Anda di halaman 1dari 7

Nama : Lily Aulia M

Kelas : 02B Majene

NIM : B. 22. 06. 166

TUGAS 1 : EVALUASI KELIMA ARTIKEL

“ SKENARIO 10 “

Sejak 2001, WHO merancangkan program pemberian ASI Eksklusif selama 6


bulan. Indonesia termasuk Negara yang melakukan program tersebut. Namun,
dilapangan masih banyak ibu menyusui yang memberikan ASI selama 4 bulan
saja. Pemberian ASI selama 6 bulan diketahui dapat menurunkan risiko terjadinya
kejadian diare dan ISPA pada bayi kurang dari 6 bulan. Carilah jurnal untuk
mendukung hal tersebut.

Jawaban :

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009, diare adalah


perubahan feses dengan konsistensi lembek hingga cair dan mempunyai frekuensi
tiga kali sehari saat buang air besar (BAB) dengan atau tanpa darah dan lendir di
dalamnya. Diare merupakan penyebab utama terjadinya mortalitas dan morbiditas
pada anak usia 0-12 tahun di negara berkembang. Terjadinya diare dapat dipicu
oleh pemberian makanan selain air susu ibu (ASI) sebelum bayi berusia enam
bulan. Penyebab diare secara klinis dibagi menjadi enam kelompok yaitu alergi,
malabsorpsi, keracunan makanan, infeksi, imunodefisiensi, dan lainnya (contoh:
gangguan fungsional dan malnutrisi).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) didukung oleh
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah mengeluarkan panduan untuk bisa menekan
angka diare pada anak khususnya bayi, yaitu ‘Lima Langkah Tuntaskan Diare’
(LINTAS DIARE), yang terdiri dari pemberian zink selama 10 hari berturut-turut,
pemberian cairan, pemberian antibiotik secara selektif, pemberian nasehat pada
keluarga pasien, dan melanjutkan pemberian ASI dan makanan.
Tahun 2009, WHO merevisi kebijakan pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-4 bulan menjadi 6 bulan. Disimpulkan lebih lanjut oleh artikel tersebut
bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan menunjukkan bayi
lebih sedikit terpapar gangguan gastrointestinal dan mengurangi kejadian
gangguan pertumbuhan. Definisi ASI eksklusif itu sendiri menurut WHO yaitu
pemberian khusus ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali
vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan.
(sumber : : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/index )
Penyebab langsung diare pada balita antara lain melalui infeksi bakteri,
virus, parasit, dan malabsorbsi. Sedangkan penyebab tidak langsung merupakan
faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti
keadaan gizi, sanitasi lingkungan, perilaku hidup besih dan sehat, kependudukan,
sosial ekonomi dan tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Salah satu
faktor penting yang dapat menyebabkan diare pada anak karena kesalahan dalam
pemberian nutrisi pada anak, dimana anak sudah diberikan makanan pendamping
ASI (MPASI) sebelum berusia 6 bulan. Bayi sangat berisiko untuk terkena diare
karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI. Bayi
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat
diperoleh dari ASI (Suharyono, 2008).
Salah satu cara pencegahan diare pada bayi yaitu dengan memberikan bayi
ASI eksklusif selama 6 bulan (Kemenkes, 2011). UNICEF dan WHO membuat
rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.
Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-
ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan
para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya (Riskesdas,
2013).
( sumber : : http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index )
Faktor risiko terjadinya ISPA meliputi pemberian ASI, status imunisasi
(berdasarkan usia), status gizi, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), sosio-ekonomi,
dan pemberian vitamin A. Salah satu cara pencegahan ISPA ialah pemberian ASI,
karena mengandung segala vitamin yang diperlukan anak khususnya pada enam
bulan awal kehidupan sebagai sistem pertahanan nonspesifik, spesifik, dan efek
protektif. Proporsi pemberian ASI umumnya dilaksanakan dalam rentang umur 0-
4 bulan dimana reratanya sekitar 30,9%.
(Sumber : e-Journal AMJ (Aesculapius Medical Journal) Vol. 1 No.1 | Oktober |
2021 | Hal. 13-19 )
ASI mengandung semua nutrisi penting yang di perlukan bayi untuk
tumbuh kembangnya, serta anti body yang bisa membantu bayi membangun
sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. ASI di berikan pada bayi
karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah
menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, seperti infeksi saluran pencernaan
(diare), infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan infeksi telinga. Dampak yang akan
terjadi jika anak menderita ISPA yaitu anak akan susah tidur, rewel, sulit untuk
bernafas dan bisa mengganggu tumbuh kembangnya. Penyakit ini memiliki batas
tersendiri dan biasanya sembuh dalam 4 sampai 10 hari tanpa komplikasi.
Kadang-kadang demam berulang dan seorang anak mungkin mengalami otitis
media terutama bayi. Peradangan hidung dapat menyebabkan penyumbatan terus
menerus menyeka sekresi juga dapat menyebabkan iritasi kulit pada hidung.
Upaya pencegahan merupakan komponen yang paling strategis untuk
memberantas ISPA meliputi pemenuhan nutrisi, kebiasaan hidup bersih dan sehat
dan pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI eksklusif pada bayi dapat
menghindarkan resiko terhadap penularan penyakit ISPA. Adanya
immunoglobulin A yang terkandung dalam ASI, maka pemberian ASI sedini
mungkin dapatmeningkatkan anti body di dalam tubuh bayi.
(sumber : Jurnal JOUBAHS Volume 2, No. 2, August 2022, pp. 138-147 )
Faktor resiko lainnya yang dapat menyebabkan ISPA selain pencemaran
udara adalah faktor kekebalan balita itu sendiri. Kekebalan balita dipengaruhi oleh
ASI Eksklusif, imunisasi, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan status gizi.
Balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif merupakan salah satu faktor
terjadinya ISPA. Efek protektif dari ASI cenderung menurunkan angka kesakitan
pada balita yang diberi ASI khususnya pada bulan-bulan awal kelahiran.
Berdasarkan penelitian, kejadian ISPA 4 kali lebih besar pada balita yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI
Eksklusif (Widarini, 2009).
(sumber : WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 1, Nomor 1,
February 2019, p. 49- 55 )

EVALUASI 5 ARTIKEL
Dari skenario diatas didapatkan 5 artikel yang mendukung pernyataan tersebut
dimana kelima artikel menjelaskan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan maka
akan menurunkan resiko terjadinya diare dan ISPA. Ini dikarenakan ASI banyak
mengandung vitamin yang diperlukan anak khususnya pada enam bulan awal
kehidupan sebagai sistem pertahanan nonspesifik, spesifik, dan efek protektif.
1. Artikel pertama
(sumber : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/index)
Menyebutkan bahwa terjadinya diare dapat dipicu oleh pemberian
makanan selain air susu ibu (ASI) sebelum bayi berusia enam bulan.
Tahun 2009, WHO merevisi kebijakan pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-4 bulan menjadi 6 bulan. Disimpulkan lebih lanjut oleh artikel
tersebut bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
menunjukkan bayi lebih sedikit terpapar gangguan gastrointestinal.
2. Artikel kedua
( sumber : : http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index )
Salah satu cara pencegahan diare pada bayi yaitu dengan memberikan bayi
ASI eksklusif selama 6 bulan (Kemenkes, 2011). Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu untuk
menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya (Riskesdas, 2013).
3. Artikel ketiga
(Sumber : e-Journal AMJ (Aesculapius Medical Journal) Vol. 1 No.1 |
Oktober | 2021 | Hal. 13-19 )
Salah satu cara pencegahan ISPA ialah pemberian ASI, karena
mengandung segala vitamin yang diperlukan anak khususnya pada enam
bulan awal kehidupan sebagai sistem pertahanan nonspesifik, spesifik, dan
efek protektif
4. Artikel keempat
(sumber : Jurnal JOUBAHS Volume 2, No. 2, August 2022, pp. 138-147 )
Salah satu cara pencegahan ISPA ialah pemberian ASI, karena
mengandung segala vitamin yang diperlukan anak khususnya pada enam
bulan awal kehidupan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi dapat
menghindarkan resiko terhadap penularan penyakit ISPA. Adanya
immunoglobulin A yang terkandung dalam ASI, maka pemberian ASI
sedini mungkin dapatmeningkatkan anti body di dalam tubuh bayi.
5. Artikel kelima
(sumber : WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 1, Nomor
1, February 2019, p. 49- 55 )
Balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif merupakan salah satu faktor
terjadinya ISPA. Berdasarkan penelitian, kejadian ISPA 4 kali lebih besar
pada balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan dengan
balita yang mendapatkan ASI Eksklusif (Widarini, 2009).

ALASAN
Saya memilih kelima artikel tersebut karena dari kelima artikel telah diuji
kebenarannya melalui banyak penelitian-penelitian sehingga hasil yang diperoleh
dibuatkan artikel yang dapat menjadi referensi terpercaya. Selain itu saya memilih
kelima artikel tersebut karena artikel yang saya gunakan untuk mendukung
pernyataan skenario didapatkan dari sumber yang terpercaya.
TUGAS 2 :
MERANCANG 1 JUDUL ANC, INC, PNC, BAYI, DAN KB BESERTA
METODE YANG DIGUNAKAN

1. ANC
Judul :
Hubungan Paritas Dengan Tingkat Kecemasan Ibu
Dalam Menghadapi Persalinan Pada
Ibu Hamil Trimester III
Metode :
menggunakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional.

2. INC
Judul :
Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb) Dengan Lama
Persalinan Kala II
Metode :
Desain penelitian yang digunakan ialah case control

3. PNC
Judul :

Efektivitas Konsumsi Kolak Kacang Hijau terhadap Peningkatan


Produksi ASI pada Ibu Nifas

Metode :
Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental dengan pola
one group Pre-Posttest Design. Desain penelitian ini melibatkan satu
kelompok subjek.
4. BAYI

Judul :
Hubungan Hiperemesis Gravidarum Dengan
Berat Badan Bayi Baru Lahir

Metode :

penelitian kuantitatif dengan rancangan desain crosslsectional

5. KB ( Keluarga Berencana )
Judul :
Hubungan Akseptor Keluarga Berencana Suntik “Dmpa” Dengan
Kejadian Disfungsi Seksual Wanita

Metode :

Metode penelitian ini menggunakan survey analitik dengan rancangan


cross sectional.

Anda mungkin juga menyukai