TINJAUAN PUSTAKA
sebagai efek dari proses refleks relaksasi reseptif (Husairi, et al., 2020).
Dinding gaster tersusun lapisan-lapisan yang kuat, saat makanan sudah
berada didalam lambung dinding-dinding lambung akan mulai
menghaluskan makanan tersebut. Secara bersamaan kelenjar-kelenjar di
mukosa pada dinding lambung akan mengeluarkan cairan lambung
termasuk enzim-enzim yang terkandung didalamnya guna membantu
proses penghalusan makanan. Otot-otot lambung jarang ada dalam
kondisi tidak aktif. Seketika saat lambung dalam kondisi kosong, akan
terjadi kontraksi peristaltik ringan yang secara perlahan-lahan akan
semakin kuat setelah 1 jam. Apabila kontraksinya kuat, akan dapat
dirasakan da nada kemungkinan menimbulkan nyeri (Husairi, et al.,
2020).
Salah satu zat penyusun dari cairan lambung adalah asam
hidroklorida. Memiliki sifat korosif yang mampu melarutkan paku besi
dalam cairan ini. Dengan sifat korosif yang dimiliki oleh asam
hidroklorida ini maka dinding lambung melindungi dirinya dengan
mukosa-mukosa bicarbonate yang secara regular mengeluarkan io
bicarbonate untuk menyeimbangkan kadar asam dalam lambung sehingga
asam hidroklorida tidak dapat melukai dinding lambung. Gastritis akan
timbul saat mekanisme perlindungan ini kewalahan sehingga
menimbulkan kerusakan serta peradangan dinding lambung.
Mekanisme perlindungan lambung menurut Putri (2017), yaitu:
a. Mukus Barrier
Lapisan mukus ini melapisi permukaan mukosa dengan tebal 2-
3 kali tinggi sel epitel permukaan. Mukus dan bikarbonat
berfungsi melindungi mukosa terhadap pengaruh asam dan
pepsin, empedu dan zat perusak luar.
b. Resistensi Mukosa
Faktor yang berperan disini adalah daya regenerasi sel (cell turn
over), potensial listrik membran mukosa dan kemampuan
penyembuhan luka.
a. Gastritis Akut
b. Gastritis Kronis
Gastritis akut disebabkan oleh makan terlalu banyak atau terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alkohol, Aspirin, NSAID, Lisol, serta
bahan korosif lain, refluk empedu atau cairan pankreas (Amin dan Hardhi, 2016).
NSAID digunakan untuk mengobati reumatoid artritis, osteoartritis, atau nyeri.
NSAID merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu topikal dan
sistemik. Kerusakan mukosa secara tropikal terjadi karena NSAID bersifat asam
dan lipofili, sehingga mempermudah trapping ion hidrogen masuk mukosa dan
menimbulkan kerusakan. Efek sistemik NSAID lebih penting yaitu kerusakan
mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun secara bermakna
(Vaanipriya, 2015).
d. Rontgen saluran cerna bagian atas. Hasil dari rontgen untuk melihat
tanda gastritis atau kemungkinan adanya penyakit pencernaan lain.
2.1.4 Penatalaksanaan Gastritis
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat berakhir dengan shok
hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di bedakan dengan tukak peptic.
Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptic penyebab
utamanya adalah Helicobacter Pylory, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 60-90 %
pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi (Amin dan
Hardhi, 2015).
2.1 Konsep Keluarga
Karena cara komunikasi dan pertumbuhan ini, komunikasi dalam keluarga akhirnya
menjadi tertutup.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi tertentu.
Ayah berperan sebagai kepala keluarga, ibu berperan sebagai daerah domestik
keluarga, dan anak memiliki perannya masing-masing dan berharap dapat saling
memahami dan mendukung. Selain peran utama terdapat peran informal, peran
tersebut dilakukan dalam kondisi tertentu atau sudah menjadi kesepakatan antar
anggota keluarga. Misalnya, jika suami mengizinkan istrinya bekerja di luar
rumah, maka istri akan berperan informal. Begitu pula suami akan melakukan
tugas informal tanpa sungkan dengan membantu istrinya mengurus rumah.
c. Struktur Kekuatan
2) Referent power
Dalam masyarakat orang tua merupakan contoh teladan dalam keluarga,
terutama kedudukan sang ayah sebagai kepala keluarga. Apa yang
dilakukan sang ayah akan menjadi teladan bagi pasangan dan anak-
anaknya.
Cara ini memang bisa secara efektif menstimulasi semangat si anak, tapi
jika si anak tidak berhasil, maka itu tidak akan menghadiahinya. Cara
yang lebih baik adalah bahwa anak tetap akan diberi penghargaan, tetapi
jika berhasil, itu akan lebih rendah dari standar yang dijanjikan. Namun,
meskipun orang tua tidak berhasil, usaha anak anaknya akan tetap dihargai
oleh orangtuanya.
4) Coercive power
Dalam memperkuat hubungan disebuah rumah tangga peraturan sangat
penting untuk diterapkan. Konsekuensinya apabila melakukan pelanggaran
atau tidak mematuhi peraturan yang ada maka ancaman atau berupa hukuman
akan diterima.
Nilai-nilai dalam keluarga tidak hanya dibentuk oleh keluarga itu sendiri,
tetapi juga turunkan oleh keluarga istri atau suami. Perpaduan dua nilai dengan
nilai berbeda akan menciptakan nilai baru bagi sebuah keluarga.
Menurut Nadirawati (2018) mengemukakan bahwa dalam siklus kehidupan keluarga, ada
tahapan yang dapat diperkirakan, seperti hak individu untuk tumbuh dan berkembang
secara berkelanjutan. Layaknya keluarga, perkembangan keluarga merupakan proses
perubahan dalam sistem keluarga, termasuk perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggotanya dari waktu ke waktu. Tahap-tahap perkembangan keluarga dibagi menurut
kurun waktu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda
dengan keluarga yang beranjak remaja.
a. Tahap 1: Pasangan baru ( Begining Family )
Tahap perkembangan keluarga dari pasangan yang baru menikah yang dimulai
dengan pernikahan seorang anak adam menandai dimulainya sebuah keluarga baru,
keluarga atau suami istri yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan sudah
menikah, perpindahan dari keluarga asli atau status lajang ke hubungan dekat yang
baru. Kedua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan
keluarga yang baru, karena keduanya perlu menyesuaikan peran dan fungsinya dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap orang belajar hidup bersama dan beradaptasi dengan
kebiasaannya sendiri, seperti makan, tidur, dan bangun pagi
Tugas perkembangan tahap ini, sebagai berikut:
a. Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
ketika seseorang terikat oleh sebuah hubungan pernikahan yang harus dilakukan
adalah fokus pada tujuan hidup bersama asal muasal kedua orang ini bergabung
bersama peran mereka berubah, dan pasangan mereka harus beradaptasi dengan
banyak tugas sehari-hari. misalnya, mereka harus bersama-sama menyusun rangkaian
rutinitas, yaitu makan, tidur, bangun pagi, membersihkan halaman, bergiliran ke
toilet, mencari kesempatan hiburan, dan lain sebagainya. Namun karena
ketidaktahuan dan misinformasi banyak pasangan yang kerap menghadapi masalah
terkait adaptasi seksual, yang bisa berujung pada kekecewaan dan ekspektasi yang
lebih rendah. faktanya, banyak pasangan membawa kebutuhan dan keinginan yang
tidak terpenuhi ke dalam hubungan mereka, yang mungkin berdampak negatif pada
hubungan seksual.
b. Hubungkan secara harmonis jaringan saudara, yaitu menjalin hubungan dengan
keluarga pasangan, mertua, ibu mertua dan lain- lain. Perubahan peran dasar terjadi
pada perkawinan pertama suatu pasangan karena mereka pindah dari kediaman orang
tua ke kediaman yang baru menikah. Pada saat yang sama, mereka menjadi anggota
tiga keluarga, yaitu anggota keluarga dari leluhur masing-masing, pada saat yang
sama, keluarga mereka sendiri baru saja terbentuk. Pasangan tersebut dihadapkan
pada tugas berpisah dari keluarga asal dan menjaga berbagai hubungan dengan orang
tua, saudara dan ipar, karena kesetiaan utama mereka harus diubah untuk kepentingan
hubungan perkawinan. Bagi pasangan ini, hal ini membutuhkan pembinaan hubungan
baru dengan kedua orang tua.Hubungan ini tidak hanya memungkinkan adanya saling
mendukung dan menikmati, tetapi juga memiliki kemandirian untuk melindungi
pasangan baru dari gangguan eksternal yang dapat merusak bahtera pernikahan yang
bahagia.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak (menjadi orang tua)
pentingnya mempertimbangkan keluarga berencana ketika bekerja di bidang
kesehatan ibu, keinginan untuk memiliki anak dan waktu kehamilan merupakan
keputusan keluarga yang sangat penting, jenis perawatan medis yang diterima
keluarga sebelum melahirkan sangat memengaruhi kemampuan keluarga untuk secara
efektif mengatasi perubahan non-konvensional setelah bayi lahir.
Adapun masalah yang dapat terjadi ditahap ini, ialah:
Permasalahan utama yang terjadi pada tahap ini adalah penyesuaian gender dan
peran perkawinan, konseling dan konseling KB, sosialisasi, serta konseling dan
komunikasi prenatal. Informasi yang tidak mencukupi sering kali menyebabkan
masalah seksual dan emosional sebelum dan sesudah menikah ketakutan, internal
kehamilan yang tidak diinginkan, dan gangguan kehamilan. Hal-hal yang tidak
menyenangkan ini dapat menghalangi pasangan untuk merencanakan hidupnya dan
membangun hubungan yang kuat
b. Tahap II: Keluarga “Child-Bearing” (Kelahiran anak pertama)
Tahap kedua dimulai dari kelahiran anak pertama dan berlangsung hingga anak
pertama berusia 30 bulan kedatangan bayi membawa perubahan transformatif bagi
anggota keluarga dan setiap kelompok kerabat. Pasangan yang sudah menikah perlu
mempersiapkan kehamilan dan persalinan melalui beberapa tugas perkembangan
yang penting
Tugas perkembangannya yaitu:
• Siap menjadi orang tua
• Beradaptasi dengan anggota keluarga yang berubah: peran, interaksi, hubungan dan
aktivitas seksual
• Menjaga hubungan yang memuaskan dengan pasangan
Masalah yang dapat terjadi pada tahap ini adalah:
Sang suami diabaikan oleh istri dengan kelahiran anak pertama membawa
perubahan besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan peran
mereka agar dapat memenuhi kebutuhan anak. Pada tahap ini yang ditandai dengan
kelahiran sang buah hati, pasangan tersebut merasa terabaikan karena kedua belah
pihak memusatkan perhatiannya pada sang buah hati. Masalah kedua, pertengkaran
yaitu pertengkaran antara suami dan istri sering meningkat, dan ada interupsi terus
menerus (selalu lelah), tanggung jawab utama perawat keluarga adalah memeriksa
peran orang tua bagaimana orang tua berinteraksi dengan bayi dan merawat bayi serta
tanggapan bayi, perawat perlu mengedepankan hubungan yang positif dan ramah
antara orang tua dan bayi untuk mencapai hubungan yang akrab antara orang tua dan
bayi.
c. Tahap III: Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama pada usia 2,5 tahun dan
berakhir pada usia 5 tahun, pada tahap ini fungsi keluarga dan jumlah serta
kompleksitas masalah telah berkembang dengan baik.
Tugas perkembangan keluarga dengan Anak Prasekolah
• Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan perumahan, privasi dan
keamanan
• Bantu anak-anak bersosialisasi
• Beradaptasi dengan bayi yang baru lahir sekaligus harus memenuhi kebutuhan anak
lainnya
• Menjaga hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain
dan lingkungan)
• Alokasikan waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak
• Bagikan tanggung jawab anggota keluarga
• Kegiatan dan waktu untuk merangsang tumbuh kembang anak
Meningkatkan jumlah anggota keluarga dapat menyebabkan perubahan
peran, ketegangan peran, dan konflik peran antara suami dan istri, yang
disebabkan oleh ketidaktahuan akan peran, tanggung jawab, atau prestasi kerja,
yang mengancam stabilitas perkawinan. kehidupan keluarga pada tahap ini sangat
sibuk, dan anak sangat bergantung pada orang tuanya, kedua orang tua harus
mengatur waktu sendiri untuk memenuhi kebutuhan anak, suami istri dan
pekerjaan yaitu full time / paruh waktu. Orang tua menjadi arsitek keluarga yang
merancang dan membimbing perkembangan keluarga sehingga menjaga keutuhan
dan keberlangsungan hidup perkawinan dengan memperkuat hubungan kerjasama
antara suami dan istri, orang tua dapat berperan dalam menstimulasi
perkembangan individu anak, terutama kemandirian anak, sehingga dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan anak pada tahap ini.
Adapun masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini, diantaranya:
• Kecelakaan anak di dalam rumah, seperti jatuh, terbakar, tenggelam, dll.
• Frustrasi atau konflik peran orang tua yang mengarah pada perlindungan dan
disiplin yang berlebihan dapat menghambat kreativitas anak
• Merasa frustasi dengan perilaku anak atau masalah lain dalam keluarga yang
menyebabkan pelecehan anak.
• Terjadi kesalahan peran, menyebabkan orang tua menolak untuk berpartisipasi
dalam peran pengasuhan, yang menyebabkan kelalaian anak
• Masalah anak-anak dengan kesulitan makan
• Masalah kecemburuan dan persaingan di antara anak-anak.
d. Tahap IV: Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun, pada tahap ini biasanya anggota keluarga paling banyak, jadi keluarga
sangat sibuk, selain aktivitas sekolah, setiap anak memiliki aktivitas dan minatnya
masing-masing. Demikian pula orang tua melakukan kegiatan yang berbeda dengan
anak anaknya. Orang tua bergumul dengan berbagai kebutuhan, yaitu berusaha
mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan
reproduksi) dan memperhatikan perkembangannya sendiri, sedangkan anak usia
sekolah sedang berjuang mengembangkan rasa diri. Kemampuan untuk menikmati
pekerjaan dan eksperimen, mengurangi atau menahan perasaan rendah diri. oleh
karena itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas-tugas pembangunan.
Tugas perkembangan keluarga dengan Anak Sekolah
• Membantu anak-anak dengan kegiatan penjangkauan, tetangga, sekolah dan
lingkungan, termasuk meningkatkan kinerja sekolah dan mengembangkan hubungan
teman sebaya yang sehat
• Jaga hubungan intim dengan pasangan Anda
• Memenuhi kebutuhan hidup dan biaya hidup yang terus meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
Pada tahap ini, orang tua perlu belajar untuk berpisah dari anaknya dan
memberikan kesempatan sosial kepada anaknya di sekolah dan kegiatan di luar
sekolah.
Selain itu, akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai proses
kegiatan pembangunan, maka risiko timbulnya gangguan kesehatan pada anak
semakin meningkat, misalnya meluasnya gangguan akibat paparan asap, emisi gas
buang dari sarana transportasi, kebisingan, industri dan rumah tangga. sampah, dan
gangguan kesehatan akibat bencana. Selain lingkungan, salah satu hal yang harus
diperhatikan adalah pembentukan perilaku sehat di kalangan anak sekolah. Secara
epidemiologi penyebaran penyakit lingkungan di kalangan siswa sekolah dasar di
Indonesia masih tinggi, demam berdarah dengue, diare, cacingan, infeksi saluran
pernafasan akut dan reaksi makanan yang merugikan yang disebabkan oleh
kebersihan dan keamanan makanan yang buruk.
Selain menjadi konsultan perawat dan pendidik di bidang kesehatan mereka juga
dapat memulai rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan juga dapat menjadi
konsultan guru sekolah, hal ini memungkinkan guru untuk secara lebih efektif
memenuhi kebutuhan atau kebiasaan kesehatan pribadi siswa banyak kecacatan
ditemukan selama tahun ajaran, termasuk epilepsi, cerebral palsi, keterbelakangan
mental, kanker dan penyakit ortopedi fungsi utama perawat kesehatan tidak hanya
memberikan referensi, tetapi juga mengajarkan orang tua tentang situasi dan
konseling untuk membantu keluarga mengatasi, sehingga meminimalkan efek
merugikan dari kecacatan.
e. Tahap V: Keluarga dengan Anak Remaja
Masa remaja dianggap penting karena adanya perubahan tubuh dan
perkembangan kecerdasan yang pesat, selama masa transisi dari masa kanak-kanak
hingga dewasa, perkembangan psikologis remaja biasanya tidak berdampak negatif
pada tahap psikologis remaja, oleh karena itu diperlukan penyesuaian psikologis dan
pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Tahap ini dimulai saat anak pertama
berusia 13 tahun dan meninggalkan rumah orang tuanya setelah 6-7 tahun.
Tujuan keluarga ini adalah melepaskan pemuda ini dan mendorong tanggung jawab
ke tahap berikutnya.
Adapun tahap perkembangan keluarga dengan Anak Remaja
• Mempertimbangkan bertambahnya usia dan kemandirian kaum muda, berikan
kebebasan untuk menyeimbangkan tanggung jawab dan tanggung jawab
• Menjaga hubungan dekat dengan keluarga
• Menjaga komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan,
permusuhan dan keraguan
• Mengubah peran dan aturan tumbuh kembang keluarga
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena orang tua menyerahkan
kewenangannya dan mengarahkan anaknya untuk bertanggung jawab dengan
kewenangan atas diri sendiri dalam peran dan fungsinya, konflik sering terjadi antara
orang tua dan remaja karena anak ingin bebas melakukan aktivitas, dan orang tua
berhak mengontrol aktivitas anaknya. dalam hal ini, orang tua perlu menjalin
komunikasi yang terbuka untuk menghindari kecurigaan dan permusuhan, agar
hubungan antara orang tua dan remaja dapat harmonis.
f. Tahap VI: Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Fase ini dimulai dari terakhir kali anda meninggalkan rumah dan diakhiri dengan
terakhir kali anda meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung dari jumlah
anak dalam keluarga atau apakah anak sudah menikah dan terus tinggal bersama
orang tuanya tujuan utama tahapan ini adalah menata kembali keluarga untuk terus
berperan melepaskan anak untuk hidup sendiri.
Adapun tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa, sebagai berikut:
• Perluas keluarga inti menjadi keluarga besar
• Jaga hubungan intim dengan pasangan anda
• Membantu orang tua dari suami / istri yang sakit dan memasuki usia lanjut
• Membantu anak-anak untuk mandiri dalam masyarakat
• Sesuaikan peran dan aktivitas keluarga
Keluarga perlu mempersiapkan keluarganya sendiri untuk anak yang lebih tua dan
terus membantu anak terakhir agar lebih mandiri ketika semua anak meninggalkan
rumah pasangan perlu membangun kembali dan mengembangkan hubungan mereka
seperti yang mereka lakukan di masa masa awal. orang tua akan merasa kehilangan
peran dalammengasuh anak dan merasa "hampa" karena anaknya tidak lagi tinggal di
rumah. Untuk mengatasi keadaan tersebut, orang tua perlu melakukan aktivitas
pekerjaan, meningkatkan perannya sebagai partner, dan menjaga hubungan
interpersonal yang baik.
A.Data Umum :
1. Komposisi keluarga
a) Nama kepala keluarga
b) Usia
c) Alamat dan no telepon
d) Pekerjaan kepala keluarga
e) Pendidikan kepala keluarga
f) Komposisi kepala keluarga
1 Ayah
2 Ibu
3 Anak
tertua,
4 …….
Sumber : Ridwan (2016).
2. Genogram
Genogram keluarga adalah diagram yang menggambarkan konstelasi atau
pohon keluarga. Genogram ini merupakan suatu alat pengkajian informatif untuk
mengetahui keluarga dan riwayat keluarga serta sumbernya. Genogram keluarga berisi
informasi tentang tiga generasi (keluarga inti dan keluarga asal masing-masing / orang
tua keluarga inti). Genogram juga dapat menentukan tipe keluarga.
3. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe/bentuk keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe/bentuk keluarga tersebut.
4. Suku bangsa
5. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan. Apakah berasal dari agama dan kepercayaan
yang sama, kalua tidak bagaimana proses adaptasi dilakukandan bagaimana
hasilnya.
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Bagian ini berfokus pada karakteristik tertentu dari lingkungan rumah
keluarga, yang dapat memengaruhi kesehatan keluarga. Bagian pertama
menggambarkan aspek perumahan keluarga dalam hal struktur, keamanan,
dan bahaya kesehatan lain. Bagian kedua menjelaskan sumber daya di
rumah yang berkaitan dengan kesehatan anggota keluarga. Bagian ketiga
berfokus pada lingkungan yang meningkatkan jumlah keluarga dan faktor
lingkungan yang memengaruhi kesehatan anggota keluarga.
D. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari faktor instrumental dan ekspresif. Aspek
penting dari fungsi keluarga adalah kegiatan sehari-hari seperti makan, tidur dan
menjaga kesehatan. Aspek ekspresif dari fungsi keluarga meliputi fungsi
emosional, komunikasi, pemecahan masalah, keyakinan, dan lain-lain. Penilaian
variabel fungsi keluarga meliputi kemampuan keluarga untuk memenuhi tanggung
jawab kesehatan keluarga, termasuk kemampuan mengidentifikasi masalah
kesehatan, membuat keputusan tentang intervensi perawatan yang tepat, merawat
anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang sehat, dan
kemampuan mengelola fasilitas perawatan kesehatan. menggunakan pelayanan di
masyarakat.
b. Stressor jangka panjang ( > 6 bulan) Stressor jangka panjang yaitu stressor
yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari
6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi dan stressor Hal yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stressor. Pada
anggota keluarga stroke dapat ditemui kemampuan negatif atau respon
terhadap stress. Misalnya marah yang tak beraturan.
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
klinik. Pada anggota keluarga dengan stroke dapat ditemui peningkatan
tekanan darah, kelemahan pada ekstremitas di sebelah kiri atau kanan, dan
susah beraktivitas.
1. Diagnosis sehat/wellness
2. Diagnosis ancaman
Diagnosis ancaman digunakan bila tidak terpapar pada masalah kesehatan, tetapi
beberapa data maladaptif telah ditemukan untuk memungkinkan terjadinya
penyakit. Rumusan diagnosis perawatan di rumah berisiko meliputi masalah (P),
penyebab (E) dan gejala / tanda (S).
Diagnosis penyakit yang digunakan pada saat ada penyakit / gangguan kesehatan
dalam keluarga didukung oleh beberapa data indikasi yang merugikan. Rumusan
diagnosis perawatan di rumah yang sebenarnya meliputi masalah (P), penyebab
(E), dan gejala / tanda (S).
Potensial 1 Tinggi= 3
Masalah untuk Cukup=2
Dicegah Rendah=1
(Simamora, 2020)
a. Aktual
Deskripsi masalah yang sedang terjadi harus sesuai
dengan data klinis yang diperoleh.
b. risiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang dapat terjadi
tanpa intervensi keperawatan.
c. Potensi
Diperlukan lebih banyak data untuk menentukan
masalah perawatan yang mendasari. Dalam hal ini
tidak ada data pendukung dan masalah yang
ditemukan, tetapi ada faktor- faktor yang dapat
menyebabkan masalah tersebut.
d. Jaga kesehatan/willness
Diagnosis perawatan kesejahteraan (kesehatan)
mengacu pada kemampuan klinis individu, keluarga
dan / atau komunitas untuk beralih dari tingkat
kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi.
e. Sindroma
Diagnosis perawatan gejala adalah diagnosis yang
terdiri dari serangkaian diagnosis aktual dan berisiko
tinggi yang disebabkan oleh peristiwa atau situasi
tertentu.
Diagnosis keperawatan yang mungkin sering muncul
pada keluarga diabetes adalah (Nanda, 2015):
a. Manajemen kesehatan keluarga yang tidak memadai
b. Gula darah tidak stabil
c. Nutrisi yang dibutuhkan tubuh tidak mencukupi
d. Risiko komplikasi diabetes
e. Risiko syok hipovolemik
f. Merusak integritas kulit
Keluarga dapat menyebutkan dan Respon Keluarga mampu 1. Bantu keluarga mengenali
menggunakan fasilitas kesehatan verbal menyebutkan fasilitas fasilitas kesehatan yang
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dapat dapat dikunjungi untuk
ketidakefektifan manajemen dikunjungi misalnya berkonsultasi tentang
kesehatan keluarga puskesmas dan rumah sakit masalah kesehatan.
Keluarga rutin mengunjungi 2. Motivasi keluarga untuk
fasilitas kesehatan mengunjungi fasilitas
kesehatan seperti
puskesmas terdekat dan
rumah sakit.
3. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
2.4.4 Implementasi keperawatan