Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Pruritus adalah sensasi rasa gatal yang muncul di kulit. Semakin
digaruk, sensasi rasa gatal akan meningkat. Ini memicu luka yang
berujung pada infeksi lanjutan. Pruritus adalah gejala dari berbagai
penyakit kulit, baik lesi primer maupun lesi sekunder, meskipun ada
pruritus yang ditimbulkan akibat faktor sistemik non-lesi kulit. Pruritus
yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial (pruritus sine
materi) (Djuanda A., 2007).
Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan
yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi
tidak menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk
menggaruk. Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit
lebih dalam dan lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena
sensasi nyeri ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak
disertai kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine
materi).

B. Etiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen
1. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda
asing), dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan,
balsem, sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau,
skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang
membuat kulit lembab atau kering.
2. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan
ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme),
dan stress psikologis yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas
respon imun. Seringkali kausa secara klinis belum diketahui.

1
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum,
penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:

 Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di
tubuh. Penyebabnya beragam, diantaranya:
 Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
 Punggung : Notalgia paraesthetica
 Lengan : Brachioradial pruritus
 Tangan : Dermatitis tangan, dll.
 Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
1) Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
2) Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau
ekstrahepatika.
3) Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus,
hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
4) Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia),
polycythaemia, leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
 Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat
beragam. Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan
alergi, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis,
dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
 Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari
luar maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang
dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria
fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu
(topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).
 Hormonal

2
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa
adanya gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh
estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis.
Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai
pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada
kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah.
Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus
kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu.
Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam
empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala
umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun
atau lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan
pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade
rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti
kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus
spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit
akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap
pengobatan emollient.

C. Patofisiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda
asing), dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan,
balsem, sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau,
skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang membuat
kulit lembab atau kering. Faktor endogen, misalnya reaksi obat atau
penyakit sistemik seperti gangguan ginjal, gangguan metabolik (DM,
hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis yang
menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun.
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan
rangsangan fisik dan mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan

3
kerusakan kulit oleh pruritogen. Penyakit sistemik seperti gangguan ginjal
akan meningkatkan ureum serum yang berkontribusi sebagai agen
pruritogenik. Gangguan metabolism seperti DM, hipertiroidisme dan
hipotiroidisme juga merupakan penyebab timbulnya pruritus, selain itu
penyebab lainnya seperti penyakit hepar akan menyebabkan kolestasis
(sumbatan kantung empedu) yang dapat meningkatkan sintesis senyawa
opioid. Faktor lain seperti stress yang juga berpengaruh terhadap
timbulnya pruritus karena stress meningkatkan sensitivitas respon imun,
hal ini mengakibatkan sistem imun melepaskan mediator inflamasi secara
berlebihan dan menyebabkan substansi P mensensitisasi nosiseptor secara
kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu faktor endogen lainnya
disebabkan karena terpapar bahan allergen (pewangi, pengawet, perhiasan,
pewarna rambut, balsam, karet) akan mengakibatkan reaksi imunologi
(allergen terikat dengan protein membentuk antigen lengkap, antigen
ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, antigen yang
telah diproses dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan
berploriferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik
dan sel memori, tersebar ke seluruh tubuh menyebabkan keadaan
sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh, dan apabila terpapar bahan
allergen kembali maka akan menstimulasi ujung saraf bebas di dekat
junction dermoepidermis, kemudian merangsang epidermis dan
percabangan serabut saraf tipe C tak termielinasi. Selanjutya, korteks
serebri mempersepsikan stimulus gatal melalui jaras asenden yang memicu
timbulnya pruritus dan adanya scratch reflexes (reflex garuk akibat
eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi serabut saraf C hingga
dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga menjadi patofisiologi
pruritus yang disebabkan oleh faktor eksogen (lingkungan yag
mengakibatkan kulit kering) serta faktor endogen (stress psikologik,
hormonal, dan penyakit sistemik).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan
histamine oleh ujung saraf yang memperberat pruritus yang selanjutnya

4
menghasilkan rasa gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya
disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau
lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi
kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya
memiliki awitan yang cepat, bisa berat dan menganggu aktivitas hidup
sehari-hari yang normal. Pruritus juga dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit akibat kerusakan kulit (erosi, ekskeriasi) yang
dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.

D. Manifestasi klinis
1) Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk
yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari.
Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian
pasien teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam hari dimana
hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan
pruritus yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan.
2) Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit
3) Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada
garukan kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan
likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk yang dilakukan secara
terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan
dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan
ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
4) Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada
individu dan menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa
kasus, gatal yang terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan sensasi
terbakar.

5
E. Komplikasi
Kulit gatal yang berlangsung lebih dari enam minggu dapat
mempengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Bukan hanya mengganggu
istirahat saja, kondisi ini juga memicu kecemasan atau depresi. Selain itu,
garukan akibat peningkatan rasa gatal dapat memicu cedera kulit, infeksi,
dan jaringan parut

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap terutama nilai leokosit
2. Pemeriksaan kadar bilirubin
3. Pemeriksaan gula
4. Pemeriksaan hormone tiroid
5. Tingkat sedimentasi eritrosit

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa
gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus
dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga
menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
1) Penatalaksanaan secara medis :
 Pengobatan topical:
1. Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada
kulit yang kering dan memiliki batasan waktu dalam
pemakaiannya karena mengandung phenols.
2. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk
memberikan sensasi dingin.
3. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit
kering.
4. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang
pendek. Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik
cenderung tidak menimbulkan efek antipruritus dan jika

6
efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan
penekanan efek inflamasi.
5. Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena
dapat mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi
dermatitis kontak.
 Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika
rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu:
1. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh
mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat
memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
2. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik
dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan
tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih
parah.
3. Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang
kurang baik, kecuali pada pruritus yang dicetuksan
terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah
urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung
penenang memiliki antipruritus. Antihistamin
penenang dapat digunakan karena efek
penenangnya tersebut.
4. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo
nodular dan beberapa jenis pruritus kronik.
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara
perifer antara lain antagonis H1, agonis H3,
antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1,
antagonis PAR-2. Sementara yang bekerja secara
sentral adalah gabapentin (untuk gatalneuropati),
talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin,

7
inhibitor uptake serotonin, dan opioid miu antagonis
atau agonis kappa
2) Penatalaksanaan secara keperawatan :
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus,
diantaranya mencegah faktor pengendap, seperti pakaian yang
kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika
dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya Kafein, alcohol,
makanan pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak
tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan
dengan telapak tangan. Untuk gatal ringan dengan penyebab
yang tidak membahayakan seperti kulit kering, dapat dilakukan
penanganan sendiri berupa:
1. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali
sepanjang hari dan segera setelah mandi.
2. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
3. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar
kaporit tinggi.
4. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
5. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit
seperti katun dan sutra, menghindari bahan wol
serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
6. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-
rempah, air panas dan keringat berlebihan.
7. Menghindari hal-hal yang telah diketahui
merupakan penyebab gatal.
8. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
9. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan
memotong kuku.

8
H. Pencegahan
Pruritus dapat dicegah dengan menghindari penyebab yang
mendasarinya. Pada penderita alergi, pruritus dapat dihindari dengan
menghindari pemicu alergi atau mengonsumsi obat alergi secara rutin.
Sementara, pada penderita diabetes, menjaga kadar gula darah tetap
terkontrol dapat mencegah timbulnya pruritus.
Selain itu, menjaga kesehatan dan kebersihan kulit juga dapat
mencegah pruritus. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

 Memenuhi kebutuhan cairan tubuh


 Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
 Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang
 Menggunakan air hangat saat mandi, bukan air panas

9
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencangkup :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No.tlp :
Status :
Agama :
Suku :Suku :
Pendidikan :
Pekejaan :
No.RM :
Tgl. Masuk :
Tgl. Pengkajian :
Sumber informasi:
2. Keluhan utama :
Biasanya klien datang ketempat pelayanan kesehatan dengan keluhan
gatal  pada kulitnya, intensitasnya gatal sering terasa pada malam hari.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya
kelainan sistenus internal seperti diabetes militus, kelainan darah atau
kanker, sistenus internal seperti diabetes militus, kelainan darah atau
kanker,  penggunaan preperat oral seperti aspirin terapi antibiotik
hormone.
4. Riwayar penyakit dahulu

10
Pruritus merupakan penyakit yang hilang atau timbul sehingga pada
Pruritus merupakan penyakit yang hilang atau timbul sehingga pada
riwayat penyakit dahulu sebagian besar pernah menderita penyakit
yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang.
5. Riwayat penyakit sekarang
Diduga dari faktor genitik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus
kecuali dalam keluarga ada kelainan sisitematik internal yang bersifat
hereditas dalam keluarga mungkin juga mengalami pruritus.
6. Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat juga disebabkan oleh faktor psikologik seperti setros
yang berkelebihan dalam keluarga atau lingkungan kerja.
7. Pemeriksaan fisik
KeadaanUmum : umumnya penderita datang dengan engan keadaan
sakit dan keadaan sakit dan gelisaha tau cemas akibat adanya
kerusakan integritas kulit yang dialami
Tanda tanda vital:
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
a. Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala dan rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan
perubahan warna rambut serta pemeriksaan tentang
luka. Jika ada  perubahan luka pada daerah tersebut,
menyebabkan timbulnya rasa nyeri luka dan kerusakan
kulit.
 Mata
Meliputi ke simetrisan, konjungtiva, reflek pupil
terhadap cahaya dan gangguan penglihatan.
 Hidung

11
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak
timbul pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
 Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering
 Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena bendaasing,
perdarahan dan serumen. Pada Pada penderita penderita
yang bet yang bet Rest dengan posisi miring maka,
kemungkinan akan terjadi terjadi ulkus ulkus di daera
daun telinga.
 Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada
tidaknya pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
b. Pemeriksaan dada dan toraks
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama
pernafasan,vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi
jantung, dan bunyi jantung tambahan, perkusi thorax untuk
mencari ketidak nor malan pada daerah thorax.
c. Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan
karena inmobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi
abdomen hypersonor
jika dispensi abdomen atau tegang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, erosi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya rasa gatal
5. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya lesih
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

12
C. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1. Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji inspeksi kulit, lihat
kulit berhubungan
keperawatan selama 1 x 24 jam adanya kemerahan.lesi dan
dengan adanya lesi,
masalah integritas kulit dapat erosi
erosi
teratasi dengan kriterial hasil: 2. Pantau kemungkinan

1. Lesih teratasi terjadinya inspeksi

2. Ruam kemerahan 3. Ajarkan klien untuk tidak

berkurang menggaruk terlalu keras

atau mengggaruk dengan

ujung jari dan telapak

tangan

4. Lakukan pemantauan pada

kulis secara berkala

5. Kolaborasi pemberian obat

sesuai indikasi dokter

2 Nyeriakut Setelah diberikan asuhan  Kaji nyeri secara


berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x 24 jam komprehensif (lokasi
agen cedera biologi
masalah nyeri akut dapat karakteristik, frekuensi,

teratasi dengan kriterial hasil: skala nyeri)

 Mengontrol nyeri  Ajarkan tentang Teknik non

 Mampu menggunakan farmakologi

tindakan pengurangan

13
nyeri tanpa analgetic  Anjurkan posisi klien

 Mampu mengenal nyeri  Monitor TTV

 Ttv dalam batas normal  Kolaborasi pemberian

analgetik jika ada keluhan

dan tindakan nyeri tidak

berhasil

3 Gangguan pola tidur Setelah diberikan tindakan 1. Kaji pola tidur pasien dengan

asuhan keperawatan masalah cara melakukan anamnesa

Gangguan pola tidur dapat 2. Anjurkan posis dan nyama bagi

teratasi dengan kriteria hasil: pasien untuk istirahat

 Jumlah jam tidur dalam 3. Kurangi kebisingan lingkungan

batas normal sekitar

 Perasaan segar sesudah 4. Kolaborasi pemeberian obat

tidur dan istirahat jika perlu

4. Ansietas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat kecemasan klien.

keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Beri kesempatan kepada klien

masalah Ansietas dapat teratasi untuk mengungkapkan

dengan kriteria hasil: perasaannya.

 Mengetahui tentang 3. Beri penjelasan kepada klien

penyakit yang diderita. dan keluarga tentang penyakit

 Mengetahui tentang yang dialami klien.

indakan pencegahan 4. Ciptakan lingkungan yang

tenang.

14
terhadap komplikasi. .

5. Risiko infeksi Setelah di lakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda-tanda


berhubungan dengan keperawatan diharapkan infeksi pada area yang
adanya lesih infeksi dapat di atasi klien gatal dan yang ada lesih
akan berkurang dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda
hasil: vital
a. Klien bebas dari tanda- 3. Edukasi untuk tetap
tanda infeksi memperhatikan area
b. Menunjukan yang gatal
kemampuan untuk 4. Awasi/ batasi
mencegah timbulnya pengunjung
infeksi 5. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
antibiotik
6. Gangguan citra tubuh Setelah diberikan asuhan 1. Kaji adanya ganguuan citra
berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x 24 jam tubuh(menghindari kontak
kerusakan integritas
masalah gangguan citra tubuh mata, ucapan merehndahkan
kulit
dapat teratasi dengan kriteria diri sendiri

hasil: 2. Beri kesempatan kepada

1. Klien dapat klien untuk mengungkapkan

menyesuaikan diri perasaaan mengenai

dengan perubahan gangguan citra tubub yang

kondisi tubuhnya dialami

3. Bantu klien dalam

mengembangkan

kemampuan untuk menilai

diri dan mengenali

15
masalahnya

4. Bantu dan motivasi klien

untuk beradaptasi dengan

kondisinya saat ini

DAFTAR PUSTAKA

16
NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC. Twycross R, Greaves MW,
Handwerker H, Jones EA, Libretto SE, Szepietowski JC, et al. Itch:
scratching more than the surface. QJM 2003;96:7-26.
Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume
2. EGC: Jakarta
David F Butler, MD, Jared J Lund, MD, 2010. Pruritus and Systemic
Disease. Diakses tanggal 16 Februari 2015, dari
www.emedicine.medscape.com
Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin: Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing
Interventions Classification : Fourth Edition. United States of America :
Mosby. Elvina PA.2011. Hubungan rasa gatal dan nyeri.

17

Anda mungkin juga menyukai