Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pruritus adalah suatu sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan
rangsangan untuk menggaruk. Pruritus merupakan gejala dan pelbagai
penyakin kulit. Pruritus senilis sering terjadi pada orang tua dengan usia 60
tahun atau lebih. Penyebab paling sering dari pruritis senilis adalah kulit yang
sangat kering (xerosis kutis atau xerodermia). Selain itu juga disebabkan oleh
degenerasi atrofi serta menurunnya fungsi kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan, seperti gosokan dengan
pakaian atau perubahan suhu di sekitar penderita. Pruritus merupakan gejala
dari berbagai penyakit. Oleh karenanya penting untuk mengetahui penyebab
dari gejala tersebut

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Pruritus?
2. Apa saja klasifikasi Pruritus?
3. Apa etiologi Pruritus?
4. Apa epidemiologi Pruritus?
5. Apa saja manifestasi klinis Pruritus?
6. Bagaimana patofisiologi Pruritus?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang Pruritus?
8. Bagaimana penatalaksanaan Pruritus?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pruritus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Pruritus
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pruritus
3. Untuk mengetahui etiologi Pruritus
4. Untuk mengetahui epidemiologi Pruritus
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Pruritus
6. Untuk mengetahui patofisiologi Pruritus
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Pruritus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Pruritus
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pruritus

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pruritus

Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang


paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya
dengan garukan (Brunner dan Suddarth, 2002).

Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer
maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor
sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut
pruritus esensial (pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007)

Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak
menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan
lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri
ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai kelainan
kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).

2.2 Klasifikasi Pruritus

Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:


1. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau
alat dalam dan dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa bersifat
psikogenik yang disebabkan oleh kompenen psikogenik yang
memberikan stimulasi pada itch centre.
2. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit
sistemik, pada pruritus sistemik toksin-toksin metabolik mungkin
tertimbun di cairan interstisium dibawah kulit. (Djuanda A., 2007)
Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4 kategori,
yaitu:
1. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat
adanya pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta
terjadi kerusakan kulit.

2
2. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras
aferen penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan
serebrovaskuler.
3. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa
disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung
empedu yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid yang akan
memicu timbulnya pruritus.
4. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat
aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan
terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal.
(Twycross R et al, 2003)

2.3 Etiologi Pruritus

Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.


1. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing),
dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem,
sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies,
pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang membuat kulit
lembab atau kering.
2. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan
ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan
stress psikologis yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun.
Seringkali kausa secara klinis belum diketahui.
(Moscella, 1986)

Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum,


penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Penyebabnya beragam, diantaranya:
a. Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
b. Punggung : Notalgia paraesthetica
c. Lengan : Brachioradial pruritus
d. Tangan : Dermatitis tangan, dll.

2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus

3
a. Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
b. Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c. Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
d. Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia), polycythaemia,
leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.

3. Gangguan pada kulit


Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam.
Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, kulit kering,
prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu,
scabies, miliaria, dan sunburn.

4. Pajanan terhadap factor tertentu


Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam
dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau
bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan
obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).

5. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang
terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada
trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian
menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea,
dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus
kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus
dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit.
Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause.
Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid
nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan
sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus
pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit
akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap
pengobatan emollient. (Djuanda, 2007)

4
2.4 Epidemiologi Pruritus

Pruritus mengenai 20% orang dewasa di Amerika Serikat dengan sekitar


40-50% di dasari oleh penyakit penyerta sitemik :
1. Renal pruritus mengenai sekitar 60% pasien CRF yang mendapat HD.
Pasien yang tidak mendapat HD prevalansinya sekitar 30%.
2. Pasien kolestasis dengan sirosis bilier primer 60% mengalami pruritus.
3. Pasien polisitemia vera 48-70% mengalami pruritus aquagenik.
4. Hipertiroidisme menyebabkan priritus sekitar 4-11%, umumnya pada pasien
yang tidak mendapat terapi/penanganan adekuat. Sedangkan prevalensi
pruritus untuk hipotiroidisme dan DM tidak diketahui dengan pasti karena
lebih jarang terjadi.

5. Prevalensi pruritus yang berhubungan dengan keganasan sangat sedikit,


sekitar 1-8%. Didominasi oleh Hodgkin limfoma sekitar 35% dari jumlah
keseluruhan dan 10% oleh non-hodgkin lymphoma (NHL).

2.5 Manifestasi Klinis Pruritis

Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus adalah


1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari

Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk yang biasanya


dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering
dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien teralih pada aktivitas
sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-hal yang bisa mengalihkan
perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang ringan sekalipun tidak
mudah diabaikan.

2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit

5
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan
kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari
aktivitas menggaruk yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang
menebal). Apabila garukan dilakukan dengan menggunakan kuku dapat
menyebabkan ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.

3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada individu


dan menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang
terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar.

2.6 Patofisiologi Pruritis

Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan
rangsangan fisik dan mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan
kerusakan kulit oleh pruritogen. Penyakit sistemik seperti gangguan ginjal akan
meningkatkan ureum serum yang berkontribusi sebagai agen pruritogenik.
Gangguan metabolism seperti DM, hipertiroidisme dan hipotiroidisme juga
merupakan penyebab timbulnya pruritus, selain itu penyebab lainnya seperti
penyakit hepar akan menyebabkan kolestasis (sumbatan kantung empedu) yang
dapat meningkatkan sintesis senyawa opioid. Faktor lain seperti stress yang

6
juga berpengaruh terhadap timbulnya pruritus karena stress meningkatkan
sensitivitas respon imun, hal ini mengakibatkan sistem imun melepaskan
mediator inflamasi secara berlebihan dan menyebabkan substansi P
mensensitisasi nosiseptor secara kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu
faktor endogen lainnya disebabkan karena terpapar bahan allergen (pewangi,
pengawet, perhiasan, pewarna rambut, balsam, karet) akan mengakibatkan
reaksi imunologi (allergen terikat dengan protein membentuk antigen lengkap,
antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, antigen yang
telah diproses dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan
berploriferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan
sel memori, tersebar ke seluruh tubuh menyebabkan keadaan sensitivitas yang
sama di seluruh kulit tubuh, dan apabila terpapar bahan allergen kembali maka
akan menstimulasi ujung saraf bebas di dekat junction dermoepidermis,
kemudian merangsang epidermis dan percabangan serabut saraf tipe C tak
termielinasi. Selanjutya, korteks serebri mempersepsikan stimulus gatal
melalui jaras asenden yang memicu timbulnya pruritus dan adanya scratch
reflexes (reflex garuk akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi
serabut saraf C hingga dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga
menjadi patofisiologi pruritus yang disebabkan oleh faktor eksogen
(lingkungan yag mengakibatkan kulit kering) serta faktor endogen (stress
psikologik, hormonal, dan penyakit sistemik).

Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa
nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan
garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip
sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan
kornea (Sher, 1992 dalam Brunner&Suddart 2002).

Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine


oleh ujung saraf yang memperberat pruritus yang selanjutnya menghasilkan
rasa gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh
penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya,
namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi kulit apapun. Keadaan ini
disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan yang cepat, bisa berat

7
dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal. Pruritus juga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat kerusakan kulit
(erosi, ekskeriasi) yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Pruritis

Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus


walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik
tertentu. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kemungkinan
pruritus karena penyakit penyerta sistemik antara lain :

No. Jenis Temuan Penyerta Jenis


Pemeriksaan Sistemik Pruritus
-
1 Hitung darah Hct > 65% Polisitemia Pruritus
-
Peningkatan
lengkap Vera Hematologis
MCV, >98 fl
(CBC) -
RBC normal Anemia
atau <2,8 defisiensi besi
juta/mm3
-
Hb menurun,
<10gr/dl
-
Penurunan
MCV, MCH,
MCHC
2 Kadar Peningkatan, Polisitemia
vitamin B12 >900pg/ml Vera
serum
3 TIBC (Total Peningkatan, >360 g/dl Anemia
Iron Binding defisiensi besi
Capacity)
-
4 BUN (Blood BUN > 40 CRF Pruritus
Urea mmol/l Renal
Nitrogen), atau>120 mg%
-
Level serum
serum
kreatinin
kreatinin
>90 mmol/l
atau >10 mg%

8
5 AFP Peningkatan level Kolestasis Prurius
Bilirubin Kolestasis
direk,
indirek
6 USG Obstruksi bilier primer Kolestasis
Abdomen
-
7 Level TSH, TSH menurun, Hipertiroidisme Pruritus
T3-bebas T3-bebas Endokrin
meningkat
-
TSH Hipotiroidisme
meningkat, T3-
bebas menurun
8 Chest Limfadenopati Hodgkin Pruritus
Radiography mediastinum lymphoma malignansi

2.8 Penatalaksanaan Medis pruritis

Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien
sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara
panas. Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan
menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan
reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal.

Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu


sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan,
terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan
perasaan lega pada penderita, yaitu:

1. Penatalaksanaan secara medis :


a. Pengobatan topical:
1) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang
kering dan memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena
mengandung phenols.
2) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi
dingin.
3) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
4) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik cenderung tidak

9
menimbulkan efek antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat,
maka ini lebih disebabkan penekanan efek inflamasi.
5) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat
mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.

b. Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal
cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu:
1) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin
atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa
pasien.
2) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus
yang efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang
lebih parah.
3) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali
pada pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin.
Contohnya adalah urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung
penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang dapat
digunakan karena efek penenangnya tersebut
4) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa
jenis pruritus kronik.
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis
H1, agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis
PAR-2. Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk
gatalneuropati), talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor
uptake serotonin, dan opioid miu antagonis atau agonis kappa (Burton G,
2006)

2. Penatalaksanaan secara keperawatan :


Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah
faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang
menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya
Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak
tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak
tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit
kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:

10
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera
setelah mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap
keringat.
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan
keringat berlebihan.
g. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
h. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
i. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRURITUS KARENA


DERMATITIS KONTAK ALERGEN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
 Nama : Tn.B
 Umur : 60 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Buruh
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Hindu
 Suku : Bali
 Alamat : Br. Ulundesa, Beratan Kediri Tabanan
 Tanggal masuk : 12 Februari 2015
 Tanggal pengkajian : 12 Februari 2015
 Sumber Informasi : Pasien
 Diagnosa masuk : Dermatitis kontak allergen

2. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama:
Gatal di seluruh tubuh.

 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini:


Klien datang dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh
disertai rash. Pada bagian lutut pasien terdapat lesi yang
diakibatkan karena garukan yang kontinu dan keras. Pasien
mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu
sejak pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang
berbeda. Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan gatalnya
karena menganggap bahwa gatal akan segera sembuh. Dalam hal

12
ini, pasien mengatakan bahwa intensitas gatal meningkat pada
malam hari dan gatal tidak terasa saat bekerja. Semenjak terdapat
lesi akibat garukan, pasien akhirnya memeriksakan gatalnya ke
rumah sakit.

b. Status Kesehatan Masa Lalu


 Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah gatal-gatal sebelumnya.
 Riwayat alergi
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami riwayat alergi.

3. Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular
seperti Asma, HIV, dan Hepatitis.

4. Riwayat pengobatan atau terpapar zat


Pasien mengatakan tidak pernah memeriksakan dan mengobati gatalnya
karena menganggap bahwa gatal akan segera sembuh, dan pasien
mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu sejak
pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda

5. Pola Fungsional Gordon


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
Pasien mengatakan tidak pernah minum obat sebagai bentuk
penanganan terhadap penyakitnya maupun ke dokter untuk
mengkonsultasikan gatalnya. Pasien mengatakan tidak mengetahui
penyebab spesifik dari penyakit yang dialaminya. Dalam hal
menghadapi penyakit, pasien dan keluarga jarang berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan dan lebih sering pergi ke balian untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi, namun pasien tidak
mengetahui cara mengatasi agar rasa gatalnya berkurang. Pasien juga
binggung saat melihat beberapa bagian kulitnya berwarna kemerahan.
Masalah keperawatan: Defisiensi Pengetahuan

b. Nutrisi atau metabolik:


Pasien mengatakan pola makan pasien baik, pasien dapat
menghabiskan 1 porsi makanan orang dewasa sebanyak 2-3 kali

13
sehari dan pasien dapat menghabiskan air kurang lebih 6 gelas perhari
atau sekitar 1500ml/hari.

c. Pola eliminasi:
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, dan pasien mengatakan BAK 5-6x /hari dengan
kosistensi warana kuning darah (-), nyeri (-).

d. Pola aktivitas dan latihan


Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan aktivitas. Pasien sehari-
hari menjalankan aktivitas sebagai buruh dimulai dari pukul 08.00
WITA, beristirahat selama 30 menit dari pukul 12.00 WITA dan
kembali ke rumah pukul 17.00 WITA, dan pasien mengatakan saat dia
bekerja (melalukan aktivitas) rasa gatalnya tidak terasa.

e. Pola tidur dan istirahat:


Pasien mengatakan pada saat aktivitasnya berkurang (malam hari),
pasien merasa bahwa gatal pada kulitnya memiliki intensitas yang
meningkat.
Masalah keperawatan: ganguan rasa nyaman

f. Pola kognitif-perseptual
Pasien mengatakan tidak memiiki masalah pada panca inderanya
seperti perabaan, penghidu, pengecap, penglihatan dan pendegaran
pasien.

g. Pola persepsi diri/konsep diri


Citra diri : pasien mengatakan menyukai semua bagian
tubuh pasien, terutama bagian rambut yang hitam.
Namun, semenjak pasien mengalami gatal-gatal,
ia merasa kesal saat melihat kulitnya yang
kemerahan terutama bagian yang terkelupas
karena digaruk.

Identitas : pasien mengenal dengan jelas dirinya, dimana


pasien tinggal, serta mengenal setiap anggota
keluarganya.

14
Peran : pasien mengatakan bahwa dalam keluarga, ia
berperan sebagai kepala rumah tangga yang
memimpin, mengayomi, dan menafkahi keluarga.
Namun, dalam masyarakat, pasien berperan
sebagai anggota banjar yang cukup aktif terutama
dalam menghadiri rapat.

Ideal diri : pasien sempat bercerita bahwa ia bercita-cita


untuk bisa diterima bekerja di kota. Namun, untuk
saat ini, salah satu keinginan pasien adalah
sembuh dari gatal-gatal yang dialaminya sehingga
ia bisa kembali bekerja.

Harga diri : pasien mengatakan malu dengan penyakitnya


sehingga pasien selalu memakai kemeja panjang
untuk menutupi kulitnya.
Masalah keperawatan: gangguan citra tubuh

h. Pola seksual dan reproduksi


Pasien mengatakan sudah menikah dan berjenis kelamin laki-laki.
Dalam hal ini, pasien dianugerahi 2 anak dalam pernikahannya. Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami penyakit pada organ reproduksi,
misalnya gatal hingga urin berwarna tidak normal.

i. Pola peran-hubungan
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit hubungan dengan
keluarganya baik. Keluarga mendukung pasien terutama dalam
penyembuhan ke tenaga kesehatan.

j. Pola manajemen koping stress


Pasien mengatakan ia dapat mengalihkan masalah yang dihadapinya
dan saat pasien tidak nyaman, pasien mampu untuk mengatasi
ketidaknyamanan tersebut. Dalam hal keluhannya saat ini, pasien tidak
mengalami stress psikologis yang berarti walaupun ia merasa tidak
nyaman dengan gatal-gatal yang dialaminya.

k. Pola keyakinan-nilai

15
Pasien mengatakan bahwa ia menganut agama hindu dan sembahyang
secara rutin yaitu 1-2x sehari. Saat ditanya berkaitan dengan
kepercayaan, pasien memiliki kepercayaan bahwa balian dapat
menyembuhkan penyakit. Namun, berkaitan dengan kepercayaan yang
dapat mengganggu kesehatannya misalnya larangan memotong rambut
dan kuku selama sakit, pasien dan keluarganya cukup percaya akan
tetapi belum pernah menerapkan larangan tersebut selama ia gatal-
gatal.

6. Pengkajian 7 ciri lesi kulit


a) Pasien gatal-gatal pada seluruh tubuh dan terdapat rash. Pada bagian
lutut pasien terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang
kontinu dan keras.
b) Pasien mengatakan tidak menderita alergi, asma sebelumnya.
c) Pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu
sejak pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda,
sehingga pasien terdapat bintik kemerahan pada kulitnya.
d) Pasien mengatakan terjadi bintik-bintik kemerahan dan rasa gatal pada
kulitnya. Pasien tidak tahan dengan gatalnya sehingga pasien
menggaruk-garuk kulitnya sehingga terdapat lesi pada lututnya.
e) Lesi pasien tersebut muncul akibat garukan yang terlalu kontinu dan
keras
f) Pasien mengatakan sebelumnya menggunakan sabun dengan merek
yang berbeda sejak 1 bulan yang lalu.
g) Pasien mengatakan bekerja di bawah paparan sinar matahari tetapi
pasien tidak pernah gatal-gatal pada kulitnya. Pasien juga mengatakan
sejak mengganti merek sabun yang berbeda sejak 1 bulan yang lalu
pasien menjadi gatal-gatal pada tubuhnya.
7. Pemeriksaan diagnostik
a) Hitung darah lengkap (CBC)
b) Kadar vitamin B12 serum
c) TIBC (Total Iron Binding Capacity)
d) BUN (Blood Urea Nitrogen), serum kreatinin
e) AFP Bilirubin direk, indirek
f) USG Abdomen

16
g) Level TSH, T3-bebas
h) Chest Radiography

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Analisis Data

NO. DATA INTERPRETASI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS: Terpapar bahan allergen
- Pasien mengeluh (sabun mandi) Kerusakan Integritas
gatal dan intensitas Kulit
Reaksi imunologi: allergen
gatal bertambah di terikat dengan protein
membentuk antigen lengkap
malam hari.
- Pasien mengatakan Antigen ditangkap dan diproses
selalu menggaruk oleh makrofag dan sel
Langerhans
bagian yang gatal.
- Pasien mengatakan Dipresentasekan oleh sel T
jika gatal
Sel T berdiferensiasi membentuk sel
menggaruk dengan T efektor dan tersensitisasi seecara
kuku, namun spesifik dan sel memori

terkadang juga Tersebar ke sirkulasi dan sensitivitas


sama di seluruh kulit
dengan telapak
tangan. Terpapar allergen kembali
- Pasien mengatakan Stimulasi ujung saraf bebas di
bahwa telah 1 bulan dekat junction dermoepidermal

menggunakan
sabun mandi Merangsang epidermis dan
percabangan saraf tipe C tak
dengan merk baru termielinasi
dan sejak itu sering
Korteks serebri
merasakan gatal
mempersepsikan gatal
yang hilang timbul.

Scratch reflex (refleks


DO: menggaruk)
- Pada inspeksi kulit,
Inflamasi sel dan pelepasan
histamine oleh ujung saraf

17
Menimbulkan ruam dan lesi

terlihat adanya
ruam di tangan,
kaki, hingga kulit
abdomen.
- Pada bagian sekitar
lutut, ditemukan
Kerusakan Integritas Kulit
adanya eksoriasi
(goresan).

2. DS:
- Pasien mengatakan Gangguan Rasa
rasa gatal yang Nyaman
meningkat di
malam hari
menyebabkan sulit
tidur.
- Pasien mengatakan
tidak mampu untuk
relaks.

DO:
- Pasien terkadang
tampak merintih
karena lesi pada
bagian lutut.
- Pasien tampak
gelisah karena
pruritus yang
dirasakannya.

Korteks serebri
mempersepsikan gatal

Gangguan Rasa Nyaman

18
3. DS:
- Pasien mengatakan Gangguan Citra
malu akibat adanya Tubuh
bekas lesi karena
garukan, terutama
di bagian kaki.

DO:
- Pasien tampak
menutupi bagian
yang gatal-gatal
dengan
mengenakan celana
panjang dan baju
berlengan panjang.

Scratch reflex (refleks


menggaruk)

Inflamasi sel dan pelepasan


histamine oleh ujung saraf

Menimbulkan ruam dan lesi

Gangguan Citra Tubuh

19
4. DS:
- Pasien mengatakan Defisiensi
selalu menggaruk Pengetahuan
bagian kulit yang
gatal dengan kuku,
kecuali pada bagian
yang terasa perih
digaruk dengan
telapak tangan.
- Pasien mengatakan
telah mengalami
gatal-gatal selama
kurang lebih 1
bulan, akan tetapi
tidak mengerti cara
menanganinya. Defisiensi
Pengetahuan
DO:
- Pasien merupakan
lulusan SD.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (bahan atau komposisi sabun)
ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (lesi, erosi, dan rash).

2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit dermatitis kontak


allergen (gatal-gatal yang tidak dapat diabaikan) dan risiko munculnya
manifestasi sekunder seperti ekskoriasi, infeksi, dan perubahan
pigmentasi) ditandai dengan gangguan pola tidur, melaporkan rasa gatal.

3. Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis adanya


pruritus) ditandai dengan mengungkapkan persepsi yang mencerminkan

20
perubahan pandangan tentang tubuh individu dalam penampilan
(mengenakan celana panjang dan baju lengan panjang untuk menutupi
bagian kulit yang ruam).

4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan keterbatasan


kognitif (lulusan SD) ditandai dengan mengungkapkan masalah (dan
tidak memahami cara menangani pruritus).

21
22

Anda mungkin juga menyukai