Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN
T.I.U :
Pada akhir kuliah mahasiswa mampu : memahami pengertian maupun lingkup dari
pengelolaan air limbah, peranan pengelolaan air limbah dan mampu mengartikan
bermacam-macam limbah, memahami sistem penyaluran air limbah dan sistim
jaringan pembuangan air limbah.
T.I.K :
Pada akhir kuliah mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian tentang pengelolaan air limbah.
2. Menjelaskan lingkup dan peranan pengelolaan air limbah.
3. Menjelaskan bermacam-macam limbah.
4. Menjelaskan sistem penyaluran dan pembuangan air limbah.
5. Meberikan contoh penerapan permasalahan pengelolaan air limbah.

1.1 Latar Belakang dan Pertimbangan Masalah Secara Umum

Industrialisasi merupakan prioritas utama di dalam memacu derap pembangunan


Negara kita, hingga semakin hari semakin tampak peningkatan dalam mobilisasi,
kemakmuran, kesejahteraan, bangsanya walaupun tidak bisa lepas dari dampak
negative dari produktif limbahnya.

Sudah sering dan banyak sekali terjadi perselisihan antara anggota masyarakat
dengan lingkungannya, sehingga sangatlah perlu difikirkan dan ditangani dengan
seksama agar adanya produksi sampingan dari industralisasi tidak menimbulkan
dampak negative, yaitu dengan mengelola air limbahnya.

Pengelolaan air yang dimaksud adalah suatu usaha melakukan pengumpulan,


pengelolaan, dan pembuangan air limbah. Usaha ini semakin hari semakin dirasa
perlu sehubungan dengan semakin meningkatkan pola hidup yang diikuti dengan
bermunculannya industrialisasi di bidang pangan, sandang, papan maupun
perhubungan. Sebagai langkah operasional daripada pengelolaan air limbah, dapat
digolongkan ke dalam tiga tahapan pokok, yaitu :

- Tahapan Pengumpulan,
Pada tahapan ini mencakup pekerjaan perhitungan jumlah air Bungan,
perhitungan jumlah air hujan termasuk di dalamnya menentukan komposisi air
limbahnya.
- Tahapan Pengolahan,
Pada tahapan ini mencakup pekerjaan menentukan perlu tidaknya air limbah
diolah (tidak selalu air limbah diolah, tergantung dari komposisi dan konsentrasi
kandungannya), cara pengolahan maupun tingkatan pengolahan sampai dengan
menentukan bangunan pengolahan.
- Tahapan Pembuangan,
Pada tahapan ini mencakup pekerjaan menentukan sistim penyaluran sistim
pembuangan, peralatan yang dipergunakan, tempat, pembuangan dan sistim
pemeliharaannya.

Dari ketiga tahapan seperti tersebut di atas, diharapkan dampak negative dari air
limbah seperti terjangkitnya penyakit, lingkungan yang tidak sehat dapat ditekan
sekecil mungkin, bahkan dengan perencanaan yang baik tentang sistim penyaluran-
penyaluran air limbah, akan didapatkan lingkungan yang indah dan nyaman.

1.2 Pengertian

Dalam pengelolaan air limbah, terdapat beberapa istilah yang sering dipergunakan
antar lain : sewagesewer, refuse, garbage, rubbish, sullage dan sevarage, yang dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :

1.2.1 Sewage (Air Kotor)

Adalah air buangan dari masyarakat, umumnya dialirkan melalui air buangan. Air
kotor mempunyai klarifikasi yang berlainan, bergantung pada alam dan sumbernya.
Air kotor dari rumah tangga adalah yang paling perlu mendapatkan perhatian, yaitu
air yang berasal dari permukiman, bangunan-bangunan perkantoran atau air kotor
dari institusi-institusi lainnya. Adapun air kotor industry adalah air kotor yang
berasal dari proses industru baik industry minuman, kertas, tekstil, batik,
penyamakan kulit maupun air kotor dari industry berat lainnya. Air hujan termasuk
sebagai air kotor, dialirkan dalam saluran buatan maupun saluran alam dan untuk
menyederhanakan istilah, maka penggabungan antar air buangan dari masyarakat
dan air hujan diistilahkan sebagai air limbah.

1.2.2 Sewer (Saluran Air Buangan)

Adalah pipa untuk saluran yang pada umumnya tertutup dan membawa air limbah
tetapi pada umumnya mengalirkan air tidak penuh. Saluran sanitasi adalah saluran
pembawa air buangan tidak termasuk didalamnya membawa air hujan. Untuk
merencanakan fungsi saluran, dapat berupa saluran kombinasi maupun saluran
terpisah dan dapat juga semi terpisah.

1.2.3 Refuse

Adalah semua buangan kering dari masyarakat, seperti sampah jalanan, sampah dari
rumah tangga maupun buangan setengah padat dan lain-lainnya.

1.2.4 Garbage

Adalah semua buangan setengah padat dan buangan padat, juga sisa-sisa makanan
seperti sayuran, kulit buah-buahan, buangan kering dan buangan dari pasar lainnya.

1.2.5 Rubish

Adalah semua buangan padat yang kering seperti kertas, pecahan keramik dan
benda lainnya termasuk didalamnya hasil dari reaksi kimia.

1.2.6 Sullage

Adalah air buangan dari dapur, bekas cucian dan lain-lain. disini tidak termasuk air
kencing dan air dari urinoir, kamar kecil. Buangan dari kamar kecil biasanya dibuang
di tangki septic.
1.2.7 Sewerage (Sistim jaringan air buangan)

Yang dimaksud adalah sistim dari saluran air buangan dan peralatan lainnya untuk
mengalirkan air buangan. Dalam arti luas sistim jaringan air buangan meliputi :

- Pekerjaan pengumpulan
- Pekerjaan pengolahan jika ada
- Pekerjaan pembuangan akhir

Dari uraian yang telah diberikan, dapat disimpulan bahwa tujuan diadakannya sistim
jaringan saluran air limbah adalah :

1. Mendapatkan kondisi sanitasi lingkungan yang baik untuk masyarakat.


2. Membuang kotoran manusia (tinja) ke tempat yang benar dan aman .
3. Menyalurkan semua air buangan yang berasal dari masyarakat ke tempat yang
telah ditentukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit baik oleh nyamuk
maupun lalai dan mencegah tumbubnya bakteri.
4. Untuk mengolah air buangan jika diperlukan sehingga tidak mecemari sungai
atau tanah dimana aliran berakhir sebagai polutan dapat dihindarkan.
5. Mendapat cara yang tepat untuk penyalurannya untuk mencegah pencemaran
air tanah.
1.3 Latar Belakang dan Kondisi Sebenarnya

Kebutuhan akan tersedianya penyaluran dan pembuangan air limbah terlihat sudah
sejak lama bahkan sekitar jaamn purba. Sistim penyaluran air limbah yang baik
sudah ada di Babylon, Greece dan Roma sejak beberapa abad sebelum masehi. Juga
sistem penyaluran air limbah yang baik sudah ditemukan dengan hanya menggali
tanah (membuat saluran tanah) di daerah India Kuno. Sejak itu tidak ada lagi
perkembangan dalam pembuatan saluran, baru pada abad ke-18 bangkit kembali.

Di Indonesia sistim jaringan air limbah untuk bangunan perumahan dibangun selama
penjajahan Belanda di Kota Bandung, Solo, Jogya dan Surabaya. Tetapi kebutuhan
akan perawatan sistim ini secara teratur tidak dapat terselenggara. Biasanya, proyek
pengadaan saluran air adalah proyek sampingan dari proyek pengadaan air minum,
sehingga keduannya adalah proyek yang bersamaan.

Dengan semakin berkembang pesatnya industry proses maka ancaman akan


masalah pencemaran air makin meningkat. Pemerintah telah menetapkan beberapa
ketentuan untuk penanggulangan dari air buangan pabrik. Setiap daerah industry
harus mengelola air buangannya sebelum dibuang ke tempat-tempat pembuangan
akhir. Pada kenyataannya, hanya industri-industri besar saja yang mampu membuat
bangunan pengolah limbahnya dengan baik.

Daerah-daerah industry kecil umunya masih membuang limbahnya ke badan-badan


air tanpa mengadakan pekerjaan pengolahan terlebih dahulu. Pengaruh negative
terhadap lingkungan akibat keadaan ini dapat dilibhat bahwa daerah di sekitar
daerah industry tersebut, sungai yang dipergunakan untuk pertanian terlihat bahwa
biji padinya tidak dapat berkembang seperti sebelumnya dan hasilnyapun jauh
berkurang.

Sejak tahun 1974 Pemerintah Indonesia menetapkan kebiajaksanaan untuk


mengembangkan dan memperbaiki fasilitas saluran air limbah di kampong-kampung
(Proyek Perbaikan Kampung) dengan bantuan dana dari Bank Dunia, dengan
membuat kamar mandi dan WC umum, tempat mencuci, fasilitas saluran air limbah
dan parit. Pelaksanaan proyek ini hanya kampong-kmpung di kota-kota besar.
Keberhasilan dari proyek ini hanya akan didapat dengan kerja sama antar
penduduknya. Usaha yang besar juga harus dilakukan oleh para ahli untuk
menydarkan dan memberi pengetahuan pada masyarakat tentang pentingnya
penjagaan lingkungan. Usaha langsung dibutuhkan untuk memelihara dengan benar,
mengembangkan pengetahuan mereka dan memberi dasar pengetahuan tentang
pengelolaan air limbah yang tepat.

1.4 Sistim Penyaluran Air Limbah

Ada dua metode dapat dalam pengumpulan dan pembuangan bahan-bahan


buangan untuk disalurkan, yaitu Sistim Kering dan Sistim Basah.
1.4.1 Sistim Kering

Sistim ini sudah dipakai sejak zaman dahulu. Pada sistim ini antara Refuse dan air
hujan dipisah kemudian disalurkan dengan cara yang berbeda, tidak bersama-sama.
Garbage dan Refuse kering dikumpulkan dahulu di tempat sampah, kemudian
diangkut dengan menggunakan truk atau gerobak ke tempat pembuangan.
Pembuangan yang diamksud adalah setelah terkumpul selanjutnya dibakar. Garbage
dapat juga dibuang ke laut, tetapi akan menyebabkan pencemaran laut. Kotoran
manusia dikumpulkan terpisah di tempat tertutup atau jamban. Buangan cair dari
dari jambal juga dikumpulkan di tempat terpisah, dari sana diangkut oleh suatu
perusahaan pengangkutan tinja. Adapun sullage dengan air hujan, dialirkan dalam
saluran terbuka, pembuangan dilakukan tanpa suatu pengolahan untuk menurunkan
konsentrasi bahan-bahan polutan.

1.4.2 Sistim Basah

Pada sistim ini bahan buangan padat disalurkan dengan air buangan di dalam pipa
bawah tanah, terdapat banyak variasi di dalam sistim ini yang tergantung pada besar
kota dan banyaknya bahan polutan. Kadangkala air hujan juga dapat disatukan di
dalam pipa yang mengakibatkan membesarnya dimensi pipa.

Berikut ini adalah perbadingan antara sistim kering dan basah, yang ditinjau dari
kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman di dalam
memilihnya.

Sistim Kering :

1. Tanpa pembuatan sistim penyaluran, sehingga biaya awal sangat kecil.


2. Air buangan mencapai ke titik buangan secara alami dan dalam volume yang
kecil. Karena dibuang tanpa pengolahan, maka biayanya kecil.
3. Air hujan disalurkan pada saluran terbuka, sehingga tidak membutuhkan
pemompaan.
4. Air hujan dibuang tanpa pengolahan sehingga polusi beban porganik terbawa
pada saluran terbuka. Jadi sanitasi benda pada derajat rendah.
5. Kotoran manusia tidak langsung dibuang sehingga menjadi busuk dan akan
mengganggu lalai akan banyak dan menjadikan keadaan tidak sehat.
6. Bau tidak enak dan lalat berterbangan akan mengganggu, sehingga kakus harus
dibuat terpisah dengan ruangan lain. jadi tidak dapat direncanakan bangunan
yang menyatu.
7. Akibat sistim kering ini, keindahan kota tidak akan bertambah baik.
8. Sistim ini keseluruhannya tergantung kepada manusia. Jadi selamanya
diperlukan alat yang dapat membersihkan kotoran.
9. Dibutuhkan daerah yang luas untuk menimbun kotoran.
10. Air kotor dari kasus memungkinkan terjadinya pencemaran pada tanah.

Sistim Basah :

1. Butuh sistim penyaluran, sehingga dibutuhkan biaya awal yang besar


2. Banyaknya air limbah dan banyak polutan yang harus diolah mengakibatkan
butuh biaya operasi yang tidak kecil
3. Dibutuhkan pemompaan air buangan.
4. Pengolahan air buangan sebelum dibuang menghasilkan sanitadi yang baik.
5. Kotoran manusia langsung dibuang, sehingga tidak menjadi persoalan. Sistim ini
lebih sehat.
6. Kakus dapat dibuat di dekat ruang yang lain sehingga bangunan dapat
direncanakan menjadi satu bagian.
7. Keindahan dengan sistim ini lebih terjamin.
8. Pada sistim ini tidak ada persoalan manusia
9. Sistim yang rapih dari pengolahan air buangan modern hanya memerlukan lahan
yang kecil
10. Kemungkinkan pencemaran air tanah sangat kecil.
- Sistim kering dapat dipergunakan untuk daerah yang kecil dimana besar
konsentrasi populasi rendah yang tidak ada prospek perkembangannya dimasa
yang akan datang.
- Sistim basah dapat dipakai di setiap kota modern yang membutuhkan teknik
tinggi.
- Sistim ini mahal, dapat mencegah polusi pada sungai, danau dan laut jika
pemakainya benar.
1.5 Sistim Pembuangan Air Limbah

Ada tiga sistim yang dapat dipakai dalam pembuangan air limbah, yaitu sistim
kombinasi, terpisah dan sistim semi terpisah.

1.5.1 Sistim Kombinasi

Yang dimaksud kombinasi adalah menyalurkan air buangan dan air hujan ke dalam
satu saluran. Metode ini mempunyai keuntungan pada perawatan yang sangat
mudah. Seluruh penampang saluran akan penuh pada waktu hujan. Kekurangannya
adalah seluruh keluarannya melalui instalasi pengolahan air limbah, sehingga akan
memerlukan biaya yang sangat besar.

1.5.2 Sistim Terpisah

Yang dimaksud terpisah adalah menyalurkan buangan dan air hujan dengan
menggunakan dua saluran. Sebuah saluran membawa air buangan dan yang satu
membawa air hujan. Saluran air hujan langsung disalurkan ke badan-badan air
(sungai, parit, danau) sedangkan saluran pembawa air buangan harus dilewatkan
bangunan pengolah air limbah. Karena pengolahan hanya dilakukan pada air
buangan, maka sistim ini dapat dikatakan lebih hemat.

1.5.3. Sistim Semi Terpisah

Sistim ini merupakan kombinasi dua sistim sebelumnya dan ini hanya untuk daerah
tertentu saja. Dipergunakan dua buah saluran, satu untuk membawa air hujan saja
dan satu untuk berfungsi sebagai saluran kombinasi apabila air buangannya tidak
melebihi baku mutu, makan dapat langsung dibuang, tetapi juga melebihi baka
mutunya, harus diolah terlebih dahulu

Gambar :

Gambar : 1 – 1
Sistim Kombinasi

Gambar : 1 – 2
Sistim Terpisah
1.5.4 Perbandingan Antara Sistim Terpisah dan Sistim Kombinasi

Sistim Terpisah :

1. Air hujan tidak diolah, sehingga air buangan yang diolah lebih sedikit,
menjadikan ekonomis.
2. Pemasangan dua buah saluran, saluran air buangan dipasang di bawah tanah,
sementara saluran air hujan dipasang sebagai saluran terbuka.
3. Di daerah yang mempunyai intensitas hujan besar maka sistim terpisah lebih
baik.
4. Sistim terpisah kurang sesuai untuk daerah yang intensitas hujan tidak terlalu
besar dan curah hujan yang distribusi merata sepanjang tahun.
5. Jika ditinjau dari sistim pemompaan, maka sistim terpisah lebih ekonomis.
6. Jika ruangan sempit, maka akan kesulitn dalam kongkontruksi dua buah saluran.
7. Air hujan yang disalurkan tanpa pengolahan, memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan.

Sistim Kombinasi :

1. Biaya pengolahan tinggi, karena air hujan diolah.


2. Konstruksi saluran di bawah tanah, relative lebih mahal.
3. Sistim ini kurang baik pada daerah dengan intensitas hujan besar, karena adanya
perbedaan yang mencolok antara debit max dan min.
4. Pada kombinasi seperti ini, sistim kombinasi sangat cocok, karena tidak ada
perbedaan yang mencolok.
5. Biaya pemompaan dari sistim ini sangat besar.
6. Tidak membutuhkan ruangan yang luas.
7. Karena dilakukan pengolahan, terhindarkan dari pencemaran lingkungan.
1.6 Keserasian Dari Perencanaan Jaringan Saluran Air Limbah Terpisah

Di daerah dimana hujan dibatasi hanya satu musim seperti di Indonesia, pengelolaan
saluran model terpisah adalah sangat tepat, karena :

- Jika dipilih saluran kombinasi, dimensi saluran (dirancang untuk membawa air
buangan dan air hujan) akan terlalu besar dibandingkan kecilnya air saat musim
kemarau. Akibatnya kecepatan dan tinggi aliran tidak akan cukup untuk
mengalirkan air buangan.
- Jika air buangan akan dipompaURah jika digunakan saluran terpisah.
- Biaya penggalian saluran bawah tanah relatif kecil (karena salurannya hanya
kecil).
- Jika dana yang tersedia terbatas, akan baik diprioritaskan untuk saluran air
buangan, sementara untuk saluran air hujannya prioritas kedua.

II. KUANTITAS AIR BUANGAN


T.I.U :
Pada akhir kuliah mahasiswa mampu : memahami lingkup dari juantitas air buangan,
mamou membedakan air buangan dan air hujan, memahami perhitungan kuantitas
air buangan.

T.I.K :
Pada akhir kuliah mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian tentang air buangan
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas air buangan
3. Menjelaskan tahapan perhitungan jumlah air buangan
4. Menghitung jumlah air buangan.

2.1 Umum

Pada setiap perencanaan saluran air buangan pekerjaan menentukan jumlah air
buangan adalah sangat penting. Terdapat hubungan antara jumlah air buangan
dengan jumlah pemakaian air bersih. Banyaknya pemakaian air bersih biasanya
dihitung dengan liter per kapita per hari. Untuk mendapatkan harga tersebut adalah
dengan membagi jumlah keseluruhan dari penduduk dengan jumlah total rata-rata
pemakaian air setiap hari selama satu tahun. Data ini harus sesuai dengan
kenyataannya. Pada banyak kasus biasanya penentuan jumlah penduduk, terjadi
kesalahan sehingga mempengaruhi perhitungan Tugas Engineer yang harus
memperhitungkan sejumlah variabel yang ikut menentukan akurasi hasil
perhitungan.

2.2 Periode Perencanaan

Yang dimaksud dengan periode perencanaan adalah banyaknya waktu pakai dari
saluran untuk melayani masyarakat sebelum rusak atau sebelum diperbaharui.
Periode ini diistilahkan sebagai periode perencanaan, dan untuk menentukan
lamanya ada satu hal yang penting untuk dipertimbangkan yaitu ketersediaannya
akan dana yang akan dipakai untuk pekerjaan pembuatan jaringan air buangan.

2.2.1 Jaringan Air Buangan

Periode perencanaan dari jaringan air buangan (pipa, bangunan pengumpul, lubang
pemeriksaan) biasanya direncanakan dengan umur 50 tahun. Hal ini dikarenakan
dari umur pakai pipa, jika dipergunakan dengan tepat, maka dapat bertahan hingga
50 tahun.

Sangatlah penting untuk memperkirakan pertambahan jumlah penduduk yang


haryus dilayani, karena jaringan yang ada harus mampu melayani hingga pada akhir
umur rencana. Jadi jumlah penduduk yang harus dilayani diproyeksikan sampai
dengan akhir tahun rencana.

2.2.2 Fasilitas Pemompaan Air Buangan

Besarnya biaya pada fasilitas pemompaan berhubungan langsung dengan kuantitas


air buangannya. Untuk periode perencanaan yang sangat panjang diperlukan
konstruksi yang baik sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Umur
rencana fasilitas pemompaan ini biasanya 10 tahun. Perencanaan perluasan maupun
pengembangan biasanya dilakukan dengan cara penambahan pompa. Kontruksi dan
tempat pemompaan dapat direncanakan pada saat awal dengan memperkirakan
akan diadakan perluasan sesudah 10 tahun pertama dan waktu perencanaan.
2.2.2 Bangunan Pengolah Air Buangan

Waktu perencanaan berkisar antara 15 sampai dengan 20 tahun tergantung pada


jenis pengolahan yang dipilih. Pertimbangan yang sama seperti pada fasilitas
pemompaan bahwa masing-masing alat mempunyai kekuatan umur pakai yang
terbatas, sehingga penentuan umur rencana dan bangunan pengolah harus
memperhitungkan hal ini.
2.3 Memperkirakan Jumlah Penduduk

Pada kenyataannya, memperkirakan jumlah penduduk untuk beberapa tahun


mendatang tidaklah mudah. Beberapa cara banyak dipakai, tetapi cara-cara tersebut
dipengaruhi oleh banyak variabel dan tergantung pada beberapa faktor lainnya. Para
ahli didalam memperkirakan jumlah penduduk harus mempertimbangkan kondisi
setempat seperti :

- Karakteristik daerah
- Perkembangan pemukiman

Pengetahuan tentang kota dan lingkungannya, peruntukan daerah sebagai daerah


perdagangan, daerah industry, pendidik, pola perkembangannya dan lain-lain,
semuanya akan berpengaruh dalam memperkirakan jumlah penduduk di masa yang
akan datang. Seringkali muncul suatu keadaan yang tidak terduga sebelumnya
seperti perkembangan industry baru, pola peruntukan daerah yang berubah, hal
tersebut akan mengacaukan perhitungan jumlah penduduk. Catatan jumlah
penduduk (sensus) dapat juga dipergunakan dalam memperkirakan pertumbuhan
penduduk. Sebagai misal laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada periode :

1960 s/d 1970 adalah 2,1%


1970 s/d 1980 adalah 2,3%

Akurasi dalam memperkirakan jumlah penduduk adalah penting, sebab jika


perkiraannya tidak akurat akan berpengaruh pada jumlah air buangannya. Jika
perkiraannya lebih kecil, mengakibatkan sistim yang dibangun tidak mampu
melayani, sebaliknya jika perkiraannya terlalu besar, maka sistimnya akan boros dan
mahal.

2.3.1 Metode Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai