Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perancangan

Adapun hasil dari perancangan mesin inkubator penetas telur otomatis ini
adalah sebagai barikut.

(a) (b)

(c)
Gambar 4. 1 (A) Desain 3D, (B) Hasil Pembuatan, (c) Bagian Dalam Ruangan

40
Pada rancangan ini dipilih karena mesin inkubator penetas telur otomatis ini
memiliki bentuk yang simple dan tidak sulit dalam pembuatan, selain itu
mesin inkubator penetas telur otomatis model seperti ini memiliki bahan-
bahan yang sangat sederhana sehingga tidak terlalu memakan banyak biaya
dalam proses pembuatannya. Adapun komponen-komponen yang terpasang
pada mesin inkubator penetas telur otomatis adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Komponen Mesin Inkubator Yang Terpasang

No Nama Komponen Gambar

1 Thermostat digital XH-W3001

Berfungsi untuk mengatur


temperatur di dalam mesin
inkubator secara otomatis
dengan cara memutuskan dan
menyambungkan aliran listrik
Gambar 4. 2 Thermostat Digital
ke lampu pijar. XH-W3001

2 Lampu pijar

Berfungsi sebagai sistem


pemanas pada mesin inkubator.

Gambar 4. 3 Lampu Pijar

3 Motor penggerak rak

Berfungsi untuk menggerak rak


telur, yang bertujuan untuk
memberikan panas secara
merata pada permukaan telur.

Gambar 4. 4 Motor Penggerak Rak

41
4 Kipas

Berfungsi untuk memberikan


panas secara merata didalam
ruangan mesin inkubator.

Gambar 4. 5 Kipas

5 Timer

Berfungsi sebagai pengatur


waktu perputaran pada motor
penggerak rak, yang dimana
telah disetting setiap 3 jam
sekali. Gambar 4. 6 Timer

6 Thermometer raksa

Berfungsi sebagai media alat


ukur untuk mengukur suhu
temperatur.

Gambar 4. 7 Thermometer Raksa

7 Thermo-hygrometer digital

Berfungsi sebagai media alat


ukur untuk mengukur suhu
temperatur dan kelembapan /
humidity secara digital

Gambar 4. 8 Thermo-hygrometer
digital

42
Adapun spesifikasi yang dapat diperoleh pada mesin inkubator penetas telur
otomatis adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Spesifikasi Mesin Inkubator Penetas telur Otomatis

No Klasifikasi Ukuran

Dimensi ruang tetas


a. Panjang 60 cm
1 b. Lebar 50 cm
c. Tinggi 40 cm
d. Volume 0,12 m3

2 Kapasitas 30 butir

5 buah lampu pijar


 1 buah lampu 15 watt di bagian
tengah selama 24 jam
3 Pemanas
 2 buah lampu 15 watt dan 2 buah
lampu 25 watt untuk
thermometer digital

 Sisi kiri memiliki 2 lubang


dengan ukuran 10 mm
4 Lubang ventilasi
 Sisi sebelah kanan memiliki 4
lubang dengan ukuran 10 mm

5 Tebal dinding Jenis kayu triplek tebal 10 mm

Tipe rak: geser


Lantai: kawat ram
6 Rak telur
Tinggi dari lantai: 30 cm
Pembatas: aluminium

7 Motor penggerak rak Memutar tiap 3 jam sekali

Digital dan otomatis


8 Thermostat
Model: XH-W3001

43
 1 buah ukuran kecil
9 Nampan air
 1 buah ukuran besar
Minimal: 37o C
10 Suhu
Maksimal: 38o C

11 Kelembapan 45% - 65%

4.2 Cara Kerja Mesin Inkubator

Adapun cara kerja dari mesin inkubator penetas telur otomatis ini adalah
sebagai berikut:

1. Hubungkan colokan mesin inkubator ke terminal untuk mendapatkan


energi listrik, maka mesin inkubator dapat dioperasikan. Selanjutnya tekan
semua tombol swift off ke on untuk menghidupkan thermostat digital,
lampu tengah dan timer.
2. Thermostat digital yang digunakan adalah thermostat XH-W3001, yang
dimana cara kerjanya adalah untuk menghidupkan dan mematikan lampu
secara otomatis. Sebelum melakukan penetasan telur, thermostat digital di
setting terlebih dahulu dengan suhu yang di patok untuk penetasan telur
ayam adalah 37-38o C. Apabila thermostat digital sudah dapat
dioperasikan maka thermostat akan menjaga suhu ruangan agar tetap
setabil yaitu pada suhu 37-38o C, dengan cara:
a. Jika suhu ruangan naik menyentuh angka 38o C maka thermostat
secara otomatis akan memutuskan arus ke lampu dan lampu akan mati.
b. Pada saat suhu ruangan menurun menyentuh angka 37 o C maka
thermostat secara otomatis akan meneruskan arus ke lampu dan lampu
akan hidup.
3. Lampu dibagian tengah yang digunakan adalah lampu dengan daya 15
watt, lampu ini tidak terhubung ke thermostat digital karena lampu ini
dipasang agar suhu ruangan tidak cepat menurun dan kegunaan lainnya
adalah untuk penerangan.

44
4. Cara kerja timer adalah mengatur waktu perputaran pada motor penggerak
rak yang dihubungkan langsung ke rak telur agar terjadi pergeseran pada
rak sehingga telur dapat berputar dengan sendirinya. Kerja timer ini sudah
di setting setiap 3 jam sekali untuk memutar motor penggerak rak
beberapa detik. Timer ini juga memiliki kegunaan lainnya yang dapat
meneruskan energi listrik ke kipas selama 24 jam, yang dimana fungsi
kipas ini adalah suhu panas pada ruangan mesin inkubator dapat merata di
semua tempat.

4.3 Perhitungan Solar Cell


4.3.1 Perhitungan penentuan daya yang terpakai

Jumlah daya yang terpakai per harinya dapat dilihat pada tabel dibawah

Tabel 4. 3 pengikuran daya mesin inkubator

Waktu Daya Total daya


Komponen Jumlah
(jam) (Watt) (Wh)

Lampu pijar 24 15 3 1.080

24 25 2 1200
Thermostat digital 24 0,035 1 0,84
Timer 24 2 1 48
Motor penggerak
12 4 1 48
rak
Kipas 24 1,68 1 40,32
Inveter 24 0,42 1 10,08
Controler 12 3,6 1 43,2

TOTAL 2.470,44

Dari data tersebut didapatkan keperluan daya listrik yang terpakai


perharinya adalah sebesar 2.470,44 Wh.

45
4.3.2 Perhitungan kebutuhan baterai

Dari 2.470,44 Wh tersebut, jika dibagi dengan tegangan 12 V (tegangan


umum yang dimiliki baterai) maka kuat arus yang dibutuhkan adalah:

2.470,44
I= =205,87 Ah
12

Jika menggunakan baterai yang kapasitasnya sebesar 100 Ah 12 V,


maka kita membutuhkan:

205,87
Jumlahbaterai= =2,058 ≈ 2
100

Maka jumlah daya yang dihasilkan baterai:

daya=100 Ah ×12 V × 2=2400 Wh

4.3.3 Perhitungan kebutuhan solar cell

Pada perancangan ini panel surya yang digunakan mempunyai kapasitas


100 Watt Peak (WP), jika dalam satu hari mendapat penyinaran
matahari selama 8 jam, maka panel surya ini mampu mensuplai daya
listrik sejumlah:

Daya di suplai=100 watt ×8 jam=800 Wh

Jika 1 panel surya dengan kapasitas 100 Wp mampu menghasilkan


listrik sebesar 800 Wattjam (Wh), maka akan kita dapatkan total panel
yang dibutuhkan adalah:

2400
Total= =3
800

4.3.4 Perhitungan solar charge controller

46
Untuk menghitung kebutuhan solar charge controller, maka kita harus
mengetahui dulu karakteristik dan spesifikasi dari panel surya, biasanya
pada panel surya terdapat spesifikasi seperti disajikan pada table 4.1
sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Spesifikasi Panel Surya

No Spesifikasi Besaran
1 Maximum Power (Pmax) 100 W
2 Optimum Power Voltage (Vmp) 17,8 V
3 Optimum Operation Current (Imp) 5,62 A
4 Open Circuit Voltage (Voc) 21,8 V
5 Short circuit current (Isc) 6,05 A
6 Backig (Brand Type) SUNASIA
7 Jenis Polycrystalline
8 Kuat arus kontroler 6,05 A

Dari spesifikasi yang telah kita ketahui yang harus diperhatikan adalah
angka Isc (short circuit current), yang mana nilainya akan kita kalikan
dengan jumlah panel surya, sehingga hasilnya merupakan nilai minimal
dari charge controller yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini
menggunakan 1 panel surya 100 Wp, maka kita akan butuh kontroler
yang mempunyai kuat arus:

I =6,05 A ×3=18,15 A

Jadi kuat arus yang dibutuhkan adalah 18,15 A, akan tetapi sebaiknya
digunakan controller yang 20 A agar lebih aman.

4.3.5 Perhitungan inverter

Spesifikasi inverter harus sesuai dengan tegangan kerja dari sistem dan
tegangan pada beban AC, beberapa inverter memiliki kemampuan
efisiensi daya yang berbeda-beda dari daya maksimum yang hasilkan.

47
Maksud dari efisiensi daya tersebut adalah besaran daya sesungguhnya
(murni) yang dapat serap atau dipakai untuk konsumsi/ pemakaian
beban. Dan inverter yang baik adalah inverter yang mampu
menghasilkan efisiensi tinggi (sekitar 85% - 90% ke atas) dari besar
daya yang maksimum. misalnya inverter dengan kapasitas 1000 watt
dengan efisiensi 90%, artinya dari kemampuan daya maksimum inverter
sebesar 1000 watt tersebut, batas maksimum daya yang dapat dipakai
adalah sebesar 900 watt saja. (90% dari 1000 watt)

4.3.6 Kontunuitas sistem hybrid PLTS dan PLN

Kapasitas komponen yang ditentukan dan yang terpasang telah dihitung


seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 5 Perbandingan Kapasitas Yang Ditentukan dengan Yang


Terpasang

Komponen Kapasitas yang


Kapasitas yang terpasang
PLTS ditentukan
Modul 100 WP (1 buah)

Modul Modul 100 WP


surya (3 buah)

Gambar 4. 9 Modul Surya 100 WP

Baterai 12V 100 Ah 65 Ah (1 buah)


(2 buah)

48
Gambar 4. 10 Baterai 12V 65Ah

20 A

SCC 20 A

Gambar 4. 11 Solar Charge


Controller

MSW 1000 watt

PSW
Inverter
1000 watt

Gambar 4. 12 Inverter

4.3.7 Aspek ekonomis

Dari perhitungan jumlah modul surya, controler (SCC), baterai 12V dan
inverter, maka besar investasi yang diperlukan untuk penerapan
pembangkit listrik tenaga surya pada mesin inkubator penetas telur
otomatis adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Aspek Ekonomis

49
Harga Total
No Barang Jenis Jumlah
satuan (Rp) (Rp)

Modul
1 100 WP 3 700.000 2.100.000
surya
Baterai
2 100 Ah 2 2.300.000 4.600.000

SCC
3 20A 1 50.000 50.000

Inverter PSW 1000


4 1 450.000 450.000
watt
GRAND TOTAL 7.200.000

Dari hasil perhitungan diatas maka perbandingan antara kapasitas


masing-masing komponen yaitu kapasitas yang ditentukan dengan yang
terpasang pada sistem PLTS untuk mesin inkubator penetas telur
otomatis kurang memenuhi persyaratan, sehingga kontinuitas sistem
PLTS untuk mesin inkubator penetas telur otomatis tidak dapat
terjamin.

Yang mana untuk penggunaan modul surya seharusnya 3 buah modul


surya 100 Wp, tetapi yang terpasang hanya 1 buah modul surya 100
Wp. Dan juga baterai yang digunakan semestinya 2 buah yaitu 200 Ah
12V, tetapi yang terpasang hanya 1 buah yaitu 65 Ah 12V.

4.4 Uji Coba Dan Analisis


4.4.1 Pengujian sistem hybrid antara PLTS dan PLN

Sistem hybrid merupakan gabungan dari 2 sistem suply yang berbeda.


Dalam pembuatan mesin inkubator penetas telur ini penulis
menggunakan 2 sumber supply antara sumber listrik dari batrai yang di
supply dari tenaga surya yaitu PLTS dengan listrik PLN. Pengujian

50
dilakukan untuk mengetahui apakah system hybrid pada penelitian ini
berfungsi dengan baik atau tidak.

1. Pengujian Sistem ATS

Dalam pengujian ini diperoleh dari hasil pengujian sistem ATS


(automatic transfer switch) yang dirancang. Tujuan pengujian ini untuk
mengetahui unjuk kerja sistem ATS dalam mensuplai listrik untuk
mengoperasikan alat penetas telur.

Gambar 4. 13 Automatic Transfer Switch


Data hasil dan gambar pengujian unjuk kerja sistem ATS dapat dilihat
pada tabel 4.6 dan gambar 4.2.

Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Sistem ATS

PLN PLTS Suplai listrik ke beban Kondisi mesin inkubator

On On PLTS Beroperasi
On Off PLN Beroperasi
Off On PLTS Beroperasi
Off Off - Tidak beroperasi

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan sistem ATS yang telah


dirancang sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dibuktikan yaitu:

51
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 4. 14 pengujian sistem ATS
a. apabila kedua suplai dihidupkan keduanya maka listrik PLTS
sebagai sumber utama beroperasi sedangkan sumber listrik PLN
sebagai cadangan tidak beroperasi secara otomatis sehingga yang
digunakan untuk suplai listrik ke beban adalah sumber PLTS dan
kondisi mesin inkubator penetas telur otomatis dalam keadaan
beroperasi.
b. Apabila sumber listrik PLTS mengalami kehabisan energi listrik
maka alat ATS secara otomatis switching ke sumber listrik PLN dan
langsung terhubung ke beban untuk mengoperasikan mesin
inkubator penetas telur otomatis.

52
c. Sebaliknya, apabila sumber listrik PLN mengalami pemadaman
listrik dan sumber listrik PLTS masih memiliki energi yang
tersimpan di baterai maka alat ATS secara otomatis switching dari
sumber listrik PLTS ke beban untuk mengoperasikan mesin
inkubator.
d. Apabila sumber listrik PLN dan PLTS tidak ada yang mensuplai
energi listrik ke beban maka kondisi mesin inkubator penetas telur
otomatis tidak dapat beroperasi.

2. Data pengukuran Karakteristik Modul Surya

Pengambilan data karakteristik panel surya bertujuan untuk mengetahui


kinerja modul surya dalam menghasilkan tegangan, arus dan daya
terhadap kondisi penyinaran matahari tiap harinya. Sedangkan alat ukur
yang digunakan untuk mengukur tegangan, arus dan daya adalah watt
meter digital.

Gambar 4. 15 Watt Meter


Berikut merupakan data hasil pengukuran karakteristik modul surya
dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 4. 8 Data Hasil Pengukuran Karakteristik Modul Surya

Tegangan Arus Daya listrik


Hari
(Volt) (Ampere) (Watt)
1 13.47 1.09 14.682

2 14.86 2.88 42.797

53
3 13.97 1.5 20.955

4 13.86 3.42 47.401

5 13.86 3.61 50.035

6 13.12 0.77 10.102

7 12.93 0.53 6.853

8 14.02 0.83 11.637

9 14.67 3 44.010

10 14.63 3.78 55.301

11 14.26 3.75 53.475

12 14.04 3.45 48.438

13 14.36 3.02 43.367

14 14.35 3.41 48.934

15 14.15 2.85 40.328

16 13.36 2.04 27.254

17 12.98 0.58 7.528

18 13.05 1.15 15.008

19 13.5 3.48 46.980

20 14.1 2.9 40.890

21 14.16 3.55 50.268

Dari hasil pengukuran modul surya 100 Wp mulai dari hari ke-1 sampai
hari ke-21, daya yang diperoleh sangat bervariatif dimulai dari yang
terendah di hari ke-7 ialah 6,853 Watt, hingga puncak tertinggi pada
hari ke-10 yaitu 55,301 Watt.

4.4.2 Pengujian Mesin Inkubator Penetas Telur Otomatis


a. Pengujian thermostat digital XH-W3001

54
Dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari thermostat
digital XH-W3001 dalam mendeteksi suhu didalam ruangan mesin
inkubator penetas telur dengan nilai minimal suhu 37o C dan nilai
maksimal suhu 38o C yang berfungsi sebagai indikator pengatur untuk
menyalakan lampu pijar. Berikut adalah data hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 4. 9 Hasil Pengujian Thermostat Digital XH-W3001

Waktu yang
Suhu Status suhu Lampu pijar
ditempuh
37 o C → 38o C Naik Menyala 01:23 menit
o o
38 C → 37 C Turun Mati 13:42 menit

Berdasarkan data diatas, apabila nilai suhu menyentuh angka 37 o C


maka secara otomatis thermostat digital akan mengalirkan arus listrik ke
lampu pijar agar suhu ruangan naik sampai nilai suhu menyentuh angka
38o C dan waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu ruangan
adalah 1 menit 23 detik

Sebaliknya, apabila nilai suhu menyentuh angka 38o C maka secara


otomatis thermostat digital akan melepaskan aliran arus listrik ke lampu
pijar sehingga suhu ruangan dapat menurun sampai nilai suhu
menyentuh angka 37o C dan waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan
suhu rauagan adalah 13 menit 42 detik

b. Pengujian rak telur

55
Gambar 4. 16 Rak telur tipe geser
Rak telur yang dirancang adalah tipe rak geser, yaitu rak yang dapat
membalikkan telur dengan cara menggeserkan rak tersebut. Pada
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah telur membalikkan
dengan sendirinya.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan adalah dengan


menggunakan rak geser telur dapat membalikkan dengan sendirinya. rak
telur dapat bergerak kekanan dan kekiri yang dibantu oleh motor
penggerak. Pemutaran telur dilakukan secara otomatis setiap 3 jam
sekali yang sudah di setting pada timer.

4.4.3 Pengujian penetasan dengan 30 telur ayam KUB

Pada percobaaan ini dilakukan dengan meletakkan 30 butir telur ayam


KUB pada mesin inkubator penetas telur otomatis. Percobaan dilakukan
selama 21 hari diperoleh data hasil pengukuran adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 10 Data Hasil Pengukuran Temperatur Dan Kelembapan

Temperatur Kelembapan
No udara di dalam
Di dalam ruangan Di luar ruangan mesin inkubator
mesin inkubator mesin inkubator
1 37.7 33.5 80%

2 37.5 35,1 82%

56
3 37.9 28.3 57%

4 37.7 33.5 52%

5 38 33.1 63%

6 37.8 31.2 54%

7 38 33.1 58%

8 37.5 32.7 57%

9 37.8 34.6 59%

10 38.1 33.2 55%

11 37.9 33.9 53%

12 38.1 33.4 52%

13 37.7 33 54%

14 38.2 35.3 60%

15 37.2 34.6 57%

16 37.6 30.9 55%

17 37.4 30.4 62%

18 38 32.6 69%

19 37.6 34.2 64%

20 37.9 33.9 63%

21 38.1 35.1 64%

Rata
37.8 31.5 60%
-rata

57
Berdasarkan hasil data diatas, untuk memperoleh proses penetasan yang
sempurna dengan baik dan sehat diperlukan suatu kondisi temperatur
yang stabil pula, Mesin penetas telur diberikan temperatur dan
kelembaban dalam mesin penetas mulai hari pertama sampai hari ke-20
(menetaskan telur) yaitu diperoleh rata-rata dengan temperatur di dalam
ruangan adalah 37,8° C dan kelembaban 60%, dimana temperatur di
luar ruangan memiliki rata - rata yaitu 31.5° C.

Gambar 4. 17 Peletakan 30 Butir Ayam KUB


Pada saat peletakan telur, usia telur sudah mencapai umur 3 hari. jadi
pada hari pertama sampai hari ke-16 dilakukan dengan suhu temperatur
yang stabil didalam ruangan yaitu 37.8o C dan kelembapan dilakukan
menggunaka nampan ukuran kecil agar tetap stabil di antara 50% - 60%.

Pada hari ke-7 dilakukan candling (peneropongan telur) untuk


memisahkan mana telur yang fertil dan yang tidak fertil. Dari hasil
penetasan telur yang di candling ternyata dari 30 butir telur yang masuk,
yang infertile sebanyak 2 butir atau sebanyak 6,67 % yang infertile atau
28 butir yang fertile sehingga diketahui 93,33 % daya fertilitasnya.

Pada hari ke-17 sampai hari penetasan telur dilakukan dengan suhu
temperatur yang stabil didalam ruangan yaitu 37.8o C, sedangkan
kelembapan ditingkatkan dengan menggunakan nampan ukuran besar

58
agar nilai kelembapan naik menjadi antara 60% - 70%. Juga dilakukan
penyemprotan setiap 2 kali sehari di pagi dan sore hari agar telur
menjadi lunak, sehingga calon anak ayam lebih mudah keluar dari
cangkang telur.

Pada hari ke-19 terdapat menetasnya 1 butir telur dan beberapa telur
mulai retak yang berarti tandanya mau menetas. Pada hari ke-20 telur
yang menetas bertambah yaitu 14 butir telur. Pada hari ke-21 telur yang
menetas bertambah lagi 12 butir telur, maka jumlah telur yang menetas
adalah 27 butir dan jumlah telur yang gagal menetas adalah 1 butir.
Sehingga persentase keberhasilan menetaskan telur ayam dengan
menggunakan mesin inkubator penetas telur ini adalah sebesar 96,43%.

Gambar 4. 18 Hasil Penetasan Ayam KUB


4.4.4 Perhitungan perpindahan panas

Pada proses penetasan telur tidak terlepas dari adanya proses


perpindahan panas, perpindahan panas berasal dari sumber pemanas
lampu yang dialirkan ke seluruh ruangan penetas. Laju perpindahan
panas yang terjadi pada mesin inkubator penetas telur otomatis ini
adalah laju perpindahan panas secara konveksi dan konduksi.

Yang dimana udara panas di dalam ruangan mesin inkubator yang


mengalir ke sisi dinding mesin inkubator adalah termasuk perpindahan
panas secara konveksi. Sedangkan perpindahan panas secara konduksi
adalah perpindahan panas pada benda padat dari daerah bertemperatur

59
tinggi (didalam ruangan mesin inkubator) ke daerah bertemperatur
rendah (diluar ruangan mesin inkubator).

Gambar 4. 19 Tabel Konduktivitas Termal


Diketahui:

T1 = 37,8° C = 310,95 K

T2 = 31.5° C = 304,65 K

x = 10 mm = 0,01 m

k = 0,21 W/m K

Maka,

( 310,95−304,65 ) 6,3
Q= = =134,04 W
0,01 0,047
0,21

4.5 Perawatan Mesin Inkubator Penetas Telur Otomatis

Setelah menggunakan mesin inkubator penetas telur otomatis sebaiknya kita


harus mengetaui cara perawatannya agar tetap terjaga keawetannya pada saat
digunakan maupun tidak digunakan. Adapun beberapa hal yang harus
dilakukan untuk perawatan mesin penetas telur otomatis adalah sebagai
berikut :

a. Pada saat menggunakan mesin inkubator penetas telur otomatis perhatikan


isi air pada nampan. jika air nampan hampir habis, lakukan pengisian

60
ulang air pada nampan dengan hati – hati agar tidak tumpah di lantai
mesin tetas.
b. Setelah selesai menggunakan mesin inkubator penetas telur sebaiknya
buang sisa-sisa cangkang telur yang sudah menetas
c. Bersihkan semua area dalam ruangan mesin inkubator untuk menghindari
pertumbuhan jamur.
d. Perhatikan semua kabel kelistrikan agar tidak ada kabel yang terkelupas.
apakah ada kabel yang hampir putus atau kulit kabel yang sudah mulai
terbuka. Jika perlu, ganti kabel lama dengan kabel yang baru.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

61
Berdasarkan penelitian hasil perancangan dan hasil pengujian terhadap mesin
inkubator penetas telur otomatis bertenaga hybrid penggabungan antara listrik
PLN dan PLTS, Maka didapatkan kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Mesin inkubator ini memiliki kapasitas 30 butir telur dan dimensi ruang
yaitu panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 40 cm. Serta dirancang
secara otomatis dalam mengatur suhu temparatur dan pemutaran telur.
2. Penerapan sistem hybrid pengabungan antara supply dari PLN dan PLTS
dapat bekerja dengan baik ketika salah satu dari sumber supply alat mati
secara tiba- tiba. Dengan adanya rangkaian sistem ATS yang dirancang
dapat bekerja dengan baik dalam mengatur koneksi supply listrik secara
otomatis.
3. Pada pengujian mesin inkubator dalam mengatur suhu temperatur dan
pemutaran telur secara otomatis dapat berkerja dengan baik. Thermostat
digital XH-W3001 disetting dengan suhu minimal 37o C (lampu pijar
hidup) dan suhu maksimal 38o C (lampu pijar mati), sedangkan pemutaran
telur disetting setian 3 jam sekali.
4. Pada pengujian penetasan 30 butir ayam KUB, Mesin inkubator penetas
telur ini diberikan temperatur dan kelembaban mulai hari pertama sampai
hari ke-21 yaitu temperatur 37,8°C dan kelembaban 60%, dimana
temperatur di luar rata-rata 31.5°C.
5. Pada hari ke-7 dilakukan candling (peneropongan) dari 30 butir telur
terdapat 2 butir telur infertil dan 28 butir telur fertil. Pada hari ke-21 dari
28 butir telur yang berhasil menetas adalah sebanyak 27 butir telur, maka
persentasi keberhasil ialah sebesar 96,43%.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah saya laksanakan, ada beberapa saran yang
ingin saya sampaikan untuk penelitian berikutnya adalah sebagai berikut:

62
1. Sebelum melakukan penetasan telur, sebaiknya mesin inkubator dilakukan
stabilitas suhu selama 1 atau 2 hari. Sehingga alat ukur seperti
thermometer raksa dan thermo-hygrometer digital dapat terkalibrasi
didalam ruangan mesin inkubator.
2. Apabila ingin melakukan penetasan telur sebaiknya perhatikan kebersihan
pada telur, jika terdapat kotoran pada telur lakukan sterilisasi agar telur
menjadi bersih dan aman dari bakteri, yang dimana ini termasuk salah satu
faktor telur gagalnya menetas.
3. Mesin inkubator penetas telur otomatis ini bisa lebih dikembangkan lagi
sesuai dengan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin maju.

63

Anda mungkin juga menyukai