PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Pruritus
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pruritus
3. Untuk mengetahui etiologi Pruritus
4. Untuk mengetahui epidemiologi Pruritus
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Pruritus
6. Untuk mengetahui patofisiologi Pruritus
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Pruritus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Pruritus
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pruritus
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer
maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor
sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut
pruritus esensial (pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007)
Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak
menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan
lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri
ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai kelainan
kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).
2
2. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras
aferen penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan
serebrovaskuler.
3. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa
disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung
empedu yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid yang akan
memicu timbulnya pruritus.
4. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat
aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan
terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal.
(Twycross R et al, 2003)
2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
3
a. Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
b. Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c. Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
d. Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia), polycythaemia,
leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
5. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang
terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada
trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian
menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea,
dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus
kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus
dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit.
Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause.
Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid
nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan
sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus
pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit
akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap
pengobatan emollient. (Djuanda, 2007)
4
2.4 Epidemiologi Pruritus
5
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan
kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari
aktivitas menggaruk yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang
menebal). Apabila garukan dilakukan dengan menggunakan kuku dapat
menyebabkan ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan
rangsangan fisik dan mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan
kerusakan kulit oleh pruritogen. Penyakit sistemik seperti gangguan ginjal akan
meningkatkan ureum serum yang berkontribusi sebagai agen pruritogenik.
Gangguan metabolism seperti DM, hipertiroidisme dan hipotiroidisme juga
merupakan penyebab timbulnya pruritus, selain itu penyebab lainnya seperti
penyakit hepar akan menyebabkan kolestasis (sumbatan kantung empedu) yang
dapat meningkatkan sintesis senyawa opioid. Faktor lain seperti stress yang
6
juga berpengaruh terhadap timbulnya pruritus karena stress meningkatkan
sensitivitas respon imun, hal ini mengakibatkan sistem imun melepaskan
mediator inflamasi secara berlebihan dan menyebabkan substansi P
mensensitisasi nosiseptor secara kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu
faktor endogen lainnya disebabkan karena terpapar bahan allergen (pewangi,
pengawet, perhiasan, pewarna rambut, balsam, karet) akan mengakibatkan
reaksi imunologi (allergen terikat dengan protein membentuk antigen lengkap,
antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, antigen yang
telah diproses dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan
berploriferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan
sel memori, tersebar ke seluruh tubuh menyebabkan keadaan sensitivitas yang
sama di seluruh kulit tubuh, dan apabila terpapar bahan allergen kembali maka
akan menstimulasi ujung saraf bebas di dekat junction dermoepidermis,
kemudian merangsang epidermis dan percabangan serabut saraf tipe C tak
termielinasi. Selanjutya, korteks serebri mempersepsikan stimulus gatal
melalui jaras asenden yang memicu timbulnya pruritus dan adanya scratch
reflexes (reflex garuk akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi
serabut saraf C hingga dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga
menjadi patofisiologi pruritus yang disebabkan oleh faktor eksogen
(lingkungan yag mengakibatkan kulit kering) serta faktor endogen (stress
psikologik, hormonal, dan penyakit sistemik).
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa
nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan
garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip
sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan
kornea (Sher, 1992 dalam Brunner&Suddart 2002).
7
dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal. Pruritus juga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat kerusakan kulit
(erosi, ekskeriasi) yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.
8
5 AFP Peningkatan level Kolestasis Prurius
Bilirubin Kolestasis
direk,
indirek
6 USG Obstruksi bilier primer Kolestasis
Abdomen
-
7 Level TSH, TSH menurun, Hipertiroidisme Pruritus
T3-bebas T3-bebas Endokrin
meningkat
-
TSH Hipotiroidisme
meningkat, T3-
bebas menurun
8 Chest Limfadenopati Hodgkin Pruritus
Radiography mediastinum lymphoma malignansi
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien
sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara
panas. Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan
menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan
reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal.
9
menimbulkan efek antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat,
maka ini lebih disebabkan penekanan efek inflamasi.
5) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat
mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
b. Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal
cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu:
1) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin
atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa
pasien.
2) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus
yang efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang
lebih parah.
3) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali
pada pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin.
Contohnya adalah urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung
penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang dapat
digunakan karena efek penenangnya tersebut
4) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa
jenis pruritus kronik.
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis
H1, agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis
PAR-2. Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk
gatalneuropati), talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor
uptake serotonin, dan opioid miu antagonis atau agonis kappa (Burton G,
2006)
10
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera
setelah mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap
keringat.
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan
keringat berlebihan.
g. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
h. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
i. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.
11
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tn.B
Umur : 60 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Status perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Br. Ulundesa, Beratan Kediri Tabanan
Tanggal masuk : 12 Februari 2015
Tanggal pengkajian : 12 Februari 2015
Sumber Informasi : Pasien
Diagnosa masuk : Dermatitis kontak allergen
2. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama:
Gatal di seluruh tubuh.
12
ini, pasien mengatakan bahwa intensitas gatal meningkat pada
malam hari dan gatal tidak terasa saat bekerja. Semenjak terdapat
lesi akibat garukan, pasien akhirnya memeriksakan gatalnya ke
rumah sakit.
13
sehari dan pasien dapat menghabiskan air kurang lebih 6 gelas perhari
atau sekitar 1500ml/hari.
c. Pola eliminasi:
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, dan pasien mengatakan BAK 5-6x /hari dengan
kosistensi warana kuning darah (-), nyeri (-).
f. Pola kognitif-perseptual
Pasien mengatakan tidak memiiki masalah pada panca inderanya
seperti perabaan, penghidu, pengecap, penglihatan dan pendegaran
pasien.
14
Peran : pasien mengatakan bahwa dalam keluarga, ia
berperan sebagai kepala rumah tangga yang
memimpin, mengayomi, dan menafkahi keluarga.
Namun, dalam masyarakat, pasien berperan
sebagai anggota banjar yang cukup aktif terutama
dalam menghadiri rapat.
i. Pola peran-hubungan
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit hubungan dengan
keluarganya baik. Keluarga mendukung pasien terutama dalam
penyembuhan ke tenaga kesehatan.
k. Pola keyakinan-nilai
15
Pasien mengatakan bahwa ia menganut agama hindu dan sembahyang
secara rutin yaitu 1-2x sehari. Saat ditanya berkaitan dengan
kepercayaan, pasien memiliki kepercayaan bahwa balian dapat
menyembuhkan penyakit. Namun, berkaitan dengan kepercayaan yang
dapat mengganggu kesehatannya misalnya larangan memotong rambut
dan kuku selama sakit, pasien dan keluarganya cukup percaya akan
tetapi belum pernah menerapkan larangan tersebut selama ia gatal-
gatal.
16
g) Level TSH, T3-bebas
h) Chest Radiography
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisis Data
menggunakan
sabun mandi Merangsang epidermis dan
percabangan saraf tipe C tak
dengan merk baru termielinasi
dan sejak itu sering
Korteks serebri
merasakan gatal
mempersepsikan gatal
yang hilang timbul.
17
Menimbulkan ruam dan lesi
terlihat adanya
ruam di tangan,
kaki, hingga kulit
abdomen.
- Pada bagian sekitar
lutut, ditemukan
Kerusakan Integritas Kulit
adanya eksoriasi
(goresan).
2. DS:
- Pasien mengatakan Gangguan Rasa
rasa gatal yang Nyaman
meningkat di
malam hari
menyebabkan sulit
tidur.
- Pasien mengatakan
tidak mampu untuk
relaks.
DO:
- Pasien terkadang
tampak merintih
karena lesi pada
bagian lutut.
- Pasien tampak
gelisah karena
pruritus yang
dirasakannya.
Korteks serebri
mempersepsikan gatal
18
3. DS:
- Pasien mengatakan Gangguan Citra
malu akibat adanya Tubuh
bekas lesi karena
garukan, terutama
di bagian kaki.
DO:
- Pasien tampak
menutupi bagian
yang gatal-gatal
dengan
mengenakan celana
panjang dan baju
berlengan panjang.
19
4. DS:
- Pasien mengatakan Defisiensi
selalu menggaruk Pengetahuan
bagian kulit yang
gatal dengan kuku,
kecuali pada bagian
yang terasa perih
digaruk dengan
telapak tangan.
- Pasien mengatakan
telah mengalami
gatal-gatal selama
kurang lebih 1
bulan, akan tetapi
tidak mengerti cara
menanganinya. Defisiensi
Pengetahuan
DO:
- Pasien merupakan
lulusan SD.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (bahan atau komposisi sabun)
ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (lesi, erosi, dan rash).
20
perubahan pandangan tentang tubuh individu dalam penampilan
(mengenakan celana panjang dan baju lengan panjang untuk menutupi
bagian kulit yang ruam).
21
22