Adapun hasil dari perancangan mesin inkubator penetas telur otomatis ini
adalah sebagai barikut.
(a) (b)
(c)
Gambar 4. 1 (A) Desain 3D, (B) Hasil Pembuatan, (c) Bagian Dalam Ruangan
40
Pada rancangan ini dipilih karena mesin inkubator penetas telur otomatis ini
memiliki bentuk yang simple dan tidak sulit dalam pembuatan, selain itu
mesin inkubator penetas telur otomatis model seperti ini memiliki bahan-
bahan yang sangat sederhana sehingga tidak terlalu memakan banyak biaya
dalam proses pembuatannya. Adapun komponen-komponen yang terpasang
pada mesin inkubator penetas telur otomatis adalah sebagai berikut:
2 Lampu pijar
41
4 Kipas
Gambar 4. 5 Kipas
5 Timer
6 Thermometer raksa
7 Thermo-hygrometer digital
Gambar 4. 8 Thermo-hygrometer
digital
42
Adapun spesifikasi yang dapat diperoleh pada mesin inkubator penetas telur
otomatis adalah sebagai berikut:
No Klasifikasi Ukuran
2 Kapasitas 30 butir
43
1 buah ukuran kecil
9 Nampan air
1 buah ukuran besar
Minimal: 37o C
10 Suhu
Maksimal: 38o C
Adapun cara kerja dari mesin inkubator penetas telur otomatis ini adalah
sebagai berikut:
44
4. Cara kerja timer adalah mengatur waktu perputaran pada motor penggerak
rak yang dihubungkan langsung ke rak telur agar terjadi pergeseran pada
rak sehingga telur dapat berputar dengan sendirinya. Kerja timer ini sudah
di setting setiap 3 jam sekali untuk memutar motor penggerak rak
beberapa detik. Timer ini juga memiliki kegunaan lainnya yang dapat
meneruskan energi listrik ke kipas selama 24 jam, yang dimana fungsi
kipas ini adalah suhu panas pada ruangan mesin inkubator dapat merata di
semua tempat.
Jumlah daya yang terpakai per harinya dapat dilihat pada tabel dibawah
24 25 2 1200
Thermostat digital 24 0,035 1 0,84
Timer 24 2 1 48
Motor penggerak
12 4 1 48
rak
Kipas 24 1,68 1 40,32
Inveter 24 0,42 1 10,08
Controler 12 3,6 1 43,2
TOTAL 2.470,44
45
4.3.2 Perhitungan kebutuhan baterai
2.470,44
I= =205,87 Ah
12
205,87
Jumlahbaterai= =2,058 ≈ 2
100
2400
Total= =3
800
46
Untuk menghitung kebutuhan solar charge controller, maka kita harus
mengetahui dulu karakteristik dan spesifikasi dari panel surya, biasanya
pada panel surya terdapat spesifikasi seperti disajikan pada table 4.1
sebagai berikut:
No Spesifikasi Besaran
1 Maximum Power (Pmax) 100 W
2 Optimum Power Voltage (Vmp) 17,8 V
3 Optimum Operation Current (Imp) 5,62 A
4 Open Circuit Voltage (Voc) 21,8 V
5 Short circuit current (Isc) 6,05 A
6 Backig (Brand Type) SUNASIA
7 Jenis Polycrystalline
8 Kuat arus kontroler 6,05 A
Dari spesifikasi yang telah kita ketahui yang harus diperhatikan adalah
angka Isc (short circuit current), yang mana nilainya akan kita kalikan
dengan jumlah panel surya, sehingga hasilnya merupakan nilai minimal
dari charge controller yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini
menggunakan 1 panel surya 100 Wp, maka kita akan butuh kontroler
yang mempunyai kuat arus:
I =6,05 A ×3=18,15 A
Jadi kuat arus yang dibutuhkan adalah 18,15 A, akan tetapi sebaiknya
digunakan controller yang 20 A agar lebih aman.
Spesifikasi inverter harus sesuai dengan tegangan kerja dari sistem dan
tegangan pada beban AC, beberapa inverter memiliki kemampuan
efisiensi daya yang berbeda-beda dari daya maksimum yang hasilkan.
47
Maksud dari efisiensi daya tersebut adalah besaran daya sesungguhnya
(murni) yang dapat serap atau dipakai untuk konsumsi/ pemakaian
beban. Dan inverter yang baik adalah inverter yang mampu
menghasilkan efisiensi tinggi (sekitar 85% - 90% ke atas) dari besar
daya yang maksimum. misalnya inverter dengan kapasitas 1000 watt
dengan efisiensi 90%, artinya dari kemampuan daya maksimum inverter
sebesar 1000 watt tersebut, batas maksimum daya yang dapat dipakai
adalah sebesar 900 watt saja. (90% dari 1000 watt)
48
Gambar 4. 10 Baterai 12V 65Ah
20 A
SCC 20 A
PSW
Inverter
1000 watt
Gambar 4. 12 Inverter
Dari perhitungan jumlah modul surya, controler (SCC), baterai 12V dan
inverter, maka besar investasi yang diperlukan untuk penerapan
pembangkit listrik tenaga surya pada mesin inkubator penetas telur
otomatis adalah sebagai berikut:
49
Harga Total
No Barang Jenis Jumlah
satuan (Rp) (Rp)
Modul
1 100 WP 3 700.000 2.100.000
surya
Baterai
2 100 Ah 2 2.300.000 4.600.000
SCC
3 20A 1 50.000 50.000
50
dilakukan untuk mengetahui apakah system hybrid pada penelitian ini
berfungsi dengan baik atau tidak.
On On PLTS Beroperasi
On Off PLN Beroperasi
Off On PLTS Beroperasi
Off Off - Tidak beroperasi
51
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4. 14 pengujian sistem ATS
a. apabila kedua suplai dihidupkan keduanya maka listrik PLTS
sebagai sumber utama beroperasi sedangkan sumber listrik PLN
sebagai cadangan tidak beroperasi secara otomatis sehingga yang
digunakan untuk suplai listrik ke beban adalah sumber PLTS dan
kondisi mesin inkubator penetas telur otomatis dalam keadaan
beroperasi.
b. Apabila sumber listrik PLTS mengalami kehabisan energi listrik
maka alat ATS secara otomatis switching ke sumber listrik PLN dan
langsung terhubung ke beban untuk mengoperasikan mesin
inkubator penetas telur otomatis.
52
c. Sebaliknya, apabila sumber listrik PLN mengalami pemadaman
listrik dan sumber listrik PLTS masih memiliki energi yang
tersimpan di baterai maka alat ATS secara otomatis switching dari
sumber listrik PLTS ke beban untuk mengoperasikan mesin
inkubator.
d. Apabila sumber listrik PLN dan PLTS tidak ada yang mensuplai
energi listrik ke beban maka kondisi mesin inkubator penetas telur
otomatis tidak dapat beroperasi.
53
3 13.97 1.5 20.955
9 14.67 3 44.010
Dari hasil pengukuran modul surya 100 Wp mulai dari hari ke-1 sampai
hari ke-21, daya yang diperoleh sangat bervariatif dimulai dari yang
terendah di hari ke-7 ialah 6,853 Watt, hingga puncak tertinggi pada
hari ke-10 yaitu 55,301 Watt.
54
Dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari thermostat
digital XH-W3001 dalam mendeteksi suhu didalam ruangan mesin
inkubator penetas telur dengan nilai minimal suhu 37o C dan nilai
maksimal suhu 38o C yang berfungsi sebagai indikator pengatur untuk
menyalakan lampu pijar. Berikut adalah data hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel dibawah:
Waktu yang
Suhu Status suhu Lampu pijar
ditempuh
37 o C → 38o C Naik Menyala 01:23 menit
o o
38 C → 37 C Turun Mati 13:42 menit
55
Gambar 4. 16 Rak telur tipe geser
Rak telur yang dirancang adalah tipe rak geser, yaitu rak yang dapat
membalikkan telur dengan cara menggeserkan rak tersebut. Pada
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah telur membalikkan
dengan sendirinya.
Temperatur Kelembapan
No udara di dalam
Di dalam ruangan Di luar ruangan mesin inkubator
mesin inkubator mesin inkubator
1 37.7 33.5 80%
56
3 37.9 28.3 57%
5 38 33.1 63%
7 38 33.1 58%
13 37.7 33 54%
18 38 32.6 69%
Rata
37.8 31.5 60%
-rata
57
Berdasarkan hasil data diatas, untuk memperoleh proses penetasan yang
sempurna dengan baik dan sehat diperlukan suatu kondisi temperatur
yang stabil pula, Mesin penetas telur diberikan temperatur dan
kelembaban dalam mesin penetas mulai hari pertama sampai hari ke-20
(menetaskan telur) yaitu diperoleh rata-rata dengan temperatur di dalam
ruangan adalah 37,8° C dan kelembaban 60%, dimana temperatur di
luar ruangan memiliki rata - rata yaitu 31.5° C.
Pada hari ke-17 sampai hari penetasan telur dilakukan dengan suhu
temperatur yang stabil didalam ruangan yaitu 37.8o C, sedangkan
kelembapan ditingkatkan dengan menggunakan nampan ukuran besar
58
agar nilai kelembapan naik menjadi antara 60% - 70%. Juga dilakukan
penyemprotan setiap 2 kali sehari di pagi dan sore hari agar telur
menjadi lunak, sehingga calon anak ayam lebih mudah keluar dari
cangkang telur.
Pada hari ke-19 terdapat menetasnya 1 butir telur dan beberapa telur
mulai retak yang berarti tandanya mau menetas. Pada hari ke-20 telur
yang menetas bertambah yaitu 14 butir telur. Pada hari ke-21 telur yang
menetas bertambah lagi 12 butir telur, maka jumlah telur yang menetas
adalah 27 butir dan jumlah telur yang gagal menetas adalah 1 butir.
Sehingga persentase keberhasilan menetaskan telur ayam dengan
menggunakan mesin inkubator penetas telur ini adalah sebesar 96,43%.
59
tinggi (didalam ruangan mesin inkubator) ke daerah bertemperatur
rendah (diluar ruangan mesin inkubator).
T1 = 37,8° C = 310,95 K
T2 = 31.5° C = 304,65 K
x = 10 mm = 0,01 m
k = 0,21 W/m K
Maka,
( 310,95−304,65 ) 6,3
Q= = =134,04 W
0,01 0,047
0,21
60
ulang air pada nampan dengan hati – hati agar tidak tumpah di lantai
mesin tetas.
b. Setelah selesai menggunakan mesin inkubator penetas telur sebaiknya
buang sisa-sisa cangkang telur yang sudah menetas
c. Bersihkan semua area dalam ruangan mesin inkubator untuk menghindari
pertumbuhan jamur.
d. Perhatikan semua kabel kelistrikan agar tidak ada kabel yang terkelupas.
apakah ada kabel yang hampir putus atau kulit kabel yang sudah mulai
terbuka. Jika perlu, ganti kabel lama dengan kabel yang baru.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
61
Berdasarkan penelitian hasil perancangan dan hasil pengujian terhadap mesin
inkubator penetas telur otomatis bertenaga hybrid penggabungan antara listrik
PLN dan PLTS, Maka didapatkan kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Mesin inkubator ini memiliki kapasitas 30 butir telur dan dimensi ruang
yaitu panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 40 cm. Serta dirancang
secara otomatis dalam mengatur suhu temparatur dan pemutaran telur.
2. Penerapan sistem hybrid pengabungan antara supply dari PLN dan PLTS
dapat bekerja dengan baik ketika salah satu dari sumber supply alat mati
secara tiba- tiba. Dengan adanya rangkaian sistem ATS yang dirancang
dapat bekerja dengan baik dalam mengatur koneksi supply listrik secara
otomatis.
3. Pada pengujian mesin inkubator dalam mengatur suhu temperatur dan
pemutaran telur secara otomatis dapat berkerja dengan baik. Thermostat
digital XH-W3001 disetting dengan suhu minimal 37o C (lampu pijar
hidup) dan suhu maksimal 38o C (lampu pijar mati), sedangkan pemutaran
telur disetting setian 3 jam sekali.
4. Pada pengujian penetasan 30 butir ayam KUB, Mesin inkubator penetas
telur ini diberikan temperatur dan kelembaban mulai hari pertama sampai
hari ke-21 yaitu temperatur 37,8°C dan kelembaban 60%, dimana
temperatur di luar rata-rata 31.5°C.
5. Pada hari ke-7 dilakukan candling (peneropongan) dari 30 butir telur
terdapat 2 butir telur infertil dan 28 butir telur fertil. Pada hari ke-21 dari
28 butir telur yang berhasil menetas adalah sebanyak 27 butir telur, maka
persentasi keberhasil ialah sebesar 96,43%.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah saya laksanakan, ada beberapa saran yang
ingin saya sampaikan untuk penelitian berikutnya adalah sebagai berikut:
62
1. Sebelum melakukan penetasan telur, sebaiknya mesin inkubator dilakukan
stabilitas suhu selama 1 atau 2 hari. Sehingga alat ukur seperti
thermometer raksa dan thermo-hygrometer digital dapat terkalibrasi
didalam ruangan mesin inkubator.
2. Apabila ingin melakukan penetasan telur sebaiknya perhatikan kebersihan
pada telur, jika terdapat kotoran pada telur lakukan sterilisasi agar telur
menjadi bersih dan aman dari bakteri, yang dimana ini termasuk salah satu
faktor telur gagalnya menetas.
3. Mesin inkubator penetas telur otomatis ini bisa lebih dikembangkan lagi
sesuai dengan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin maju.
63