi
 Latihan Penguatan
 Latihan Ketahanan
 Latihan Koordinasi
 Latihan dengan Sasaran Khusus

VI. TERAPI ELEKTRIS


 Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
1. Merupakan alat stimulasi listrik untuk menghilangkan nyeri akut (trauma &
inflamasi) dan nyeri kronis (untuk segala kondisi).
2. Cara kerja:
3. Keuntungan lain:
4. Penghati-hatian:

VII. TERAPI ELEKTROMAGNETIK


 Terapi Laser
1. LASER adalah Light Amplification Stimulated Emission of Radiation.
2. High power laser digunakan untuk mengiris atau koagulasi jaringan karena
efek panasnya.
3. Low power laser digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan anti inflamasi
karena efek biostimulasi sel.
4. Sumber laser berasal dari 4 elemen:
a. The active medium : liquid, gas atau semiconductor.
b. Excitation mechanism : listrik/ sinar.
c. Feedback mechanism : 2 cermin spesial/ high reflection mirror 100%.
d. Output complex : yang memncarkan sinar keluar.
5. Penentuan sumber laser:
a. Tepat sumber laser.
b. Tepat dosis: 0,5-10 J/ titik.
c. Tepat cara: total kontak antara laser dengan permukaan jaringan.
6. Efek biologi:
a. Merangsang pertumbuhan sel.
b. Mengurangi nyeri.
c. Mengurandi edema.
d. Anti inflamasi.
e. Mencegah/ mengurangi pembentukan jaringan parut.
VIII. LAIN-LAIN
1. Efek panas:
a. Memperbaiki sirkulasi darah di daerah nyeri.
b. Meningkatkan metabolisme daerah terapi.
c. Membantu produksi keringat  eliminasi metabolit.
d. Meningkatkan ambang rangsang ujung saraf sensorik  mengurangi nyeri.
e. Efek psikis  rasa nyaman dan relaksasi psikis.
f. Sendi dan jaringan ikat
1) Memaksimalkan regangan tendon (dikombinasikan dengan latihan).
2) Menurunkan kekauan sendi.
3) Meningkatkan aktivitas enzim kolagenase.
4) Meningkatkan nutrisi, leukosit dan antibodi.
5) Meningkatkan produk akhir metabolik dan debris.
6) Memfasilitasi resolusi kondisi inflamasi kronik.
7) Meningkatkan perdarahan.
8) Meningkatkan terbentuknya edema.
9) Memperburuk kondisi inflamasi akut.
2. Electrical stimulating currents:
a. Memodulasi nyeri, stimulasi saraf sensori kulit menggunakan frekuensi tinggi.
b. Menghasilkan kontraksi dan relaksasi otot.
c. Memfasilitasi jaringan lunak dan penyembuhan tulang.
d. Menghasilkan gerakan ion melalui arus langsung yang terus-menerus 
menimbulkan perubahan kimiawi jaringan (iontophoresis).
3. Electrical stimulating currents:
a. Sistem saraf tepi untuk menginduksi aktivasi otot {neuromuscular electrical
stimulation (NMES)}
b. Sistem saraf pusat untuk menginduksi aktivasi otot.
c. Sistem saraf pusat atau tepi untuk memodulasi input sensoris.
d. Kulit untuk menginduksi penyembuhan luka.

IX. PENUTUP
1. Untuk dokter umum diharapkan mengetahui dan memahami dasar dan ruang
lingkup terapi fisiatrik dasar terutama terapi superfisial yang didapatkan di fasilitas
kesehatan tingkat I.
2. Untuk terapi fisiatrik yang kompleks, bila ada indikasi maka dokter umum dapat
merujuk ke dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk penanganan
lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai